Anda di halaman 1dari 13

BAB I

TINJAUAN TEORI

Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat resiko


bahaya. Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman,nyaman,dan tujuan akhirnya adalah
mencapai produktivitasnya setinggi-tingginya.maka dari itu k3 mutlak untuk
dilaksanakanpada setiap jeniss bidang pekerjaan tanpa kecuali,upaya k3 diharpkan
dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan k3 sangat dipengaruhi oleh 3
faktor utama yaitu manusia,bahan,dan metode yang digunakan, yang artinya ke 3
unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan k3yang efektif
dan efesien.

Untuk mecegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka


disetiap perusahaan yang memiliki tenanga kerja lebih dari 100 orang dan
memiliki resiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja ( permenaker no 5 tahun
1996 )

Menurut ilo , keselamatan dan kesehatan kerja ( k3 ) adalah mencegah dan


meningkatkan kesehjateraan fisik,mental dan social seluruh pera pekerja dan
semua sector pekerjaan,mencegah pekerja terjangkit penyakit yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaaan, melindungi pekerja dari resiko yang berdampak buruk
pada kesehatan,menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai
dengan kondisi fisiologi dan psikologi ,dan menyesuaikan pekerjaan dengan
pekerjan serta pekerja dengan pekerjaanya ( markkanen,p.k,2004)

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan ( gordol,1994,dalam potter dan perry,1997 )
1
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang
telah diterapkan,mencakup peningkatan kesehatan,pencegah,penyakit,pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.

Contoh upaya mencegah hazard dan resiko implementasi keperawatan :

1. Membantu dalam aktifitas sehari-hari


2. Konselling
3. Memberikan asuhan keperawatn
4. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan
5. Teknik tepat dalam memberikan keperawatan dan penyiapkan klien untuk
prosedur
6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan mengevaluasi kerja dari
anggota staf lain

Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

1. Mempertahankan keamanan klien


2. Memberikan asuhan yang efektif
3. Memberikan asuhan yang seefesiensi mungkin

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Contoh kasus
"Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positf Difteri"
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positif difteri
pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON - seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui
positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat
tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakanawal pada
pasien positif difteri tersebut, perawat terkena difteri inisial RU dan bertugas di
ruang Instansi Gawat Darurat ( IGD ) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui
merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.

B. Analisa Kasus 1
Hazard yang ada dikasus :
Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

C. Upaya Pencegahan Kasus 1


 Upaya Pencegahan dari rumah sakit/tempat kerja
 RS menyediakan APD ( Alat Pelindung Diri ) yang lengkap seperti
masker, handscoon, dan scout dll.
Alasan : Meminimalisir terjadinya atau tertukarnya penyakit/infeksi yang
dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu digunakan sebagai
perlindungan diri dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat
menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.

3
 Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat.
Alasan : Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah
terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke
pasien maupun setelah ke pasien.
 RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan : Bila sampah medis dan non medis tercampur dan dikelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.

 RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan


Alasan : Agar petugas/perawatatau tim dalam organisasi atau unit kerja,
sebagai acuan ( chek list ) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesama pekerja. Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu
cara atau parameter dalam meningkatkan mutupelayanan.

 Upaya pencegahan pada perawat :


 Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan tekhnik aseptic seperti
mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan
Alasan : Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang ditangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.

 Perawat mematuhi standar Operational Prosedure yang sudah ada di RS


dan berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan : Meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya selalu berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan
tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya
penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor Resiko Hazard Di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta
resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat
dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang


potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi
bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko”
tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan
dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):

Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal
seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi
kerja, dll.
Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban

5
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi,
Ferry. 2009: 233).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang


berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat
pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan
lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku
kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233)

B. Hazard dan Pengendaliannnya


Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah
faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan
mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja
serta lingkungan yang memberikan dampak buruk. Sedangkan menurut Miles
Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat alamiah yang berpotensi
menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah
suatu kondisi atau tindakan yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan
kerugian (AS/NZS, 1999).

Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi


pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses
produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Firence (1978) mendefinisikan
hazard sebagai suatu material atau kondisi yang berpotensi ditempat kerja dimana
dengan atau tanpa interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian,
cedera, atau kerugian lain.

6
Komponen Bahaya :
 Karakteristik material.
 Bentuk material
 Hubungan pekerjaan dan efek.
 Kondisi dan frekuensi penggunaan.
 Tingkah laku pekerja.

C. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan
kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya
fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada
kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan,
bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat
dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut,
konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera,
kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat
terjadi.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
a) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong,
terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
b) Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

7
D. Pengendalian Hazard
Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut dapat
diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode,
yaitu:

 Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,


isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
 Pendidikan dan pelatihan.
 Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
 Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
 Penegakan hukum.

E. Pemberian alat pelindung diri/ APD


Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan
hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.

F. Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti
pemberian. Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya
kerugian cedera, keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of
loss, injury,disadventage or destruction). Menurut International Labour
Organization (ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan
yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan
kata lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang
melekat pada spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.

8
Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang
diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko
merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan kerugian yang
mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan mengakibatkan suatu
peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe
risiko, yaitu :
a) Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat
terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
b) Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat
efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
c) Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi
rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih
berfokus pada kesehatan manusia.
d) Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak
yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
e) Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian
properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus
risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

G. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi

9
status kesehatan yang lebih baik menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan
(Gordon,1994 dalam Potter dan Perry 1997)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang


telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan , penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko implementasi keperawatan :

1. Membantu dalam beraktivitas sehari-hari

2. Konseling

3. Memberikan asuhan keperawatan langsung

4. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan

5. Teknik tepat dalam memberikan dan menyiapkan klien untuk prosedur

6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota


staf lain

Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

1. Mempertahankan keamanan klien

2. Memberikan asuhan yang efektif

3. Memberikan asuhan yang seefesian mungkin.

10
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) merupakan suatu upaya
untuk menciptakan suasana bekerja yang aman,nyaman,dan tujuan
akhirnya adalah mencapai produktivitasnya setinggi-tingginya.maka
dari itu k3 mutlak untuk dilaksanakanpada setiap jeniss bidang
pekerjaan tanpa kecuali,upaya k3 diharpkan dapat mencegah dan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan k3 sangat dipengaruhi oleh
3 faktor utama yaitu manusia,bahan,dan metode yang digunakan, yang
artinya ke 3 unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai
penerapan k3yang efektif dan efesien.
Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu material atau
kondisi yang berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa
interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera,
atau kerugian lain.
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti
pemberian. Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan
timbulnya kerugian cedera, keadaan yang merugikan atau perusakan
(Risk is Possibility of loss, injury,disadventage or destruction).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang di hadapi status kesehatan yang lebih baik
menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (Gordon,1994 dalam
Potter dan Perry 1997)

11
B. SARAN
Saat melakukan proses keperawatan perawat harus benar benar
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan
kerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal
saat mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak sesuai
dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan
APD yang sesuai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Academia. Makalah Konsep Dasar Hazard Dan Pengendaliannya. Diaksses pada


tanggal 2 November 2018

(akses:https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasar_K3_Haz
ard_dan_Pengendaliannya

Anonim. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja. Diaksses pada tanggal 2


November 2018. (akses: http://www.tappdf.com/read/446175-asuhan-
keperawatan-kesehatan-kerja-ners-unair)

Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. Diaksses pada tanggal 2


November 2018. (akses: https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-
Hazard-Kasus-Pengkajian

Anonim. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Diaksses pada tanggal 2 November


2018. (akses: https://www.scribd.com/doc/216292944/Kesehatan-Dan-
Keselamatan-Kerja)

Anonim. 2015. Asuhan Keperawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diaksses


pada tanggal 2 November 2018
(akses: https://www.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-Kesehatan-
Dan-Keselamatan-Kerja-k3

13

Anda mungkin juga menyukai