Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan
belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha
menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.  Tentulah persiapan yang
matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk
dilakukan. 
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang
menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes kesehatan pra
nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes kesehatan pra nikah
dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan terhadap
pasangan pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui tingat
kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka dapat langsung dilakukan
intervensi untuk pengobatan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat mengetahui dan memahami mengenai
asuhan kebidanan pada Pranikah Dan Prakonsepsi

2.2.2. Tujuan Khusus


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Pada Pranikah Dan Prakonsepsi

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang kesehatan
Reproduksi
Pada peraturan pemerinta pun di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur tentang
kesehatan reproduksi khususnya untk pra nikah.
1. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat, serta
memperoleh bayi yang sehat.
2. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit:
a. pemeriksaan fisik;
b. imunisasi; dan
c. konsultasi kesehatan.
3. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan imunisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.
4. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai
kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan reproduksi khususnya
pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang terlatih mempunyai andil dalam
melaksanakan program ini. Ada bebrapa program atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih khususnya bidan yaitu:

2.2 Pendidikan Kesehatan dan Konseling


2.2.1 Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar  yang berarti  di  dalam pendidikan itu
sendiri terjadi proses pertumbuhan  perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak  tahu  tentang 
nilai-nilai kesehatan   menjadi   tahu,  dari   tidak mampu   menjadi menjadi   mampu   mengatasi   
masalah-masalah  kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan    belajar  terdapat tiga
persoalan pokok yang saling  berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003)
Persoalan   masukan  (input)  yang   menyangkut   sasaran   belajar   itu sendiri dengan latar
belakangnya.
1. Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada  
diri   subyek   belajar, dalam   proses   ini   terjadi   pengaruh timbal   balik   antar

2
berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat  bantu
belajar dan materi yang dipelajari,
2. Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan pada dasarnya    
ialah suatu proses mendidik  individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan  
masalah-masalah  kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya,  
pendidikan kesehatan mempunyai unsure masukan-masukan yang setelah diolah
dengan     teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan
atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu
proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara
mengubah perilaku,    tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting
dalam perubahan      pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu
disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan
kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek
kesehatan. Cara penyampaian informasi dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan
melibatkan ilmu lain termasuk psikologi social yang diperlukan ketika melakukan promosi
(Kemm and Close, 1995).

2.2.2 Konseling
Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor terlatih dan
seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang. Hubungan dirancang untuk
membantu klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang
ditentukan sendiri melalui pilihan – pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional
atau antar pribadi (Yulifah, 2009: 82).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat
ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah
tersebut (Saifuddin, 2001: 39).
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati, 2002: 15).

2.2.2.1 Tujuan Konseling 


Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu masalah
klien, karena masalah klien yang benar – benar telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan
orang lain, sehingga harus segera dicegah dan jangan sampai timbul masalah baru (Yulifah, 2009:
84).
2.2.2.2 Tahapan Konseling 
Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP, Depkes RI & IBI,
2006).
3
1. Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.
a. Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin kerahasiaan.
b. Mengucapkan salam.
c. Mempersilakan klien duduk.
d. Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.

2. Identifikasi masalah.
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung permasalahannya
saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak
jarang, konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap
permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah
konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.

3. Penyelesaian masalah.
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang
diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar. Hindari memberikan informasi yang
tidak dibutuhkan klien.

4. Pengambilan keputusan.

Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang
dihadapinya.

5. Menutup/menunda konseling
Klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan klien belum
selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan, tawarkan klien untuk mengaturr
pertemuan selanjutnya.

2.3 Promosi Kesehatan Pranikah   


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut
perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap
pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa.  Setelah cukup lama saling mengenal satu sama
lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik
tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling
indah adalah layak untuk dilakukan.
Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan untuk melakukan persiapan pernikahan. 
Kesibukan menjelang pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan yang akan menikah
namun pihak keluarga juga dibuat pusing olehnya.
Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain persiapan pesta

4
pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri untuk menghadapi bahtera rumah
tangga yang akan dijalaninya.  Pernikahan tidak semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita
dongeng putri ketika masih kecil.  Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran
yang tampan  akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus diperhatikan dan
dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan pasangan.  Tidak hanya sehat
secara fisik yang harus diperhatikan namun juga sehat menurut definisi yang luas.  Berdasarkan
definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan.  Jadi kesehatan
pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng
sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah
yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan.
Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung
Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah maka pengobatan dapat dilakukan
setelah menikah.

