Anda di halaman 1dari 91

Tugas Kelompok Review Jurnal

Disusun Oleh:

Octavia Nur Cahyanti (1824090187)

Ukhty Hanifah (1824090165)

Dimas Fathur Rahman (1824090164)

Rayhan Daffa Ilyasin (1824090168)

Okki Nurbianto Kusuma (1824090237)

Mata Kuliah : Psikologi Eksperimen

Dosen : Adi Kristiawan, S.Psi., MM

Waktu Kuliah : Sabtu, 13.40-16.10

Universitas Persada Indonesia Y. A. I

DKI Jakarta

2020
JURNAL MEDIAPSI
VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2015, HAL 10-16

. PENGARUH TAYANGAN HUMOR TERHADAP SHORT TERM


MEMORY PADA MAHASISWA BARU
Ningrum Baha Lathifah, Amir Hasan Ramli, Faizah
ningrumbahalathifah@gmail.com

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Brawijaya

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh tayangan humor
terhadap short term memory. Metode humor mampu mengurangi hormon kortisol dan
hormon epinephrine sehingga informasi yang diterima dapat diantar ke otak untuk
proses storage dan recall. Metode penelitian yaitu metode eksperimental dengan
rancangan randomized matched two group design. Penelitian dilakukan kepada 50
partisipan mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya dan terdiri dari 2 kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing 25 partisipan. Hasil uji
independent sample t-test menyatakan bahwa terdapat pengaruh tayangan humor
terhadap kemampuan Short Term Memory partisipan dengan nilai signifikansi 0,001
yang lebih kecil dari 0,05

Kata kunci: Tayangan humor, Short Term Memory, Mahasiswa Baru

Mahasiswa baru mengalami berpotensial untuk mendapatkan hasil


perbedaan pola dan sistem pembelajaran yang buruk saat ujian.
dari masa Sekolah Menengah Atas Terdapat berbagai cara agar
(SMA). Perubahan pola ini menuntut memori yang mereka pelajari dapat
mahasiswa baru untuk dapat mengelola melakukan recall atau pemanggilan
informasi yang mereka terima agar informasi dan diharapkan tidak
informasi tersebut dapat digunakan mengalami forgetting atau lupa.
pada saat dibutuhkan. McCraty Beberapa cara dalam mempertahankan
(Vitasari, 2010) menyatakan bahwa memori yaitu melakukan pengulangan
perasaan cemas yang dimiliki oleh (rehearsall), elaborative rehersall, deep
mahasiswa baru dapat mengganggu processing, dan mnemonic (Wade dan
prestasi mahasiswa tersebut. Kecemasan Tavris, 2007).
yang dialami mahasiswa baru dapat Beberapa penelitian menunjukan
menghalangi kemampuan memori dan bahwa metode humor merupakan salah
recall. Pacarora (Vitasari, 2010) satu cara dalam mempertahankan
menyatakan bahwa mahasiswa yang memori. Menggunaan metode humor
memiliki tingkat kecemasan tinggi dalam proses belajar mengajar mampu
dapat menghalangi pola pikir untuk meningkatkan memori pada mahasiswa
berkembang, membentuk skema yang (Atir, 2010). Ziv (Wanzer, 2006),
buruk dalam pikirannya, dan sangat humor membuat mahasiswa memberi

10
LATHIFAH, RAMLI, & FAIZAH

perhatian kepada pengajar terhadap materi petunjuk bahwa terdapat informasi yang
yang disampaikan yang berhubungan penting, kemudian disandikan dan
langsung dengan memori. Cialdini kemudian dapat dipanggil kembali jika
(Wanzer, 2006) menyatakan bahwa humor dibutuhkan. Arousal didalamnya terdapat
membuat mahasiswa mengikuti kegiatan glukosa dan disebarkan ke seluruh otak
belajar dengan lebih terbuka, sehingga meningkatkan memori secara
meningkatkan kemampuan belajar siswa, langsung ataupun tidak langsung dengan
dan mampu belajar lebih giat terhadap cara mempengaruhi efek neutransmitter.
permasalahan terkait materi yang Menurut Karol dan Gold (Wade dan Tavris
diberikan. 2007), penggunaan glukosa dalam dosis
Secara neurologis, humor dapat yang tepat membantu mahasiswa
mengaktifkan bagian otak yaitu ventral menyerap informasi dan kemudian
tegmentum, ventral striatum, dan beberapa menyimpan informasi tersebut.
area yang berhubungan dengan emosi dan Mahasiswa yang memiliki emosi
pemrosesan reward (Matthews, 2011). negatif cenderung menimbulkan hormon
Area ventral tagmentum berfungsi kortisol yang biasanya muncul pada orang
membuat senyawa kimia dopamin yang yang mengalami stress dan depresi
disebar ke bagian otak lainnya yang sehingga sulit untuk mengaktifkan bagian
membuat individu merasa nyaman dengan hipokampus (Matthews, 2011)
lingkungan sekitar. Ancaman dan stress Humor dalam penelitian ini dikemas
merupakan hal yang menghambat dalam bentuk tayangan singkat. Tayangan
seseorang untuk melakukan proses humor mampu diserap lebih cepat diserap
informasi dengan baik oleh otak. Menurut karena menggunakan dua panca indra,
Jensen (Matthews, 2011), bermain dan yaitu mata yang menangkap visualisasi
tertawa dalam kegiatan humor diakui dapat tayangan humor dan telinga akan
digunakan untuk meningkatkan memori. menangkap auditori dari tayangan humor.
Mengurangi stress melalui kegiatan humor Urgensi penelitian yaitu membantu
adalah cara yang lebih baik dalam mahasiswa baru atau mahasiswa yang
pemanggilan informasi. Dopamin memiliki kecemasan agar menggunakan
kemudian mengaktifkan bagian metode belajar yang menyenangkan untuk
hipokampus sehingga informasi yang memiliki kemampuan memori yang lebih
disimpan dalam memori mampu bertahan baik. Peneliti tertarik melakukan penelitian
dan dapat melakukan recall informasi ini karena jarangnya penelitian humor
tersebut (Chowdhury, 2012). terhadap kognitif salah satunya yaitu
Gold (Wade dan Tavris, 2007) memori. Dalam penelitian eksperimental,
menyatakan bahwa emosi memiliki andil hipotesis menyatakan hubungan sebab
yang banyak dalam proses penyerapan akibat yaitu pengaruh variabel bebas
informasi dan penyimpanan informasi. terhadap variabel terikat. Hipotesis dari
Penggunaan humor dalam suatu proses penelitian ini yaitu ada pengaruh yang
belajar akan menjadikan mood mahasiswa signifikan dari tayangan humor terhadap
menjadi lebih baik. Jika mahasiswa short term memory pada mahasiswa baru.
memunculkan emosi yang positif, maka
akan muncul arousal. Arousal
memberikan stimulus kepada otak berupa

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 11


Pengaruh Tayangan Humor terhadap Short Term Memory pada Mahasiswa Baru

METODE dalam penelitian eksperimen ini sudah


Desain Penelitian mencukupi.
Jenis desain eksperimental dalam
penelitian ini menggunakan desain dua Instrumen Penelitian
kelompok (two group design) berupa 1. Intelligenz Strukture Test (IST) subtes
penelitian Randomized Two – Group Merk Aufgaben (ME). Subtes Merk
Design, Posttest Only. Desain ini Aufgaben digunakan untuk mengukur
melakukan pengukuran sesudah (posttest) memori.
pemberian treatment pada kelompok 2. Tayangan Humor
eksperimen dan dan kontrol. (Seniati, Tayangan Humor yang digunakan
Yulianto, dan Setiadi, 2011). Kelompok yaitu Malam Minggu Miko
kontrol diberikan IST subtes ME, 3. Informed Consent
sedangkan kelompok eksperimen Berfungsi sebagai persetujuan
diberikan tayangan humor yang berjudul partisipan dalam penelitian dan
Malam Minggu Miko kemudian diberikan mengikuti instruksi yang akan
IST subtes ME. Hasil perhitungan IST diberikan dalam proses eksperimen
subtes ME antara kelompok kontrol dan 4. Manipulation Check
kelompok eksperimen akan dibahas dalam Untuk melihat apakah video humor,
subbab lebih lanjut. cerita humor, dan gambar-gambar
lucu dapat bekerja sesuai harapan.
Subjek Penelitian
Peneliti mengambil populasi Analisis Data
mahasiswa baru Psikologi Universitas Analisis data menggunakan SPSS 20
Brawijaya Malang dikarenakan mahasiswa dengan teknik Independent Sample T-Test
baru menghadapi situasi baru yang
HASIL
berbeda dengan situasi pada saat SMA
Tabel 1.
(Sekolah Menengah Atas). Partisipan dari
Gambaran Partisipan
penelitian ini yaitu kelas B mata kuliah
Psikologi Umum. Tahap selanjutnya yaitu Kelompok Kelompok
Kate- Kontrol Eksperimen TO-
random assignment pada partisipan kelas %
gori Jum- Jum TAL
untuk menentukan kelompok eksperimen lah % -lah %
dan kelompok control menggunakan alat Baik
7 28 16 64 23 46
Sekali
bantu perangkat lunak berupa randomizer. Baik 15 60 9 36 24 48
Kelompok eksperimen akan diberikan Cukup 3 12 0 3 6
perlakuan berupa tayangan humor dan Kurang 0 0 0
Kurang
kelompok kontrol tidak diberikan Sekali
perlakuan apapun. Jumlah total partisipan Jumlah 25
10
25
10
50
10
0 0 0
yaitu 50 mahasiswa. Perhitungan G*Power
menunjukkan bahwa untuk memperoleh
Kelompok kontrol memilIki 28%
effect size medium (f = 1,01) dengan power
partisipan yang memiliki kemampuan
= 0,95, jumlah minimum keseluruhan
memori baik sekali, 60% yang memiliki
sampel yang diperlukan adalah 22
kemampuan memori baik, dan 25% yang
partisipan. Jadi, jumlah total partisipan
memiliki kemampuan memori cukup.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 12


LATHIFAH, RAMLI, & FAIZAH

Kelompok eksperimen memiliki 64% yang DISKUSI


memiliki kemampuan memori baik sekali Pembahasan Manipulation Check
dan 36% yang memiliki kemampuan Berdasarkan data yang diperoleh,
memori baik. dapat diketahui bahwa antara kelompok
eksperimen memiliki mean 6,72 dari
Manipulation Check rentang skala 1 sampai 9 dengan arti
Manipulation Check diberikan tayangan humor diatas nilai tengah yaitu 5
kepada partisipan kelompok eksperimen dan termasuk kategori lucu.
yang diberikan tayangan humor yang
berisi pertanyaan tingkat kelucuan Pembahasan Hipotesis
tayangan humor yang telah diberikan. Proses memori memiliki tiga tahapan
Angket ini bertujuan untuk mengukur yaitu encoding, storage, dan retrieval
apakah tayangan humor bertujuan untuk (Wade dan Tavris, 2007). Tahapan
mengukur bahwa tayangan humor bekerja encoding dilakukan dengan cara
sesuai harapan. Manipulation Check ini menghapalkan informasi berupa kata-kata
memberikan penilaian rentang skala 1-9. dan kategori dari subtes ME (Merk
Hasil dari rata-rata manipulation check Aufgaben). Tahapan encoding dilakukan
adalah sebesar 6,72. secara sengaja karea ada tujuan untuk
Hasil tersebut menunjukkan bahwa melakukan proses memori (Riyanti,
tayangan humor diatas nilai tengah yaitu 5, Prabowo, dan Puspitawati, 2007). Tahapan
sehingga tayangan humor tersebut storage yaitu tahapan mempertahankan
menunjukan kelucuan. proses penyimpanan karena informasi
tersebut dibutuhkan untuk tes ME.
Uji Hipotesis Tahapan selanjutnya yaitu retrieval atau
Tabel 2 recall yaitu pemanggilan informasi
Hasil Uji Penelitian kembali untuk digunakan yaitu pengerjaan
Kelompok Sig Mean SD
soal-soal subtes ME.
Eksperimen 17,94 1,9
0,001 Tes memori yang diberikan yaitu tes
Kontrol 15,84 3,4
memori jangka pendek. Informasi yang
dibutuhkan bersifat sementara dan
Hasil penelitian mnunjukan bahwa
terbatas, sehingga membutuhkan usaha
signifikansi (2-tailed) adalah 0,001.
menahan informasi untuk bertahan lebih
Karena 0,001 lebih kecil daripada 0,05 (p
lama. Jika tidak maka akan muncul lupa
< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
(forgeting). Lupa akhirnya membuat
hipotesis yaitu ada pengaruh yang
partisipan tidak menjawab soal atau
signifikan dari tayangan humor terhadap
menjawab opsi yang salah. Hal ini
short term memory mahasiswa baru.
disebabkan karena adanya replacement
Kelompok eksperimen memiliki rata-rata
dan interferensi. Replacement terjadi
yang lebih besar (M = 17,84 dan SD = 1,9)
karena terdapat informasi baru yang
dibandingkan rata-rata kelompok kontrol
muncul sehingga menhilangkan informasi
(M = 15,84 dan SD = 3,4).

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 13


Pengaruh Tayangan Humor terhadap Short Term Memory pada Mahasiswa Baru

yang lama. Selain itu juga terdapat faktor otak akan menghabiskan cadangan glukosa
interferensi yaitu kesulitan membedakan dengan cepat untuk menyelesaikan tugas-
informasi tersebut dengan informasi tugas sulit, terutama hippocampus yang
lainnya karena kemiripan informasi pada merupakan gerbang masuk memori.
proses encoding maupun proses recall Hasil penelitian milik Hasanat &
(Wade dan Tavris, 2007). Subandi (Zuchrufia, 2013) menyatakan
Hasil uji penelitian menunjukan bahwa humor mampu memunculkan emosi
bahwa terdapat pengaruh tayangan humor positif. Emosi positif dapat muncul karena
terhadap kemampuan memori (Sig 0,001 < tersnyum atau tertawa yang menimbulkan
0,05). Hal ini dapat dilihat dari ekspresi wajah yang positif. Emosi positif
kemampuan short term memory pada yang ditimbulkan oleh aurosal akan
kelompok yang diberikan tayangan humor memberikan stimulus dan petunjuk pada
(kelompok eksperimen) memiliki nilai otak bahwa ada peristiwa atau informasi
lebih besar dibandingkan dengan yang penting. Peristiwa atau informasi itu
kelompok yang tidak diberi tayangan kemudian segera dilakukan penyandian
humor (kelompok kontrol). (encoding) dan melakukan proses
Penelitian eksperimental biologi penyimpanan untuk digunakan kembali
yang dilakukan oleh G.S Bains (2014) apabila dibutuhkan.
menyatakan bahwa menonton tayangan Partisipan kelompok kontrol
humor memiliki pengaruh terhadap memiliki kemampuan short term memory
memori. Humor yang diasosiasikan yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan
dengan tertawa dapat mengurangi stress penelitian yang dilakukan oleh Bains
dan hormon kortisol serta merubah emosi (2014) bahwa kelompok control
dan mood seseorang. Selain itu menurut memunculkan perasaan takut, cemas, dan
Wade dan Tavris (2007) tertawa akan stress akan tes sehingga membuat hormon
melepaskan epinephrine dan kortisol meningkat. Hormon kortisol yang
memperbanyak endorfin. meningkat akan mengganggu kinerja
Hormon kortisol dan hormon hippocampus termasuk proses memori.
epinephrine merupakan hormon stres yang Hal ini yang menjadi penyebab
dapat mengganggu kinerja neuron-neuron kemampuan short term memory kelompok
pada hippocampus. Gangguan-gangguan kontrol lebih kecil.
tersebut akan menghambat proses memori Keterbatasan penelitian ini yaitu
pada otak. Partisipan pada kelompok tidak adanya pembedaan jenis kelamin
eksperimen yang memberikan reaksi dalam pelaksanaan penelitian karena
berupa tersenyum, tertawa, dan perasaan kemampuan short term memory
bahagia ketika menonton tayangan humor dipengaruhi oleh jenis kelamin, efek
akan memunculkan hormon endorfin dan kegembiraan timbul bukan karena adegan
dopamin di otak sehingga menimbulkan tayangan humor yang lucu melainkan
perasaan nikmat (Rokade, 2011). Endorfin karena kegembiraan tersebut menular dari
akan meningkatkan glukosa dalam darah. partisipan lainnya dan penelitian ini tidak
Glukosa akan memasuki otak dan mengukur kecemasan dan emosi agar hasil
mempengaruhi neutransmitter yang akan lebih akurat.
memperpanjang daya ingat (Wade dan
Tavris, 2007). Hal ini disebabkan karena

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 14


LATHIFAH, RAMLI, & FAIZAH

KESIMPULAN 10.1523/JNEUROSCI.1278-
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 12.2012.
ada pengaruh yang signifikan dari
Matthews, Melissa Lee Mccartney. A
tayangan humor terhadap kemampuan
Funny Thing Happened On The Way
short term memory mahasiswa Program To The Hippocampus: The Effects
Studi Psikologi Universitas Brawijaya dan Of Humor On Student Achievement
kelompok eksperimen yang diberikan And Memory Retention. (Disertasi
tayangan humor memiliki kemampuan pada Arizona State University. 2011)
short term memory yang lebih besar
dibandingkan kemampuan short term Riyanti B.P Dwi, Hendro Prabowo, Ira
Puspitawati. (2009). Psikologi
memory pada kelompok kontrol yang tidak
Umum 1.(Online). Diakses dari
diberikan tayangan humor. http://elearning.gunadarma.ac.id/doc
Saran dari penelitian ini yaitu modul/psikologi_umum_1/
melakukan pengukuran emosi para
partisipan penelitian agar dapat Rokade.International Conference on
memastikan bahwa keterbangkitan emosi Chemical, Biological and
positif memang telah terjadi pada setiap Environmental Sciences: Release Of
Endomorphin Hormone And Its
partisipan penelitian, lebih baik penelitian
Effects On Our Body And Moods,
dilakukan secara one by one agar rasa lucu Jurnal tidak diterbitkan: R.B. Attal
yang ditimbulkan tidak disebabkan dari Arts, Science, & Commorce College.
efek menular dan memperhatikan faktor Page No. 436-438. (Academic Year :
jenis kelamin agar tidak menjadi variabel 2011-2012).
pengganggu.
Seniati, Liche., Yulianto, Aries., Dan
Setiadi, Bernadette N. (2011).
DAFTAR PUSTAKA Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT
Atir, Stav. Running Head: Memory For Indeks Kelompok Gramedia.
Information Paired With Humor 1
Memory For Information Paired Vitasari, Prima., Wahab, Muhammad
With Humorous, Relevant Jokes. Nubli Abdul., Othman, Ahmad.,
(Thesis pada Yale University, 2010). Awang, Muhammad Ghani. (2010).
Hal 3 A Research for Identifying Study
Anxiety Sources among University
Bains, Gurinder Singh., Berk, Lee S., Students. International Education
Daher, Noha., Lohman, Everett., Studies Vol. 3, No. 2; May
Schwab, Ernie., Petrofsky, Jerrold., 2010.Universiti Malaysia Pahang.
Deshpande, Pooja. (2014). The
Effect Of Humor On Short-Term Wade, Carole., Tavris, Carol. (2007).
Memory In Older Adults: A New Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2.
Component For Whole-Person Jakarta: Erlangga.
Wellness.http://www.ncbi.nlm.nih.go
v/pubmed/24682001 Chowdhury Walter, Marc., Ha¨Nni, Beat., Haug,
R, Guitart-Masip M, Bunzeck Myriam., Amrhein, Isabelle.,
N, Dolan RJ, Düzel E). Dopamine Roubicek, Eva Krebs., Spahn, Franz
Modulates Episodic Memory Mu¨Ller., And Savaskan, Egemen.
Persistence In Old Age. Jurnal pada (2014). Humour Therapy In Patients
Nat Rev Neuroscience. 2012). DOI: With Late-Life Depression Or

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 15


Pengaruh Tayangan Humor terhadap Short Term Memory pada Mahasiswa Baru

Alzheimer’s Disease: A Pilot Study.


International Journal of Geriatric
Psychiarty. Wiley Interscience
(www.interscience.wiley.com)

Wanzer, M.B., Frymier, A.B.,


Wojtaszczyk, A.M., & Smith, T.
(2006). Appropriate and
inappropriate uses of humor by
teachers. Communication Education,
55, 178196.

