Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DAN EXAMPLE NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Iffah Nur Yuliarti, Siti Rochani Ch, Zaini Rohmad


Iffahnur71@gmail.com
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta

ABSTRAK
Iffah Nur Yuliarti. K8413035. PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE GROUP INVESTIGATION DAN EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Skripsi: Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2017
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi
dengan penerapan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Example non
Examples di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK) (Classroom Action Research) . Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 35 siswa. Penelitian dilaksanakan dua siklus tindakan. Siklus
pertama membahas pokok bahasan konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaiannya dan siklus kedua
membahas pokok bahasan integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya penyelesaian konflik dan kekerasan.
Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran sosiologi berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, test dan dokumentasi. Data
yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan pembelajaran siswa dianalisis dengan menghitung dari
keseluruhan aspek yang diamati. Data yang diperoleh dari test dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata
kelas XI IPS 3 tiap siklus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan
kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Example non Examples pada materi
konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaiannya, dan integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya
penyelesaian konflik dan kekerasan mengalami peningkatan baik dari hasil belajar ranah afektif, psikomotorik,
dan kognitif. Hasil ini terlihat dari rata-rata hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2
Sukoharjo yang mengalami peningkatan baik dari ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif. Hasil belajar
siswa ranah afektif mengalami peningkatan dari nilai rata – rata siswa prasiklus yaitu 2,38 meningkat 0,20
pada siklus I sebesar 2,58 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 0, 39 dengan nilai rata-rata
siswa menjadi 2, 97 dari interval nilai 1-4. Ranah Psikomotorik mengalami peningkatan dari nilai rata – rata
siswa prasiklus yaitu 2, 61 meningkat 0, 09 pada siklus I sebesar 2, 7 mengalami kenaikan hasil belajar pada
siklus II sebesar 0, 4 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 3, 1 dari interval nilai 1-4. Pada ranah Kognitif siswa
mengalami peningkatan dari nilai rata – rata siswa prsiklus yaitu 62, 88 meningkat 14, 49 pada siklus I sebesar
77, 37 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 6, 97 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 84,
34 dari interval 1-100. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo yang
mulanya tergolong rendah, setelah tindakan mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas dalam ranah afektif,
psikomotorik, dan kognitif.

Kata kunci : Konbinasi model pembelajaran, Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI),
Pembelajaran kooperatif tipe Example non Example (EnE), hasil belajar.

1
ABSTRACT

Iffah Nur Yuliarti K8413035. IMPLEMENTATION OF COMBINATION COOPERATIVE LEARNING TYPE


GROUP INVESTIGATION (GI) AND EXAMPLE NON EXAMPLE (ENE) TO INCREASE SOSIOLOGY
LEARNING ACHIEVEMENT IN THE XI SOCIAL 3 STUDENTS OF SMA NEGERI 2 SUKOHARJO IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2016/2017. Undergraduate Thesis: Education and Teacher Faculty Sebelas Maret University.
Mei 2017.
The objective of research was to improve sociological learning achievement by applying combination Group
Investigation (GI) and Example non Examples (EnE) types of learning model in the XI IPS3 graders of SMA Negeri 2
Sukoharjo in the academic year of 2016/2017. This study was a Classroom Action Research (CAR). The subject of
research was the XI IPS3 graders of SMA Negeri 2 Sukoharjo in consisting of 35 students. Research carried out two
cycles act. The cycle first discuss subjects of conflict, violence, and settlement efforts and the cycle of the two to discuss
the subject of integration and social reintegration as an effort to resolve conflict and violence. Data obtained from the
observation of research results for learning activities sociology continue to use sheets observation learning activities ,
field notes, Test and documentation. The data collected from observation student learning activities sheets analyzed by
counting from all the aspects that observed. Data obtained from test analyzed by counting the average value of XI IPS 3
class at every cycles.
The research results show that learning outcomes sociology students after the application of combination model
of learning cooperative type Group Investigation (GI) and Example non Examples (EnE) to the matter of conflict,
violence, and settlement efforts, and the integration and social reintegration as an effort to resolve conflict and violence.
This result can be seen from the average of sociology learning result of class XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo which
has improved both from the affective, psychomotor, and cognitive spheres. Student affective learning outcomes have an
increase from the average value of students prasiklus that is 2.38 increased 0.20 in the first cycle of 2.58 increased
learning outcomes in cycle II of 0, 39 with the average value of students to 2, 97 rom interval values 1-4. Psychomotor
domains have an increase from the average value of students prasiklus that is 2, 61 increased 0, 09 in the first cycle of 2,
7 increased learning outcomes in cycle II of 0, 4 with the average value of students to 3, 1 of the interval value 1-4. In the
cognitive domain students increased from the average score of the pre-cycle students, that is 62, 88 increased 14, 49 in
the first cycle of 77, 37 experienced an increase in learning outcomes in cycle II of 6, 97 with the average student to 84,
34 from 1-100 intervals. Thus, the result of the study of the students of class XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo which
was initially low, after the action has increased the average value of the class in the affective, psychomotor, and cognitive
spheres

Key word : Combination cooperative learning, cooperative learning type Group Investigation (GI), cooperative learning
type Example non Example (EnE), and learning achievement.

PENDAHULUAN mereka rendah. Buktinya hasil yang mereka


dapatkan pada ulangan harian itu, hanya 10 siswa
dari 35 yang lulus KKM yang ditetapkan sekolah
S ekolah sekarang banyak
menerapkan Kurikulum 2013. Dimana
yang