2.4 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

2.4.1 Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa kelompok tes yang
dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang
akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan
kesehatan tersebut adalah sebagai berikut

 Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap

Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui status tekanan
darah seseorang.  Tekanan darah yang normal adalah salah satu kunci kesehatan. Tekanan
darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat perempuan hamil, karena dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat.

Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena obesitas dapat mempengaruhi
tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan dapat menyebabkan munculnya beberapa
resiko seperti diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat
waktu, juga meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.

5
2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb), hematokrit, sel darah
putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah (trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui
kadar hb-nya untuk mendeteksi gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor
pembekuan darah.  Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol
tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke.

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak puasa, dapat mengetahui
adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang dapat berkembang menjadi diabetes
mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat
mengalami beberapa masalah seperti  janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,
hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko kelahiran prematur,
serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar

3. Golongan darah dan rhesus

Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi antigen-D pada darah.
Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada
antigen-D. Kebanyakan warga bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan
kebanyakan warga bangsa Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak
mengetahui rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka  bersilangan,
bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (rhesus negatif) menikah
dengan laki-laki (rhesus positif),bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki
rhesus negatif atau positifJika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika
bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila
ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang memiliki rhesus positif, kehamilan ini
berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel darah merah
janin. Sebaliknya, tidak masalah jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus
negatif.

Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan darah O adalah salah
satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO Incompatibility). Bila diketahui janin
memiliki rhesus positif (+) sedangkan ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan
inkompatibilitas rhesus yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui
rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.

4. Urinalisis lengkap

Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi saluran kemih
(ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang menunjukkan adanya penyakit

6
tententu. Penyakit ISK saat kehamilan beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran
prematur, berat janin yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.

 Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari orangtua. Calon
pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau garis keturunannya mengidap
penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti bisa beresiko mengidap penyakit yang sama.
Pemeriksaan ini meliputi:

1. Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini tidak
mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah menjadi salah satu isu
kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia adalah carrier atau pembawa gen
thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah pembawa gen thalasemia alfa.

Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil dari total
populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi penderita thalassemia
setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000 pasien thalasemia di Indonesia dan
diperkirakan angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di
Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah yang dibawa
kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi tergantung pada transfusi darah dan
kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain, talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat dan
penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap membawa “sifat” penyakit talasemia dalam
tubuhnya. Jika kedua orang tua mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan
mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 % kemungkinan si anak
akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal. Rumus penurunan talasemia berlaku juga
pada penyakit hemofilia dan albino. Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi
kemungkinan yang akan muncul dan mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2. Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain
yang normal. Penderita hemofilia lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan
darahnya.

3. Sickle Cell Disease


7
Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan penyakit kelainan sel darah
merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan anemia. Secara statistik penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.

 Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di antaranya adalah:

1. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi HIV, dimana
95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara Afrika dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita
HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B
saat ini diperkirakan sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah
mengalami infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa manusia. Infeksi virus
ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa
melalui transfusi darah dan transplantasi organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan
C rentan terjadi pada pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis
penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam jangka
waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang yang membawa
virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon bayi.

Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya harus memiliki
kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan mendapatkan imunisasi hepatitis B.
Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa menyebabkan
gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh yang terinfeksi TORCH dapat
mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan
dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui
hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI), infeksi saluran reproduksi (ISR) atau
infeksi menular seksual (IMS)— selain  dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga
8
sekaligus bisa melakukan pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human papillomavirus, herpes,
penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika
salah satu calon pengantin atau keduanya menderita ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus
berobat dulu sampai sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 % masyarakat


Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah mengidap infeksi menular seksual
(IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak mengetahui bahwa pasangan mereka pernah
menderita IMS dan hanya 13 % perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah
mengidap IMS.

 Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan kesuburan ini
dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

1. Untuk perempuan

Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi rahim, saluran
telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG (Hysterosalpingogram) untuk
mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor
fibroid, dan lain-lain.

Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus haidnya tidak teratur atau
sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa misalnya hormon FSH (follicle stimulating
hormone), LH (lutenizing hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).