Zuchrufia, Afnia Rosa. (2013). Pengaruh


Menonton Film Drama Komedi
Korea Terhadap Emosi Positif pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh
Skripsi. Empathy Jurnal Fakultas
Psikologi. Universitas Ahmad
Dahlan.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 16


A. Identitas Jurnal:

 Jurnal: Jurnal Psikologi Mediapsi


 Volume: Volume 1 Nomor 1, Desember 2015, Hal 10-16
 Tahun terbit: 2015

B. Review Jurnal 1

Pengaruh Tayangan Humor terhadap Short Term


1. Judul Penelitian
Memory pada Mahasiswa Baru.
1) Ningrum Baha Lathifah
2. Nama Peneliti 2) Amir Hasan Ramli
3) Faizah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengetahui
pengaruh tayangan humor terhadap short term
memory. Metode humor mampu mengurangi hormon
kortisol dan hormon epinephrine sehingga informasi
yang diterima dapat diantar ke otak untuk proses
storage dan recall. Metode penelitian yaitu metode
eksperimental dengan rancangan randomized
matched two group design. Penelitian dilakukan
3. Abstrak
kepada 50 partisipan mahasiswa Psikologi
Universitas Brawijaya dan terdiri dari 2 kelompok
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
masing-masing 25 partisipan. Hasil uji independent
sample t-test menyatakan bahwa terdapat pengaruh
tayangan humor terhadap kemampuan Short Term
Memory partisipan dengan nilai signifikansi 0,001
yang lebih kecil dari 0,05.
Mahasiswa baru mengalami perbedaan pola dan
Pendahuluan/Latar Belakang
4. sistem pembelajaran dari masa Sekolah Menengah
Masalah
Atas (SMA). Perubahan pola ini menuntut
mahasiswa baru untuk dapat mengelola informasi
yang mereka terima agar informasi tersebut dapat
digunakan pada saat dibutuhkan. McCraty (Vitasari,
2010) menyatakan bahwa perasaan cemas yang
dimiliki oleh mahasiswa baru dapat mengganggu
prestasi mahasiswa tersebut. Kecemasan yang
dialami mahasiswa baru dapat menghalangi
kemampuan memori dan recall. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa metode humor merupakan salah
satu cara dalam mempertahankan memori.
Menggunaan metode humor dalam proses belajar
mengajar mampu meningkatkan memori pada
mahasiswa.
Tayangan Humor
Metode humor merupakan salah satu cara dalam
mempertahankan memori. Menggunakan metode
humor dalam proses belajar mengajar mampu
meningkatkan memori pada mahasiswa, humor
membuat mahasiswa memberi perhatian kepada
pengajar terhadap materi yang disampaikan yang
berhubungan langsung dengan memori. Cialdini
Teori/definisi dari variable
5. (Wanzer, 2006) menyatakan bahwa humor membuat
yang terlibat
mahasiswa mengikuti kegiatan belajar dengan lebih
terbuka, meningkatkan kemampuan belajar siswa,
dan mampu belajar lebih giat terhadap permasalahan
terkait materi yang diberikan. Secara neurologis,
humor dapat mengaktifkan bagian otak yaitu ventral
tegmentum, ventral striatum, dan beberapa area yang
berhubungan dengan emosi dan pemrosesan reward
(Matthews, 2011).
Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada pengaruh yang
6. Hipotesis signifikan dari tayangan humor terhadap short term
memory pada mahasiswa baru.
Sampel dalam penelitian ini adalah 50 partisipan
7. Sampel/subjek penelitian
mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya.
Jenis desain eksperimental dalam penelitian ini
menggunakan desain dua kelompok (two group
Desain Penelitian/Rancangan design) berupa penelitian Randomized Two – Group
8.
Eksperimen Design, Posttest Only. Desain ini melakukan
pengukuran sesudah (posttest) pemberian treatment
pada kelompok eksperimen dan dan kontrol.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini yaitu
kelompok kontrol diberikan IST subtes ME,
sedangkan kelompok eksperimen diberikan tayangan
9. Metode Pengambilan Data humor yang berjudul Malam Minggu Miko kemudian
diberikan IST subtes ME. Hasil perhitungan IST
subtes ME antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen akan dibahas dalam sub bab lebih lanjut.
Peneliti mengambil populasi mahasiswa baru
Psikologi Universitas Brawijaya Malang dikarenakan
mahasiswa baru menghadapi situasi baru yang
berbeda dengan situasi pada saat SMA (Sekolah
Menengah Atas). Partisipan dari penelitian ini yaitu
kelas B mata kuliah Psikologi Umum. Tahap
selanjutnya yaitu random assignment pada partisipan
kelas untuk menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok control menggunakan alat bantu perangkat
10. Pelaksanaan Penelitian
lunak berupa randomizer. Kelompok eksperimen
akan diberikan perlakuan berupa tayangan humor dan
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.
Jumlah total partisipan yaitu 50 mahasiswa.
Perhitungan G*Power menunjukkan bahwa untuk
memperoleh effect size medium (f = 1,01) dengan
power = 0,95, jumlah minimum keseluruhan sampel
yang diperlukan adalah 22 partisipan. Jadi, jumlah
total partisipan dalam penelitian eksperimen ini
sudah mencukupi.
Metode analisis data menggunakan SPSS 20 dengan
11. Metode Analisis Data
teknik Independent Sample T-Test.
Hasil penelitian mnunjukan bahwa signifikansi (2-
tailed) adalah 0,001. Karena 0,001 lebih kecil
daripada 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yaitu ada pengaruh yang signifikan
12. Hasil Penelitian dari tayangan humor terhadap short term memory
mahasiswa baru. Kelompok eksperimen memiliki
rata-rata yang lebih besar (M = 17,84 dan SD = 1,9)
dibandingkan rata-rata kelompok kontrol (M = 15,84
dan SD = 3,4).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh
yang signifikan dari tayangan humor terhadap
kemampuan short term memory mahasiswa Program
Studi Psikologi Universitas Brawijaya dan kelompok
13. Kesimpulan eksperimen yang diberikan tayangan humor memiliki
kemampuan short term memory yang lebih besar
dibandingkan kemampuan short term memory pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan tayangan
humor.
Jurnal Penelitian Psikologi
2016, Vol. 07, No. 02, 77-98

PENGARUH KEGIATAN SOSIODRAMA TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN
ANAK USIA DINI

Suryani dan Novia Solichah


Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh


kegiatan sosiodrama terhadap peningkatan kemampuan bahasa lisan anak
usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan eskperimen. Instrumen penelitian berupa naskah drama dan
lembar observasi kemampuan bahasa lisan anak usia dini. Subjek
penelitian berjumlah 30 anak dengan kriteria inklusi usia 5-6 tahun, sehat,
dan memiliki IQ dalam rentang 90-110, penelitian menggunakan teknik
random assignment.
Pemilihan tema naskah drama melalui preliminary research pada 36 anak yang
memiliki kriteria inklusi sama seperti subjek penelitian. Uji validitas naskah
drama menggunakan CVR dengan 6 orang experts (ahli) dengan perolehan
0,68. Hasilnya > 0,50, sehingga naskah layak digunakan pada kegiatan
sosiodrama untuk anak usia dini. Alat tes yang digunakan adalah lembar
observasi kemampuan bahasa lisan yang terdiri dari 7 aitem yang
menggunakan 4 alternatif penyekoran (1 hingga 4). Alat tes telah melalui
preliminary research pada 15 anak yang memiliki kriteria inklusi sama seperti
subjek penelitian, dan dinilai oleh 3 orang rater. Hasil analisis menunjukkan
rata-rata kesepakatan antar rater sebesar 0.960, sehingga alat tes dapat
digunakan sebagai alat ukur kemampuan bahasa lisan anak usia dini.
Hasil penelitian menggunakan teknik analisis Independent-samples t test
dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih kecil dari 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan nilai rata-rata perolehan
kelompok kontrol sebesar 0,4810, lebih kecil dari nilai rata-rata perolehan
kelompok eksperimen sebesar 0,8429, artinya terdapat perbedaan
kemampuan bahasa lisan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kegiatan
sosiodrama dengan kemampuan bahasa lisan anak usia dini.

Kata kunci : Kegiatan Sosiodrama, Kemampuan Bahasa Lisan, Anak Usia Dini

77
78 Suryani dan Novia Solichah

Abstract : The aim of this study was to determine the effect of activities
sociodramas to increase oral language skills of early childhood. This research is a
quantitative research using experimentation. Instrument the form of a play and the
observation sheet spoken language skills of early childhood. Research subjects
included 30 children with inclusion criteria 5-6 years old, healthy, and had an IQ
in the range of 90-110, research using the technique of random assignment.
Selection of a theme plays through preliminary research on 36 children who had the
same inclusion criteria as the study subjects. Validity test using CVR plays with 6
experts with the acquisition of 0.68. The result is > 0.50, so that decent script used
in sociodramas activities for early childhood. Assay used is the observation sheet
spoken language skills which consists of 7-item using alternate scoring 4 (1 to 4).
Assays have been through preliminary research on 15 children who had the same
inclusion criteria as the subject of research, and was rated by 3 rater. The analysis
showed the average inter-rater agreement of 0,960, so that the assay can be used as
a measurement of the ability of oral language early childhood.
The results using analysis techniques Independent-samples t test with significance
level of 0.000 < 0.05, because it is smaller than 0.05, then Ho is rejected and Ha
accepted. Differences in the average value of the acquisition of the control group at
0.4810, the smaller than the average value of the acquisition of the experimental
group at 0.8429, meaning that there are differences in oral language abilities
between control and experimental groups. Results showed that there is influence
between activities sociodramas the oral language skills of early childhood.

Keywords : Activity Sociodramas, Oral Language Skill, Childhood

PENDAHULUAN
Menurut Santrock, (2002) bahasa merupakan suatu sistem simbol
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bentuk-bentuk
kemampuan bahasa menurut Otto (2015), meliputi kemampuan bahasa
lisan dan kemampuan bahasa tulis. Kemampuan bahasa lisan, bentuk
reseptifnya mendengarkan dan ekspresifnya berbicara. Bentuk
kemampuan bahasa tulis, bentuk reseptifnya membaca dan ekspresfnya
menulis.
Dari kemampuan bahasa lisan dan tulis yang tersebut di atas, salah
satu keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
individu adalah kemampuan bahasa lisan. Menurut pandangan
Vygotsky (1962; dalam Santrock, 2014) kemampuan bahasa lisan
memainkan peran penting dalam perkembangan anak. Anak-anak
berbicara tidak hanya untuk komunikasi sosial, namun juga untuk
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas. Vygotsky (1962; dalam
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 79
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

Santrock, 2014) lebih lanjut menyatakan bahwa anak-anak menggunakan


bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku
mereka.
Kajian longitudinal mengenai perkembangan kemampuan bahasa
lisan yang dilakukan oleh Loban (1976, dalam Otto, 2015)
mendokumetasikan penelitian tentang pentingnya kemampuan bahasa
lisan dalam taman kanak-kanak. Selain itu, Menurut Asher & Garcia
(1969, dalam Santrock, 2002) tahun-tahun awal masa anak-anak
merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia (2010)
mengenai Informasi Singkat Potret Perkembangan Anak Usia Dini di
Indonesia, berdasarkan Pengukuran Kelebihan dan Kesulitan (SDQ-
Strengths and Difficulties Questionnaries) dan Instumen Perkembangan
Dini (EDI-Early Development Instrument), kedua instrument ini telah
digunakan secara internasional. Penilaian perkembangan bahasa dan
kognitif itu salah satunya berkenaan dengan masih kesulitannya anak
untuk menyampaikan kembali informasi dari ingatannya.
Hasil perbandingan Internasional ketrampilan kognitif dan bahasa
Negara Indonesia dibanding 8 negara (Kanada, Australia, Meksiko,
Yordania, Chili, Mozambik dan Filipina), Indonesia menempati skor
terendah, 80% anak memiliki ketrampilan kognitif dan bahasa rendah.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan bahasa
lisan anak usia dini di Indonesia masih rendah.
Menurut Pusat Data dan Statistik Pendidikan (2011) jumlah peserta
didik yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia
sebesar 5.807.108 anak. Dari data World Bank (2012) tentang Pendidikan
dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia, melakukan penilaian
perkembangan anak-anak berdasarkan pengukuran Instrumen
Pengembangan Usia Dini (EDI-versi pendek) mengenai perkembangan
bahasa, kognitif dan ketrampilan komunikasi, yang melakukan penilaian
dalam hal berbicara, menyimak, memahami; mulai menghubungkan
huruf, suara, dan kata; mulai menulis.
Kemampuan kognitif dan bahasa yang di peroleh anak-anak
Indonesia yang mengikuti pendidikan anak usia dini sebesar 0, 12%.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan bahasa
lisan anak usia dini yang mengikuti pendidikan anak usia dini di
Indonesia masih sangat rendah, karena perolehan hasil kemampuan
bahasa lisan belum sampai 1%.
80 Suryani dan Novia Solichah

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawani, Triyanti,


dan Setyaningrum (2013), masih banyak anak usia dini di Desa
Talagamulya, Kabupaten Karawang, yang memiliki perkembangan
kognitif rendah. Perkembangan kognitif yang termasuk di dalamnya
perhatian, daya ingat, penalaran, kreativitas, dan bahasa.
Berdasarkan penelitian dan data-data di atas, kemampuan bahasa
lisan anak usia dini dibandingkan secara internasional, nasional, dan
regional, menunjukkan bahwa kemampuan bahasa lisan anak usia dini
masih tergolong rendah. Data mengenai kemampuan bahasa lisan di
Indonesia sangat jarang dilakukan, padahal menurut Loban (1976; Wells,
1986; Windsor, 1995; dalam Otto, 2015), kemampuan bahasa lisan
memberikan dasar dari perolehan bahasa tulis.
Anak usia dini Menurut Barnawi (2010) merupakan sebutan untuk
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Pendapat Munandar (2009)
menyebutkan bahwa Masa usia dini sering disebut sebagai golden age
(masa emas). Pada masa emas ini anak sedang dalam masa sangat mudah
untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri mereka. Masa setiap
aspek pengembangan seperti sosial emosional, kognitif, bahasa, motorik
halus, motorik kasar, dan kreativitas yang ada dalam diri anak dapat
berkembang dengan pesat.
Menurut Penfield (1982, dalam Djamarah, 2011) selama tahun-tahun
pertama di kehidupan anak, otaknya akan membentuk “unit-unit
bahasa” yang mencatat segala sesuatu yang didengarnya, karena unit-
unit bahasa ini akan digunakan sebagai dasar untuk memperkaya
perbendaharaan kata. Salah satu aspek perkembangan bahasa mencakup
kemampuan membaca, menulis, menyimak, mendengar, berbicara dan
berkomunikasi.
Peneliti memilih anak usia dini dengan rentang usia 5-6 tahun
dalam penelitian ini dikarenakan, menurut Ormrod (2008), pada usia 6
tahun anak memiliki pengetahuan sebanyak 8.000-14.000 kata, sehingga
masa ini disebut sebagai tahap banyak kata, tahap ini berlangsung pada
umur 5-6 tahun bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.
Sebagian besar aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta
panjang tuturannya semakin bervariasi, anak telah mampu
menggunakan bahasa dalam berbagai keperluan, termasuk bercanda atau
menghibur.
Menurut Yusuf (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa antara lain: Faktor kesehatan, intelegensi, status
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 81
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Selain itu,


Cambourne (dalam Otto, 2015) Peran lingkungan dalam memfasilitasi
perkembangan bahasa lisan, delapan kondisi yang mendukung
perkembangan bahasa lisan: imersi, demontrasi, pelibatan,
pengaharapan, tanggung jawab, penaksiran, pengerjaan, dan tanggapan.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Taman Kanak-
Kanak Melati Surabaya Permasalahan yang ditemui peneliti di lapangan,
di kelas anak-anak lebih banyak mendengarkan guru kemudian
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, mereka kurang
mengungkapkan pendapatnya sendiri, dan kurang dilibatkan dalam
kegiatan pebelajaran, kurangnya motivasi anak-anak dalam kegiatan
pembelajaran karena pola pembelajaran yang konvensional dan media
pembelajaran kurang menarik., sehingga anak lebih banyak menerima
informasi dari pada mengeluarkan pendapatnya, sehingga kemampuan
bahasa lisan anak terbatas (Hasil observasi, 9-14 November 2015).
Menurut Penelitian dari Vygotsky (1962, 1978; John Steiner, 1994;
dalam Otto, 2015) mengatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa
dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Dengan berinteraksi dengan
orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang.
Teori Perkembangan Vygotsky memandang bahwa bahasa anak-anak
tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa.
Vygotsky yakin bahwa anak-anak yang terlibat dalam sejumlah
besar pembicaraan pribadi lebih berkompeten secara sosial ketimbang
anak-anak yang tidak menggunakan secara ekstensif. Melalui interaksi
aktif antar anak, maka bahasa anak akan berkembang dengan cepat.
Artinya, anak-anak secara biologis siap untuk belajar bahasa, karena ada
interaksi antara anak dengan lingkungan. Interaksi anak-anak untuk
meniru bahasa dari lingkungan mendukung dalam upaya peningkatan
kemampuan bahasa lisan
Saat di sekolah guru menyampaikan bahan ajar, memerlukan cara
atau kegiatan tertentu agar materi yang disampaikan dapat dipahami
dengan baik. Agar kemampuan bahasa lisan anak dapat meningkat,
tugas seorang guru adalah merancang proses pembelajaran yang
melibatkan aktivitas anak dalam memahami materi. Mengingat
pentingnya kemampuan berbahasa lisan bagi perkembangan anak usia
dini, maka dibutuhkan cara yang tepat agar dapat membantu anak
meningkatkan kemampuan berbahasa lisannya. Banyak kegiatan yang
82 Suryani dan Novia Solichah

dapat dilakukan untuk membantu anak dalam mengembangkan


kemampuan berbahasa lisannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Levy, Wolfgang, dan Koorland
(1992), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara permainan
sosiodrama dengan kenaikan kemampuan bahasa anak. Penelitian yang
dilakukan oleh Syamsuddin, Barasandji, dan Pantanemo (2014)
menunjukkan bahwa penggunaan metode sosiodrama dapat
meningkatkan ketrampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sudarma, Purnami, dan
Garminah (2014), menunjukkan bahwa metode sosiodrama berbantuan
cerita rakyat berpengaruh positif terhadap ketrampilan berbicara siswa.
Dari beberapa penelitian di atas tentang upaya meningkatkan
kemampuan bahasa lisan, peneliti tertarik untuk meningkatkan
kemampuan bahasa lisan anak usia dini melalui metode sosiodrama.
Sosiodrama (Al-Tabany, 2011) ialah cara pembelajaran dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat (kehidupan sosial).
Melalui sebuah kegiatan yang melibatkan anak didik untuk dapat
berperan dan dapat berhubungan antara peran satu dengan yang
lainnya, dalam suatu peragaan yang dapat memerankan tokoh tertentu
yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar. Dalam
kegiatan sosiodrama terjadi aktivitasi berbahasa melalui dialog atau
percakapan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan
bahasa lisan pada anak dengan menyenangkan.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut Sugiyono
(2013) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perilaku tertentu terhadap yang lain, dalam kondisi yang
terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment).
Subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
eksperimen ini berjumlah 30 siswa kelompok B TK Melati-Mulyorejo,
Surabaya tahun ajaran 2015/2016. Peneliti memakai teknik random
assignment, yaitu pengelompokan subjek secara acak kedalam kelompok
eksperimen atau kelompok kontrol. (Sugiyono, 2013). Teknik random
assignment dilakukan untuk menentukan subjek yang diberikan
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 83
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

perlakuan (kelompok eksperimen) dan subjek yang tidak diberikan


perlakuan (kelompok kontrol).
Subjek yang akan dikenai perlakuan (treatment) sebanyak 15 siswa
dan 15 siswa yang lain tidak diberi perlakuan. Peneliti melakukan random
assignment dengan memasukkan siswa yang bernomor ganjil ke dalam
kelompok eskperimen, dan siswa bernomor genap ke dalam kelompok
kontrol. Perlakuan yang diberikan yaitu mengajak para siswa bermain
drama “pergi ke puskesmas”.
Bentuk desain eksperimen ini adalah rancangan True Experimental
(Creswell, 2013). Dalam true experiment, peneliti mulai memasukkan
secara acak para partisipan dalam kelompok-kelompok yag akan di
peroses. Peneliti akan merandom partisipan dari kelas B1 dan B2 menjadi
kelompok baru dengan teknik random assignment. Kelompok baru
tersebut antara kelompok eksperimen dengan jumlah 15 subjek, dan
kelompok control dengan jumlah 15 subjek.
Desain eksperimen yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
Post Test Only Control Group Design. (Creswell, 2013)
(KE) x O

(KK) O
Ke = kelompok eksperimen
Kk = kelompok control
O = pengukuran terhadap variable dependen
X = pemberian perlakuan

Prosedur eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini dibagi


menjadi 3 (tiga) tahap, antara lain:
1. Pra-Eksperimen
a) Pelaksanaan preliminary studi kepada subjek lain, yang memiliki
kriteria inklusi yang sama seperti subjek penelitian.
b) Pemberian Lembar Persetujuan Responden (informed consent) kepada
wali murid subjek penelitian.
c) Sebelum pelaksanaan eksperimen, dilakukan random assignment
pada subjek penelitian, untuk menentukan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
d) Peneliti melakukan pengukuran tes IQ (bender gestalt dan HTP
yang dilakukan oleh seorang psikolog), melakukan tes kesehatan
84 Suryani dan Novia Solichah

(petugas kesehatan dari posyandu), dan mengumpulkan data


identitas subjek dalam rentang usia 5-6 tahun.
Hal ini digunakan untuk kedua kelompok (kontrol dan eksperimen).
e) Uji coba alat ukur berupa lembar observasi kepada subjek lain, yang
memiliki kriteria inklusi yang sama seperti subjek penelitian.
f) Memberikan briefing kepada 3 rater (observer) cara pemberian skor,
dan kepada 2 eksperimenter cara bercerita pada kelompok kontrol
dan kegiatan sosiodrama pada kelompok eksperimen.
2. Pelaksanaan Eksperimen
a) Eksperimenter masuk pada tiap kelompok (eksperimen dan
kontrol)
b) Eksperimenter memberikan penjelasan dan cerita tentang “pergi ke
puskesmas” kepada kedua kelompok.
c) Pada kelompok eksperimen,eksperimenter setelah bercerita
tentang “pergi ke puskesmas”, eksperimenter memberikan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan sosiodrama dengan memberikan
alat-alat permainan drama untuk tiap siswa yang terpilih dengan
masing-masing perannya. Kemudian para siswa bermain
sosiodrama sambil dibimbing oleh eksperimenter (peneliti).
d) Kepada kelompok kontrol, setelah eksperimenter memberikan
cerita “pergi ke puskesmas”, akan langsung di tes oleh 3 rater
menggunakan lebar observasi berupa beberapa pertanyaan dan
menceritakan kembali cerita “pergi ke puskesmas”.
e) Kepada kelompok eksperimen, setelah eksperimenter memberikan
cerita, mengajak subjek penelitian melakukan kegiatan sosiodrama
“pergi ke puskesmas”, setelah itu di tes oleh 3 orang rater
menggunakan lembar observasi berupa beberapa pertanyaan dan
menceritakan kembali cerita “pergi ke puskesmas”.
f) Setelah kedua kelompok dites oleh 3 rater, eksperimenter mengajak
kedua kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen)
untuk melakukan kegiatan sosiodrama (debriefing).
3. Post-Eksperimen
a) Semua jawaban yang disampaikan kepada kedua kelompok.
Subjek penelitian menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali
cerita “pergi ke puskesmas” secara mandiri, akan langsung diteliti
jawabannya oleh eksperimenter, kemudian eksperimenter akan
memberi skor dari hasil jawaban yang diperoleh dari masing-
masing subjek.
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 85
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

Berikut ini penjelasan berupa gambaran skema pelaksanaan


eksperimen adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Prosedur Eksperimen

Eksperimenter

(Kelompok Eksperimen) (kelompok kontrol)

Eksperimenter memberikan Subjek diberi cerita “pergi


cerita, menentukan pemain ke puskesmas”
dan perannya, setelah itu
melakukan kegiatan
sosiodrama kepada subjek
Subjek menjawab
pertanyaan yang diajukan
Subjek melakukan oleh eskperimenter dan
eksperimen sambil dibimbing menceritakan kembali
oleh eksperimenter cerita“pergi ke puskesmas”

Subjek menjawab pertanyaan


yang diajukan oleh Diskor dan dikoreksi
ekperimenter dan langsung oleh
menceritakan kembali cerita eksperimenter
keadaan puskesmas

Debriefing pada kelompok


Diskor dan dikoreksi kontrol
langsung oleh eksperimenter

Gambar-1

Pelaksanaan Eksperimen
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
1. Naskah Drama
Naskah drama sebagai media yang digunakan untuk memanipulasi
dalam kegiatan sosiodrama. Tema dalam naskah drama yang digunakan
dalam kegiatan sosiodrama adalah pekerjaan dengan judul “Pergi ke
86 Suryani dan Novia Solichah

Puskesmas”, dipilih berdasarkan hasil dari penelitian pendahuluan


(preliminary research) yang dilakukan oleh peneliti pada Sabtu, 12
Desember 2015 pukul 07.30-08.30, dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi yang bisa dikembangkan dalam penelitian. Hasilnya dari 36
anak yang dites, 25 anak memilih drama “pergi ke puskesmas” dan 11
anak memilih drama “polisi menangkap penjahat” dan “pergi ke
sekolah”. Dapat disimpulkan bahwa, anak-anak senang memilih drama
“pergi ke puskesmas”.

