Anda di halaman 1dari 3

UAS Pengolahanan dan Pemamfaatan Batubara

Mengenai

“Hiliriasi Pemamfaatan Batubara di Indonesia Melalui Progam Gasikfikasi


Batubara menggunakan Metode Spesific, Measurable, Achievable, Realistic
dan Time-bound Analisa “

I Made Dwi Suputra Mahayana


19133013 / T.Metalurgi

Di Indonesia, khususnya di dunia pertambangan terdapat wacana terkait dengan “Hilirisasi


dan Pemamfaatan Batubara” yang dimana pemerintah di Indonesia sekarang sedang gencar-
gencarnya mendorong industry pertambangan batubara untuk melakukan hilirisasi guna
menciptakan nilai tambah terhadap keekonomisan batubara itu sendiri. Salah satu
programnya adalah pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia. Gasifikasi batubara
adalah proses konversi batubara menjadi produk gas yang dapat digunakan untuk bahan
bakar, maupun bahan baku industri kimia. Terkait pengembangan tersebut, masih diperlukan
suatu analisis terhadap gasfikasi batubara melalui suatu metode yang disebut SMART.
SMART adalah singkatan dari Spesific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time-bond.
SMART analysis merupakan sebuah metode analisa yang pertama kali muncul pada tahun
1981 oleh George T. Doran pada saat management review. Tujuan dari metode SMART ini
adalah untuk mencapai suatu tujuan dengan lebih terarah agar mencapai target yang sesuai.

Berikut merupakan Analisa trehadap hilirasi dan pemamfaatan batubara melalui program
pengembangan gasifikasi batubara:

• Spesific (Spesifik / Khusus)

Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), secara specific (khusus) gasifikasi batu
bara yang ditargetkan adalah menjadi subtitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) yang
diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM)
untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan tentunya daapt menambah nilai
ekonomis dari batubara sehingga menambah pemasukan negara. Sebab saat ini, Indonesia
masih mengimpor LPG sekitar 7 hingga 8 juta ton per tahun. Untuk itu, proyek gasifikasi
diharapkan mampu menjawab kemandirian energi.

• Measurable (Terukur)

Dalam pengembangan proyek gasifikasi batubara guna mengurangi ketergantungan


impor terhadap BBM di Indonesia perlu adanya rencana yang terarah dan tidak ambigu.
Rencananya, Indonesia akan melaksanakan proyek tersebut di Tanjung Enim selama 20
tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, yang mana dari proyek ini dapat
menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun. Hal
tersebut merupakan hasil yang sangat baik untuk

• Achievable (Dapat Tercapai)


Berdasarkan rencana dan target yang sudah ditentukan terkait pengembangan
gasikfiiksai batubara tersebut, tentunya harus dengan pertimbangan terhadap keberhasilan
dari proyek yang akan dilakukan. Untuk itu maka dalam penggunaan teknologi yang
digunakan harus memenuhi standar pengembangan gasifikasi agar mendapkan hasil yang
maksimal, diantara yaitu tedapat unit gasifikasi yang terdiri dari reaktor, pendingin gas
(scrabber), penangkap ter (tar electrostatic precipitator) pembersih gas (washing tower),
pemisah uap (fog drop), blower dan kolam penampungan ter (tar pond). Dari penerapan
teknologi tersebut, selain ketergantungan terhadap BBM dapat dikurangi, dan secara tidak
langsung akan mengurangi beban subsidi, akibat tingginya harga minyak dunia, juga akan
meningkatkan nilai tambah batubara, menambah devisa dan membuka kesempatan kerja.

• Relevant (Sesuai)

Meski Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar dengan kuantitas
ekspornya 80 persen dari total produksi batubara, tetap saja, sebagai sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, batubara akan segera mengalami masa kesudahannya. Terlebih, saat ini
tren dunia mulai beralih ke energi terbarukan. Hal ini membuat batubara akan tersingkir dari
kompetisi pemenuhan energi yang ramah lingkungan.Menurut data yang terdapat di
kementrian ESDM, potensi batubara di Indonesia masih sangat banyak sehingga masih
pantas untuk diandalkan sebagai motor penggerak ekonomi kedepannya seperti inovasi
terhadap batubara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu melalui pengembangan
gasifikasi batubara. Gasifikasi batubara untuk memproduksi sintetik gas bukanlah teknologi
yang baru bahkan jauh lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan mengolah langsung dari
gas bumi. Dalam proses gasifikasinya juga, jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan gas
bumi lebih minim dibandingkan batubara. Belum lagi, permintaan hasil gasifikasi batubara ini
berupa sintetik gas, apakah dapat bersaing dengan produk sintetik gas dari komoditas lainnya
sehingga gasifikasi batubara ini dianggap kurang relevant terhadap keadaan lingkungan di
Indonesia.
• Time-bond (Batas Waktu)
Proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) masih terus berlanjut untuk
mengurangi ketergantungan pada impor Liquid Petroleum Gas (LPG). Hal ini sejalan dengan
upaya mewujudkan ketahanan energi dan penguatan ekonomi hijau di Indonesia sesuai
arahan Presiden RI, Joko Widodo. Dalam pelaksanaan proyek ini memiliki waktu yang sudah
ditentukan yaitu proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20
tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar US$ 2,1 miliar atau setara
Rp 30 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan
1,4 juta DME per tahun, dan bisa mengurangi impor LPG hingga 1 juta ton per tahun. Dengan
target pemerintah yaitu pencapaian terkait bebas impor LPG pada tahun 2027 dan penurunan
emisi karbon di tahun 2030.

KESIMPULAN

• Dari analisa yang sudah dilakukan meggunakan metode SMART analysis terkait
pengembangan proyek gasfikasi bahwa pengembangan tersebut memiliki hasil data
yang baik apabila dilihat dari target yang akan dicapai pada 10-20 tahun mendatang,
namun gasfikasi batubara ini sendiri dianggap kurang relevant terhadap efek globang
warming yang ada di Indonesia karena emisi yang dihasilkan dari gas bumi yang
digunakan dalam BBM ataupun LPG memiliki kadar yang lebih rendah dibadingkan
dengan emisi yang dihasilkan oleh gas batubara. Hal tersebut tentu harus menjadi hal
yang wajib dipikirkan oleh permerintahan di Indonesia terkait pengembangan
gasifikasi batubara.

Anda mungkin juga menyukai