2. Untuk laki-laki

Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis, skrotum, prostat juga
dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan dalam proses pembentukan sperma serta
kadar hormon testosteron. Dapat dilakukan juga analisis semen dan sperma. Pemeriksaan
analisis semen (air mani) merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan pada
pasangan infertilitas. Berdasarkan literatur, 25% penyebab infertilitas adalah pada pihak laki-
laki, yakni gangguan pada kualitas spermatozoa. Pemeriksaan tersebut antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Penampungan Sampel
1. Persiapan

9
 Penampungan air mani sebaiknya dilakukan di ruangan privat dekat laboratorium, agar
mengurangi paparan semen terhadap perubahan suhu dan untuk mengontrol waktu antara
penampungan dan analisis. Jika pasien menampung di rumah, maka harus dikirim ke
laboratorium segera dalam waktu kurang dari 1 jam, dan dalam suhu 20-37 C.
 Sampel ditampung setelah abstinensia seksual (tidak mengeluarkan sperma) minimal 2
hari dan maksimal 7 hari.
 Informasi biodata pasien harus lengkap: nama, tempat tanggal lahir, waktu pengumpulan,
dan sebagainya.

2. Penampungan semen

 Air mani ditampung dengan jalan masturbasi dan diejakulasikan langsung ke dalam botol
gelas bersih dan steril yang bermulut lebar, terbuat dari kaca ataupun plastik yang telah
dikonfirmasi tidak toksik terhadap spermatozoa.
 Botol spesimen sebelumnya dijaga dalam suhu lingkungan antara 20 C dan 37 C untuk
mencegah perubahan suhu yang besar yang dapat mempengaruhi spermatozoa setelah
diejakulasikan ke dalamnya. Kontainer harus dilabel dengan biodata pasien.
 Botol spesimen diletakkan di tempatnya atau dalam inkubator (37 C) selama semen
berlikuefaksi.

3. Analisis mikrobiologi

 Kontaminasi dari sumber yang berasal dari luar semen (seperti organisme komensal dari
kulit) harus dihindari. Selain alat kontainer spesimen harus steril, pasien harus: buang air
kecil terlebih dahulu, mencuci tangan dan penis dengan sabun, mencuci bersih sabun yang
masih menempel, mengeringkan tangan dan penis dengan handuk, lalu ejakulasikan air
mani ke kontainer steril.

Catatan: Waktu antara pengambilan sampel semen dengan mulai pemeriksaan di


laboratorium tidak lebih dari 3 jam.

2. Karakteristik air mani


Hal-hal yang diperiksa dari regimen air mani antara lain sebagai berikut:
1. Koagulasi dan likuefaksi
Koagulasi adalah proses perubahan air mani yang sebelumnya dalam bentuk cair menjadi
berbentuk “agar” atau koagulum dengan segera, sedangkan likuefaksi adalah perubahan air mani
menjadi cairan yang agak pekat/ tipis dalam 5 – 20 menit agar memungkinkan spermatozoa
bergerak dengan leluasa. Proses koagulasi dan likuefaksi ini diatur oleh enzim. Suatu faktor
likuefaksi merupakan enzim proteolitik dengan berat molekul 33.000 yang terbukti dapat
melikuefaksikan air mani.
WHO 2010: Normal –> waktu likuefaksi: 15 – 60 menit. Jika > 60 menit masih tidak
berlikuefaksi, maka dikatakan memanjang (delayed liquefaction).
10
2. Viskositas
Viskositas sampel dapat diperkirakan dengan mengaspirasi sampel ke dalam sebuah pipet
pastik disposable  (dengan diameter lebih kurang 1,5 mm), kemudian membiarkan semen
menetes oleh gravitasi dan kemudian mengamati panjang benang yang terbentuk saat menetes.
Normalnya sampel menetes dalam tetesan yang kecil, jika viskositasnya abnormal, tetesannya
akan membentuk benang lebih dari 2 cm.
Viskositas yang tinggi dapat mengganggu motitlitas sperma, konsentrasi sperma, pendeteksian
antibodi-spermatozoa dan marker biokimia pada pemeriksaan semen.
WHO 2010: Normal –> viskositas semen  < 2 cm.

3. Rupa dan Bau


Air mani yang baru diejakulasikan rupanya putih-kelabu seperti agar-agar. Setelah
berlikuefaksi menjadi cairan, kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari spermatozoa yang
dikandungnya. Baunya khas, langu, seperti bau bunga akasia. Tampilannya dapat kurang opak
jika konsentrasi sperma sangat rendah, warna juga bisa berbeda, misalnya merah-kecoklatan jika
ada sel darah merah (hemospermia), atau kekuningan pada laki-laki yang menderita jaundice atau
mengonsumsi beberapa vitamin atau obat-obatan.
WHO 2010: Normal –> warna semen putih-keabu-abuan (grey-opalescent) homogen, bau khas.