2. Kemampuan Bahasa Lisan


Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dalam penilaiannya menggunakan lembar observasi sebagai instrumen
pengumpulan data yang utama. Lembar observasi tersebut dibuat
dengan menggunakan skala rating scale.
Aspek dalam indikator mengulang kalimat-kalimat yang telah
didengar dalam cerita meliputi aspek tema, dialog, tokoh, latar, alur, dan
amanat. Aspek dalam indikator menceritakan kembali cerita yang telah
didengar adalah menceritakan kembali cerita yang telah didengar secara
runtut. Lembar observasi dan kisi-kisi instrumen kemampuan bahasa
lisan anak usia dini sebagaimana terlampir.
Lembar observasi yang dibuat oleh peneliti kemudian diujicobakan
(try out) kepada subjek lain yang memiliki kriteria inklusi sama seperti
subjek penelitian. Uji coba yang dilakukan dalam penelitian disebut
“Judgement Perception”.
Hasil dari uji coba (try out) kepada subjek lain yang memiliki kriteria
inklusi sama seperti subjek penelitian “Judgement Perception”. Seluruh
aitem dalam lembar observasi mendapatkan peroleh prosentase sebesar
86,3%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa anak-anak dengan
kriteria inklusi yang sama dengan subjek penelitian mampu untuk
melakukan apa yang disebut dalam indikator pada lembar observasi.
Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi yang telah
dipersiapkan, yaitu kriteria hasil belajar kemampuan bahasa lisan reseptif
dan ekspresif. Lembar observasi penilaian kemampuan bahasa lisan
reseptif dan ekspresif menggunakan skala rating scale. Rating scale
menurut Sugiyono (2013), adalah data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 87
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

Tabel 1. Kriteria Hasil Belajar Kemampuan Bahasa Lisan (Reseptif)

Nilai Skor Keterangan


1 Anak belum mampu
menyebutkan kalimat yang telah
didengarnya
2 Anak mampu menyebutkan
setengah indikator dengan benar
3 Anak mampu menyebutkan
seluruh indikator dengan benar
4 Anak mampu menyebutkan
kalimat melebihi indikator

Tabel 2. Kriteria Hasil Belajar Kemampuan Bahasa Lisan (Ekspresif)

Nilai Skor Keterangan


1 Anak belum mampu
menceritakan
Apa yang disebutkan dalam
indikator
2 Anak mampu menceritakan 1-3
indikator yang ada di cerita
belum urut
3 Anak mampu menceritakan 1-5
indikator yang ada di cerita
belum urut
4 Anak mampu menceritakan 1-5
indikator yang ada di cerita
secara urut

Setelah diubah menjadi data kuantitatif, data akan diubah menjadi


prosentase diadaptasi dari Kurikulum Taman Kanak-Kanak (2010). Dari
hasil perhitungan diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3. Kategorisasi Hasil Observasi

No Prosentase Kategori
1 0-25% Kurang
88 Suryani dan Novia Solichah

2 26-50% Cukup
3 51-75% Baik
4 76-100% Sangat Baik

Tingkat keberhasilan kemampuan bahasa lisan anak usia dini, untuk


mendapatkan kategorisasi hasil prosentase dihitung dengan rumus:
E = x 100%
E = Prosentase keberhasilan kemampuan bahasa lisan anak usia dini
N = Jumlah seluruh siswa
n = Jumlah siswa yang berhasil menjawab sesuai indikator.

Untuk menguji validitas isi, digunakan pendapat dari ahli


(judgement expert). Lawshe (1975; dalam Azwar, 2012) merumuskan
Content Validity Ratio (CVR) yang dapat digunakan untuk mengukur
validitas isi aitem-aitem berdasarkan data empirik.
Dalam pendekatannya ini sebuah panel yang terdiri dari para ahli
yang disebut Subjek Matter Experts (SME) diminta untuk menyatakan
apakah aitem dalam skala sifatnya esensial bagi operasionalisasi konstrak
teoritik skala yang bersangkutan. Aitem dinilai esensial bilamana aitem
tersebut dapat merepresentasikan dengan baik tujuan pengukuran.
Para SME diminta menilai apakah suatu aitem esensial dan relevan
atau tidak dengan tujuan pengukuran skala, dengan menggunakan lima
tingkatan skala mulai dari 1 (yaitu sama sekali tidak esensial dan tidak
relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat esensial dan sangat relevan).
Validitas adalah mengukur apa yang hendak di ukur (Azwar, 2002).
Validitas naskah drama dilakukan bertujuan untuk melihat apakah
naskah drama secara konten (isi) dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun. Berdasarkan beberapa refrensi
dan literatur online yang ditemukan, kriteria penilaian dalam naskah
drama sangat beragam, namun dalam validasi naskah drama untuk
penelitian yang bertema pekerjaan didasarkan pada dua aspek yaitu
aspek konten psikologis dan aspek naskah drama. Aspek naskah drama
menurut Nurgiyantoro (2001), meliputi: tema/isi, dialog,
tokoh/perwatakan, latar, alur/jalan cerita, dan amanat.
Untuk menguji validitas isi pada naskah drama yang telah dibuat,
menurut Lawshe (1975; dalam Azwar, 2012) merumuskan Content
Validity Ratio (CVR) yang dapat digunakan untuk mengukur validitas isi
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 89
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

aitem-aitem berdasarkan data empirik. Dalam pendekatannya ini sebuah


panel yang terdiri dari para ahli yang disebut Subjek Matter Experts
(SME) diminta untuk menyatakan apakah aitem dalam skala sifatnya
esensial bagi operasionalisasi konstrak teoritik skala yang bersangkutan.
Aitem dinilai esensial bilamana aitem tersebut dapat merepresentasikan
dengan baik tujuan pengukuran.
Naskah drama yang telah dibuat oleh peneliti, selanjutnya dinilai
oleh beberapa SME (Subject Matter Expert) yang ahli dalam bidang
Psikologi Pendidikan, Psikologi Perkembangan Anak, Ahli Kurikulum,
dan Ahli Bahasa. Nama para ahli dan angket CVR, naskah drama, lembar
penilaian naskah drama dan Kisi-kisi aspek psikologis dan aspek naskah
drama.
Para SME diminta menilai apakah suatu aitem esensial dan relevan
atau tidak dengan tujuan pengukuran skala, dengan menggunakan lima
tingkatan skala mulai dari 1 (yaitu sama sekali tidak esensial dan tidak
relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat esensial dan sangat relevan).
Rumus CVR

CVR = –1

Keterangan:
ne = Banyaknya SME yang menilai suatu aitem esensial
n = Banyaknya SME yang melakukan penilaian

Angka CVR bergerak antara -1.00 sampai dengan +1.00, dengan


CVR = 0,00 berarti bahwa 50% dari SME dalam panel menyatakan aitem
adalah esensial dan kerenanya valid.Hasil dari angket CVR pada 20
aitem, mendapatkan nilai rata-rata 0,68. Perolehan tersebut diatas 0,50,
sehingga dapat disimpulkan jika naskah drama “Pergi Ke Puskesmas”
bisa digunakan sebagai alat untuk kegiatan sosidrama dalam penelitian.
Alat ukur yang digunakan pada kemampuan bahasa lisan anak usia
5-6 tahun menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut
divalidasi oleh 15 anak yang memiliki kriteria inklusi sama dengan
subjek penelitian (judgement perception).
Hasil dari uji coba (try out) kepada subjek lain yang memiliki kriteria
inklusi sama seperti subjek penelitian “Judgement Perception”. Seluruh
aitem dalam lembar observasi mendapatkan peroleh prosentase sebesar
90 Suryani dan Novia Solichah

86,3%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa anak-anak dengan


kriteria inklusi yang sama dengan subjek penelitian mampu untuk
melakukan apa yang disebut dalam indikator pada lembar observasi.
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efetivitas suatu
instrument penelitian. (Arikunto, 2010). Suatu instrument dikatakan
reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data, karena instrument tersebut sudah baik, tidak bersifat
tendensius, datanya memang benar sesuai dengan kenyataan hingga
beberapa kali diambil, hasilnya akan tetap sama.
Penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat ukur
pada kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun. Untuk menentukan
toleransi perbedaan hasil pengamatan oleh observer digunakan tehnik
pengetesan reabilitas pengamatan (Arikunto, 2006). Jika pengukuran
dilakukan oleh lebih dari dua observer maka reabilitas dinilai dengan
menggunakan korelasi intra-kelas (ICC).
Koefisien korelasi intra kelas (intraclass correlation coefficients; ICC)
yang dikembangkan oleh Pearson (1901; dalam Widhiarso, 2005).
Koefisien ini dikembangkan berdasarkan analisis varians namun pada
kasus tertentu hasilnya memiliki kemiripan dengan koefisien alpha.
Penggunaan Koefisien ICC tepat digunakan ketika (a) rater yang dipakai
banyak dan (b) skor hasil penilaiannya bersifat kontinum. Widhiarso
(2005).
Penelitian ini menggunakan 3 orang rater yang menilai 15 subjek,
melalui instrument rating scale yang menghasilkan data ordinal. 3 orang
rater menilai kemampuan Bahasa Lisan 15 anak usia dini dengan
menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 7 aitem yang
menggunakan 4 alternatif penyekoran (1 hingga 4).

Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.


Tabel 4. Hasil Observasi oleh rater

Rater R1 R2 R3
No. Subjek
1 0.893 0.8929 0.8929
2 0.75 0.8571 0.7857
3 0.714 0.75 0.7143
4 0.679 0.7143 0.7143
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 91
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

5 0.714 0.75 0.7143


6 0.786 0.7857 0.7857
7 0.786 0.7857 0.7857
8 0.679 0.6786 0.6786
9 0.786 0.7857 0.7857
10 0.75 0.75 0.75
11 0.643 0.5357 0.5714
12 0.714 0.7143 0.7143
13 0.714 0.7143 0.7143
14 0.75 0.75 0.75
15 0.679 0.75 0.7143

Hasil ICC dengan reliabilitas antar rater mendapatkan hasil yang


memuaskan (r = 0,960). Hasil analisis dengan menggunakan program
SPSS. Hasil analisis menunjukkan rata‐rata kesepakatan antar rater
sebesar 0.960, sedangkan untuk satu orang rater konsistensinya adalah
0.888.
Tingkat keberhasilan kemampuan bahasa lisan anak usia dini, yang
diperoleh oleh 15 anak, mendapatkan kategorisasi rata-rata hasil
prosentase 86,3 % yang masuk pada kategori sangat baik. Sehingga
lembar observasi kemampuan bahasa lisan anak usia dini dapat
digunakan sebagai alat ukur kemampuan bahasa lisan anak usia dini.

HASIL
Teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Independent-samples t test. Berikut tabel 8 dan pejelasan Output SPSS
Kemampuan Bahasa Lisan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Tabel 5. Hasil Output SPSS Kemampuan Bahasa Lisan kelompok
kontrol dan kelompok Eksperimen

Kemamampuan Jumlah Rata-rata Standar Signifikansi


Bahasa Lisan (N) (Mean) Deviasi
Kelompok 15 0.4810 0.10444 0.000
Kontrol
92 Suryani dan Novia Solichah

Kelompok 15 0.8429 0.12341 0.000


Eksperimen

Banyaknya data (N) masing-masing anak pada kelompok kontrol


dan eksperimen = 15, rata-rata orientasi prestasi anak kelompok kontrol
= 0,4810 dan untuk anak kelompok eskperimen =0,8429. Dengan
standard deviasi masing-masing kel. Kontrol= 0,10444 dan kel.
Eskperimen= 0,12341. Sehingga rata-rata perolehan kemampuan bahasa
lisan anak kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Analisis dengan membandingkan taraf signifikansi sebesar 0,000 <
0,05, karena lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya bahwa terdapat perbedaan kemampuan bahasa lisan antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan hasil perbedaan rata-rata dan signifikansi
kemampuan bahasa lisan antara kelompok kontrol dan kelompok
eskperimen, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa lisan
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kemampuan bahasa lisan
kelompok kontrol. Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
kegiatan sosiodrama dengan kemampuan bahasa lisan anak usia dini.
Hal ini sesuai dengan penelitian Levy, Wolfgang, dan Koorland
(1992) bahwa ada hubungan antara permainan sosiodrama dengan
peningkatan kemampuan bahasa. Penelitian ini terus mengalami
perkembangan, penelitian Bluiett (2009) bahwa terdapat peluang besar
bagi anak-anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa melalui
permainan sosiodrama.
Chomsky (1957; dalam Santrock, 2014) berpendapat bahwa tahun-
tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk
belajar bahasa. Menurut Becker (1991; dalam Santrock, 2002), seorang
anak berusia 6 tahun lebih pintar bicara daripada anak berusia 2 tahun.
Pada usia prasekolah, anak-anak meningkatkan penguasaan karakteristik
bahasa yang dikenal sebagai displacement. Salah satu cara displacement
diungkapkan adalah dalam permain pura-pura.
Piaget (1995; dalam Slavin, 2011), juga berpendapat bahwa subjek
dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun termasuk pada masa pra-
operasi dan pada fase kognitif pra-operasional dengan beberapa sub,
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 93
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

salah satu sub tersebut adalah sub fase fungsi simbolik yaitu keinginan
untuk meniru apa yang dilihat dan senang untuk permainan pura-pura,
kemudian anak akan melakukannya. Selain itu, subjek dalam penelitian
ini juga termasuk dalam sub fase berpikir secara intuitif, yaitu anak mulai
dapat untuk mengerti dan memahami sesuatu yang sederhana.
Masa usia dini mengalami perkembangan yang pesat dalam hal
bahasa, karena itu kemampuan bahasa lisan anak usia dini perlu
ditingkatkan. Anak usia dini suka dengan permainan pura-pura. Salah
satu kondisi untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan adalah
pelibatan.
Sosiodrama (Sternberg & Garcia, 2000; dalam leveton, 2010) adalah
sebuah metode tindakan di mana orang-orang meniru situasi sosial
sebagai cara untuk memahami situasi lebih lengkap. Tidak seperti
bermain peran, ada banyak teknik yang digunakan dalam sosiodrama
untuk memperluas dan memperdalam belajar datang dari tindakan.
Beberapa penelitian tentang metode sosiodrama untuk
meningkatkan kemampuan bahasa lisan, antara lain: penelitian pertama
kali dilakukan oleh Levy, Schaefer, dan Phelps (1986) menyatakan bahwa
partisipan mengalami peningkatan kemampuan bahasa melalui
permainan sosiodrama dengan bimbingan.
Penelitian Rowell (2010) hasilnya adalah permainan sosiodrama
dapat rneningkatkan kemampuan bahasa anak. Penelitian Pelletier
(2011), hasilnya menunjukkan bahwa peramainan sosiodrama mampu
meningkatkan kemampuan bahasa anak. Dari beberapa penelitian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa lisan anak dapat
ditingkatkan melalui kegiatan sosiodrama.
Berdasarkan keterangan di atas, analisa teori Vygotsky (1962, 1978;
John Steiner, 1994; dalam Otto, 2015) mengenai zona perkembangan
proksimal (ZPD) bahwa interaksi sosial yang diberikan oleh lingkungan
akan berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Anak-anak
membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang lain dan tidak akan
berkembang dalam situasi sosial hampa.
Berdasarkan teori tersebut, kegiatan sosiodrama melibatkan anak-
anak untuk saling berinteraksi dengan bantuan bimbingan pamong, yang
memainkan drama dengan tema-tema tertentu yang ada dilingkungan
sosialnya. Interaksi yang terjadi saat kegiatan sosiodrama memberikan
informasi baru kepada anak-anak, sehingga menambah kosa kata anak-
anak, selain itu anak-anak akan belajar untuk memahami cerita dan
94 Suryani dan Novia Solichah

menceritakan kembali cerita. Kegiatan sosiodrama membuat anak-anak


merasa tidak bosan. Melatih anak-anak menaati peraturan selama
kegiatan sosiodrama. Keakraban yang terjadi pada saat kegiatan
sosiodrama membuat anak-anak lebih percaya diri, saling mengingatkan
antar teman. Anak berlatih sabar untuk berdialog bergantian. Anak-anak
semakin kaya kosa kata baru, sehingga peneliti dapat berasumsi bahwa
dengan adanya interaksi yang terjadi pada saat kegiatan sosiodrama
dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan dari penelitian ini bahwa kegiatan sosiodrama dapat
meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak usia dini. Dari hasil
tersebut dapat menjadi masukan kepada lembaga sekolah, terutama guru
kelas agar para guru menggunakan kegiatan sosiodrama dalam
meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak, sementara bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik dengan kegiatan sosiadrama dapat
dikembangkan dengan tema-tema lebih bervariatif.