siswa disini dituntut untuk lebih aktif lagi, dan guru


yaitu 75. Hal ini terkadang membuat guru harus
mengulang materi pembelajarannya agar para
juga dituntut agar bisa mengarahkan siswanya peserta didik paham dan juga mengharuskan guru
untuk aktif dalam pembelajaran. Namun hal itu melakukan perbaikan nilai untuk anak dengan cara
tidak terlepas dari berbagai kendala yang ada. ulangan lagi.
Seperti hal nya kelas XI IPS3, berdasarkan hasil Dengan situasi anak yang sedemikuan rupa
pengamatan telah ditemukan beberapa itu maka kegiatan belajar mengajar haruslah
permasalahan yang terjadi di kelas. Salah satunya dievaluasi dan disesuaikan dengan keadaan yang
adalah pasifnya kelas ini pada saat sesi diskusi ada. Maka guru harus mencari metode yang tepat
maupun metode ceramah yang dilakukan oleh guru, untuk jenis kelas yang seperti ini, agar kelas bisa
mereka juga belum mampu memahami materi yang aktif, kondusif, dan bisa memahami isi materi
ada selama guru memberikan keterangan maupun dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
dalam diskusi. Dari 35 peserta didik , yang Pada akhirnya peneliti dan guru kolaborator
mengikuti dengan serius pembelajaran diskusi menyetujui untuk melakukan tindakan terhadap
hanya mencapai kurang dari 50%. Hal ini kelas XI IPS 3 dengan metode Group Investigation.
mengakibatkan beberapa anak mangalami kesulitan Akan tetapi guru masih khawatir dengan
dalam pembelajaran dan membuat hasil belajar pemahaman siswa ketika hanya melakukan
2
tindakan metode pembelajaran Group Investigation. non Examples untuk mengatasi permasalahan yang
Karna siswa banyak yang belum tahu pemahaman ada di kelas XI IPS3. Maka dari itu berdasarkan
materi dasarnya, maka apabila langsung diberi dari data di atas, kesepakatan dari peneliti dan guru
tindakan dengan metode pembelajaran Group kolaborator maka untuk meningkatkan hasil belajar
Investigation dikhawatirkan mereka akan tidak peserta didik, maka akan dilaksanakan perbaikan
paham terhadap konsep suatu materi dan berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran
pembelajaran dengan Group Investigation akan sosiologi dengan perumusan judul penelitian
menjadi banyak terkendala. Maka dari itu untuk tindakan kelas sebagai berikut yaitu:
mengatasi keresahan dari guru kolaborator dan ”Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran
untuk memaksimalkan kinerja dari metode Group Kooperatif Tipe Group Investigation dan
Investigation maka peneliti mengutarakan Example Non Example untuk Meningkatan Hasil
gagasannya, yaitu dengan memberikan masukan Belajar Siswa dalam Pelajaran Sosiologi Kelas
tentang bagaimana apabila Group Investigation ini XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun
dikombinasikan dengan tipe lainnya yaitu Example Pelajaran 2016/2017”.
non Examples. Sebab dengan adanya Example non
Example ini dalam pembelajaran maka akan dapat RUMUSAN MASALAH
meningkatakan keaktifan siswa didalam pekerjaan Berdasarkan pembatasan masalah diatas
kelompok yang telah dibentuk dalam Group maka dalam penelitian ini dirumuskan
Investigation. Metode pembelajaran Example non permasalahan sebagai berikut : Apakah kombinasi
Example ini juga bisa digunakan untuk model pembelajaran kooperatif tipe Group
meningkatkan pemahaman dari peserta didik, Investigation (IG) dan Example non Example dapat
seperti hal nya dengan Group Investigation. Maka meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
dari itu diharapkan dengan meningkatnya sosiologi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2
pemahaman siswa maka meningkat pula hasil SukoharjoTahun Pelajaran 2016/2017?
belajarnya.
Disini peneliti juga menambahkan KAJIAN TEORI
bahwasannya Group investigation akan lebih Penelitian ini merujuk kapada sejumlah
efektif jika dikombinasikan dengan Example non konsep dan teori yang mendukung focus
Example, sebab dalam Example non Example permasalahan penelitian yang ditujukan untuk
seperti yang dikemukakan Komalasari (2011: 61- meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
62) merupakan metode pembelajaran yang sosiologi dengan penerapan kombinasi model
membelajarkan siswa dengan memberikan pembelajaran kooperatif Group Investigation dan
permasalahan yang ada disekitar kita melalui Example non Examples. Berikut adalah sejumlah
analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, kajian teori yang penulis analisis relevansinya
foto-foto, dan kasus bermuatan masalah. Metode ini dengan focus penelitian yang dimaksud.
juga dapat mendorong siswa untuk belajar berpikir a. Model Pembelajaran Kooperatif Kolaboratif
kritis dengan memecahkan permasalahan- Grup Investigation dan Example non Example.
permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh Model Pembelajaran Kooperatif
gambar yang disajikan. Sehingga bisa memudahkan menurut Depdiknas dalam Komalasari (2011:
siswa dalam melakukan Group Investigation karna 62). Model Pembelajaran Kooperatif menurut
pada dasarnya Group Investigation akan sulit (Depdiknas, 2003: 5) merupakan strategi
dilakukan oleh siswa tanpa adanya gambaran- pembelajaran melalui kelompok kecil siswa
gambaran contoh kasus yang yata seperti halnya yang saling bekerjasama dalam
yang ada pada Examlpe non Example. Maka dari itu memaksimalkan kondisi belajar untuk
kedua metode pembelajaran ini harus mencapai tujuan belajar. Artinya Depdiknas
dikombinasikan agar memperoleh hasil mengatakan bahwasannya pembelajaran
pembelajaran yang maksimal, khususnya untuk kooperatif itu dengan cara membagi kelas
meningkatkan pemahaman siswa dan untuk menjasi kelompok-kelompok kecil dimana
meningkatkan hasil belajar mereka. kelompok itu harus membangun kerjasama
Atas dasar beberapa pertimbangan diatas didalamnya untuk mencapai tujuan
maka guru kolaborator pun dengan peneliti sepakat pembelajaran yang dituju. Model pembelajaran
untuk mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif menurut Johson and Johson dalam
kooperatif tipe Group Investigation dan Example Komalasari (2011: 62) Johson and Johson
menyatakan bahwasannya model pembelajaran
3
kooperatif adalah mengelompokan siswa di akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa
dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar model kooperatif unggul dalam membantu
siswa dapat berkerja sama dengan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari sulit. 2) Pengakuan adanya keragaman. Model
satu sama lain dalam kelompok besar tersebut. kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
Artinya pembelajaran kooperatif merupakan teman-temannya yang mempunyai berbagai
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama macam perbedaan latar belakang. Perbedaan
diantara siswa yang dibagi setiapa tersebut antara lain perbedaan suku, agama,
kelompoknya untuk mencapai tujuan kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3)
pembelajaran. Hal ini dinalai lebih bisa untuk Pengembangan keterampilan social.
memaksimalkan kemampuan masing masing Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
anak yang kemudian akan disalurkan dalam mengembangkan keterampilan siswa.
kelas besar di kelas. Model Pembelajran Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain:
Kooperatif menurut Slavin dalam Isjoni. Slavin berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
dalam Komalasari (2011: 62) merupakan model pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pembelajaran yang dimana siswa belajar dan pendapat, dan bekerja dalam kelompok
bekerja secara kelompok-kelompok kecil secara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2-5 Grup Investigation. Pengertian Metode Grup
orang, dengan struktur kelompok yang bersofat Investigation Sharan, 1992 dalam Komalasari
heterogen. Keberhasilan belajar dari suatu (2011: 75-76) menyatakan bahwa Metode
kelompok tergantung pada kemampuan dan investigasi kelompok sering dipandang metode
aktivitas anggota kelompok baik secara yang paling sulit untuk dilaksanakan dalam
individu maupun kelompok. Artinya model pembelajaran, metode ini melibatkan siswa
pembelajaran kooperatif merupakan sejak perencanaan, baik dalam menentukan
pembelajaran yang memandang keberhasilan topic maupun cara untuk mempelajarinya
individu diorientasikan dalam keberhasilan melalui investigasi. Metode ini menuntut para
kelompok, atau dengan kata lain pembelajaran siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dalam berkomunikasi ataupun dalam
yang mengutamakan kerjasama diantara siswa ketrampilan proses kelompok. Biasanya dalam
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok investigasi guru membagi siswanya
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kedalam beberapa kelompok dengan anggota 5-
kooperatif di atas maka dapat peneliti 6 orang yang struktur kelompoknya heterogen.
simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif Kemudian siswa diberi kesempatan untuk
adalah suatu model pembelajaran yang memilih topic mereka yang sesuai dengan
membentuk siswa-siswa belajar dalam pembelajarn dan seterusnya mereka akan
kelompok kecil atau tim untuk saling memberikan laporan terhadap hasil dari
membantu, saling mendiskusikan dan investigasi topic tersebut. Langkah-langkah
berargumentasi dalam menyelesaikan masalah, Grup Investigation Metode Grup Investigation
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan dikembangkan dengan melibatkan para siswa
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran. Peran masing-masing kelompok pelaksanaannya, IG hendaknya dirancang
harus berorientasi pada kemajuan kelompok dengan baik sebelumnya. Langkah-langkah
merupakan kunci utama dalam maksimalkan yang dipilih hendaknya tepat serta sesuai
fungsi dari kerja kelompok untuk mencapai dengan kondisi siswa. Berikut langkah-langkah
tujuan pembelajaran. dari Metode Grup Investigation oleh Sharan,
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 1992 dalam Komalasari (2011: 75-76). 1)
Menurut Depdiknas (2005:15) dalam Seleksi topic, para siswa memilih berbagai sub
Komalasari (2011) pengelolaan pembelajaran topic dalam suatu wilayah masalah umum yang
dengan menggunakan strategi pembelajaran biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.
kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
hendak dicapai yaitu: 1) Hasil belajar kelompok-kelompok yang berorientasi pada
akademik. Pembelajaran kooperatif bertujuan tugas, tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang.
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas Komposisi kelompok heterogen baik dari jenis

