Mengenai
Berikut merupakan Analisa trehadap hilirasi dan pemamfaatan batubara melalui program
pengembangan gasifikasi batubara:
Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), secara specific (khusus) gasifikasi batu
bara yang ditargetkan adalah menjadi subtitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) yang
diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM)
untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan tentunya daapt menambah nilai
ekonomis dari batubara sehingga menambah pemasukan negara. Sebab saat ini, Indonesia
masih mengimpor LPG sekitar 7 hingga 8 juta ton per tahun. Untuk itu, proyek gasifikasi
diharapkan mampu menjawab kemandirian energi.
• Measurable (Terukur)
• Relevant (Sesuai)
Meski Indonesia merupakan salah satu produsen batubara terbesar dengan kuantitas
ekspornya 80 persen dari total produksi batubara, tetap saja, sebagai sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, batubara akan segera mengalami masa kesudahannya. Terlebih, saat ini
tren dunia mulai beralih ke energi terbarukan. Hal ini membuat batubara akan tersingkir dari
kompetisi pemenuhan energi yang ramah lingkungan.Menurut data yang terdapat di
kementrian ESDM, potensi batubara di Indonesia masih sangat banyak sehingga masih
pantas untuk diandalkan sebagai motor penggerak ekonomi kedepannya seperti inovasi
terhadap batubara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu melalui pengembangan
gasifikasi batubara. Gasifikasi batubara untuk memproduksi sintetik gas bukanlah teknologi
yang baru bahkan jauh lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan mengolah langsung dari
gas bumi. Dalam proses gasifikasinya juga, jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan gas
bumi lebih minim dibandingkan batubara. Belum lagi, permintaan hasil gasifikasi batubara ini
berupa sintetik gas, apakah dapat bersaing dengan produk sintetik gas dari komoditas lainnya
sehingga gasifikasi batubara ini dianggap kurang relevant terhadap keadaan lingkungan di
Indonesia.
• Time-bond (Batas Waktu)
Proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) masih terus berlanjut untuk
mengurangi ketergantungan pada impor Liquid Petroleum Gas (LPG). Hal ini sejalan dengan
upaya mewujudkan ketahanan energi dan penguatan ekonomi hijau di Indonesia sesuai
arahan Presiden RI, Joko Widodo. Dalam pelaksanaan proyek ini memiliki waktu yang sudah
ditentukan yaitu proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20
tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar US$ 2,1 miliar atau setara
Rp 30 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan
1,4 juta DME per tahun, dan bisa mengurangi impor LPG hingga 1 juta ton per tahun. Dengan
target pemerintah yaitu pencapaian terkait bebas impor LPG pada tahun 2027 dan penurunan
emisi karbon di tahun 2030.
KESIMPULAN
• Dari analisa yang sudah dilakukan meggunakan metode SMART analysis terkait
pengembangan proyek gasfikasi bahwa pengembangan tersebut memiliki hasil data
yang baik apabila dilihat dari target yang akan dicapai pada 10-20 tahun mendatang,
namun gasfikasi batubara ini sendiri dianggap kurang relevant terhadap efek globang
warming yang ada di Indonesia karena emisi yang dihasilkan dari gas bumi yang
digunakan dalam BBM ataupun LPG memiliki kadar yang lebih rendah dibadingkan
dengan emisi yang dihasilkan oleh gas batubara. Hal tersebut tentu harus menjadi hal
yang wajib dipikirkan oleh permerintahan di Indonesia terkait pengembangan
gasifikasi batubara.