Daftar Pustaka

Al-Tabany, I. B. T. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi


Anak Usia Dini TK/RA &Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta:
Kencana.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2013). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Bank Dunia. (2010). Informasi Singkat Potret Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Unit Pendidikan Bank Dunia.
Bluiett, E. T. (2009). Sociodramatic play and the Potentials of Early Language
Development of Preschool Children. Disertasi. Alabama: The
University of Alabama.
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 95
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Creswell, W. J. (2013). Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Dirman. (2014). Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajar yang Mendidik:
Dalam Rangka Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar (Edisi 2). Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar (Edisi Revisi 2011). Jakarta: Rineka
Cipta.
Giblin, F. (2015). Socio-dramatic Play: an Opportunity For Learning. NCCA
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Hergenhahn. B. R dan Olson, H. M. (2008). Theories of Learning (Teori
Beajar) edisi ketujuh. Jakarta: Kencana.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E. B. (2005). Perkembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa : Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta : Erlangga.
Indrawani, Triyanti, dan Setyaningrum. (2013). Pembelajaran di Pendidikan
Anak Usia Dini dengan Perkembangan Kognitif pada Anak. Jakarta:
Universitas Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2015). Retrieved Januari 16, 2016, from
http://www.kbbi.web.id
Keles, S. (2013). International Online Journal of Educational Science, 5, (2),
330-338 ISSN: 1309-2707
Kellermann, F, P. (2007). Sociodrama and Collective Trauma. London: British
Library.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman Pengembangan Program
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kementrian
Pendidikan.
Leveton, E. (2010). Healing Collective Trauma using Sociodrama and drama
therapy. America: Springer
Levy, K, A. (1992). Early Childhood Research Quarterly, 7, 245-262
96 Suryani dan Novia Solichah

Levy, K. A. (1986). Early Childhood Research Quarterly, 1, 133-140


Morison, G. S. (2012). Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Alih Bahasa : Suci
Romadhona dan Apri Widiastuti). Jakarta : PT. Indeks.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak berbakat. Jakarta:
RinekeCipta.
Ormrod, E. J. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Otto, B. (2015). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Edisi ketiga. Jakarta:
Kencana
Oxford Advanced Learner Dictionary. (2012) Retrieved Januari 16, 2016,
from http://www.oxfordlearnerdictionaries.com
Pelletier. (2011). Supporting Early Language and Literacy with Sociodramatic
Play
Pusat Data dan Satistik Pendidikan. 2011. Indonesia Educational Statistics in
Brief. Jakarta: MOEC.
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rowell. (2010). The world is child’s stage- dramatic play and children’s
development
Santrock, W, J. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup
Jilid I. Jakarta: Erlangga
Santrock. (2014). Psikologi Pendidikan Edisi 5-Buku 1. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sari. (2013). Peningkatan Keterampilan Berbicara menggunakan Metode
Sosiodrama Siswa Kelas VB SD Negeri Keputran 1 Yogyakarta. Skripsi
Schunk, H. D. (2012). Learning Theories an Educational Perspective.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Siska, Y. (2011). Pengaruh Sosiodrama terhadap Kemampuan Bahasa Lisan
siswa SD. Edisi Khusus No. 2 ISSN 1412-565X
Slavin, E. R. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi Kesembilan,
Jilid 1. Jakarta: PT Indeks.
Stenberg, P dan Garcia, A. (2000). Sociodrama Who’s in Your Shoes? Second
Edition. America: Preager
Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap Peningkatan Kemampuan 97
Bahasa Lisan Anak Usia Dini

Sudarma, Purnami, dan Garminah. (2014). Pengaruh Sosiodrama terhadap


Kemampuan Bahasa Lisan siswa SD. e-Journal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol:2 No:1
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Surya, M. (2014). Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta.
Syamsuddin, Barasandji, dan Pantanemo. (2014). Jurnal Kreatif Tadakulo
Online Vol. 6 No. 4. ISSN 2354-614X
Ujianti, R.P. (2014). e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2
No. 1
Wahyudi. (2011). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN
Jatian 01 Pakusari Jember melalui Penerapan Metode Sosiodrama.
Skripsi
Wibawa, Sumantri, dan Artini. (2013). Pengaruh Metode Sosiodrama
terhadap Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V. e-
Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 No. 1
Widhiarso, W. (2005). Mengestimasi Reliabilitas. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Widhiarso, W. (2010). Prosedur Pengujian Validitas Isi melalui Indeks Rasio
Validitas Isi (CVR). Retrieved Januari 16, 2016, from
http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/06/16/prosedur‐penguji
an‐validitas‐isimelalui‐ indeks‐rasio‐validitas‐isi‐cvr/.
Wiyani, A. N & Barnawi. (2012). Format PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruz Media
World Bank. (2012). Pendidikan dan Pengemabngan Anak Usia Dini I
Indonesia: Landasan Kokoh, Hari Esok Cerah-Laporan Awal. Jakarta:
Bank Dunia.
Wulan, R dan Irenaningtyas, A. D. (2004). Perbedaan Penguasaan Kosakata
Anak Prasekolah. Jogjakarta: UGM
98 Suryani dan Novia Solichah

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.
A. Identitas Jurnal:

 Jurnal: Jurnal Penelitian Psikologi


 Volume: Vol. 07, No. 02, 77-98
 Tahun terbit: 2016

B. Review Jurnal 2

Pengaruh Kegiatan Sosiodrama terhadap


1. Judul Penelitian Peningkatan Kemampuan Bahasa Lisan Anak Usia
Dini.
2. Nama Peneliti Suryani dan Novia Solichah
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kegiatan sosiodrama terhadap
peningkatan kemampuan bahasa lisan anak usia
dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan eskperimen. Instrumen
penelitian berupa naskah drama dan lembar
observasi kemampuan bahasa lisan anak usia dini.
Subjek penelitian berjumlah 30 anak dengan kriteria
inklusi usia 5-6 tahun, sehat, dan memiliki IQ
dalam rentang 90-110, penelitian menggunakan
3. Abstrak teknik random assignment. Pemilihan tema naskah
drama melalui preliminary research pada 36 anak
yang memiliki kriteria inklusi sama seperti subjek
penelitian. Uji validitas naskah drama
menggunakan CVR dengan 6 orang experts (ahli)
dengan perolehan 0,68. Hasilnya > 0,50, sehingga
naskah layak digunakan pada kegiatan sosiodrama
untuk anak usia dini. Alat tes yang digunakan
adalah lembar observasi kemampuan bahasa lisan
yang terdiri dari 7 aitem yang menggunakan 4
alternatif penyekoran (1 hingga 4). Alat tes telah
melalui preliminary research pada 15 anak yang
memiliki kriteria inklusi sama seperti subjek
penelitian, dan dinilai oleh 3 orang rater. Hasil
analisis menunjukkan rata-rata kesepakatan antar
rater sebesar 0.960, sehingga alat tes dapat
digunakan sebagai alat ukur kemampuan bahasa
lisan anak usia dini. Hasil penelitian menggunakan
teknik analisis Independent-samples t test dengan
taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih
kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Perbedaan nilai rata-rata perolehan kelompok
kontrol sebesar 0,4810, lebih kecil dari nilai rata-
rata perolehan kelompok eksperimen sebesar
0,8429, artinya terdapat perbedaan kemampuan
bahasa lisan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Hasil menunjukkan bahwa ada
pengaruh antara kegiatan sosiodrama dengan
kemampuan bahasa lisan anak usia dini.
Hasil perbandingan Internasional keterampilan
kognitif dan bahasa Negara Indonesia dibanding 8
negara (Kanada, Australia, Meksiko, Yordania,
Chili, Mozambik dan Filipina), Indonesia
menempati skor terendah, 80% anak memiliki
ketrampilan kognitif dan bahasa rendah.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa
Pendahuluan/Latar Belakang
4. kemampuan bahasa lisan anak usia dini di
Masalah
Indonesia masih rendah.

Menurut Pusat Data dan Statistik Pendidikan (2011)


jumlah peserta didik yang mengikuti pendidikan
anak usia dini (PAUD) di Indonesia sebesar
5.807.108 anak. Dari data World Bank (2012)
tentang Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia
Dini di Indonesia, melakukan penilaian
perkembangan anak-anak berdasarkan pengukuran
Instrumen Pengembangan Usia Dini (EDI-versi
pendek) mengenai perkembangan bahasa, kognitif
dan ketrampilan komunikasi, yang melakukan
penilaian dalam hal berbicara, menyimak,
memahami; mulai menghubungkan huruf, suara,
dan kata; mulai menulis. Kemampuan kognitif dan
bahasa yang di peroleh anak-anak Indonesia yang
mengikuti pendidikan anak usia dini sebesar 0,
12%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan
bahwa kemampuan bahasa lisan anak usia dini yang
mengikuti pendidikan anak usia dini di Indonesia
masih sangat rendah, karena perolehan hasil
kemampuan bahasa lisan belum sampai 1%.
 Menurut Santrock, (2002) bahasa
merupakan suatu sistem simbol yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Bentuk-bentuk kemampuan
bahasa menurut Otto (2015), meliputi
kemampuan bahasa lisan dan kemampuan
bahasa tulis.
 Menurut Penfield (1982, dalam Djamarah,
Teori/Definisi dari variable 2011) selama tahun-tahun pertama di
5.
yang terlibat kehidupan anak, otaknya akan membentuk
“unit-unit bahasa” yang mencatat segala
sesuatu yang didengarnya, karena unit- unit
bahasa ini akan digunakan sebagai dasar
untuk memperkaya perbendaharaan kata.
Salah satu aspek perkembangan bahasa
mencakup kemampuan membaca, menulis,
menyimak, mendengar, berbicara dan
berkomunikasi.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh
6. Hipotesis kegiatan sosiodrama terhadap peningkatan
kemampuan bahasa lisan pada anak usia dini.
Subjek penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian eksperimen ini berjumlah 30 siswa
kelompok B TK Melati-Mulyorejo dengan kriteria
7. Sampel/subjek penelitian
inklusi usia 5-6 tahun, sehat, dan memiliki IQ
dalam rentang 90-110, Surabaya tahun ajaran
2015/2016.
Bentuk desain eksperimen ini adalah rancangan
True Experimental . Dalam true experiment,
peneliti mulai memasukkan secara acak para
partisipan dalam kelompok-kelompok yag akan di
proses. Peneliti akan merandom partisipan dari
Desain Penelitian/Rancangan kelas B1 dan B2 menjadi kelompok baru dengan
8.
Eksperimen teknik random assignment. Kelompok baru tersebut
antara kelompok eksperimen dengan jumlah 15
subjek, dan kelompok control dengan jumlah 15
subjek. Desain eksperimen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Post Test Only Control Group
Design.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini
adalah subjek yang akan dikenai perlakuan
(treatment) sebanyak 15 siswa dan 15 siswa yang
lain tidak diberi perlakuan. Peneliti melakukan
random assignment dengan memasukkan siswa
9. Metode Pengambilan Data
yang bernomor ganjil ke dalam kelompok
eskperimen, dan siswa bernomor genap ke dalam
kelompok kontrol. Perlakuan yang diberikan yaitu
mengajak para siswa bermain drama “pergi ke
puskesmas”.
A. Eksperimenter masuk pada tiap kelompok
10. Pelaksanaan Penelitian
(eksperimen dan kontrol).
B. Eksperimenter memberikan penjelasan dan
cerita tentang “pergi ke puskesmas” kepada
kedua kelompok.
C. Pada kelompok eksperimen,eksperimenter
setelah bercerita tentang “pergi ke puskesmas”,
eksperimenter memberikan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan sosiodrama dengan memberikan
alat-alat permainan drama untuk tiap siswa yang
terpilih dengan masing-masing perannya.
Kemudian para siswa bermain sosiodrama
sambil dibimbing oleh eksperimenter (peneliti).
D. Kepada kelompok kontrol, setelah
eksperimenter memberikan cerita “pergi ke
puskesmas”, akan langsung di tes oleh 3 rater
menggunakan lebar observasi berupa beberapa
pertanyaan dan menceritakan kembali cerita
“pergi ke puskesmas”.
E. Kepada kelompok eksperimen, setelah
eksperimenter memberikan cerita, mengajak
subjek penelitian melakukan kegiatan
sosiodrama “pergi ke puskesmas”, setelah itu di
tes oleh 3 orang rater menggunakan lembar
observasi berupa beberapa pertanyaan dan
menceritakan kembali cerita “pergi ke
puskesmas”.
F. Setelah kedua kelompok dites oleh 3 rater,
eksperimenter mengajak kedua kelompok
(kelompok kontrol dan kelompok eksperimen)
untuk melakukan kegiatan sosiodrama
(debriefing).

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah


11. Metode Analisis Data teknik analisis Independent-samples t test dengan
taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Banyaknya data (N) masing-masing anak pada
kelompok kontrol dan eksperimen = 15, rata-rata
orientasi prestasi anak kelompok kontrol = 0,4810
dan untuk anak kelompok eskperimen =0,8429.
Denganstandard deviasi masing-masing kel.
Kontrol= 0,10444 dan kel. Eskperimen= 0,12341.
Sehingga rata-rata perolehan kemampuan bahasa
12. Hasil Penelitian
lisan anak kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol. Analisis dengan
membandingkan taraf signifikansi sebesar 0,000 <
0,05, karena lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan
kemampuan bahasa lisan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
Simpulan dari penelitian ini bahwa kegiatan
13. Kesimpulan sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan
bahasa lisan anak usia dini.
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

PENGARUH KONFORMITAS TERHADAP PENGAMBILAN


KEPUTUSAN PADA PRODUK MINUMAN COKLAT MAHASISWI
PSIKOLOGI DI UNIVERSITAS SURABAYA

Jilly Lukito
Psikologi
Jillylukito94@gmail.com
Abstrak- Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh konformitas terhadap
pengambilan keputusan pada produk minuman coklat pada mahasiswi Psikologi
di Universitas Surabaya. Sampel untuk penelitian ini berjumlah 60 orang yang
terbagi menjadi dua kelompok yaitu kontrol dan kelompok eksperimen.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan skala yaitu skala preferensi
atas produk minuman coklat dan angket terbuka yang bertujuan untuk mengetahui
faktor yang memengaruhi dalam pengambilan keputusan. Aktor yang diambil
adalah teman sebaya. Analisis data yang digunakan adalah teknis analisis tabulasi
silang dan Chi Square test. Hasil analisis tersebut menunjukkan tidak ada asosiasi
yang signifikan sehingga tidak adanya pengaruh konformitas terhadap
pengambilan keputusan (0.313 > 0.05). Berdasarkan kuesioner yang telah
diberikan, diketahui bahwa faktor mayoritas atau yang paling banyak
mempengaruhi pengambilan keputusan adalah faktor psikologikal yaitu persepsi
(100%), komparasi (36,6%) dan preferensi (33,3%). Bagi peneliti selanjutnya
mungkin bisa menggunakan alat ukur yang terstandarisasi untuk mengukur
efektivitas dan tingkat konformitas , tipe kepribadian dan menggunakan alat ukur
untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang dapat memengaruhi
pengambilan keputusan selain faktor sosial (lingkungan). Saran penelitian
sebaiknya melakukan pengembangan produk dengan memperhatikan karakeristik
konsumen.

Kata kunci: Konformitas, Pengambilan Keputusan, Minuman Coklat, Indonesia,


Mahasiswi

587
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

Abstract- This experimental studies is a research to show how conformity can


affect to desicion making on chocolate drinks with female college student in
Surabaya University. The sample 60 participant that divide into two group
which is experiment group and control group. The researcher used preference
to screening with open questionaire aim to show what factor that affect desicion
making. Actor that used is their peer group. Data analysis used chi Square test
and crostab. From the analysis shown that there is not asociation between
conformity and desicion making by square test (0.313 > 0.05). The result shown
from open questionaire that majority used their psychologist which is their
perception (100%), compare (26.6%) and preference to decide their choices. To
another research suggest to used measuring instrument for personality type and
conformity. These research could be implement into workplace that always
produce product that suit for consumen’s characteristic.

Keyword: conformity, chocolate drink, desicion making, female college student

588
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas Kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa
negara, setelah komoditas CPO dan karet (Suryani dan Zuldebriansyah, 2007).
Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan
produksi 844.650 ton, dibawah Negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 juta
ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2009 sebesar 535.240 ton dengan nilai
Rp. 1.413.535.000 dan volume impor sebesar 46.356 ton senilai 119,32 ribu US$
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2010). Menurut Ketua Asosiasi Industri Kakao
Indonesia (AIKI), Piter Jasman mengatakan pengolahan biji kakao nasional akan
mencapai 500 ton pada akhir 2013. Data AIKI menyebutkan, produksi biji kakao
nasional pada 2012-2013 mencapai 310 ribu dan 400 ribu ton. AIKI
memperkirakan produksi kakao olahan nasional dapat dapat naik hingga 800 ribu
ton pada 2014. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyerapan
pasar tidak seimbang dengan hasil produksi nasional karena selisih 200 ribu ton
dengan kemampuan penyerapan konsumen.
Salah satu faktor eksternal yaitu konformitas. Konformitas ialah
suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap
anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan
munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok (Zebua dan
Nurdjayadi,2001). Melalui studi yang telah dilakukan ditunjukkan bahwa tekanan
grup mungkin terjadi memberikan pengaruh dalam bagaimana individu dalam
meyakini dan pandangannya (Venkatesan, 1966). Pada eksperimen lainnya,
mengatakan bahwa adanya ketidakhadiran standard objektif dalam bagaimana
individu berubah mengikuti pertimbangan dan evaluasi orang lain
(Venkatesan,1966). Hasil dari eksperimen tersebut menunjukkan bahwa dalam
mengambil keputusan, Individu cenderung untuk menyesuaikan dengan keputusan
norma kelompok.

589
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

Tujuan dari penelitian adalah melakukan modifikasi mengenai


pengaruh konformitas terhapad perilaku konsumen yaitu pengambilan keputusan
dan sumbangan efektif konformitas terhadap pengambilan keputusan konsumen.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian menggunakan true experiment (eksperimen
murni) dengan posttest control group design. Desain eksperimen tersebut
merupakan desain eksperimen dengan adanya pembagian partisipan menjadi
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah pembagian menjadi dua
kelompok yang setara, dilakukan treatment pada kelompok eksperimen. Adanya
pengukuran post-test memungkinkan peneliti untuk membandingkan kondisi
kelompok eksperimen dan kontrol sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan
tentang keefektifan treatment dengan lebih baik.

Peneliti memilih desain eksperimen tersebut karena jenis eksperimen


tersebut berpeluang untuk dilakukan dalam waktu yang terbatas (cukup satu kali
eksperimen) dan mempunyai kontrol validitas internal yang paling kuat dibanding
dua desain eksperimen lainnya. Untuk menghindari risiko terkontaminsasi dengan
variabel lain , maka eksperimen mengontrol beberapa variabel yaitu merek,
gender, kemasan, dan selera. Berikut adalah beberapa upaya yang telah dilakukan
untuk menjaga variabel yang dapat mengganggu jalannya penelitian:
1. Menghilangkan merek pada produk untuk mengurangi bias pada
merek.
2. Melakukan seleksi pada calon partisipan dengan screening
menggunakan skala preferensi sehingga penyebaran partisipan
merata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3. Kemasan produk pada tiap sample menggunakan kemasan yang
sama.
Kelompok kontrol terdiri dari mahasiswi Psikologi yang
mengikuti mata kuliah Psikologi Ekonomi dan Bisnis.

590
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

Pengambilan data dilakukan pada pukul 08.30 – 9.30 pada hari


Selasa Tanggal 29 November 2016.

Berikut adalah prosedur pelaksanaan penelitian:

a. Sebelum memulai eksperimen, peneliti memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan pemberian penjelasan kegiatan yaitu
meminta para mahasiswi untuk memilih minuman yang paling
enak atau terbaik. Pertama, dilakukan screening terlebih dahulu
untuk menyeimbangkan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Setiap partisipan yang terpilih adalah Dalam kegiatan
ini peneliti berhasil menentukan sebanyak 30 partisipan yang
merupakan wanita yang memiliki perwakilan tiap skala
preferensi yaitu masing-masing sebanyak 10 orang.
b. Pengaturan posisi menggunakan variasi latin square design
sehingga setiap posisi memiliki frekuensi yang sama.
c. Memberikan intruksi bahwa: (1) ketiga sample adalah berasal
dari tempat yang berbeda, (2) setiap produk memiliki kualitas
yang berbeda-beda, (3) eksperimen ini sudah pernah dilakukan
sebelumnya dalam studi bisnis untuk mengindikasi minuman
mana yang terbaik, (4) studi yang akan dilakukan adalah untuk
menemukan manakah minuman yang paling terbaik.
d. Membagikan tiap label minuman kepada partisipan secara
individu yang dalam percobaan diberi jeda bagi partisipan
untuk meminum air putih untuk menetralkan rasa.
e. Setelah mencoba dan menentukan pilihan, peneliti
membagikan angket dan inform consent kepada tiap partisipan
yang terpilih dan mengumpulkan seluruh lembar angket yang
telah diisi.
f. Langkah terakhir adalah menjelaskan arti tujuan dari
eksperimen yang sebenarnya yang sudah tercantum di dalam

591
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

inform consent yaitu untuk merupakan penelitian mengenai


pengaruh konformitas dalam pengambilan keputusan.
g. Untuk menjaga jalannya eksperimen, peneliti menyampaikan
kepada seluruh partisipan yang ada di dalam ruangan tersebut
untuk merahasiakan tujuan eksperimen yang sebenarnya
dikarenakan peneliti akan melakukan penelitian pada kelompok
eksperimen dalam beberapa hari ke depan sehingga tidak
menganggu partisipan yang sudah berada di dalam daftar
kelompok eksperimen.
h. Sebagai hadiah atas partisipasi kelompok kontrol peneliti
membagikan masing-masing kepada partisipan berupa
minuman cokelat yang merupakan produk eksperimen.

Teknik analisis data merupakan kegiatan mengolah data yang sudah


terkumpul. Pengolahan data tersebut dilakukan menggunakan bantuan software
SPSS 22. Analisis data dengan beberapa langkah yaitu uji hipotesis guna
mengetahui pengaruh tratment. Hal ini dilihat dari hasil nilai 0 dan 1 (Pada
partisipan yang mengubah pilihannya. Kemudian memperhatikan nilai
signifikansi pada uji hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α=
0.05).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini, kedua kelompok yang digunakan sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu
dilihat dari skala preferensi yang sama yaitu memiliki perwakilan 10 partisipan
dalam tiap tingkatan skala rendah, sedang dan tinggi serta jumlah partisipan di
tiap kelompok adalah sama yaitu masing-masing 30 orang. Dalam memilih
partisipan, peneliti mengatur dan memberikan syarat utama yaitu setiap partisipan
dalam kelompok eksperimen adalah teman atau mahasiswi yang berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari experimentee. Setelah di lakukan screening, peneliti
berhasil mendapatkan setiap perwakilan dari masing-masing skala preferensi yaitu

592
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

sebanyak 10 partisipan pada tiap kelompok kontrol dan eksperimen. Total


partisipan adalah sebanyak 60 orang.
No Hari, Tanggal Waktu Lokasi Jumlah
partisipan

1 Selasa, 29 13:00 – 18.00 SGFP dan PD 12


November 2016 1.2
2 Rabu, 30 14:00 – 18:00 PD 3.2 14
November 2016

3 Kamis, 1 11:00 – 13:00 PD 1.3 4


Desember 2016
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan waktu penelitian yang disebutkan, pengambilan data


dilakukan selama 3 hari dengan jumlah partisipan yang berbeda-beda bergantung
pada waktu yang dikehendaki oleh experimentee dan partisipan yang ada. Masing-
masing waktu yang diperlukan tiap eksperimen yaitu 1x 25 menit terdiri dari
perkenalan diri, penyampaian tujuan, pencobaan minuman, perlakuan, dan
penutup.
Kelompok A B C N
Eksperimen 6 13* 11 30
Kontrol 8 7 15 30
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pilihan Partisipan
* Pada kelompok eksperimen partisipan yang merubah pilihannya adalah 1 orang dengan
pereferensi 2 yaitu subjek nomor 8

Distribusi skor pilihan pada kedua kelompok tersebut seperti yang telah
ditunjukkan oleh tabel tersebut adalah terdapat perbedaan distribusi pada
pilihan B yaitu selisih 6 orang yaitu sebanyak 13 orang pada kelompok
eksperimen. Meski telah menunjukkan jumlah yang lebih banyak daripada
kelompok eksperimen namun partisipan yang mengaku merubah pilihannya
karena pengaruh temannya adalah sebanyak 1 orang.