4
kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. pembelajaran. Kelemahan pembelajaran dengan
2) Merencanakan kerjasama, para siswa beserta model group investigation 1) Model
guru merencanakan berbagai prosedur belajar pembelajaran group investigation merupakan
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten model pembelajaran yang kompleks dan sulit
dengan berbagai topic dan sub topic yang telah untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
dipilih. 3) Implementasi, para siswa kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan menggunakan model pembelajaran group
pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus investigation juga membutuhkan waktu yang
melibatkan berbagai aktivitas dan katrampilan lama. 2)
dengan variasi yang luas dan mendorong para Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
siswa untuk menggunakan berbagai sumber Example non Examples menurut Muslimin
baik yang terdapat di dalam sekolah maupun Ibrahin (2000: 3) merupakan salah satu
diluar sekolah. Guru secara terus menerus pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memberikan bantuan jika diperlukan. 4) meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe
Analisis dan sintetis, pera siswa menganalisis pembelajaran ini dimaksudkan sebagai
dan mensintetis berbagai informasi yang alternatif terhadap model pembelajaran kelas
diperoleh pada langkah sebelumnya dan tradisional dan menghendaki siswa saling
merencanakan agar dapat diringkas dalam satu membantu dalam kelompok kecil dan lebih
penyejian yang menarik didalam kelas. 5) dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
Penyajian hasil akhir, semua kelompok individu. Dalam Komalasari (2011: 61)
menyejikan suatu presentasi yang menarik dari Example non Exampleberarti sebuah metode
berbagai topic yang telah dipelajari agar semua pembelajaran untuk membelajarkan kepakaan
siswa didalam kelas saling terlibat dan siswa terhadap permasalahan yang ada
mancapai suatu prespektif yang luas mengenai disekitarnya melalui analisis contoh-contoh
topic tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir berupa gambar-gambar/foto/kasus yang
oleh guru. 6) Evaluasi, guru beserta siswa bermuatan masalah. Karna pada metode ini
melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap siswa diarahkan untuk mengidentifikasi
kelompok terhadap pekerjaan kalas sebagai masalah, mencari alternative pemecahan
suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup masalah, dan menentukan cara pemecahan
tiap siswa secara indivisu atau kelompok. masalah yang paling efektif, serta melakukan
Bahkan bisa keduanya (hlm.75-76). Di dalam tindak lanjut. Langkah-langkah Example non
pemanfaatannya atau penggunaannya model Example dalam Komalasari (2011: 61-62). 1)
pembelajaran group investigation juga Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang
mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni permasalahan yang sesuai dengan tujuan
sebagai berikut. Kelebihan pembelajaran model pembelajaran. 2) Guru menempelkan gambar
group investigation 1) Pembelajaran dengan dipapan tulis atau ditayangkan melalui OHP. 3)
kooperatif model Group Investigation memiliki Guru memberikan petunjuk dan memberikan
dampak positif dalam meningkatkan prestasi kesempatan pada siswa untuk
belajar siswa. 2) Penerapan metode memperhatikan/menganalisis permasalahan
pembelajaran kooperatif model Group yang ada dalam gambar. 4) Melalui diskusi
Investigation mempunyai pengaruh positif, kelompok, kemudian hasil analisisnya ditulis di
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar dalam kertas. 5) Tiap kelompok diberi
siswa. 3) Pembelajaran yang dilakukan kesempatan untuk memaparkan hasil
membuat suasana saling bekerjasama dan anaisisnya. 6) Mulai dari komentar/hasil diskusi
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai
memandang latar belakang. 4) Model dengan tujuan pembelajaran. 7) Kesimpulan.
pembelajaran group investigation melatih siswa Kelebihan dan Kekurangan Example non
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam Example. Kelebihan metode examplenon
berkomunikasi dan mengemukakan example Menurut Komalasari (2011: 61-62): 1)
pendapatnya. 5) Memotivasi dan mendorong Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa
siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari sesuatau hal baik gambar atau suatu kasus yang
tahap pertama sampai tahap akhir sesuai dengan materi pembelajaran. 2) Siswa

5
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh penilaian kemampuan-kemampuan yang
gambar yang relevan ataupun contoh kasus dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
yang sesuai dengan materi pembelajaran. 3) belajarnya , kemampuan-kemampuan tersebut
Siswa diberi kesempata mengemukakan sesuai dengan aspek-aspek tujuan belajar yang
pendapatnya yang mengenai analisis gambar mencakup aspek kognitif, afektif dan
yang relevan yang sesuai dengan materi psikomotorik. Evaluasi hasil belajar juga
pembelajaran. Kekurangan model examples merupakan alat untuk mengukur kemapuan
non examples 1) Tidak semua materi dapat siswa itu sampai seberapa. Apakah mereka
disajikan dalam bentuk gambar. 2) Memakan paham dengen materi yang di sampaiakan oleh
waktu yang banyak guru ataukah tidak. Hal ini juga bisa digunakan
b. Hasil Belajar untuk mngevaluasi cara seorang guru mnagajar
Evaluasi hasil belajar adalah hasil dari di kelas.
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan c. Pembelajaran Sosiologi
baik secara individu atau kelompok, hasil Pembelajaran menurut Komalasari
belajar tidak akan pernah dihasilkan selama (2011:3) dapat didefinisikan, “Sebagai suatu
seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. sistem atau proses membelajarkan subyek
Evaluasi hasil belajar juga merupakan alat didik/pembelajaran yang direncanakan atau
untuk mengukur kemapuan siswa itu samapai didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
seberapa. Apakah mereka paham dengen materi sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat
yang di sampaiakan oleh guru ataukah tidak. mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
Biasanya untuk mengetahui hal tersebut maka dan efisien.” Pembelajaran dapat dipandang
diadakan test tertulis dan lain sebagainya. dari dua sudut, pertama pembelajaran
Dipaparkan oleh Sudjana (2001: 22) dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran
bahwasannya “Evaluasi hasil belajar adalah terdiri dari sejumlah komponen yang
proses penilaian kemampuan – kemampuan terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran,
yang dimiliki siswa setelah menerima materi pembelajaran, strategi dan metode
pengalaman belajarnya, kemampuan – pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
kemampuan tersebut sesuai dengan aspek-aspek pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran,
tujuan belajar yang mencakup aspek kognitif, dan tindak lanjut pembelajaran (remidian dan
afektif dan psikomotorik”. Jadi maksud dari pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang
Sudjana mengenai evaluasi hasil belajar sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan proses penilaian kemampuan- mereka rangkaian upaya atau kegiatan guru
kemampuan yang dimiliki siswa setelah dalam rangka membuat siswa belajar. Proses
menerima pengalaman belajarnya, tersebut meliputi: 1) Persiapan, dimulai dari
kemampuan–kemampuan tersebut sesuai merencanakan program pengajaran tahunan,
dengan aspek-aspek tujuan belajar yang semester, dan penyusunan persiapan mengajar
mencakup aspek kognitif, afektif dan (lesson plan) berikut penyiapan perangkat
psikomotorik. Menurut Linn dan Gronlund kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga
(dalam Koyan, 2013: 4), asesmen (assessment) dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran
atau sering disebut dengan penilaian adalah ini cukup mencakup kegiatan guru untuk
istilah umum yang melibatkan semua rangkaian membaca buku-buku atau media cetak lainnya
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan yang akan disajikannya kepada para siswa dan
informasi tentang hasil belajar peserta didik mengecek jumlah dan keberfungsian alat
(misalnya: observasi, skala bertingkat tentang peraga yang akan dilakukan. 2) Melaksanakan
kinerja, tes tertulis) dan pelaksanan penilaian kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
mengenai kemajuan belajar peserta didik. persiapan pembelajaran yang telah
Sedangkan test adalah tipe khusus dari asesmen disiapakannya. Pada tahap pelaksanaan
yang secara khusus terdiri atas seperangkat pembelajaran ini, struktur dan situasi
pertanyaan yang dilaksanakan pada periode pembelajaran yang diwujudkan guru akan
waktu tertentu sampai dengan dapat banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau
membandingkan semua peserta didik. Jadi strategi dan metode-metode pembelajaran yang
kesimpulan yang bisa ditarik oleh peneliti telah dipilih dan dirancang penerapannya. Serta
mengenai evaluasi hasil belajar adalah proses filosofi kerja dan komitmen guru, presepsi, dan