4. Volume
Setelah abstinensia selama 3 hari, volume air mani berkisar antara 2,0 – 5,0 ml. Volume
kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa yang rendah. Jika
volume air mani rendah, ia tidak akan cukup menggenangi lendir yang menjulur dari serviks,
sehingga dapat menimbulkan masalah infertilitas. Volume semen yang rendah memungkinkan
adanya obstruksi pada duktus ejakulatorius atau adanya congenital bilateral absence of the vas
deferens (CBAVD), ejakulasi retrograde parsial atau defisiensi androgen.
WHO 2010: Normal –> volume semen  > 1,5 ml.

5. pH
Air mani yang baru diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3 – 7,7, yang bila dibiarkan
lebih lama akan meningkat karena penguapan CO2-nya. Jika pH lebih dari 8, hal itu mungkin
disebabkan oleh peradangan akut kelenjar atau saluran genital, sedangkan pH yang kurang dari
7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan kronis kelenjar tersebut.
Menurut WHO, pemeriksaan pH semen dilakukan setelah terjadinya proses likuefaksi, sekitar 30
menit setelah lukefaksi.
WHO 2010: Normal –>  pH semen > 7,2

NB: pH semen akan meningkan seiring waktu karena buffer alamiahnya berkurang, namun pH
yang tinggi hanya memberikan informasi yang bernilai kecil secara klinis.

11
6. Fruktosa
Fruktosa air mani adalah hasil vesikula seminalis yang menunjukkan adanya rangsangan
androgen. Fruktosa terdapat pada semua air mani, kecuali pada:
 azoospermia, karena tidak terbentuknya kedua vas deferens. Air maninya tidak berkoagulasi
segera setelah ejakulasi, karena vesikula seminalisnya pun tidak terbentuk.
 kedua duktus ejakulatoriusnya menutup.
 keadaan luar biasa dari ejakulasi retrograd, dimana sebagian kecil ejakulat yang tidak
mengandung spermatozoa sempat keluar.
WHO 2010: Normal –> fruktosa > 13 mikromol/ejakulasi

3. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Pemeriksaan awal mikroskopik
Pemeriksaan awal secara mikroskopis memakai mikroskop dengan pembesaran total
100x. Yang dinilai dari pemeriksaan awal antara lain:
 Aglutinasi, yakni terikatnya spermatozoa motil satu sama lain, baik kepala dengan kepala,
ekor dengan ekor atau lain sebagainya. Hal ini akan menyebabkan gerakan spermatozoa
yang kacau, tapi kadang-kadang spermatozoa terlalu teraglutinasi sehingga gerakannya
terbatas.
 keberadaan sel-sel selain spermatozoa: seperti sel-sel epitel, leukosit, immature germ cell,
dan potongan-potongan kepala atau ekor sperma yang terpisah.
WHO 2010: Normal –> aglutinasi (-), leukosit < 1 juta/ml, immature germ cell (-)

2. Konsentrasi spermatozoa
Menghitung spermatozoa dalam air mani sama caranya dengan menghitung konsentrasi
sel darah. Cairan pengencernya ialah laturan George yang mengandung formalin 40%, sehingga
spermatozoa menjadi tidak bergerak karenanya. Untuk menghitung kadar spermatozoa yang
bergerak, dipakai larutan 0,9 NaCl, yang tidak membunuh spermatozoa yang bergerak. Dengan
demikian, yang dihitung hanyalah spermatozoa yang tidak bergerak saja. Selisih antara
perhitungan larutan pengencer George dan 0,9 NaCl menghasilkan konsentrasi spermatozoa yang
bergerak. Normalnya lebih dari 15 juta sperma/ ml. Semakin rendah konsentrasi spermatozoa,
semakin kurang kemungkinan mengamilkannya.
WHO 2010: Normal –> Konsentrasi sperma > 15 juta/ml; Jumlah sperma total > 39
juta/ejakulasi.