593
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

Kelompok Conform Non-Conform Total Sig (2-sided)


Eksperimen 1 29 30 .313
Kontrol 0 30 30
Tabel 3. Hasil Tabulasi Silang dan Chi-Square Test

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa


pengaruh tekanan kelompok tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan
seseorang. Hal ini diperkuat dengan data pengujian hipotesis dengan tabulasi
silang dan sig pada Chi-Square terhadap pengambilan keputusan pada seluruh
jumlah partisipan sebanyak 60 orang. Berdasarkan tabel 4.4 terlihat dari data
output SPSS adalah nilai sig 0.313 > 0.05 maka tidak signifikan sehingga H1
ditolak. Artinya adalah tidak ada asosiasi antara konformitas dengan pengambilan
keputusan.

No Faktor yang memengaruhi Persen Pernyataan No subjek


1 Persepsi 100 % (30 subjek) “rasa, warna dan kekentalan” 1
Tahap: “rasa dan tekstur”
22
Pengenalan “ tidak terlalu asam”
30
Perhatian “Coklatnya terasa”
Interpretasi 27
2 Komparasi 36,6 % “Menurut saya, sample A tidak 12
(11 subjek) terlalu pahit dan tidak terlalu
3
manis dibandingkan yang
lainnya, sample A terasa paling
enak meskipun yg lainnya juga
enak”
“ Karena menurut saya yang
paling manis”

594
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

3 Penguatan teman 20% “ Pilihan saya sudah tetap dari 2


(6 subjek) awal, karena teman saya yakin”
“teman saya suka B jadi saya
7
semakin yakin”
4 Preferensi 33,6 % “Manisnya menurut saya pas, 22
Selera kesukaan terhadap (10 subjek) mungkin karena saya tidak suka
produk terlalu manis maka dari itu
Pembelajaran dari rasanya pas”
pengalaman masa lalu “Karena sudah pas di hati coklat
25
B (Saya suka)”
“ Karena sample C pahit seperti 23
dark choco yang seharusnya”
Tabel 4. Hasil angket terbuka
Berikut akan dibahas hasil penelitian pada masing-masing faktor yang
memengaruhi pengambilan keputusan.
1. Penguatan teman
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, diketahui bahwa
sebanyak 6 (20%) subjek nomor 2, 3, 6, 7, 9, 17, (tabel 4.5) menyatakan
bahwa adanya pengaruh teman dalam mempertimbangkan pilihan
walaupun sedikit dan tidak merubah pilihan jika berbeda namun dapat
memberikan penguatan pada pilihannya jika memiliki pilihan jawaban
yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam mengambil keputusan,
seseorang akan memperhatikan keputusan orang lain dan dapat
menjadikan keputusan orang lain sebagai penguat dalam pilihannya jika
memiliki pilihan yang sama.
Subjek menggunakan informasi dan respon teman dalam
pengambilan keputusannya ditunjukkan melalui pernyataan subjek yaitu “
Pilihan saya sudah tetap dari awal, karena teman saya yakin” pdada subjek
nomor 2 dan pernyataan “teman saya suka B jadi saya semakin yakin
pada subjek nomor 7 (Tabel 4.5). Dari contoh pernyataan subjek tersebut
menunjukkan bahwa subjek pada tahap evaluasi alternatif yaitu melakukan
evaluasi berdasarkan sikap orang lain atau teman sebaya berupa sikap
positif dari experimentee berupa opini sikap persetujuan dengan pilihan

595
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

subjek. Sikap experimentee tersebut memberikan pengaruh dalam


mengambil keputusan yaitu kehadiran teman tersebut memengaruhi subjek
untuk dapat meyakini dan sebagai penguatan pada pilihan yang telah
dipilih subjek. Sikap teman yang positif terhadap suatu sample yaitu
menyukai hasil dari evaluasi subjek memengaruhi keyakinan dan motivasi
pada pilihan subjek tersebut.
2. Persepsi
Dalam proses mengambil keputusan, individu akan mengumpulkan
informasi, memproses, dan menyimpan sebagian informasi serta
menambah dan menggabungkan informasi yang baru dengan informasi
yang lama sehinga akan menghasilkan suatu pemecahan masalah dalam
bentuk adanya keputusan. Menurut Engel (1995) terdapat tiga langkah
utama dalam proses menghasilkan informasi dari persepsi yaitu
a. Pengenalan (exposure)
Persepsi dimulai pada tahap ini yaitu muncul ketika stimulus
datang melalui salah satu reseptor sensori utama. Pada
penelitian ini terlihat dalam reseptor sensori utama yaitu pada
pengenalan produk pertama kali pada prosedur penelitian.
Pengenalan dilakukan dengan menyampaikan produk secara
singkat dengan menghadirkan produk secara langsung dan juga
melalui penyampaian secara verbal oleh peneliti.
b. Perhatian (attention)
Tahap berikut ini yaitu adanya perhatian yang muncul ketika
stimulus mengaktifkan satu atau lebih sensori dan sensasi yang
terbentuk bergerak menuju otak dan diproses. Banyaknya
stimulus yang hadir akan menimbulkan perhatian pada stimulus
yang menarik. Faktor stimulus adalah karakteristik fisik dari
stimulus seperti warna, rasa, intensitas kekentalan, dan
kuantitas yang ada para produk minuman coklat. Dalam
penelitian ini dapat ditunjukan pada sensori indera perasa (rasa,
tekstur, dan kekentalan) dan penglihatan (warna). Hal ini

596
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

ditunjukkan dengan kemampuan subjek dalam memperhatikan


beberapa aspek tersebut yang kemudian dijadikan
pertimbangan terlihat dalam beberapa pernyataan yaitu “rasa,
warna dan kekentalan” pada subjek nomor 1, dan “rasa dan
tekstur” pada subjek nomor 22 (Tabel 4.5). Hal ini
menunjukkan bahwa subjek merasakan adanya stimulus
karakteristik fisik dari produk tersebut.
c. Interpretasi (interpretation)
Langkah berikutnya adalah interpretasi yaitu menentukan
makna dari sensasi atau proses pada saat stimulus baru
ditempatkan dalam salah satu kategori makna dari sensasi atau
proses dimana stimulus baru ditempatkan dalam salah satu dari
makna kategori yang ada. Dalam penelitian ini, subjek akan
memproses dan menginterpretasikan dan mengelolah seperti
rasa yang pahit atau manis, tingkat intensitas kental atau cari
dan warna yang terang atau lebih gelap. Subjek akan
mengkategorikan makna dari sensasi atau proses yang
diterimanya pada makna kategori seperti mengkategorikan rasa
pada produk yang akan dipilih dengan sample yang tidak
seperti dengan makna pada tingkat rasa manis dan asam serta
tekstur pada produk minuman coklat tersebut. Hal ini
ditunjukkan pernyataan subjek yaitu “ tidak terlalu asam”
subjek nomor 30 dan “Coklatnya terasa” pada subjek nomor 27
(Tabel 4.5). Pernyataan tersebut membuktikan bahwa dalam
mengambil keputusan, subjek akan memiliki interpretasi
terhadap produk dan interpretasi yang dimiliki tersebut
memengaruhi keputusan yang akan dipilih. Subjek akan
menginterpretasikan dan mengkategorikan makna yang
diperoleh dari proses interpretasi.

597
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

3. Komparasi
Komparasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai perbandingan. Komparasi adalah suatu metode yang digunakan
untuk membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru.
Komparasi sendiri dari bahasa inggris yaitu compare, yang artunya
membandingkan untuk menemukan persamaan atau perbedaan dari
beberapa konsep atau lebih. Berdasarkan Kotler (2008) proses
pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap. Salah satu tahap tersebut
adalah tahap pencarian informasi. Pada tahap ini individu akan mencari
informasi mengenai suatu produk. Pencarian informasi tersebut dapat
berupa pencarian informasi yang bersifat aktif yaitu melakukan berbagai
perbandingan dari spesifikasi produk yang telah ditawarkan. Komparasi
atau perbandingan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan
kelebihan dan penawaran produk yang paling sesuai.
4. Preferensi
Preferensi pada makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap suatu jenis makanan dan preferensi tersebut
dapat memengaruhi pilihan individu. Preferensi merupakan pilihan suka
atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Dalam
mengambil keputusan, menurut Engel (1995) seseorang harus mempelajari
semua hal yang berkaitan dengan performa, keberadaan, nilai, pilihan
produk, kemudian menyimpan informasi tersebut dalam ingatan. Perilaku
konsumen dipengaruh oleh penngalaman belajar yang menentukan
tindakan dan pengambilan keputusan yaitu bersumber dari pembelajaran
pada pengalaman yang serupa. Pengalaman masa lalu yang pernah
mengkonsumsi produk sejenis yaitu produk minuman dark chocolate dan
hasil interpretasi dari produk tersebut dapat menjadi standard dalam
mengambil keputusan.
Adanya pengaruh pengalaman masa lalu tersebut dapat
ditunjukkan pada pernyataan subjek “ Karena sample C pahit seperti dark
choco yang seharusnya” pada subjek nomor 23. Pernyataan tersebut

598
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

menunjukkan bahwa subjek sudah pernah mencoba minuman dark


chocolate sebelumnya dan sudah memiliki standart yang harus dicapai.
Subjek akan memilih dari beberapa sample yang sesuai dan mencapai
standard rasa tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam


pengambilan keputusan, individu dipengaruhi oleh beberapa faktor selain
lingkungan (konformitas) tetapi lebih banyak oleh faktor persepsi, komparasi, dan
preferensi.

Saran bagi individu adalah para Individu diharapkan untuk dapat


mengevaluasi opsi-opsi dengan karakteristik diri dan juga mempertimbangkan
opini dan sikap orang lain. Individu dapat mengambil keputusan seperti
mengevaluasi opsi-opsi yang ada, melakukan komparasi terhadap pilihan produk
yang ada dan juga sesuai dengan selera ketika dihadapkan pada situasi yang
membutuhkan pengambilan keputusan.

Melalui hasil penelitian diketahui bahwa konsumen menentukan


pilihannya berdasarkan persepsi mereka dalam kualitas produk tersebut dan
preferensi (selera). Diharapkan hasil penelitian ini dapat di implementasikan
dalam strategi pemasaran produk tersebut dengan menyesuaikan karakteristik
konsumen. Disarankan untuk melakukan pengembangan produk dengan
mempertimbangkan faktor-faktor psikologi yang berkaitan dengan karakteristik
konsumen.

Berikut adalah saran bagi penelitian selanjutnya:

1. Penelitian ini mengungkap pengaruh konformitas terhadap


pengambilan keputusan. Disarankan untuk peneliti selanjutnya
menambahkan alat ukur konformitas untuk melihat apakah situasi
atau perlakuan yang dihadirkan sudah mampu menimbulkan adanya
tekanan kelompok.

599
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

2. Peneliti sebaiknya memastikan adanya kondisi konformitas dalam


situasi eksperimen dengan memperhatikan indikator konformitas
Sebaiknya dalam menganalisa pengaruh konformitas dilakukan
dengan nilai interval daripada dengan nominal. Diharapkan dengan
nilai interval penelitian selanjutnya dapat mengidentifikasi dan
menentukan mengelompokkan pengaruh konformitas dengan lebih
jelas dan detail.
3. Sebaiknya penelitian dilakukan dengan menggunakan angket
dengan alat ukur yang sudah dilakukan uji realibilitas dan validitas
untuk melihat secara akurat dan mampu menguji seberapa besar
pengaruh lingkungan (sosial) dan pengaruh psikologikal dalam
mengambil keputusan konsumen. Sebelum melakukan eksperimen
sebaiknya melakukan screening terlebih dahulu dengan
memperhatikan faktor psikologis subjek yaitu dengan memberikan
tes kepribadian untuk menentukan tipe kepribadian subjek sebagai
variabel yang dikontrol.
4. Penelitian ini sudah dapat mengungkapkan minat, pengalaman
sebelumnya, dan referensi orang lain tetapi belum mengungkap
karakteristik kepribadian.

600
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

DAFTAR PUSTAKA

Aronson, E. (1972). The social animal. San Fransisco : Freeman.

Asch, S. E., (1951). Effects of group pressure upon the modification and
distortion of judgments. In H. Guetzkow (Ed.), Groups, leadership and men.
Oxford, England: Carnegie Press

Berger, J., Rosenholtz, S. J., & Zelditch, M. (1980). Status organizing processes.
Annual Review of Sociology. From Libraries Texas A & M University.
Retrieved from http://hdl.handle.net/1969.1/154809

Deutch, M., & Gerard, H. B. (1955). A study of normative and informational


social influences upon individual judgement. The Journal of Abnormal and
Social Psychology.

Gerard, H. B., Wilhelmy., & Conolley, E.S. (1968). Conformity and group size.
Journal of Personality and Social Psychology. DOI: 10.1037/h0025325

Kotler., & Amstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2.Edisi 12.
Alih bahasa: Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). Manajemen Pemasaran edisi 12. Alih bahasa:
Benyamin Molan. Jakarta: Indeks

Madrigal, R. (2001). Social identity effects in a belief-attitude-intentions


hierarchy: Implications for corporate sponsorship. Psychology & marketing
(Vol. 18). New York: Wiley.

Morissan, M.A. (2010). Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Myers, D. G. (2005). Social Psychology. New York : McGraw Hill, Higher


Education.

Olahan Cokelat Indonesia Capai 500 Ribu Ton | bisnis | tempo.co. (n.d.).
Retrieved June 5, 2016, from
https://m.tempo.co/read/news/2013/07/23/090498959/olahan-cokelat-
indonesia-capai-500-ribu-ton.

Profitability and health. a recipe for success. 52nd Biscuit, Cake, Chocolate and
Confectionery Association (Vol. 35). (2005). Hilton Birmingham
Metropole.

Swastha, B. D., Handoko, H. (2008). Manajemen pemasaran analisis perilaku


konsumen. Yogyakarta: BPFE

Schiffman & Kanuk. 2008. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks

601
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.6 No.2 (2017)

Sherif, M. (1935). A study of some social factors in perception. Archives of


Psychology, 27(187) .

Tanner, R, J., Ferraro, R., Chartrand, T, L., Bettman, J, R., & Van, B., (2008). Of
chameleons and consumption: The impact of mimicry on choice and
preferences (Vols 34). Journal of Consumer Research. DOI:
http://dx.doi.org/10.1086/522322 754-766

Venkatesan, M. (1966). Experimental study of consumer behavior conformity and


independence (Vols 3). DOI: 10.2307/3149855

Volume dan Nilai Ekspor, Indonesia. (2010). Retrieved June 5, 2016, from
http://ditjenbun.deptan.go.id/ciragraph/index.php/viewstat/exportimport/1

Zebua, A. & Nurdjayadi, R. (2001). Hubungan antara konformitas dan konsep diri
dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Retrieved from
https://philpapers.org/rec/ZEBHAK

602
A. Identitas Jurnal:

 Jurnal: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya


 Volume: Volume 6 Nomor 2, 2017
 Tahun terbit: 2017

B. Review Jurnal 3

Pengaruh Konformitas Terhadap Pengambilan


1. Judul Penelitian Keputusan Pada Produk Minuman Coklat Mahasiswi
Psikologi Di Universitas Surabaya.
2. Nama Peneliti Jilly Lukito
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh
konformitas terhadap pengambilan keputusan pada
produk minuman coklat pada mahasiswi Psikologi di
Universitas Surabaya. Sampel untuk penelitian ini
berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi dua
kelompok yaitu kontrol dan kelompok eksperimen.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
skala yaitu skala preferensi atas produk minuman
coklat dan angket terbuka yang bertujuan untuk
mengetahui faktor yang memengaruhi dalam
3. Abstrak pengambilan keputusan. Aktor yang diambil adalah
teman sebaya. Analisis data yang digunakan adalah
teknis analisis tabulasi silang dan Chi Square test.
Hasil analisis tersebut menunjukkan tidak ada
asosiasi yang signifikan sehingga tidak adanya
pengaruh konformitas terhadap pengambilan
keputusan (0.313 > 0.05). Berdasarkan kuesioner
yang telah diberikan, diketahui bahwa faktor
mayoritas atau yang paling banyak mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah faktor psikologikal
yaitu persepsi (100%), komparasi (36,6%) dan
preferensi (33,3%). Bagi peneliti selanjutnya
mungkin bisa menggunakan alat ukur yang
terstandarisasi untuk mengukur efektivitas dan
tingkat konformitas, tipe kepribadian dan
menggunakan alat ukur untuk mengetahui seberapa
besar faktor-faktor yang dapat memengaruhi
pengambilan keputusan selain faktor sosial
(lingkungan). Saran penelitian sebaiknya melakukan
pengembangan produk dengan memperhatikan
karakeristik konsumen.
Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao
terbesar ke-2 di dunia dengan produksi 844.650 ton,
dibawah Negara Pantai Gading dengan produksi 1,38
juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2009
sebesar 535.240 ton dengan nilai Rp. 1.413.535.000
dan volume impor sebesar 46.356 ton senilai 119,32
ribu US$ (Direktorat Jendral Perkebunan, 2010).
Menurut Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia
(AIKI), Piter Jasman mengatakan pengolahan biji
kakao nasional akan mencapai 500 ton pada akhir
2013. Data AIKI menyebutkan, produksi biji kakao
Pendahuluan/Latar Belakang
4. nasional pada 2012-2013 mencapai 310 ribu dan 400
Masalah
ribu ton. AIKI memperkirakan produksi kakao
olahan nasional dapat dapat naik hingga 800 ribu ton
pada 2014. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyerapan pasar tidak seimbang
dengan hasil produksi nasional karena selisih 200
ribu ton dengan kemampuan penyerapan konsumen.

Tujuan dari penelitian adalah melakukan modifikasi


mengenai pengaruh konformitas terhapad perilaku
konsumen yaitu pengambilan keputusan dan
sumbangan efektif konformitas terhadap
pengambilan keputusan konsumen.
Teori/definisi dari variable yang terlibat antara lain:
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang
mampu memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Komoditas Kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor
perkebunan dalam menyumbang devisa negara,
setelah komoditas CPO dan karet (Suryani dan
Zuldebriansyah, 2007).

Salah satu faktor eksternal yaitu konformitas.