6
sikapnya terhadap siswa. 3) Menindaklanjuti adalah: 1) Memahami konsep-konsep sosiologi
pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur
pasca pembelajaran ini dapat berbentuk sosial, lembaga sosial, peruabahan sosial, dan
enrichment (pengayaan), dapat pula berupa konflik sampai dengan terciptanya integrasi
layanan remedial teaching bagi siswa yang sosial. 2) Memahami berbagai peran sosial
berkesulitan belajar. Dari pengertian dalam kehidupan bermasyarakat. 3)
pembelajaran diatas dapat peneliti tarik Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian
kesimpulan bahwasannya antara “belajar dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Namun
pembelajaran” itu berkaitan satu sama lain. karna pada sekarang ini kita menggunakan
Keterkaitan itu dapat dilihat dari proses belajar Kurikulum 13 maka tujuan dari mata pelajaran
dimana dalam proses tersebut ada masukan sosiologi itu juga sesuai dengan kurikulumnya.
awal yaitu bahan pengalaman belajar dalam Dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 70
proses belajar mengajar dengan harapan bahan tahun 2013 bahwasannya pada sekarang ini
pengalaman belajar itu selamat proses Kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum 13
pembelajaran dapat berubah menjadi suatu sebagai penyempurna dari kurikulum-
kompetensi tertentu yaitu sesuatu hal yang kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013
lebih baik dari sebelumnya. khususnya untuk jenjang SMA/MA dirancang
Mata Pelajaran Sosiologi merupakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
salah satu pelajaran peminatan yang ada di didik belajar berdasarkan minat mereka.
tingkat sekolah menengah atas (SMA dan Sosiologi disini adalah salah satu mata
sederajat). Sama hal nya dengan hakikat pelajaran peminatan dari rumpun Ilmu
sosiologi yang diulas sebelumnya sekali lagi pengetahuan Sosial.Artinya, jika sejak kelas X
kesimpulannnya sosiologi merupakan ilmu (di mana peserta didik memulai pendidikan di
yang mempelajari hubungan timbal balik antara tingkat SMA) tidak mengambil peminatan
aneka macam gejala sosial, misalnya gejala sosial, maka siswa tersebut tidak akan
ekonomi dengan agama, hukum dengan moral, mempelajari Sosiologi selama menempuh
hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat pendidikan di jenjang SMA, karena Sosiologi
dengan politik dan lain sebagainya. Pelajaran termasuk dalam kelompok peminatan sosial.
sosiologi diajarkan pada tingkat sekolah Dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya,
menengah atas. Sosiologi termasuk rumpun Sosiologi termasuk dalam mata pelajaran wajib
ilmu sosial, yang pada penjurusan di SMA untuk kelas X. Sedangkan untuk kelas XI dan
masuk pada progran jurusan IPS. Sosiologi juga XII, adalah mata pelajaran penjurusan. Struktur
merupakan mata pelajaran yang dimasukan yang ada pada kurikulum 13 terdiri atas
dalam Ujian Nasional. Dalam Permendiknas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
No. 22 Tahun 2006yang diakses pada tanggal (KD). Kompetensi Inti (KI) dirancang seiring
25 November dari http://bsnp- dengan meningkatnya usia peserta didik pada
indonesia.org/id/wp- kelas tertentu. Melalui kompetensi inti,
content/uploads/isi/Permen_22_2006.pdf. Mata integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar
pelajaran Sosiologi juga merupakan bagian pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
ilmu pengetahuan sosial didalam sekolah yang Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)
objek kajiannya berkaitan dengan hubungan dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti
antara manusia baik itu individu maupun (KI). Rumusan Kompetensi Dasar (KD)
kelompok yang menyangkup dengan berbagai dikembangkan dengan memperhatikan
fenomena-fenomena sosial, tipe-tipe lembaga, karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
perubahan, struktur, interaksi, konflik sosial serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi
yang menjadi bagian dalam kehidupan Dasar (KD) dibagi menjadi empat kelompok
masyarakat dan semuannya itu dikaji dalam sesuai dengan pengelompokkan Kompetensi
mata pelajaran Sosiologi. Inti (KI) sebagai berikut: 1) Kelompok 1:
Tujuan mata pelajaran sosiologi kelompok kompetensi dasar sikap spiritual
menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dalam rangka menjabarkan KI-1. 2) Kelompok
yang diakses dari http://bsnp- 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial
indonesia.org/id/bsnp/wp- dalam rangka menjabarkan KI-2. 3) Kelompok
content/uploads/2009/06/01.-SMA-MA.pdf 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan

7
dalam rangka menjabarkan KI-3. 4) Kelompok Jenis penelitian ini adalah penelitian
4: kelompok kompetensi dasar keterampilan tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu
dalam rangka menjabarkan KI-4. tindakan yang dimunculkan di kelas untuk
Ada beberapa hal yang harus memperbaiki praktik pembelajaran guna
diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam
pembelajaran mata pelajaran sosiologi. Hal-hal penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang akan
tersebut adalah aktivitas pembelajaran yang digunakan adalah penelitian tindakan kolaboratif,
dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran di dalam yaitu kolaborasi atau kerjasama antara guru dan
kelas. Sebab guru mata pelajaran itu memiliki peneliti. Guru bertindak sebagai mediator dan
peranan penting dalam proses pembelajaran fasilitator dan peneliti bertindak sebagai pengamat.
suatu mata pelajaran didalam kelas. Kegiatan Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS3
pembelajaran adalah kegiatan guru menyusun SMA Negeri 2 Sukoharjo. Waktu penelitian ini
rencana pembelajaran, melaksanakan dilaksanakan selama program pembelajaran
pembelajaran yang bermutu, menilai dan semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Subjek
mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun penelitian melibatkan para siswa kelas XI IPS 3
dan melaksanakan program perbaikan dan SMA Negeri 2 Sukoharjo. Siswa yang terlibat
pengeyaan terhadap peserta didik. Berdasarkan berjumlah 35 orang, yang terdiri atas 15 laki-laki
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan dan 20 perempuan. Selanjutnya, objek
Aparatur Negara dan Birokrasi Nomor 16 penelitiannya adalah hasil belajar siswa mata
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru pelajaran sosiologi setelah penerapan kombinasi
dan Angka Kreditnya, PK Guru untuk Guru model pembelajaran Group Investigation dan
Mata Pelajaran oleh Nanang dan Tito (2013:4- Example non Examples. Penelitian ini dilaksanakan
5) meliputi kegiatan berikut: 1) Menyusun dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 7 kali
kurikulum pembelajaran pada satuan pertemuan, yang terdiri dari 1 kali pretest, 4 kali
pendidikan. 2) Menyusun silabus pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran, 1 kali tes hasil belajar
3) Menyusun rencana pelaksanaan siklus I, dan 1 kali evaluasi pembelajaran. Siklus II
pembelajaran. 4) Melaksanakan kegiatan terdiri dari 8 kali pertemuan, yang terdiri dari 6 kali
pembelajaran. 5) Menyusun alat ukur/soal pelaksanaan pembelajaran, 1 kali tes hasil belajar
sesuai dengan mata pelajaran. 6) Menilai dan siklus I, dan 1 kali evaluasi pembelajaran pada
mengevaluasi proses dan hasil belajar pada akhir siklus. Tindakan kelas yang dilaksanakan
mata pelajaran yang diampunya. (sosiologi) 6) dapat dilihat pada gambar berikut.
Menganalisi hasil penilaian pembelajaran. 7)
Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan
pengayaan dengan memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi. Disini dapat peneliti
simpulkan bahwasannya jika hal ini ditarik
kedalam konteks mata pelajaran sosiologi,
maka poin-poin yang terdapat diatas tersebut
dikaitkan dengan mata pelajaran sosiologi.
Dimana gseorang guru harus bisa menyusun
silabus sosiologi dengan baik dan bisa diterima
dalam pembelajaran peserta didik.
Merencanakan kegiatan pembelajaran sosiologi
di dalam kelas secara rinci, baik dari materi
maupun scenario pembelajarannya seperti apa. (Gambar Proses PTK)
Serta harus mampu menginovasi Berdasarkan uraian di atas prosedur
pembelajarannya agar bisa menarik minat para penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan
peserta didik, mengaktifkan peserta didik sebagai berikut :
didalam kelas, serta dapat membuat para Siklus I
peserta didiik itu bisa paham dengan materi a. Perencanaan I
yang diajarkan selama proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan tindakan maka
METODE PENELITIAN perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap
ini adalah : 1) Penyusunan RPP dengan model
8
pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja Siklus II
siswa sesuai dengan indikator pembelajaran Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya
yang ingin dicapai 3) Membuat soal test yang sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan
akan diadakan untuk mengetahui hasil kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada
pembelajaran siswa. 4) Membentuk kelompok siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan
yang bersifat heterogen baik dari segi pada pelaksanaan siklus I.Apabila sudah terjadi
kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun peningkatan keaktifan prestasi belajar siswa kelas
etnis. 5) Memberikan penjelasan pada siswa XI IPS 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo maka bersama
mengenai teknik pelaksanaan model peneliti, guru (pengamat) menentukan rancangan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jadi untuk siklus kedua sebagai penguatan hasil
kesimpulannya disini dalam perencanaan I, penelitian
meliputi refleksi awal, menyusun jadwal,
menyiapkan instrumen dan perangkat serta Adapun teknik pengumpulan data pada
menyiapkan proses evaluasi siswa. penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
b. Pelaksanaan Tindakan I teknik sebagai berikut :
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan a. Teknik Observasi
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Observasi dilaksanakan untuk
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi memperoleh data lapangan yang
fasilitator selama pembelajaran dan selaku mendeskripsikan kegiatan penelitian.Observasi
peneliti meberikan pengarahan mengenai yang dilakukan dalam penelitian tindakan
pelaksanaan kombinasi model pembelajaran kelas ini adalah observasi langsung dan
kooperatif tipe Group Investigation dan partisipatif. Observasi langsung (direct
Example non Example. Kegiatan penutup. Di observation) adalah suatu pengamatan pada
akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap kegiatan yang dilakukan tanpa perantara
siklus, guru memberikan test secara tertulis (secara langsung). Observasi dilakukan
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama sebelum tindakan dimulai dan bersamaan
proses pembelajaran berlangsung. dengan pelaksanaan tindakan. Adapun aspek-
c. Observasi I aspek yang diamati adalah kemampuan analisis
Pengamatan dilakukan selamaproses parasiswa terhadapap mata pelajaran sosiologi
pembelajaran berlangsung dan hendaknya selama proses pembelajaran berlangsung.
pengamat melakukan kolaborasi dalam Observasi dilakukan dalam setiap
pelaksanaannya. Observasi dilaksanakan pertemuan dalam setiap pertemuan dalam
dalam setiap pelaksanaan tindakan oleh kegiatan pembelajaran. Peneliti melaksanakan
observer. Observer dalam hal ini merupakan observasi dengan memfokuskan pada
teman sejati peneliti. Selain itu dilaksanakan pemahaman siswa dalam pembelajaran
juga wawancara dengan menggunakan sosiologi dengan menggunakan kombinasi
pedoman wawancara. Wawancara model pembelajaran kooperatif tipe Group
dilaksanakan pada siswa pada akhir/ sesudah Investigation dan Example non Example.
pelaksanaan tindakan. Melalui pengamatan ini, b. Wawancara
peneliti membuat catatan lapangan Wawancara merupakan teknik
d. Refleksi I pengumpulan data dengan memberikan
Pada tahap ini dilakukan analisis data pertanyaan langsung kepada informan. Dalam
yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang penelitian ini wawancara dilakukan kepada
telah ada dipergunakan untuk melakukan guru mata pelajaran sosiologi yang
evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin bersangkutan. Wawancara ini dilakukan untuk
dicapai.Refleksi dimaksudkan sebagai upaya mengetahui situasi dan kondisi kelas saat guru
untuk mengkaji apa yang telah atau belum melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu c. Dokumentasi
terjadi dan apa yang perlu dilakukan Dalam penelitian ini metode
selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk dokumentasi digunakan untuk memperoleh
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya data sekolah, data identitas siswa, dan data
untuk menghasilkan perbaikan pada siklus II. hasil belajar siswa yang berupa nilai ulangan

9
harian sosiologi dan gambar pelaksanaan Hasil Belajar 75% Diukur dari test
kegiatan belajar mengajar sosiologi dengan Kognitif hasil ulangan
penerapan kombinasi model pembelajaran setiap siklus
kooperatif tipe Group Investigation dan dari jumlah
Example non Example. siswa dan
dihitung nilai
Untuk menjamin pemantapan serta kebenaran rata-rata.
data yang diperoleh dalam penelitian maka dipilih Tabel 3.2 (Indikator Capaian
dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk Penelitian Tindakan Kelas)
mengembangkan validitas data yang diperoleh. Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
Adapun teknik yang digunakan untuk menguji diindikatorkan adanya peningkatan hasil belajar
validitas data dalam penelitian ini adalah siswa dalam kegiatan pembelajaran sosiologi di
triangulasi. Menurut Suharsimi Arikuntuo, dkk dalam kelas, serta seberapa besar presentase
(2006:129) ada beberapa macam triangulasi yaitu perubahan yang terjadi. Peningkatan Hasil belajar
triangulasi teori, triangulasi data, triangulasi dinyatakan berhasil apabila 75% dari siswa bisa
sumber, triangulasi metode, triangulasi instrument mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan triangulasi analitik. Namun yang digunakan yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 untuk aspek
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. kognitif dan 2,7 untuk aspek afektif dan
Triangulasi sumber merupakan upaya menguji psikomotorik. Hasil belajar ini diperoleh dari hasil
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek ulangan test formatif dan pengamatan proses
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. pembelajaran.
Triangulasi data yaitu dengan membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu PEMBAHASAN
informasi yang telah diperoleh melalui berbagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
sumber yang berbeda yaitu: (1) Pengamatan dijalankan oleh peneliti ini terdiri dari 2 siklus.
(observasi) dari proses pembelajaran dengan Siklus I terdiri atas 7 pertemuan dimana terdapat
penerapan kombinasi model pembelajaran beberapa kegiatan didalamnya seperti Tes Pra
kooperatif tipe Group Investigation dan Example Tindakan, Penerapan Tindakan Siklus I,
non Example, (2) Silabus dan RPP, (3) Test soal Pendalaman materi, Test Siklus I, dan Evaluasi
berkaitan dengan materi yang disampaikan dengan Pembelajaran Siklus I. Sedangkan Siklus II ada 8
metode Group Investigation dan Example non pertemuan yang terdiri atas Penerapan Tindakan
Example, ( Foto kegiatan belajar menggunakan Siklus II, Pendalaman Materi, Test Siklus II dan
kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Evaluasi. Kedua siklus ini dijalankaln oleh peneliti
Group Investigation dan Example non Example,, disesuaikan dengan RPP yang dibuat oleh guru dan
(5) Rekaman kegiatan belajar menggunakan peneliti. Penelitian ini juga disesuaikan dengan
kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teori yang ada dan prosedur yang berlaku. Pada
Group Investigation dan Example non Example,. penelitian tindakan kelas peneliti melakukan
Berikut rumusan indicator kerja dalam observasi terhadap proses belajar siswa dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dalam table : mendapatkan hasil belajar dalam penerapan
Aspek yang Target Cara kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe
diamati mengukur Group Investigation dan Example non Example
Hasil Belajar 75% Diukur dari yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS3 SMA
Afektif hasil Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017.
pengamatan Pada pelaksanaannya, proses penelitian ini
oleh guru dan diawali dengan observasi awal unntuk memperoleh
peneliti dari informasi awal terkait dengan penelitian yang akan
siklus I dan II dilakukan. Observasi ini dilakukan sebelum
Hasil Belajar 75% Diukur dari dimulainya tindakan, hal ini meliputi pengumpulan
Psikomotorik hasil informasi lingkungan belajar siswa, keadaan siswa,
pengamatan proses belajar siswa dan lain sebagainya. Hasil dari
oleh guru dan observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah adanya
peneliti dari temuan beberapa permasalahan yang ada didalam
siklus I dan II kelas selama proses pembelajaran itu dimulai,