3. Motilitas sperma
Setetes air mani ditempatkan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Presentase spermatozoa motil ditaksir setelah memeriksa 25 lapangan pandang besar. Jenis
motilitas spermatozoa dibagi ke dalam skala 0 – 4, yakni sebgai berikut:
0 = gerakan ekor (-), kemajuan (-), arah (-), keccepatan (-)
1 = (+), (-), (-), (-)
12
1+ = (+), (+), (-), (-)
2 = (+), (+), lika-liku, lambat
2+ = (+), (+), lurus, lambat
3 = (+), (+), lurus, cepat
3+ = (+), (+), lurus, lebih cepat
3 = (+), (+), lurus, sangat cepat

Menurut WHO, Motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut:


 Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran
besar, dalam kecepatan apapun.
 Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria
progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/ flagel yang sulit menggerakkan
kepala, atau hanya ekor saja yang bergerak.
 Immotility (IM): tidak bergerak sama sekali
WHO 2010: Normal:
– Progressive motility (PR) > 32%
– Total motility > 40%

4. Morfologi Sperma
Pemeriksaan morfologi sperma menggunakan metode sediaan apus semen. kemudian
menggunakan pewarnaan papanicolaou, shorr atau diff-quik. Bentuk morfologi sperma normal
antara lain sebagai berikut:
 kepala harus mulus, garis konturnya teratur dan berbentuk oval. Terdapat bagian dinding
akrosom menyelimuti 40-70% baigan kepala, tidak mengandung vakuol besar, atau lebih
dari 2 vakuol kecil. Bagian di belakang akrosom tidak mengandung vakuol.
 Leher berbentuk ramping, teratur dan panjangnya sama dengan panjang kepala.
 Ekor berbentuk seragam sepanjang panjangnya, makin keujung makin menipis
dibandingkan bagian leher, dan panjangnya kira-kira 45 mikron (lebih kurang 10 x
panjang kepala), dan tidak bengkok.
WHO 2010: Normal–> morfologi sperma normal > 4%.

5. Vitalitas/ viabilitas Sperma


Vitalitas sperma menggambarkan integritas membran sel spermatozoa agar mampu
bertahan hidup. Vitalitas sperma diperiksa segera setalah likuefaksi, sekitar 30-1 jam paska
ejakulasi untuk mencegah adanya efek penghancuran akibat dehidrasi atau akibat perubahan suhu
pada vitalitas. Pemeriksaan menggunakan pewarnaan eosin-nigrosin. Spermatozoa hidup akan
terlihat memiliki kepala berwarna putih atau pink terang, sedangkan yang mati berwarna merah
atau pink gelap.
WHO 2010: Normal –> vitalitas spermatozoa > 58%.

 Kelima, pemeriksaan tambahan
13
Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa pemeriksaan dan
tindakan kesehatan lainnya, seperti :

1. Alergi

Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi.  Alergi adalah sistem kekebalan tubuh yang
bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi (alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian
besar manusia. Kecenderungan seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan,
walaupun tidak selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada anak-
anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari kedua pasangan
terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi anafilaksis yang dapat menyebabkan
kematian.

2. Vaksinasi Dewasa

Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin hepatitis B, tetanus, MMR
(Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air), influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai
jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.

 Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga direkomendasikan untuk
dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena mereka akan menjadi calon ibu, juga penting
dilakukan oleh para ibu yang sudah memiliki anak, yaitu:

1. Pemeriksaan periodontal

Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi untuk menjaga gigi
dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta penyakit. Bagian yang diperiksa adalah
sambungan antara gusi dan gigi serta kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.

Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit gusi berisiko 7
kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu hamil lebih rentan mengalami
peradangan gusi akibat adanya perubahan hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering
memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami
gusi berdarah.

2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)

Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid seseorang kurang
aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid). karena kadar hormon ini bisa
mempengaruhi kesehatan perempuan. Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat
mengganggu kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang mengalami
14
hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa meningkatkan risiko
keguguran atau kelahiran prematur.

3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum tulang


belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya tinggi, hal ini
menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah, menunjukkan adanya anemia,
dan jika kadar platelet rendah menunjukkan adanya masalah dalam pembekuan darah.

Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki periode menstruasi yang
berat sehingga membuat seseorang rentan terhadap anemia. Selain itu untuk mengetahui
apakah ada gangguan dalam jumlah komponen darahnya.

4. Pap smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau kanker pada leher
rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel cairan di leher rahim dan
memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini penting dilakukan oleh perempuan yang
sudah menikah. Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang lebih serius seperti kanker leher
rahim.

5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral tulang yang dapat
memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai tipis dan lemah. Untuk
memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut dengan dual energy photon
absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan
yang memiliki riwayat osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.

Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia tidak mendapatkan kalsium
yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya
penting untuk mengetahui apakah kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah
berkurang.