Konformitas ialah suatu tuntutan yang tidak tertulis
dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya
Teori/Definisi dari variable tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
5.
yang terlibat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu
pada anggota kelompok (Zebua dan
Nurdjayadi,2001). Melalui studi yang telah dilakukan
ditunjukkan bahwa tekanan grup mungkin terjadi
memberikan pengaruh dalam bagaimana individu
dalam meyakini dan pandangannya (Venkatesan,
1966). Pada eksperimen lainnya, mengatakan bahwa
adanya ketidakhadiran standard objektif dalam
bagaimana individu berubah mengikuti pertimbangan
dan evaluasi orang lain (Venkatesan,1966). Hasil dari
eksperimen tersebut menunjukkan bahwa dalam
mengambil keputusan, Individu cenderung untuk
menyesuaikan dengan keputusan norma kelompok.
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa pengaruh tekanan kelompok
tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan
6. Hipotesis
seseorang. Hal ini diperkuat dengan data pengujian
hipotesis dengan tabulasi silang dan sig pada Chi-
Square terhadap pengambilan keputusan pada seluruh
jumlah partisipan sebanyak 60 orang. Berdasarkan
yang terlihat dalam data output SPSS adalah nilai sig
0.313 > 0.05 maka tidak signifikan sehingga H1
ditolak. Artinya adalah tidak ada asosiasi antara
konformitas dengan pengambilan keputusan.
Subjek penelitian terdiri dari mahasiswi Psikologi
yang mengikuti mata kuliah Psikologi Ekonomi dan
7. Sampel/subjek penelitian Bisnis. Pengambilan data dilakukan pada pukul
08.30 – 9.30 pada hari Selasa Tanggal 29 November
2016.
Desain penelitian menggunakan true experiment
(eksperimen murni) dengan posttest control group
design. Desain eksperimen tersebut merupakan
desain eksperimen dengan adanya pembagian
partisipan menjadi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setelah pembagian menjadi dua
kelompok yang setara, dilakukan treatment pada
kelompok eksperimen. Adanya pengukuran post-test
Desain Penelitian/Rancangan memungkinkan peneliti untuk membandingkan
8.
Eksperimen kondisi kelompok eksperimen dan kontrol sehingga
peneliti dapat membuat kesimpulan tentang
keefektifan treatment dengan lebih baik. Peneliti
memilih desain eksperimen tersebut karena jenis
eksperimen tersebut berpeluang untuk dilakukan
dalam waktu yang terbatas (cukup satu kali
eksperimen) dan mempunyai kontrol validitas
internal yang paling kuat dibanding dua desain
experimen lainnya.
1. Menghilangkan merek pada produk untuk
mengurangi bias pada mereka.
9. Metode Pengambilan Data 2. Melakukan seleksi pada calon partisipan dengan
screening menggunakan skala preferensi sehingga
penyebaran partisipan merata antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
3. Kemasan produk pada tiap sample menggunakan
kemasan yang sama.
a. Sebelum memulai eksperimen, peneliti
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
pemberian penjelasan kegiatan yaitu meminta
para mahasiswi untuk memilih minuman
yang paling enak atau terbaik. Pertama,
dilakukan screening terlebih dahulu untuk
menyeimbangkan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setiap partisipan yang
terpilih adalah Dalam kegiatan ini peneliti
berhasil menentukan sebanyak 30 partisipan
yang merupakan wanita yang memiliki
perwakilan tiap skala preferensi yaitu
masing-masing sebanyak 10 orang.
b. Pengaturan posisi menggunakan variasi latin
square design sehingga setiap posisi
10. Pelaksanaan Penelitian
memiliki frekuensi yang sama.
c. Memberikan intruksi bahwa: (1) ketiga
sample adalah berasal dari tempat yang
berbeda, (2) setiap produk memiliki kualitas
yang berbeda-beda, (3) eksperimen ini
sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam
studi bisnis untuk mengindikasi minuman
mana yang terbaik, (4) studi yang akan
dilakukan adalah untuk menemukan
manakah minuman yang terbaik.
d. Membagikan tiap label minuman kepada
partisipan secara individu yang dalam
percobaan diberi jeda bagi partisipan untuk
meminum air putih untuk menetralkan rasa.
e. Setelah mencoba dan menentukan pilihan,
peneliti membagikan angket dan inform
consent kepada tiap partisipan yang terpilih
dan mengumpulkan seluruh lembar angket
yang telah diisi.
f. Langkah terakhir adalah menjelaskan arti
tujuan dari eksperimen yang sebenarnya
yang sudah tercantum di dalam inform
consent yaitu untuk merupakan penelitian
mengenai pengaruh konformitas dalam
pengambilan keputusan.
g. Untuk menjaga jalannya eksperimen,
peneliti menyampaikan kepada seluruh
partisipan yang ada di dalam ruangan
tersebut untuk merahasiakan tujuan
eksperimen yang sebenarnya dikarenakan
peneliti akan melakukan penelitian pada
kelompok eksperimen dalam beberapa hari
ke depan sehingga tidak menganggu
partisipan yang sudah berada di dalam daftar
kelompok eksperimen.
h. Sebagai hadiah atas partisipasi kelompok
kontrol peneliti membagikan masing-masing
kepada partisipan berupa minuman cokelat
yang merupakan produk eksperimen.
Metode dalam analisis data ini merupakan kegiatan
mengolah data yang sudah terkumpul. Pengolahan
data tersebut dilakukan menggunakan bantuan
software SPSS 22. Analisis data dengan beberapa
11. Metode Analisis Data langkah yaitu uji hipotesis guna mengetahui
pengaruh tratment. Hal ini dilihat dari hasil nilai 0
dan 1 (Pada partisipan yang mengubah pilihannya.
Kemudian memperhatikan nilai signifikansi pada uji
hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
(α= 0.05).
Dalam penelitian ini, kedua kelompok yang
digunakan sebagai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memiliki karakteristik yang hampir
sama yaitu dilihat dari skala preferensi yang sama
yaitu memiliki perwakilan 10 partisipan dalam tiap
tingkatan skala rendah, sedang dan tinggi serta
jumlah partisipan di tiap kelompok adalah sama yaitu
masing-masing 30 orang. Dalam memilih partisipan,
12. Hasil Penelitian peneliti mengatur dan memberikan syarat utama
yaitu setiap partisipan dalam kelompok eksperimen
adalah teman atau mahasiswi yang berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari experimentee. Setelah di
lakukan screening, peneliti berhasil mendapatkan
setiap perwakilan dari masing-masing skala
preferensi yaitu sebanyak 10 partisipan pada tiap
kelompok kontrol dan eksperimen. Total partisipan
adalah sebanyak 60 orang.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan,
13. Kesimpulan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor selain
lingkungan (konformitas) tetapi lebih banyak oleh
faktor persepsi, komparasi, dan preferensi.
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ........Hijriyati Cucuani, Linda Aryani, Anggia Kargenti E.M, Ahyani Radhiani Fitri

Efektivitas Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Psikologi


Eksperimen Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau

Hijriyati Cucuani
Linda Aryani
Anggia Kargenti Evanurul Marettih
Ahyani Radhiani Fitri
Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran terhadap prestasi
belajar Psikologi Eksperimen pada mahasiswa Fakultas PsikologiUIN Suska Riau. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen. Pengumpulan data dilakukan melalui tes prestasi
belajar Psikologi Eksperimen dan SPM. Teknik analisa data yang digunakan adalah one-way
anova. Hasil analisa data menunjukkan terdapat pengaruh metode pembelajaran dengan
prestasi belajar Psikologi Eksperimen pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska, yang
ditunjukkan dengan F sebesar 10.759, p= 0.000 (p<0.05). Dari tiga metode pembelajaran yang
diberikan (ceramah, diskusi, belajar mandiri), berdasarkan gain score perbandingan skor
pretest dan posttest dapat dilihat bahwa metoda Diskusi adalah yang paling efektif
meningkatkan prestasi belajar Psikologi Eksperimen pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Suska Riau.

Kata Kunci : metode pembelajaran, prestasi belajar

Abstract

The objective of this study was to assess the learning method efectiveness on learning
achievement of Psychology Faculty at Suska Riau University's student. This study used
experimental method. Data was conducted with experimental psychology achievement
learning test and Standard Progressive Matrics. Data was analysed with one-way anova.The
results showed there was fully influencing learning method effectiveness on achievement
learning of Experimental Psychology Class at Psychology Faculty, Suska Riau Islamic State
University's student (F= 10.759, p= 0.000, p<0.05). Among gain score between pretest and
posttest from three learning methods which were conducted (traditional, self study, and group
discussion), the findings of this study suggested that group discussion was the best learning
method to increase learning achievement among the student of Experimental Psychology
Class at Psychology Faculty, Suska Riau Universitys.

Keywords: learning method, learning achievement


Pendahuluan antisipasi dengan bekal pengetahuan nilai
dan keterampilan yang sesuai dengan
Usaha penyelenggaraan sistem kebutuhan hidupnya. Hal ini menandakan
pengajaran nasional tidak terlepas dari peran bahwa pendidik sebagai tenaga pengajar
metode pengajaran yang dilakukan oleh diharapkan memiliki metode untuk meng-
tenaga pengajar. Tenaga pengajar menurut himpun pengetahuan dengan memberikan
Mochtar (dalam Bastian, 2002) diharapkan pemahaman yang benar, penuh dan aplikatif.
tidak hanya memikirkan tentang pendidikan Gagne (dalam Pribadi, 2009)
namun juga keadaan situasional dan mengemukakan pembelajaran adalah
membekali anak didik untuk menangkap serangkaian aktivitas yang sengaja dicipta-
berbagai jenis makna kehidupan. Anak kan dengan maksud untuk memudahkan
didik diharapkan memiliki kemampuan terjadinya proses belajar. Pembelajaran
Jurnal Psikologi , Volume 8 Nomor 2, Desember 2012

merupakan pengembangan dan penyam- eksperimen yang dalam waktu dekat ini telah
paian informasi dan kegiatan yang diciptakan mendapatkan beberapa tambahan sarana
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang dan prasarana penunjang integrasi pada
spesifik (Smith& Ragan dalam Pribadi, 2009). mata kuliah Psikologi eksperimen belum
Pencapaian tujuan pembelajaran menghasilkan banyak karya penelitian
tersebut dapat dilakukan bila metode eksperimen, dan 5) Mata kuliah Psikologi
pengajaran terpadu antara pengetahuan Eksperimen merupakan syarat kelulusan bagi
yang dipahami mahasiswa, penerapan proses penulisan proposal penelitian Skripsi
aplikatif melalui penelitian dan penerapan Mahasiswa, namun seringkali kurang
dalam kehidupan. Metode mengajar yang mendapatkan fokus perhatian mahasiswa
komprehensif dan menjembatani hal tersebut dengan alasan sekedar lulus karena tidak
adalah ceramah, diskusi terarah maupun akan melakukan penelitian dengan metode
belajar mandiri. Ketiga metode tersebut Eksperimen. Setidaknya empat alasan perlu
dapat diterapkan secara langsung dalam diteliti lebih lanjut jawabannya dalam suatu
matakuliah psikologi eksperimen yang kajian mengenai metode pembelajaran yang
menerapkan pemahaman teori dan penelitian manakah yang mampu secara efektif
eksperimental sehingga hasilnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa
diterapkan langsung oleh mahasiswa. untuk mempelajari mata kuliah Psikologi
Mahasiswa mendapatkan pengetahuan Eksperimen. Penelitian ini diharapkan
melalui belajar mandiri, diskusi kelompok mampu meneruskan dan mengelaborasi
terarah maupun ceramah dari tenaga tradisi Ilmu Psikologi yang lahir dari
pengajar. penelitian Eksperimental dalam telaah
Pemahaman teori dan penelitian perilaku manusia sebagaimana yang telah
eksperimental dilakukan untuk pencapaian dirintis oleh Wilhelm Wundt. Berdasarkan
kompetensi keterampilan pembelajaran kajian diatas, penelitian ini mengambil judul:
secara intelektual dan motorik. Keterampilan Efektivitas Metode Pembelajaran terhadap
motorik merupakan eksekusi atau pelak- Prestasi Belajar Psikologi Eksperimen pada
sanaan suatu tindakan untuk pencapaian Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sultan
hasil tertentu sedangkan keterampilan Syarif Kasim Riau.
intelektual merupakan keterampilan yang Menurut Tarmudji (1994), metode
diperoleh oleh siswa untuk melaksanakan mengajar ceramah adalah sebuah cara
aktivitas kognitif yang bersifat unik (Gagne memberikan penjelasan-penjelasan lisan
dalam Pribadi, 2009). kepada peserta untuk menyampaikan
Integrasi matakuliah psikologi eks- materi, sedangkan peranan peserta dalam
perimen diharapkan mampu mewadahi teori, metode ceramah ialah mendengarkan
penelitian dan praktek suatu metode yang dengan teliti serta mencatat pokok-pokok
dipahami oleh mahasiswa. Fakta di lapangan penting yang dikemukakan oleh penyaji
yang ada berdasarkan pengamatan awal materi (penceramah).
peneliti selama empat tahun pelaksanaan Suryosubroto (1997), berpendapat
mata kuliah psikologi Eksperimen adalah: metode mengajar ceramah adalah pene-
1). Nilai mata kuliah psikologi Eksperimen rangan dan penuturan secara lisan oleh guru
menyumbang hasil yang kurang memuaskan terhadap kelasnya, sedangkan peranan
pada lamanya kelulusan dengan asumsi siswa yaitu mendengarkan dena teliti serta
masih banyaknya mahasiswa yang meng- mencatat pokok-pokok yang dikemukakan
ulang mata kuliah tersebut pada dua oleh guru.
semester, 2) masih minimnya penelitian Jadi dapat disimpulkan bahwa
eksperimen yang dilakukan oleh civitas metode mengajar ceramah adalah penyam-
akademika Psikologi UIN SUSKA Riau paian yang diberikan guru kepada siswa
dengan beberapa alasan yaitu eksperimen melalui bahasa lisan di mana siswa mencatat
rumit, mahal, susah, berjangka waktu lama, pokok pelajaran yang disampaikan oleh guru.
dan alasan yang kurang mendukung lainnya, Menurut Suryosubroto (1997) Metode
3) Kesinam-bungan antara pelaksanaan teori Mengajar Diskusi adalah suatu cara
dan penelitian eksperimen berupa praktikum penyajian bahan pelajaran di mana guru
eksperimen belum jelas terlihat dalam suatu memberi kesempatan kepada para siswa
keunikan orisinalitas penelitian eksperimen, (kelompok-kelompok siswa) untuk meng-
4) Proses aktivitas di Laboratorium Psikologi adakan perbincangan ilmiah guna mengum-
99
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ........Hijriyati Cucuani, Linda Aryani, Anggia Kargenti E.M, Ahyani Radhiani Fitri

pulkan pendapat, memebuat kesimpulan siswa yang telah mengikuti proses pem-
atau menyusun berbagai alternative belajaran atau pendidikan yang biasanya
pemecahan atas susuatu masalah. ditunjukkan dengan nilai.
Syah (2002), mengatakan metode Mata kuliah Psikologi eksperimen
mengajar diskusi ialah metode mengajar merupakan salah satu mata kuliah wajib
yang sangat erat hubungannya dengan dalam fakultas Psikologi UIN Suska Riau.
belajar memecahkan masalah (problem Dengan diberikannya mata kuliah ini
solving). Pribadi (2009) mengemukakan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
diskusi dilakukan dengan cara membahas penelitian dengan metode atau teknis
masalah atau topik penting untuk mem- eksperimen pada saat skripsi jika mereka
peroleh pemahaman atau pengetahuan. berminat. Namun kenyataannya, dari ratusan
Setiap peserta diskusi dapat memberikan mahasiswa yang melakukan skripsi, yang
opini terhadap masalah atau topik yang melakukannya dengan metode eksperimen
didiskusikan. tergolong sedikit sekali. Banyak mahasiswa
Berdasarkan pendapat diatas dapat yang mengatakan bahwa penelitian dengan
disimpulkan bahwa metode mengajar diskusi metoda eksperimen adalah sulit dan
adalah percakapan yang dilakukan oleh guru memakan waktu lama dalam penyelesaian-
dengan siswa dan siswa antar siswa untuk nya. Kesulitan yang dialami oleh beberapa
bertukar pikiran atau pendapat dalam proses siswa tampaknya dikarenakan pemahaman
belajar mengajar guna melatih keterampilan yang kurang mengenai metode eksperimen.
dalam memecahkan berbagai persoalan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
Konsep belajar mandiri adalah belajar jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai
secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa yang kurang memuaskan (mendapatkan nilai
bantuan orang lain. Heinich, dkk (dalam E-C) pada saat mengambil matakuliah
Pribadi, 2009) mengemukakan bahwa psikologi eksperimen. Materi dari matakuliah
pembelajaran mandiri menggunakan paket Psikologi Eksperimen memang cukup detail
bahan ajara pada sistem pembelajaran dan memuat eksperimen, sehingga jika
jarak jauh. Pada penelitian ini pelaksanaan mahasiswa kurang serius, tidak memahami
pembelajaran mandiri dikombinasikan atau tidak memiliki minat untuk mengikuti
dengan pembelajaran dikelas atau tatap perkuliahan Psikologi Eksperimen sulit untuk
muka dengan kegiatan dosen memberikan mendapatkan nilai yang memuaskan. Oleh
umpan balik atas proses belajar mandiri karena itu, para pengajar melakukan upaya-
yang dilakukan dirumah. Umpan balik yang upaya agar meningkatkan prestasi belajar
diberikan merupakan informasi yang di- mahasiswa pada matakuliah Psikologi
perlukan untuk meningkatkan efektivitas Eksperimen.
proses dalam sebuah pembelajaran (Pribadi, Menurut Shobur (2003) prestasi
2009). belajar terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
Prestasi belajar adalah kemampuan- dari dalam diri mahasiswa (endogen) dan
kemampuan yang diperoleh siswa setelah faktor dari luar diri mahasiswa (eksogen).
mereka menerima pengalaman belajar Salah satu faktor dari luar yaitu sekolah,
(Sudjana, 2004). Djamarah (1994) meng- termasuk guru atau pengajar dengan
ungkapkan pretasi belajar adalah penilaian metode pembelajaran di dalamnya. Oleh
pendidikan tentang kemajuan siswa dalam karena itu metode pembelajaran yang
segala hal yang dipelajari di sekolah digunakan oleh dosen harus diperhatikan,
yang berhubungan dengan pengetahuan, guna meningkatkan prestasi belajar psikologi
kecakapan, atau keterampilan yang di- Eksperimen mahasiswa. Adapun metoda
nyatakan sesudah penilaian dilakukan. yang bisa digunakan antara lain metode
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses ceramah, diskusi dan belajar mandiri.
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di Sternberg dan Swerling (1996)
sekolah setelah melalui beberapa tahapan, menyatakan bahwa, pada intinya metode
dan prestasi belajar ini diperoleh setelah yang digunakan adalah efektif tergantung
siswa menyelesaikan proses belajar meng- dari tujuan penggunaannya. Metoda cera-
ajar selama satu semester yang biasanya mah baik dilakukan untuk memperkenalkan
berbentuk nilai angka. informasi baru dan menuntut perhatian
Dengan demikian dapat disimpulkan mahasiswa tanpa perlu interaksi yang
bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar intensif. Metoda diskusi baik dilakukan untuk
100
Jurnal Psikologi , Volume 8 Nomor 2, Desember 2012

perkuliahan yang jika sudah ada sedikit anggap sebagai efek atau akibat dari
ataupun banyak informasi mengenai materi perlakuan yang diberikan.
tersebut didapatkan mahasiswa sebelumnya
dan menuntut interaksi sesama mahasiswa Variabel Penelitian
dan dosen serta ingin menstimulasi berfikir Penelitian ini terdiri atas satu variabel
kritis mahasiswa. Sedangkan metode bebas dan satu variable terikat, adapun
belajar mandiri digunakan untuk memahami variable-variabel tersebut adalah :
informasi baru, melihat sejauh mana Variabel Bebas : Metode Pembelajaran.
kemampuan pemahaman mahasiswa dan Manipulasi pada Variabel Bebas:
membangkitkan motivasi dari dalam diri untuk 1: Metode Pembelajaran ceramah
mandiri dalam belajar. Garis besar dari materi 2: Metode pembelajaran mandiri
psikologi eksperimen sebenarnya sudah 3: Metode diskusi
didapatkan mahasiswa saat belajar dalam Variabel terikat:Prestasi Belajar
matakuliah metodelogi penelitian. Oleh
sebab itu peniliti menduga diantara ketiga Desain Penelitian
metoda tersebut metoda diskusilah yang Penelitian ini menggunakan desain
paling efektif. Randomized Blocked One Way Anova. Teknik
Hipotesis yang diajukan dalam ini memiliki teknik control tambahan dengan
penelitian ini adalah : a. Hipotesis mayor yaitu dilakukannya blocking dan randomisasi
ada pengaruh metode pembelajaran (Seniati, Yulianto, Setiadi, 2005). Dalam
terhadap prestasi belajar psikologi eks- penelitian ini, di setiap akhir tatap muka
perimen pada mahasiswa psikologi UIN mahasiswa diberikan kuis untuk melihat
Suska Riau, b. Hipotesis minor yaitu metode sebaran nilai yang diinginkan.
pembelajaran diskusi paling efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar psikologi Subyek
eksperimen pada mahasiswa psikologi UIN Subyek pada mahasiswa penelitian
Suska Riau. ini adalah seluruh mahasiswa fakultas
Psikologi UIN Suska Riau semester VI
Metode Penelitian yang mengambil mata kuliah Psikologi
Eksperimen, yaitu VI A, VI B, VI C, VID, dan VI
Penelitian ini adalah penelitian eks- E. Teknik pengambilan sampel dilakukan
perimen yaitu penelitian yang memberikan secara purposive sampling dengan kriteria
perlakuan kepada subyek untuk melihat tingkat inteligensi berada pada kategori agak
seberapa besar efek perlakuan terhadap rendah sampai dengan agak tinggi. Dari hasil
variable terikat, dan untuk melihat efek SPM mahasiswa dari kelima kelas diperoleh
perbandingan perlakuan (Latipun, 1999). gambaran subjek sebagai berikut:
Perbedaan hasil pengukuran di-

Tabel 1. Data Mahasiswa

Jumlah Mahasiswa

No Metoda
Katagori Inteligensi ?