10
permasalahan inilah yang kemudian mempengaruhi pembelajaran yang beru utuk siswa din, hal ini
hasil belajar para siswa. Dimana proses belajar bertujuan agar para siswa dapat lebih mengerti dan
yang kurang baik maka hasil belajar siswa pun memahami terhadap apa yang akan mereka lakukan
menjadi kurang. Beberapa permasalah yang ada dalam kegiatan pembelajaran mendatang.
lebih terfokus pada kelas XI IPS3 dimana kelas Pada siklus I diadakan selama 7 kali
tersebut merupakan kelas dengan hasil belajar dan pertemuan yang terdiri atas penerapan kombinasi
tingkat keaktifan yang paling rendah dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Group
dengan kelas XI lainnya. Maka dari data tersebut Investigation dan Example non Example, test dan
peneliti dan guru kolaborator berdiskusi untuk juga evaluasi. Selama siklus I kegiatan yang
memilih kelas tersebut sebagai kelas PTK dan dilakuakan para siswa adalah dengan diskusi setiap
segera mencari solusi untuk permasalahan yang ada pertemuannya. Gurupun memberikan materi
pada XI IPS3 tersebut. Setelah diskusi beberapa dengan menngunakan contoh nyata yang terjadi
kali maka kami (peneliti dan guru kolaborator) pada suatu fenomena sosial yang ada yang
memutuskan untuk melakukan perubahan dalam kemudian dikaitkan dengan materi yang ada.
proses belajar para siswa XI IPS3 dimana kemudian Siswapun dalam diskusinya di siklus I terlihat lebih
kami menerapkan kombinasi model pembelajaran antusias, sebab pada penerapan model pembelajarn
kooperatif tipe Group Investigation dan Example baru ini siswa menjadi lebih paham akan materi
non Example untuk membatu pembelajaran siswa yang ada sebab sudah ada contoh nyata dari guru.
agar lebih baik, lebih aktif, dan menghasilkan hasil Kemudain siswa juga dibebaskan untuk
belajar yang baik pula. mendalamai materinya dengan mencari sumber
Tercapainya kesepakatan antara peneliti dan informasi lain disekitar sekolah serta dapat bertukar
guru kolabirator ini kemudian disususl dengan informasi dengan kelompok lain selama sesi diskusi
penyusaunan perencanaan kegiatan penelitian, antar kelompok berlangsung. Hal ini menumbuhkan
diamana ada pembuatan RPP, media pembelajaran, keaktifan siswa dan pemahasman siswa yang
dan lain sebagainya. Penyusuanan ini menghasilkan menjadi lebih baik sehingga hasil belajarnya pun
kesepakatan bahwasannya penelitian ini bertujuan meningkat. Terbukti, setelah dilakuakn
untuk membantu para siswa dengan menggunakan pembelajaran dengan penerapan kombinasi model
penerapan kombinasi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
kooperatif tipe Group Investigation dan Example dan Example non Example selama hampir satu
non Example. Peneliti dan guru kolaborator juga bulan pada tes siklus I para siswa mengalami
menentukan materi apa yang digunakan guna kemuajuan dalam hasil belajarnya baik dalam
penerapan model pembelajaran tersebut. ranah afektif, psikomotorik, maupun kognitif. Pada
Keputusannya kami menggunakan materi Bab 2 ranah afektif dan psikomotorik dari hasil
dan Bab 3 yaitu “Konflik, kekerasan, dan Upaya pengamatan guru dan peneliti mengalami beberapa
Penyelesaiannya” dan “Integrasi dan Reintegrasi kemajuan dibandingkan sebelumnya. Kemudain
Sosial sebagai Penyelesaiana Konflik dan pada ranah kognitif untuk mengetahuai hasilnya
Kekerasan” untuk penerapan model pembelajaran maka diadakan test tertulis. Dimana pada pre test
baru. sebelumnya hanya ada 4 siswa yang tuntas dari
Sebelum memulai pembelajaran KKM kemudian pada tes siklus I meningkat
menggunakan model baru guru masuk ke dalam menjadi 20 siswa yang tuntas dari KKM. Ini
keas XI IPS3 untuk mengadakan pre tes untuk membuktikan bahwa ada perbaikan proses
pmbehastuan data peneltitian. Guru juga melakukan pembelajarn yang ada pada siswa XI IPS3.
sosialisasi mengenai penerapan kombinasi model Sebab pada penerapan kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
dan Example non Example penerapan kombinasi dan Example non Example siswa dituntut agar bisa
model pembelajaran kooperatif tipe Group aktif dan kreatif dalam mengembangkan
Investigation dan Example non Example yang akan pemikirannya, siswa juga harus kritis dalam setiap
diterapakan oleh pada kelas XI IPS3 pada diskusi yang ada. Dengan seringnya mereka diskusi
pertemuan depan. Guru kemudian melakukan seperti ini membuat para siswa terbias untuk
pembagiansiswa kedalam kelompok-kelompok, bertukar pikiran dan melatih kepercayaan diri
diaman siswa ini dibagi menjadi 5 kelompok yang mereka dan kepekaan mereka terhadap lingkungan
anggotanya heterogen. Pada awal ini guru juga sekitarnya. Para siswa juga harus bisa bekerjasama
menjelaskana tujuan diadakannya penerapan model dengan baik antar anggota kelompoknya agar