2.4.2 Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah


Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan pranikah sebagai berikut:
A. Upaya promotif
1. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah

Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan alasan sibuk


mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak perlu terlalu dipusingkan. Al ini
sering tejadi pada wanita  yang sibuk dengan program diet nya yang nanti akan
15
berdampak pada psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sanat
diperlukan agar tidak terjadi kekurangan nutrisi

2. Sex Education

Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada pasangan pranikah agar
hubungan nya tetap harmonis. Karena fakta membuktikan banyak pasangan yang
bercerai karena kurangnya pendidikan seks sebelum nikah. Pendidikan seks ini dapat
kita lakukan dengan cara penyuluhan seperti pendidikan tentang kesehatan reproduksi,
PMS (Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu berhubungan yang sehat, dan lain-
lain.
3. Personal Hygiene

Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan pranikah.
Dimana biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering melakukan
perawatan yang terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku, genitalia dll.
Tetapi hal ini terkadang tergantung pada budaya masing-masing daerah.
4. Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama pada wanita agar tidak
terserang oleh virus clostridium teteani, apabila nanti wanita tersebut hamil dan terjadi
perlukaan saat persalinan maka si ibu tidak akan mudah mengalami infeksi dan
perdarahan postpartum.

B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear

Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya seseorang itu
terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada pasangan melakukan pemeriksaan ke
laboratorium atau ke rumah sakit.

2. Pemeriksaan Hematologi

Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya seseorang menderita
kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus rubella ,virus toxoplasma dan
sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukakan 6 bulan sebelum pernikahan karna
dalam jarak waktu yang cukup akan keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat
dilakukan penanggulangan permasalahannya.

C. Upaya kuratif

Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah dengan
memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan kalau terjangkitnya
penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan menjalani hidup sebagai seorang istri
16
Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah untuk memperbaiki tingkat kesuburan pasangan
dan mencegah terjadinya infertilitas.

D. Upaya Rehabilitatif

Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai perawatan
kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang akan menikah dan
telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan pemulihan fisik dan mental.
Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat menjalani hidupnya
sebagai seorang istri dan ibu nantinya.

BAB III
17
PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu
disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan
kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek
kesehatan.
Usia menikah menurut Undang – undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan umur ideal
untuk perempuan diangka 19 tahun pada wanita dan angka minimalnya pada pria juga angka
minimal di umur 19 tahun, dimana usianya telah cukup bila akan menikah. Adapun upaya
kesehatan bagi pranikah yaitu upaya preventif penyuluhan gizi, sex education, personal
hygine,dan imunisasi catin.
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi pada wanita  yang
sibuk dengan program dietnya yang nanti akan berdampak pada psikologisnya untuk itu
penyuluhan tentang gizi seimbang sangat diperlukan
Pada asuhan yang dilakukan pada overweight asuhan yang diberikan yaitu pola nutrisi
diet yang baik dan gizi seimbang agar tidak terjadi kelebihan berat badan yang mengakibatkan
pada kesehatan reproduksi, misalnya menstruasi tidak teratur atau jika menikah sulit untuk
mempunyai anak dikarenakan saluran telur tertekan dengan lemak jadi sulit pertemuan sperma
dengan sel telur.
Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan
pranikah, biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering melakukan perawatan yang
terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku, genitalia dll, serta diberikan konseling
mengenai personal hygine yang baik dan untuk tidak sering memakai celana jeans yang ketat
karena berakibat daerah kewanitaan lembab dan memicu timbulnya bakteri.
Pada wanita yang mengalami keluhan dismenorhea diberikan cara mengurangi rasa sakit
ketika menstruasi, yaitu dengan dikompres air hangat diperut bagian bawah, bila berbaring bantal
disimpan antara kaki dan tidur miring.
Pada kunjungan catena tau pranikah dan prakonsepsi wanita juga diberikan konseling
mengenai SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) ini penting untuk mendeteksi adanya kanker
payudara, karena biasanya kanker payudara tidak meniimbulkan gejala, jadi bila ada benjolan
yang mengarah pada cirri-ciri kanker bisa langsung ke pelayanan kesehatan. Selain itu juga, klien
diberikan konseling apabila akan menikah sebaiknya dilakukan pemeriksaan pasangan sebelum
pranikah, agar bila terdapat masalah kesehatan bisa langsung ditangani.

18
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang
langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi
masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan. 
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa kelompok tes yang
dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang
akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil dan memiliki anak.

5.2 Saran
Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya kesehatan
bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada masalah kesehatan bisa
dapat teratas

19
20

Anda mungkin juga menyukai