1 Ceramah Agak rendah 6


Sedang 7
Agak tinggi 7
Total 20
2 Focus Group discussion Agak Rendah 4
Sedang 15
Agak tinggi 1
Total 20
3 Belajar mandiri Agak rendah 4
Sedang 13
Agak tinggi 6
Total 25

101
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ........Hijriyati Cucuani, Linda Aryani, Anggia Kargenti E.M, Ahyani Radhiani Fitri

Teknik Analisa Data berbeda sesuai dengan metode pem-


Analisis statistik yang digunakan belajaran masing-masing.
untuk menguji hipotesis di atas adalah
dengan Anova satu jalur atau disebut pula Hasil
anavar satu jalan yang dianalisis dengan
meng-gunakan bantuan program SPSS 17.0. Uji Asumsi
Menurut Seniati, Yulianto dan Setiadi (2009), Uji ini dimaksudkan untuk melihat
desain anavar satu jalan digunakan pada apakah data yang dimiliki memenuhi
penelitian eksperimental yang memiliki persyaratan, yaitu uji normalitas dan
sebuah variabel bebas, namun variasinya homogenitas. Berdasarkan uji normalitas,
lebih dari dua macam. Pada disain anavar, dengan menggunakan rumus Skewness/
variasi-variasi dalam sebuah variabel bebas std.error of skewness didapatkan hasil -0,56
akan diperbandingkan dalam waktu yang untuk data pretest dan -1,13 untuk data
bersamaan. Trihendardi (2005) meng- posttest. Selain itu, dengan menggunakan
ungkapkan bahwa analisis anova satu jalur rumus kurtosis/std.error of kurtosis
(one-way anova) digunakan untuk menentu- didapatkan hasil -0,43 untuk data pretest dan
kan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok -1,46 untuk data posttest. Dengan demikian,
(variabel dependen) berbeda secara nyata. tampak bahwa data pretest dan posttest
Analisis ini memiliki asumsi bahwa kelompok dalam penelitian ini normal (berada diantara -
yang dianalisis memiliki varian yang sama. 2 sampai dengan 2). Berdasarkan hasil dari
uji homegenitas didapatkan bahwa data
Prosedur Penelitian homogen dengan p=0.001 (p<0.05).
1. Penentuan subyek dilakukan secara
purposive sampling Uji Hipotesa
2. Di awal pertemuan subyek diberikan tes Berdasarkan analisis menggunakan
tertulis dan SPM yang bertujuan untuk anova satu jalur didapatkan hasil bahwa ada
menyamakan baseline. pengaruh metoda pembelajaran dengan
prestasi belajar Psikologi Eksperimen pada
3. Selanjutnya subyek diminta untuk
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
menandatangani kontrak penelitian yang Islam Negeri Suska Riau, dengan F sebesar
berisi kesediaan subyek dalam meng- 10.759, p= 0.000 (p<0.05). artinya metode
ikuti aturan main dalam kelas psikologi pembelajaran yang diberikan mempengaruhi
eksperimen. prestasi belajar psikologi eksperimen
4. Subyek diberikan pre test dan pos test mahasiswa psikologi Universitas Islam
pada awal dan akhir perkuliahan pada Negeri Suska Riau. Selain itu, berdasarkan
pertemuan ke IV post hoc test didapatkan hasil seperti yang
tampak pada tabel.2 di bawah ini:
5. Untuk selanjutnya selama 4 kali berturut-
turut subyek diberikan perlakuan yang

Tabel 2 : Hasil Perbandingan antar Metode Belajar

Berdasarkan mean dari ketiga metode dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
belajar; ceramah, diskusi dan belajar mandiri
diketahui bahwa mean belajar dengan
metode diskusi paling tinggi diantara yang
lainnya, M= 33.8. untuk lebih lengkap

102
Jurnal Psikologi , Volume 8 Nomor 2, Desember 2012

Tabel 3 : Deskripsi Data Penelitian

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data meningkat, dapat mempertinggi prestasi


dengan menggunakan Anova satu jalur atau kepribadian individu seperti semangat,
disebut pula anavar satu jalan yang dianalisis toleransi, siswa demokratis, kritis dalam
dengan menggunakan bantuan program berpikir, tekun dan sabar
SPSS 17.0 diperoleh angka F sebesar Uji perbedaan antara metode cera-
10.759, p= 0.000 (p<0.05). Hal ini mah dan mandiri menunjukkan bahwa ada
menunjukkan bahwa metode pembelajaran perbedaan prestasi belajar psikologi eks-
yang diberikan mempengaruhi prestasi perimen pada mahasiswa UIN Suska Riau.
belajar psikologi eksperimen mahasiswa Metode ceramah lebih efektif untuk mening-
psikologi Universitas Islam Negeri Suska katkan prestasi belajar dibandingkan dengan
Riau, artinya hipotesis diterima. metode belajar mandiri. Hal ini sejalan
Berdasarkan uji perbedaan disimpu- dengan pendapat Tarmudji (1994) yang
lkan bahwa Tidak ada perbedaan prestasi mengatakan bahwa dengan metode ceramah
belajar psikologi eksperimen pada maha ketertiban kelas mudah di jaga dan mudah
siswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau menguasai kelas, melatih peserta untuk
yang menggunakan metode ceramah menggunakan pendengarannya dengan baik
dengan diskusi, hal ini dapat dilihat dari hasil serta menangkap dan menyimpulkan
deskriptif yang menunjukkan bahwa tidak ada ceramah dengan cepat dan tepat, materi bisa
perbedaan mean prestasi belajar dilihat dari sampai kepada seluruh siswa dengan
metode ceramah dan diskusi merata.
Selanjutnya pada uji perbedaan Dari hasil penelitian diantara tiga
antara metode diskusi dan belajar mandiri metode pembelajaran, metode belajar
menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi mandiri memperoleh hasil yang paling
belajar psikologi eksperimen pada maha rendah hal ini disebabkan karena metode
siswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau jarang dipergunakan oleh pengajar di kelas,
yang menggunakan metode diskusi dengan sehingga maha siswa tidak terbiasa. Pada
belajar mandiri. Metode diskusi lebih umumnya mahasiswa datang ke kampus
efektif dibandingkan dengan belajar mandiri. t anpa ada persiapan untuk mengikuti
Hasil ini sejalan dengan pendapat yang perkuliahan, walaupun sebelumnya dosen
dikemukakan oleh Suryosubroto (1997) telah mem-berikan referensi pada setiap
yang menjelaskan bahwa metode diskusi tatap muka.
melibatkan semua siswa secara langsung
dalam proses belajar, setiap siswa dapat Penutup
menguji tingkat pengetahuan dan penguasa-
an bahan pelajarannya masing-masing, Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul-
metode diskusi juga dapat menumbuhkan kan bahwa :
dan mengembangkan cara berpikir dan sifat 1. Hipotesa diterima artinya ada pengaruh
ilmiah. metode pembelajaran terhadap prestasi
Alipandie (1984), mengatakan bahwa belajar psikologi eksperimen mahasiswa
dengan metode belajar diskusi suasana
Psikologi UIN Suska Riau
kelas menjadi hidup sebab siswa-siswa
sepenuhnya mengarahkan perhatian dan 2. Metode pembelajaran diskusi adalah
pikirannya kepada masalah yang sedang metode pembelajaran yang paling efektif
didiskusikan, adanya partisipasi siswa baik untuk meningkatkan prestasi belajar,
perorangan maupun seluruh kelas lebih dibandingkan dengan metode ceramah
103
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ........Hijriyati Cucuani, Linda Aryani, Anggia Kargenti E.M, Ahyani Radhiani Fitri

dan pembelajaran mandiri.

Daftar Pustaka

Alipandie, I, 1984, Didaktik Metodik


Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha
Nasional.
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N.
(2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia.
Bastian, A.R. (2002). Reformasi Pendidikan.
Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Latipun, 1996. Psikologi Eksperimen.
Melang: UMM Press
Roestiyah, (1989), Didaktik Metodik, PT. Bina
Aksara, Jakarta.
Seniati, Yulianto, Setiadi, 2005. Psikologi
Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks
Shobur, Alex, 2004. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia
Stenberg, R.J., Swerling L.S., 1996. Teaching
for Thinking. Washington: American
Psychological Association.
Sudjana, Nana, 2004. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 1997. Proses belajar
mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka
Cipta.
Syah Muhibbin, (2002). Psikologi pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Tri Hendardi, Cornelius, 2005. Step by Step
SPSS 13 Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Tarmudji, T. 1994. Metode Dan Media
penyajian Materi. Yogyakarta : Liberty.

104
A. Identitas Jurnal:

 Jurnal: Jurnal Psikologi UIN


 Volume: Volume 8 No 2
 Tahun terbit: 2012

B. Review Jurnal 4

Efektivitas Metode Pembelajaran Terhadap


1. Judul Penelitian Prestasi Belajar Psikologi Eksperimen Pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
1) Hijriyati Cucuani
2) Linda Aryani
2. Nama Peneliti
3) Anggia Kargenti Evanurul Marettih
4) Ahyani Radhiani Fitri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas metode pembelajaran terhadap prestasi
belajar Psikologi Eksperimen pada mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen. Pengumpulan
data dilakukan melalui tes prestasi belajar
Psikologi Eksperimen dan SPM. Teknik analisa
data yang digunakan adalah one-way anova. Hasil
analisa data menunjukkan terdapat pengaruh
3. Abstrak
metode pembelajaran dengan prestasi belajar
Psikologi Eksperimen pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Suska, yang ditunjukkan dengan F
sebesar 10.759, p= 0.000 (p<0,05). Dari tiga
metode pembelajaran yang diberikan (ceramah,
diskusi, belajar mandiri), berdasarkan gain score
perbandingan skor pretest dan posttest dapat
dilihat bahwa metoda Diskusi adalah yang paling
efektif meningkatkan prestasi belajar Psikologi
Eksperimen pada mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Usaha penyelenggaraan sistem pengajaran
nasional tidak terlepas dari peran metode
pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar.
Tenaga pengajar menurut Mochtar (dalam
Bastian, 2002) diharapkan tidak hanya
memikirkan tentang pendidikan namun juga
keadaan situasional dan membekali anak didik
Pendahuluan/Latar Belakang untuk menangkap berbagai jenis makna
4.
Masalah kehidupan. Anak didik diharapkan memiliki
kemampuan antisipasi dengan bekal pengetahuan
nilai dan keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Hal ini menandakan bahwa
pendidik sebagai tenaga pengajar diharapkan
memiliki metode untuk menghimpun
pengetahuan dengan memberikan pemahaman
yang benar, penuh dan aplikatif.
Menurut Tarmudji (1994), metode mengajar
ceramah adalah sebuah cara memberikan
penjelasan-penjelasan lisan kepada peserta untuk
menyampaikan materi, sedangkan peranan peserta
dalam metode ceramah ialah mendengarkan
dengan teliti serta mencatat pokok-pokok penting
yang dikemukakan oleh penyaji materi
Teori/Definisi dari variable
5. (penceramah).
yang terlibat

Menurut Suryosubroto (1997) Metode Mengajar


Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran di mana guru memberi kesempatan
kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)
untuk meng adakan perbincangan ilmiah guna
mengum pulkan pendapat, memebuat kesimpulan
atau menyusun berbagai alternative pemecahan
atas susuatu masalah.

Konsep belajar mandiri adalah belajar secara


berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang
lain. Heinich, dkk (dalam Pribadi, 2009)
mengemukakan bahwa pembelajaran mandiri
menggunakan paket bahan ajaran pada sistem
pembelajaran jarak jauh. Pada penelitian ini
pelaksanaan pembelajaran mandiri
dikombinasikan dengan pembelajaran dikelas
atau tatap muka dengan kegiatan dosen
memberikan umpan balik atas proses belajar
mandiri yang dilakukan dirumah. Umpan balik
yang diberikan merupakan informasi yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas proses
dalam sebuah pembelajaran.
a. Hipotesis mayor yaitu ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar psikologi
eks perimen pada mahasiswa psikologi UIN
Suska Riau.
6. Hipotesis
b. Hipotesis minor yaitu metode pembelajaran
diskusi paling efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar psikologi eksperimen pada
mahasiswa psikologi UIN Suska Riau.
Subyek pada mahasiswa penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa fakultas Psikologi UIN Suska
Riau semester VI yang mengambil mata kuliah
7. Sampel/subjek penelitian Psikologi Eksperimen, yaitu VI A, VI B, VI C,
VID, dan VI E. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling dengan
kriteria tingkat inteligensi berada pada kategori
agak rendah sampai dengan agak tinggi.
Penelitian ini menggunakan desain Randomized
Blocked One Way Anova. Teknik ini memiliki
Desain Penelitian/Rancangan teknik control tambahan dengan dilakukannya
8.
Eksperimen blocking dan randomisasi. Dalam penelitian ini,
di setiap akhir tatap muka mahasiswa diberikan
kuis untuk melihat sebaran nilai yang diinginkan.
Proses pengumpulan data dalam penelitian
9. Metode Pengambilan Data eksperimen ini, peneliti menggunakan tes prestasi
belajar Psikologi Eksperimen dan SPM.
1. Penentuan subyek dilakukan secara purposive
sampling
2. Di awal pertemuan subyek diberikan tes tertulis
dan SPM yang bertujuan untuk menyamakan
baseline.
3. Selanjutnya subyek diminta untuk mahasiswa
10. Pelaksanaan Penelitian menandatangani kontrak penelitian yang
berisi kesediaan subyek dalam mengikuti aturan
main dalam kelas psikologi eksperimen.
4. Subyek diberikan pre test dan pos test pada
awal dan akhir perkuliahan pada pertemuan ke IV
5. Untuk selanjutnya selama 4 kali berturutturut
subyek diberikan perlakuan yang
Teknik analisa data yang digunakan adalah one-
way anova. Hasil analisa data menunjukkan
11. Metode Analisis Data
terdapat pengaruh metode pembelajaran dengan
prestasi belajar Psikologi
1. Uji Asumsi Uji ini dimaksudkan untuk melihat
apakah data yang dimiliki memenuhi
persyaratan, yaitu uji normalitas dan
12. Hasil Penelitian
homogenitas. Berdasarkan uji normalitas, dengan
menggunakan rumus Skewness/ std.error of
skewness didapatkan hasil -0,56 untuk data
pretest dan -1,13 untuk data posttest. Selain itu,
dengan menggunakan rumus kurtosis/std.error of
kurtosis didapatkan hasil -0,43 untuk data pretest
dan -1,46 untuk data posttest. Dengan demikian,
tampak bahwa data pretest dan posttest dalam
penelitian ini normal (berada diantara - 2 sampai
dengan 2). Berdasarkan hasil dari uji homegenitas
didapatkan bahwa data homogen dengan p=0.001
(p homogen dengan p=0.001 (p<0.05).

2. Uji Hipotesis
Berdasarkan analisis menggunakan anova satu
jalur didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
metode pembelajaran dengan prestasi belajar
Psikologi Eksperimen pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Suska Riau,
dengan F sebesar 10.759, p= 0.000 (p<0.05).
Artinya metode pembelajaran yang diberikan
mempengaruhi prestasi belajar psikologi
eksperimen mahasiswa psikologi Universitas
Islam Negeri Suska Riau.
1. Hipotesa diterima artinya ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar psikologi
eksperimen mahasiswa Psikologi UIN Suska
Riau.

13. Kesimpulan
2. Metode pembelajaran diskusi adalah metode
pembelajaran yang paling efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar, untuk
meningkatkan prestasi belajar, dan pembelajaran
mandiri.
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

PENGARUH JENIS MUSIK TERHADAP PERFORMA


KOGNITIF YANG MENUNTUT INGATAN JANGKA
PENDEK PADA ANAK-ANAK USIA 7-11 TAHUN

Ayu Paramita Sari1,


Aully Grashinta2

Fakultas Psikologi
Universitas Pancasila
Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan 12640, Indonesia
1
e-mail: stefani_ayu@yahoo.com
2
e-mail: aullygrashinta@univpancasila.ac.id

Abstract—There are so many human information received through the senses such
as music. There are numbers of research that examines the influence of music,
especially classical music on human cognitive abilities. But it is difficult to find study
that examine the influence of other types of music other than classical music, such as
pop music. The aim of this research was to examine the influence of types of music on
cognitive performance that requires short-term memory. This study was a quasi-
experimental study using a quantitative approach that uses short-term memory tests in
the form of a series of meaningless letters while listening to classical music
(Experiment Group 1), pop music (Experiment Group 2), and no music (Controlled
Group). Samples of this study were 150 childrens aged 7-11 years who have good
reading skills. To compare the effect of music to the children’s short memory,
statistical technique used was ANOVA. The result indicated that there existed a
significant relationship between the pop music on cognitive performance that requires
short-term memory in children aged 7-11 years.

Keywords: types of music; cognitive performance; short-term memory

Abstrak—Begitu banyak informasi yang manusia terima melalui panca indera,


salah satunya dengan mendengarkan musik. Banyak penelitian yang meneliti tentang
pengaruh musik khususnya musik klasik terhadap kemampuan kognitif seseorang.
Namun masih jarang penelitian yang dilakukan untuk meneliti tentang pengaruh
musik lain selain musik klasik, misalnya musik pop. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh jenis musik terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan
jangka pendek. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan tes ingatan jangka pendek
berupa serangkaian huruf yang tak bermakna dan diperdengarkan musik klasik
450
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

(Kelompok Eksperimen 1), musik pop (Kelompok Eksperimen 2) dan tanpa


diperdengarkan musik (Kelompok Kontrol). Sampel dalam penelitian ini adalah 150
anak usia tahap operasional konkrit Piaget yaitu usia 7-11 tahun yang memiliki
kemampuan membaca yang baik. Untuk dapat mengetahui pengaruh kenis musik
terhadap ingatan jangka pendek anak digunakan teknik analisis ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat musik pop berpengaruh secara signifikan
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak usia 7-11
tahun.

Kata kunci : jenis musik; performa kognitif; ingatan jangka pendek

PENDAHULUAN

Manusia menerima berbagai macam informasi dari lingkungannya melalui indera yang
dimiliki yaitu indera penglihatan-mata, indera pendengaran-telinga, indera penciuman-hidung,
indera pengecap-lidah, dan indera peraba-kulit. Menurut Atkinson dan Shiffrin (1968) informasi
akan diterima, disimpan, dan diolah secara sadar ataupun tidak sadar (unconscious). Menurut
McLeod (2002) informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si
penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Informasi disimpan
dan diolah dalam tiga tahapan yaitu sensori memori, ingatan jangka pendek (Short Term Memory),
dan ingatan jangka panjang (Long Term Memory).
Ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di
masa yang akan datang. Ingatan khususnya ingatan jangka pendek, diperlukan oleh anak-anak di
usia 7-11 tahun karena anak-anak di usia ini termasuk dalam usia operasional konkrit menurut teori
Piaget (1967 dalam Santrock, 2002). Tahap pada rentang usia tersebut perkembangan kognitif anak
masih terbatas pada mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek secara nyata. Mereka belum dapat
bernalar mengenai abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah secara verbal yang sifatnya abstrak. Menurut Nasrun (2007) ingatan
dipengaruhi oleh tingkat perhatian, minat, daya konsentrasi, emosi dan kelelahan. Semakin kuat
minat dan atensi maka semakin melekat informasi yang diterima. Selain itu, ingatan dapat juga
dipengaruhi oleh musik. Penelitian Rauscher, Shaw, dan Ky (1995) menunjukkan bahwa musik
Mozart dapat meningkatkan kemampuan penyimpanan memori spasial.
Menurut Rentfrow dan Gosling (2007) terdapat 14 jenis musik yaitu alternative, blues, klasik,
country, elektronik dansa, folk, heavy metal, rap hip hop, jazz, pop, religious, rock, soul funk, dan
soundtrack. Musik yang biasa didengarkan oleh masyarakat Indonesia adalah musik pop, musik
jazz, musik K-pop, musik dangdut (musik melayu) ataupun musik rock. Musik pop sangat
451
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

berkembang di Indonesia khususnya di kalangan usia muda. Sepuluh video musik yang paling
banyak dilihat di Youtube selama tahun 2012 adalah video musik pop (Deliusno, 2012). Data ini
salah satu yang membuktikan bahwa musik pop sangat mudah diterima oleh masyarakat di semua
kalangan usia daripada musik klasik.
Penelitian mengenai kaitan musik klasik dan kemampuan kognitif sangat berkembang.
Penelitian Schellenberg, Nakata, Hunter, dan Tamoto (2007) tentang efek mendengarkan musik
terhadap berbagai performa kognitif menyimpulkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat
meningkatkan berbagai performa kognitif dan (2) hal ini terjadi karena musik merupakan media
yang mengubah keadaan emosi. Gunawan (2007) mengemukakan hasil penelitian yang sangat
mengejutkan yang diperoleh saat melakukan studi terhadap aktivitas otak saat belajar dan saat otak
mendengarkan musik Mozart. Hasil pemindaian (scanning) terhadap aktivitas kedua belah otak
menunjukkan gambar otak antara subjek A yang belajar dengan subjek B yang hanya
mendengarkan musik Mozart memiliki aktivitas otak yang mirip atau hampir sama. Jadi terdapat
kemiripan antara otak yang belajar dengan otak yang mendengarkan musik.
Penelitian yang terkait dengan musik khususnya musik klasik sudah banyak dilakukan dan
terbukti memiliki pengaruh terhadap kecerdasan (Rauscher, Shaw & Ky, 1995; Campbell, 2001;
Gunawan, 2007; Schellenberg, Nakata, Hunter, & Tamoto, 2007). Namun penelitian tentang
pengaruh musik pop terhadap kecerdasan, khususnya ingatan jangka pendek masih jarang
dilakukan. Anak-anak di masa sekarang jarang mendengarkan musik klasik. Keberadaan musik
klasik saat ini memang kurang populer, bahkan agak sulit menemukan koleksi musik klasik di toko
musik (Andjani, 2014). Jika ada koleksnya begitu terbatas dan tidak variatif (Andjani, 2014).
Kebanyakan dari anak-anak muda mendengarkan musik di luar musik klasik seperti pop atau jazz
(Deliusno, 2012). Penelitian ini dikhususkan pada anak usia 7-11 mengingat mereka banyak
menggunakan ingatan jangka pendek karena masih sulit untuk berpikir secara abstrak dan
konseptual.
Ingatan
Memori atau ingatan dalam The New Encyclopedia Britanica (1994) diartikan sebagai
kemampuan menyimpan dan mendapatkan informasi setelah pikiran manusia mendapatkan
pengalaman. Santrock (2002) menjelaskan bahwa ingatan adalah unsur perkembangan kognitif,
yang memuat seluruh situasi, yang di dalamnya individu menyimpan informasi yang individu
terima sepanjang waktu., informasi disimpan dan diolah dalam tiga tahapan yaitu sensori memori,
ingatan jangka pendek (Short Term Memory), dan ingatan jangka panjang (Long Term Memory)

452
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

(Mc. Leod (2002). STM dapat ditingkatkan dengan cara rehearsal (pengulangan) dan encoding
(pengkodean).

Musik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik pop adalah musik dengan irama yang
sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai oleh orang umum. Shuker (2005) juga
mendefinisikan musik pop sebagai musik yang mudah diperoleh, berorientasi pada komersil,
menekankan pada chorus atau ulangan lagu yang mengesankan, dan lirik yang menyenangkan
dengan tema romantik. Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam, sehingga di
dalamnya terangkum warna warni suara yang rentang variasinya sangat luas. Dengan kata lain,
variasi pada musik klasik jauh lebih kaya daripada variasi bunyi musik lainnya..

Masalah Penelitian
“Apakah ada pengaruh yang signifikan antara jenis musik (pop dan klasik) terhadap
performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun?”

Hipotesis
Hipotesis alternatif yaitu “Terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis musik (pop dan
klasik) terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak-anak usia 7-11
tahun”. Hipotesis Null penelitian yaitu “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis musik
(pop dan klasik) terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak-anak
usia 7-11 tahun”.

METODE

Partisipan
Karakteristik subyek dalam penelitian ini anak usia 7-11 tahun dan memiliki kemampuan
membaca. Jumlah sampel yang diambil adalah 150 anak (dari 3 Sekolah Dasar di Jakarta) yang
dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 50 anak .