11
mendapat hasil yang maksimal, sehingga ini juga dimana saja termasuk lingkungan sekolah dan
melatih siswa untuk belajar berbagi tugas dengan internet. Kemudian guru membuat masing –
temannya, belajar tukar pikiran dan lain sebagainya. masing kelompok untuk berdiskusi menyampaikan
Namun dari hasil observasi pada siklus I ini apa temuan mereka terkait dengan materi
ternya masih belum maksimal dan belum pembelajaran yang ada. Pada siklus II ini terlihat
memenuhi target dari penelitian, sebab masih ada semua anggota kelompok lebih semangat dalam
15 anak yang belum tuntas dari KKM. Hal ini berdiskusi kelompok dan guru sudah mulai lancar
setelah kami (peneliti dan guru kolaborator) selidiki dalam penerapan model ini, walaupun guru masih
dan merefleksi pertemuan yang lalu maka kami memiliki kelemahan seperti kurang disiplin waktu
menemukan beberapa kelemahan yang ada pada dalam pelaksanaan diskusi dan terlalu cepat dalam
siklus I baik dari segi lingkungan sekolah, segi menyapaikan materi.
siswa, dan segi guru. Dari segi lingkunagan, kelas Pada siklus II ini beberapa permasalahan
XI IPS3 berada pada tengah-tengah lingkungan yang terjadi pada siklus I sudah mulai dapat teratasi
kelas lainnya yang mau tidak mau pasti akan dengan baik. Siswa sudah mampu terbiasa
terpengaruh dengan suasana kelas lain sehingga mengikuti kegiatan pembelajaran sosiologi dengan
terkadang mengganggu pembelajaran. Dari segi menggunbakan model pembelajaran ini sehingga
siswa, ternya pada siklus I ini ada beberapa siswa mereka cukup aktif dalam proses pembelajaran. Hal
yang belum peham alur dari penerapan kombinasi itu dapat diartikan bahwasannya pada siklus II ini
model pembelajaran kooperatif tipe Group hasil belajar siswa mengalami kemuajuan baik
Investigation dan Example non Example sehingga dalam ranah afektif, psikomotorik, maupun
membuatnya sulit mengikuti pembelajaran, serta kognitif. Pada ranah afektif dan psikomotorik dari
ada juga siswa yang amsih pemalu dalam hasil pengamatan guru dan peneliti mengalami
berpendapat, ada juga siswa yang menggantungkan banyak kemajuan dibandingkan sebelumnya dan
dirinya pada anggota kelompok yang lain dan hambir seluruh siswa bisa berdiskusi dan menerima
sebagainya. Terakhir dari guru, ini lebih mengarah pembelajaran dengan baik. Kemudain pada ranah
pada cara mengajar beliau yang terkadang terlalu kognitif untuk mengetahuai hasilnya maka
cepat sehingga siswa kesulitan dalam diadakan test tertulis. Tes siklus II siswa juga
mengikutinya. Maka dari itu kami (peneliti dan sudah terlihat mengalami kenaikan yang signifikan.
guru kolaborator) berusaha mencari solusi yang Dimana hasil testnya yang tidak tuntas dari KKM
tepat untuk mengatasi kelemahan yang muncul dari hanya 3 siswa saja dari 35 siswa dan nilai rata-rata
kegiatan pembelajaran sosiologi di kelas XI IPS3 kelaspun sudah cukup baik yaitu 84,34. Sehingga
pada siklus I tersebut dan akan diperbaiki dalam berdasarkan pengamatan dari siklus II dan data
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sosiologi pada yang diperoleh dari siklus II, peneliti dan guru
siklus II. sudah merasa cukup untuk mengakhiri penelitian
Setelah melakukan refleksi terhadap siklus I PTK pada siklus II sebab dari hasil dari pengamatan
maka penelitian dilanjutkan pada pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar siswa sudah jauh
siklus II. Proses pembelajaran sosiologi pada siklus meningkat dan lebih optimal.
II sesuai dengan kesepakatan awal akan membahas Berdasarkan data yang diperoleh setelah
mengenai materi “Integrasi dan Reintegrasi sebagai menerapkan penelitian tindakan kelas yang
Upaya Penyelesaian Konflik dan Kekerasan”. Pada dilakukan melalui siklus I dan siklus II menunjukan
siklus II ini terdiri atas 8 kali pertemuan seperti bahwa penerapan kombinasi model pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran siklus II, Pendalaman kooperatif tipe Group Investigation dan Example
materi, dan Test siklus 2 serta evaluasi. Langkah – non Example dapat meningkatkan hasil belajar
langkah pada siklus II hampir sama dengan siswa pada mata pelajaran sosiologi siswa kelas XI
pelaksanaan siklus I, namun pada siklus ini peneliti IPS3 SMA Negeri 2 Sukoharjo. Pernyataan ini
dan guru sedikit memberi variasi dalam dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil
pembelajaran namun masih mengacu pada prosedur belajar siswa pada keseluruhan kegiatan
penerapan kombinasi model pembelajaran pembelajaran sebagai berikut:
kooperatif tipe Group Investigation dan Example Rata-rata Hasil Belajar Siswa dalam penerapan
non Example agar siswa lebih aktif dan lebih kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe
memahami meteri yang ada. Pada siklus II ini lebih Group Investigation dan Example non Example
banyak guru membiarkan siswa untuk mencari
fenomena sosialnya sendiri yang bisa ditemuakn

12
untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang termuat dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan. Sehingga
bisa memudahkan siswa dalam melakukan Group
Investigation karna pada dasarnya Group
Investigation akan sulit dilakukan oleh siswa tanpa
adanya gambaran-gambaran contoh kasus yang yata
seperti halnya yang ada pada Examlpe non
Example. Maka dari itu kedua metode pembelajaran
ini harus dikombinasikan agar memperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal, khususnya untuk
meningkatkan pemahaman siswa dan untuk
meningkatkan hasil belajar mereka. Dengan
pemahaman yang baik itu maka dapat
Tabel (Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar meningkatkan nilai atau hasil belajar dari para
siswa Ranah Afektif, Psikomotorik, dan Kognitif) siswa seperti yang telah tercantum pada hasil
Berdasarkan hasil observasi dan tindakan penelitian siklus I dan siklus II dimana disana
yang dilakukan, guru berhasil melaksanakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
pembelajaran sosiologi yang efektif dan inovatif
dan dapat meningkatkan pemahaman siswa, SIMPULAN DAN SARAN
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa Simpulan:
dalam mata pelajaran sosiologi. Sehingga secara Penelitian Tindakan Kelas yang
umum dapat disimpulkan bahwasannya hasli dilaksanakan di kelas XI IPS3 SMA Negeri 2
belajar siswa kelas XI IPS3 SMA Negeri 2 Sukoharjo ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap
Sukoharjo mengalami peningkatan. siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan
Data-data tersebut telah membuktikan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
bahwasannya dengan penerapan kombinasi model dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation tindakan.
dan Example non Example dapat meningkatkan Berdasarkan hasil analisis penelitian
hasil belajar siswa hal ini dikarenakan pemahan tindakan dari siklus I sampai siklus II, maka dapat
siswa terhadap materi yang ada sudah mendalam. disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi
Seperti halnya yang telah diterangkan dalam dan hasil belajar sosiologi setelah diterapkan
teorinya bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation ini kata Sharan, 1992 dalam Group Investigation dan Example non Example
Komalasari (2011: 75-76) merupakan metode yang pada siswa kelas XI IPS3 SMA Negeri 2 Sukoharjo
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam Tahun Pelajaran 2016/2017. Adapun penjelasannya
menentukan topic maupun cara untuk akan diuraikan dibawah ini :
mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini Hasil Belajar siswa dari segi afektif,
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan psikomotorik, kognitif mengalami peningkatan.
yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam 1. Afektif
ketrampilan proses kelompok. Dengan metode yang Siswa mengalami peningkatan dalam
seperti ini diharapkan dapat membuat peserta didik hal penerimaan pembelajaran, siswa juga
memiliki pemahaman mendalam mengenai suatu menjadi lebih partisipatif dalam kegiatan
topik bahasan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, serta siswa juga sudah paham
pembelajaran dengan cara investigasi ini. Apalagi mengenai tugas dan tanggung jawabnya sebagai
tipe Group Investigation ini dipadukan atau siswa. Hal ini bisa dikatataka meningkat karena
dikombinasikan dengan tipe Example non Example pada observasi awal sebelum tindakan dilakukan
yang oleh Komalasari (2011: 61-62) dipaparkan para siswa tampak acuh dan kurang tertarik
memiliki kelebihan untuk membelajarkan siswa dengan pembelajaran yang ada. Namun dengan
dengan memberikan permasalahan yang ada adanya model pembelajaran yang baru ini
disekitar kita melalui analisis contoh-contoh berupa membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan
gambar-gambar, foto-foto, dan kasus bermuatan lebih bisa menerima pembelajaran.
masalah. Metode ini juga dapat mendorong siswa
13
Dalam penghitungannya siswa b. Guru diharapkan dapat mengupdate suatu
mengalami peningkatan dari nilai rata – rata contoh nyata yang ada dimasyarakat
siswa prsiklus yaitu 2,38 meningkat 0,20 pada untuk kemudian dikembangkan dalam
siklus I sebesar 2,58 mengalami kenaikan hasil materi pembelajarn, sehingga
belajar pada siklus II sebesar 0, 39 dengan nilai memudahkan siswa dalam memahami
rata-rata siswa menjadi 2, 97. materi yang ada.
2. Psikomotorik c. Guru diharapkan bisa mencari media yang
Dari segi psikomotorik disini siswa bisa mengembangkan pengetahuan siswa
menjadi lebih bisa mengembangkan baik melalui media vidio maupun gambar
ketrampilannya dalam berdiskusi, mengeluarkan yang berkaitan dengan materi ajar.
pendapat, dan menganalisis suatu fenomena d. Guru hendaknya selalu meningkatkan
yang ada. Dari dulunya yang hanya diam tanpa kemampuannya dalam mengembangkan
mau mengeluarkan pendapatnya karena takut suatu materi dan melakukan pembaharuan
salah, analisis siswa yang masih sangat sedikit, pengetahuan serta meningkatkan
dan pengerjaan tugas yang kurang terstruktur. kemampuan pengelolaan kelasnya agar
Sehingga secara tidak langsung dengan dapat meningkatkan kualitas
kombinasi dua tipe pembelajaran ini membuat pembelajaran yang ada yang akan
siswa menjadi lebih paham akan materi yang berdampak pada keberhasilan belajar para
ada, menambah kepercayaan diri, dan siswa.
mempertajam analisisnya/ hal itu kemungkinan e. Guru diharapkan bisa memberikan rasa
karena terbiasanya siswa untuk menghadapi percaya diri dan motivasi diri pada siswa
diskusi sehingga melatih mereka untuk mengenai menariknya sebuah
berpikiran kritis. pembelajaran itu, sehingga siswa menjadi
Dalam penghitungannya siswa lebih antusias dalam setiap pembelajaran.
mengalami peningkatan dari nilai rata – rata f. Guru hendaknya bisa memilih model dan
siswa prasiklus yaitu 2, 61 meningkat 0, 09 pada metode pembelajaran yang tepat bagi
siklus I sebesar 2, 7 mengalami kenaikan hasil setiap kelas, sebab setiap kelas memiliki
belajar pada siklus II sebesar 0, 4 dengan nilai masalah yang berbeda-beda sehingga
rata-rata siswa menjadi 3, 1. memerlukan penanganan yang berbeda
3. Kognitif pula. Dengan mampunya guru memilih
Dari segi kognitif siswa menjadi lebih satu model dan metode yang tepat maka
paham terhadap materi pembelajaran, mereka diharapkan dapat meningkatkan
juga lebuh bisa menggambarkan sebuah keberhasilan dari sebuh pembelajaran.
fenomena sosial yang ada di masyarakat serta g. Dilihat dari hasil penelitian, dimana
menganalisisnya dengan baik. Dalam dalam penelitian ini dapat meningkatkan
penghitungannya siswa mengalami peningkatan hasil belajar siswa maka hendaknya guru
dari nilai rata – rata siswa prsiklus yaitu 62, 88 bisa menerapkan bahkan bisa
meningkat 14, 49 pada siklus I sebesar 77, 37 mengembangkan kombinasi model
mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II pembelajaran kooperatif tipe Group
sebesar 6, 97 dengan nilai rata-rata siswa Investigation dan Example non Example
menjadi 84, 34. dalam mata pelajaran sosiologi sebagai
Saran upaya peningkatan hasi belajar siswa baik
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka dalam ranah afektif, psiomotorik, maupun
peneliti menyampaikan saran – saran sebagai kognitif.
berikut : 2. Bagi Siswa
1. Bagi Guru a. Siswa diharapkan bisa lebih
a. Guru diharapkan bisa lebih memahami meningkatkan kepercayaan dirinya dalam
tentang berbagai model pembelajaran mengungkapkan pendapat ketika diskusi
yang ada sehingga proses pembelajaran kelompok, diskusi antar kelompok,
dapat dikembangkan dengan baik dan bisa maupun diskusi dengan guru. Dengan rasa
membuat siswa menjadi lebih mudah kepercayaan diri ini akan membuat para
dalam memahami pembelajarn yang ada. siswa bisa berkomunikasi dengan baik

14
dengan teman, guru, bahkan dengan Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
masyarakat. (Group Investigation)Terhadap
b. Siswa diharapkan bisa lebih peka dan Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar
kritis dalam menanggapi suatu fenomena Sains Siswa SMP. Singaraja: Mahasiswa
yang ada dilingkungan sekitarnya apalagi Universitas Ganesha Program Pascasarjana
yang berkaitan dengan materi pendidikan Sains
pembelajaran sosiologi, sebab hal ini bisa Jolana Renee Solarbesain (2012) Penerapan
membuat para siswa lebih memahami Pembelajaran Example Non Example
materi yang ada dengan baik. Bervariasi Untuk Meningkatkan
c. Siswa diharapkan bisa fokus terhadap Penguasaan Materi Sejarah Pembentukan
pembelajaran yang ada di kelas maupun Bumi Pada Siswa Kelas X-3 SMA Masehi I
pembelajaran yang dilakukan guru di luar Psak Tahun 2012. Semarang: SMA
kelas, karena fokus siswa sangat MASEHI I PSAK Semarang
berpengaruh terhadap masuk tidaknya K. Suartika, I B. Arnyana, G A. Setiawan (2013)
suatu materi pembelajaran kedalam Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
memori siswa. Tipe Group Investigation (Gi) Terhadap
d. Siswa diharapakan agar bisa Pemahaman Konsep Biologi Dan
meningkatakan kemampuan analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
mereka terhadap suatu fenomena yang Singaraja: Program Pascasarjana
berkaitan dengan pembelajaran sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
karena ketika kemampuan analisis Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual.
meningkat maka pemahaman siswapun Bandung: Refika Aditama
meningkat dan bisa memudahkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang diakses
pembelajarn yang ada. pada tanggal 25 November dari http://bsnp-
e. Siswa diharapkan dapat meningkatkan indonesia.org/id/wp-
kerjasama mereka dalam menjalankan content/uploads/isi/Permen_22_2006.pdf
tugas kelompok maupun diskusi Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang diakses dari
kelompok, hal ini akan bisa membuat para http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wp-
siswa menjadi lebih saling mengenal dan content/uploads/2009/06/01.-SMA-MA.pdf
berbagi ilmu pengetahuan yang ada. Priatna, Nanang dkk. (2013). Pengembangan
3. Bagi Sekolah Profesi Guru. Bandung: Remaja
a. Hasil laporan ini diharapkan dapat Rosdakarya
berguna bagi peningkatan kinerja guru Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi
dan upaya meningkatan hasil belajar Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
siswa pada mata pelajaran sosiologi, Soerjono Soekanto. (2010) Sosiologi Suatu
serta dapat digunakan sebagai bahan Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
mengembangkan kreativitas guru dalam Persada.
upaya mencari solusi masalah Sudjana, N. (2014) Penilaian Hasil Proses Belajar
peningkatan hasil belajar siswa. Mengajar Bandung: Remaja Rosdakarya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat Sudjiono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan
berguna sebagai bahan mengembangkan Jakarta: Raja Grafindo.
kreatifitas guru dalam pembelajaran Syah, Muhibin. (2011). Psikologi
yang bisa membuat pemahaman siswa Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya
meningkat yang nantinya akan berdapak Wardhani, Igak dkk. (2007). Penelitian Tindakan
positif pada hasil belajar siswa. Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Widya Cantya Fatiwi (2015) Penerapan Model
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Example Non Example Pada
Abimayu, Soli dkk (2009). Strategi Pembelajaran. Tema Lingkungan Untuk Meningkatkan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Hasil Belajar Siswa Kelas II Sekolah
Departemen Pendidikan Nasional Dasar. Surabaya: PGSD FIP Universitas
Agus Suprijono.(2009).Cooperatif Learning Teori Negeri Surabaya
dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
I Ketut Wiratana, I Wayan Sadia, Ketut Suma
(2013) Pengaruh Model Pembelajaran
15

Anda mungkin juga menyukai