453
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

Desain
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental, karena pemilihan subyek penelitian
tidak dilakukan secara acak, hanya mengambil subyek-subyek yang sudah terkelompok pada 3
Sekolah Dasar di Jakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cozby dan Bates (2012) mengenai
penelitian kuasi eksperimental yang berbeda dengan penelitian eksperimental murni, yaitu pada
eksperimen murni, subyek dipilih secara acak, sedangkan pada kuasi eksperimen pemilihan secara
acak tidak dilakukan.
Pada penelitian ini terdapat 3 kelompok, yaitu 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok
kontrol. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.
Desain Penelitian
Nama Kelompok Stimulus yang Diberikan
Kelompok Eksperimen Satu (KE1) Diberikan stimulus musik klasik Mozart
Kelompok Eksperimen Satu (KE2) Diberikan stimulus musik pop
Kelompok Kontrol (KK) Tidak diberikan stimulus musik apapun

Prosedur
Responden penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yakni yakni kelompok eksperimen 1 (KE1),
kelompok eksperimen (KE2), dan kelompok kontrol (KK). Penelitian dilakukan pada sebuah
sekolah sehingga ruangan diatur sedemikian rupa untuk dapat menampung semua subyek penelitian
dalam satu kali eksperimen. Kondisi sekolah yang tenang dan kondusif agar musik yang
diperdengarkan dapat didengarkan dengan jelas juga menjadi hal yang dikontrol dalam penelitian
ini. Untuk KE1 dan KE2 digunakan sound system yang sama dengan kondisi yang baik sehingga
dapat didengar oleh 50 anak dalam satu kelas.
Tugas yang diberikan kepada anak adalah menghafalkan setiap item soal dalam waktu 3 detik
dan menuliskannya kembali pada lembar jawaban selama 15 detik. Hafalan terdiri dari 9 item soal
yang dimulai dari 2 rangkaian huruf tak bermakna. Pada setiap item soal jumlah rangkaian huruf tak
bermakna ditambah satu sehingga pada soal ke-9 terdapat satu rangkaian berisi 10 huruf yang harus
dihafalkan oleh anak. Dengan demikian derajat kesulitan item semakin lama semakin meningkat.
Pada KE1 diperdengarkan musik klasik dari Mozart dengan judul Mozart-Symphony 40 in g
minor, k 550-1, molto allegro selama 5 menit pada volume 18. Pada KE2 diperdengarkan musik
pop dengan judul Uptown Girl yang dipopulerkan oleh boyband Westlife selam 5 menit pada
volume 18. Sementara untuk KK tidak de dan diperdengarkan iringan musik klasik untuk kelompok
eksperimen 1 (KE1), musik pop untuk kelompok eksperimen 2 (KE2), dan tanpa musik untuk
kelompok kontrol (KK) tidak diberikan musik apapun. Kemudian musik pada KE1 dan KE2
454
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

dikecilkan menjadi 11 sehingga musik masih bisa didengarkan dan anak dapat mendengarkan suara
instruksi. Instruksi diberikan untuk mengerjakan tugas yakni ditayangkan rangkaian huruf di layar
selama 3 detik. Anak diberi waktu 15 detik untuk mereka menuliskan apa yang diingat pada lembar
yang sudah dibagikan. Setelah selesai item 1 dilanjutkan dengan item 2 dan seterusnya dengan
prosedur yang sama hingga item ke-9. Setelah waktu habis dan semua mengumpulkan lembar
jawaban, musik dimatikan. Skoring dilakukan berdasarkan banyaknya jawaban benar yang
diberikan anak pada KE1, KE2, dan KK.

Teknik Analisis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji realibiltas dan validitas jawaban dari tiap
item pertanyaan dari masing-masing variabel penelitian, dengan menggunakan Pearson Correlation.
Setelah itu dilakukan uji tingkat kesukaran dan daya pembeda item test. Kemudian dilakukan uji
One Way ANOVA untuk menguji hipotesis yang diajukan. Terakhir dilakukan analisis lanjutan
karena hasil uji one way ANOVA adalah rata-rata berbeda. Analisis lanjutan ini menggunakan Uji
LSD untuk mendapatkan hasil post hoc test.

ANALISIS DAN HASIL

Hasil Uji Realibiltas dan Validitas Alat Ukur


Uji validitas pada tes ingatan jangka pendek menghasilkan r hitung diatas 0,208 yang
dimana r tabel memiliki skor (df = 106-2= 104), r tabel (0,05;2) = 0,1909. Didapatkan r hitung lebih
besar dari r tabel, maka tes ini dianggap valid. Sedangkan uji reliabilitasnya sebesar r = 0,687
(masih cukup reliable, karena mendekati 0,7 [Cozby & Bates, 2012]).

Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda


Tabel 2.
Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya pembeda
No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
(TK) (DP) TK DP
1 0,98 0,04 Mudah Buruk
2 0,97 0,06 Mudah Buruk
3 0,97 0,02 Mudah Buruk
4 0,82 0,21 Mudah Cukup
5 0,63 0,70 Sedang Baik
6 0,50 0,66 Sedang Baik
7 0,41 0,47 Sedang Baik
8 0,42 0,60 Sedang Baik
9 0,26 0,32 Sukar Cukup
455
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

Dapat disimpulkan bahwa alat ukur memiliki tingkat kesukaran dari yang paling mudah
hingga yang paling sulit serta memiliki daya pembeda yang baik tiap item pertanyaannya.

Hasil Uji One Way ANOVA dan Uji LSD

Tabel 3.
Hasil Penghitungan Mean dan Standar Deviasi
Kelompok N Prosentase M SD
KE 1 50 33.3. 4.94 1.731
KE 2 50 33.3 5.66 1.891
KK 50 33.3 4.88 1.637
Total 150 100

Untuk mengetahui apakah perbedaan dengan mean KE1 dan KE2 berbeda secara signifikan,
maka dilakukan perhitungan One Way ANOVA

Tabel 4.
Penghitungan One Way ANOVA
SS df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.840 2. 9.420 3.055 .050
Within Groups 453.320 147 3.084
Total 472.160 149

Pada Tabel 3 di atas pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P-value) = 0,050, dengan demikian
pada taraf nyata 0,05 menolak H0, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah ada perbedaan
yang signifikan antara jenis musik terhadap ingatan jangka pendek. Hasil uji tersebut menunjukkan
bahwa H0 yang ada dalam penelitian ini ditolak. Untuk bisa melihat seberapa besar signifikansi dari
rata-rata tiap kelompok satu terhadap kelompok lain perlu dilakukan adanya uji lanjut yaitu uji LSD
utuk mendapatkan hasil post hoc test.

Tabel 5.
Hasil Post Hoc Test
(I) Kel (J) Kel Mean Differences Standard Error Sig.
(I-J)
Klasik Pop -.720* .351 .042
Kontrol .060 .351 .865

Pop Klasik .720* .351 .042


Kontrol .780* .351 .028
Kontrol Klasik -.060 .351 .865
Pop -.780* .351 .028
Catatan: * = signifikan pada nilai p = .05

456
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

Pengaruh yang paling signifikan yaitu pada KE2 yang diberikan musik pop terhadap
kelompok kontrol. Mean difference yang diperoleh KE2 terhadap KE1 adalah sebesar 0,720 dan
perbedaan pengaruh yang paling besar ialah KE2 yang dibandingkan dengan KK adalah sebesar
0,780. Jadi kesimpulannya, musik pop memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ingatan jangka
pendek apabila dibandingkan musik klasik dengan kelompok kontrol.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis musik
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Collwell (1994 dalam Kuwanto & Natalia 2001) yang
mengatakan bahwa musik terbukti dapat menunjang proses recall. Proses recall di dalam otak
sangat diperlukan dalam menjawab tes dalam penelitian ini.
Kelompok yang diperdengarkan musik pop memiliki rata-rata skor mengingat yang paling
tinggi dibandingkan dengan musik klasik ataupun kelompok yang tidak diberikan musik sama
sekali. Kelompok yang diberikan musik pop memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelompok
kontrol. Musik pop yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis musik yang gembira dan
bertempo sedikit cepat. Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian baru karena masih jarang
dilakukan penelitian tentang musik pop, padahal anak-anak Indonesia lebih sering mendengarkan
musk pop. Apabila emosi yang diterima oleh subyek penelitian dalam kelompok musik pop adalah
emosi yang menyenangkan maka informasi (dalam penelitian ini rangkaian huruf tak bermakna)
yang diterima oleh subyek dalam kelompok ini akan diproses lebih efisien. Hal ini bisa dinamakan
fenomena Pollyanna Principles dari Schellenberg, Nakata, Hunter, dan Tamoto (2007) yaitu satuan
informasi yang secara emosi menyenangkan biasanya diproses lebih efisien dan tepat daripada
informasi yang mengandung kesedihan.
Hal yang dapat juga dianalisa dari hasil yang dimana musik pop memiliki nilai mean lebih
unggul dari kelompok klasik ataupun kelompok kontrol ialah terkait dengan faktor budaya. Menurut
Berry, Poortinga, Segall, dan Dasen (dalam Sarwono 2014), budaya adalah produk dari kognisi
yang muncul dalam berbagai bentuk, seperti norma, keyakinan (belief), pendapat, nilai, dan
sebagainya. Kebudayaan dipelajari sejak manusia dari kecil dan lebih menitikberatkan pada
pembelajaran melalui pengalaman misalnya melalui enkulturasi dan sosialisasi. Dalam proses
enkulturasi dan sosialisasi budaya, terdapat agen-agen yang berperan yaitu orang tua, keluarga,
teman, tetangga, dan media massa. Jika dilihat lebih dalam, agen-agen ini mewakili lingkungan
budaya individu berkembang. Jika seorang anak dilahirkan dan berkembang di lingkungan yang
457
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

terkecil sampai terluas lebih sering mendengarkan musik klasik maka anak tersebut akan terbiasa
dan menyenangi musik klasik, berbeda dengan apabila seorang anak dibesarkan di sebuah wilayah
tertentu di Jawa, misalnya, maka anak tersebut terbiasa dan kemungkinan akan menyenangi lagu-
lagu tradisional dari Jawa. Hal ini sejalan jika anak terbiasa diperdengarkan musik pop, maka anak
akan terbiasa mendengarkan dan menyenangi musik pop. Di Indonesia, musik klasik masih sangat
asing karena lingkungan budaya yang ada tidak terbiasa mendengarkan musik klasik melainkan
musik pop. Dalam penelitian ini, subyek penelitian lahir dalam lingkungan budaya yang terbiasa
mendengarkan musik pop daripada musik klasik. Musik pop merupakan stimulus yang
menyenangkan dan menimbulkan emosi yang baik bagi subyek dalam penelitian ini. Hal ini yang
mungkin membuat musik pop lebih signifikan terhadap performa kognitif.
Kelompok yang tidak diberikan musik sama sekali dan kelompok yang diberikan musik
klasik, dalam penelitian ini, memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap performa kognitif
yang menuntut ingatan jangka pendek apabila dibandingkan dengan kelompok musik pop. Hal ini
berarti pemberian musik pop meningkatkan optimalisasi performa kognitif anak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenis musik yang menyenangkan akan berpengaruh terhadap
emosi seseorang yang baik, yang pada akhirnya akan berdampak pada optimalnya performa kognitif
yang menuntut ingatan jangka pendek pada individu tersebut. Jenis musik yang menyenangkan bagi
subyek dalam penelitian ini adalah musik pop karena musik ini merupakan musik yang sering
diperdengarkan, digemari, dan sesuai dengan lingkungan budaya dimana subyek dilahirkan. Jadi,
untuk dapat meningkatkan performa kognitif individu dapat diperdengarkan jenis musik pop, tapi
yang akan lebih baik jika individu tersebut diperdengarkan musik pop atau musik lain yang
menyenangkan bagi emosi pendengar. Jenis musik yang menyenangkan bagi pendengarnya dan
yang diperdengarkan akan berbeda antara lingkungan budaya yang satu dengan lingkungan budaya
yang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara jenis musik pop
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun,
sedangkan musik klasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap performa kognitif yang
menuntut ingatan jangka pendek. Hal ini disebabkan subyek penelitian lebih menyenangi
mendengar musik pop dibanding musik klasik. Dengan demikian, faktor budaya diperkirakan

458
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

memberi peranan yang signifikan terkait pilihan tema musik yang berdampak terhadap memori
seseorang.
Penelitian selanjutnya dapat mengganti jenis musik selain klasik dan pop, untuk mengetahui
jenis musik apakah yang paling berpengaruh pada ingatan jangka pendek anak-anak, terutama di
Indonesia. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan bagi orangtua dan
pengajar untuk menggunakan metode pengajaran terhadap anak dengan mendengarkan musik pop.

REFERENSI
Andjani, K. (6 Oktober 2014). Vindication of the rights of classical music. Majalah Loka. Ditemu
kembali dari http://www.loka-majalah.com/vindication-of-the-rights-of-classical-music/ .
Atkinson, R. & Shiffrin, R. (1968). Human memory: A proposed system and it is control processes.
Dalam K Spence & J Spence (Eds.). The Psychology of Learning ang Motivation: Advances
in Research and Theory (hal. 89-195). New York, NY: Academic Press.
Campbell, D. (2001). Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran,
Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Cozby, P. C. & Bates, S. C. (2012). Methods in Behavioral Research (11th ed.). New York, NY:
McGraw-Hill.
Deliusno. (19 Desember 2012). Top 10 video Youtube di Indonesia, "Gangnam Style" teratas.
Ditemu kembali dari http://tekno.kompas.com/read/2012/12/19/11160080/
top.10.video.youtube.di.indonesia.quotgangnam.stylequot.teratas
Gunawan, A. W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kuwanto., L., & Natalia., J. (2001). Pengaruh terapi musik terhadap keterampilan berbahasa pada
anak autistik, Jurnal ANIMA, 16(2), 190-214.
McLeod, R. (2002). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Prenhallindo.
Musik Pop. (2008). Dalam Kamus besar bahasa indonesia (4th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Nasrun. (2007). Ingatan pada Manusia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Rauscher, F. H., Shaw, G. & Ky, K. (1995). Listening to Mozart enhances spatial-temporal
reasoning: towards a neurophysiological basis. Neuroscience Letters, 185, 44-47.
Rentfrow, P. J. & Gosling, S. D. (2007). The content and validity of stereotypes about fans of 14
music genres. Psychology of Music, 35, 306-326.
459
Jurnal Psikologi Ulayat, Vol. 2. No. 2 / Desember 2015, hlm. 461-472

Santrock , J. W. (2002). Life-span Development (Ed. 5). Jakarta: Erlangga.


Sarwono, S. W. (2014). Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: Rajawali Pers.
Schellenberg, G. E., Nakata, T., Hunter, P.G., & Tamoto, S. (2007). Exposure to music and
cognitive performance: tests of children and adults. Psychology of Music, 35, 5-19.

460
A. Identitas Jurnal:

 Jurnal : Jurnal Psikologi Ulayat


 Volume : Vol. 2. No. 2
 Tahun terbit : Desember 2015

B. Review Jurnal 5

Pengaruh Jenis Musik Terhadap Performa Kognitif


1. Judul Penelitian Yang Menuntut Ingatan Jangka Pendek Pada Anak-
Anak Usia 7-11 Tahun
1) Ayu Paramita Sari
2. Nama Peneliti
2) Aully Grashinta
Begitu banyak informasi yang manusia terima
melalui panca indera, salah satunya dengan
mendengarkan musik. Banyak penelitian yang
meneliti tentang pengaruh musik khususnya musik
klasik terhadap kemampuan kognitif seseorang.
Namun masih jarang penelitian yang dilakukan
untuk meneliti tentang pengaruh musik lain selain
musik klasik, misalnya musik pop. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh jenis musik
3. Abstrak
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan
jangka pendek. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimental dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif yang menggunakan tes
ingatan jangka pendek berupa serangkaian huruf
yang tak bermakna dan diperdengarkan musik
klasik (Kelompok Eksperimen 1), musik pop
(Kelompok Eksperimen 2) dan tanpa
diperdengarkan musik (Kelompok Kontrol).
Pendahuluan/Latar Belakang Penelitian mengenai kaitan musik klasik dan
4.
Masalah kemampuan kognitif sangat berkembang.
Penelitian Schellenberg, Nakata, Hunter, dan
Tamoto (2007) tentang efek mendengarkan musik
terhadap berbagai performa kognitif menyimpulkan
bahwa mendengarkan musik Mozart dapat
meningkatkan berbagai performa kognitif dan (2)
hal ini terjadi karena musik merupakan media yang
mengubah keadaan emosi. Gunawan (2007)
mengemukakan hasil penelitian yang sangat
mengejutkan yang diperoleh saat melakukan studi
terhadap aktivitas otak saat belajar dan saat otak
mendengarkan musik Mozart. Hasil pemindaian
(scanning) terhadap aktivitas kedua belah otak
menunjukkan gambar otak antara subjek A yang
belajar dengan subjek B yang hanya mendengarkan
musik Mozart memiliki aktivitas otak yang mirip
atau hampir sama. Jadi terdapat kemiripan antara
otak yang belajar dengan otak yang mendengarkan
musik.
Teori/definisi yang terlibat adalah tentang ingatan
dan musik. Santrock (2002) menjelaskan bahwa
ingatan adalah unsur perkembangan kognitif, yang
memuat seluruh situasi, yang di dalamnya individu
menyimpan informasi yang individu terima
sepanjang waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Teori/Definisi dari variable Indonesia (2008) musik pop adalah musik dengan
5.
yang terlibat irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan
disukai oleh orang umum. Shuker (2005) juga
mendefinisikan musik pop sebagai musik yang
mudah diperoleh, berorientasi pada komersil,
menekankan pada chorus atau ulangan lagu yang
mengesankan, dan lirik yang menyenangkan
dengan tema romantik.
6. Hipotesis H0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara
jenis musik (pop dan klasik) terhadap performa
kognitif yang menuntut ingatan jangka pendek
pada anak-anak usia 7-11 tahun.

H1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan


antara jenis musik (pop dan klasik) terhadap
performa kognitif yang menuntut ingatan jangka
pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun.
Karakteristik subyek dalam penelitian ini anak usia
7-11 tahun dan memiliki kemampuan membaca.
7. Sampel/subjek penelitian Jumlah sampel yang diambil adalah 150 anak (dari
3 Sekolah Dasar di Jakarta) yang dibagi dalam 3
kelompok yang masing-masing terdiri atas 50 anak.
Desain menggunakan Nonequivalent Control
Group Design. Desain ini hampir sama dengan
Desain Penelitian/Rancangan
8. pretest-posttest control group design, hanya pada
Eksperimen
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara random.
Metode Pengambilan Data menggunakan kuasi
eksperimental, karena pemilihan subyek penelitian
9. Metode Pengambilan Data tidak dilakukan secara acak, hanya mengambil
subyek-subyek yang sudah terkelompok pada 3
Sekolah Dasar di Jakarta.
Responden penelitian dibagi menjadi 3 kelompok
yakni yakni kelompok eksperimen 1 (KE1),
kelompok eksperimen (KE2), dan kelompok
kontrol (KK). Penelitian dilakukan pada sebuah
sekolah sehingga ruangan diatur sedemikian rupa
10. Pelaksanaan Penelitian
untuk dapat menampung semua subyek penelitian
dalam satu kali eksperimen. Pada KE1
diperdengarkan musik klasik dari Mozart dengan
judul Mozart-Symphony 40 in g minor, k 550-1,
molto allegro selama 5 menit pada volume 18.
Pada KE2 diperdengarkan musik pop dengan judul
Uptown Girl yang dipopulerkan oleh boyband
Westlife selam 5 menit pada volume 18. Sementara
untuk KK tidak de dan diperdengarkan iringan
musik klasik untuk kelompok eksperimen 1 (KE1),
musik pop untuk kelompok eksperimen 2 (KE2),
dan tanpa musik untuk kelompok kontrol (KK)
tidak diberikan musik apapun. Kemudian musik
pada KE1 dan KE2 dikecilkan menjadi 11 sehingga
musik masih bisa didengarkan dan anak dapat
mendengarkan suara instruksi. Instruksi diberikan
untuk mengerjakan tugas yakni ditayangkan
rangkaian huruf di layar selama 3 detik. Anak
diberi waktu 15 detik untuk mereka menuliskan
apa yang diingat pada lembar yang sudah
dibagikan. Setelah selesai item 1 dilanjutkan
dengan item 2 dan seterusnya dengan prosedur
yang sama hingga item ke-9. Setelah waktu habis
dan semua mengumpulkan lembar jawaban, musik
dimatikan. Skoring dilakukan berdasarkan
banyaknya jawaban benar yang diberikan anak
pada KE1, KE2, dan KK.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji
realibiltas dan validitas jawaban dari tiap item
11. Metode Analisis Data
pertanyaan dari masing-masing variabel penelitian,
dengan menggunakan Pearson Correlation.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara jenis musik
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan
12. Hasil Penelitian jangka pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Collwell
(1994 dalam Kuwanto & Natalia 2001) yang
mengatakan bahwa musik terbukti dapat
menunjang proses recall. Proses recall di dalam
otak sangat diperlukan dalam menjawab tes dalam
penelitian ini.
Simpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh
yang signifikan antara jenis musik pop terhadap
performa kognitif yang menuntut ingatan jangka
pendek pada anak-anak usia 7-11 tahun, sedangkan
musik klasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap performa kognitif yang menuntut ingatan
13. Kesimpulan
jangka pendek. Hal ini disebabkan subyek
penelitian lebih menyenangi mendengar musik pop
dibanding musik klasik. Dengan demikian, faktor
budaya diperkirakan memberi peranan yang
signifikan terkait pilihan tema musik yang
berdampak terhadap memori seseorang.

Anda mungkin juga menyukai