MIK V – PERTEMUAN 10
Kirimkan tugas ini ke email :
adeirmasuryani.piksiganesha@gmail.com paling lambat Selasa,
09 November 2021 pukul 11.00 WIB
Buatlah tugas ini secara individu dan tidak boleh copy paste antar temannya.
Rangkuman Coding Compliance Strategies, Auditing, And Reporting
c. Documentation Problems
A. Koding
- Koding (PMK 76, 2016) adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan
diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 (International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems) yang diterbitkan oleh WHO serta memberikan
kode tindakan/prosedur sesuai dengan ICD-9-CM (International Classification of
Diseases Revision Clinical Modification).
Aturan dan pedoman koding yang digunakan dalam aplikasi INA-CBG adalah aturan
koding morbiditas.
ICD adalah klasifikasi penyakit yang disusun oleh para pakar statistik kesehatan
masyarakat, patologi-anatomis, spesialis medis, wakil-wakil resmidari negara-negara
anggota WHO.
- Diagnosis: Klasifikasi seseorang berdasarkan suatu penyakit yang dideritanya atau satu
abnormalitas yang diidapnya.
Vol.1 Daftartabulasipenyakit
Vol.3 Daftar indeks alfabetik penyakit serta kondisi sakit, sebab luar
penyakit/cedera dan tabulasi obat
- Tujuan koding:
Memudahkan entry data ke database komputer yang tersedia (satu kode bisa
mewakili beberapa terminologi yang digunakan para dokter).
Riset,
Edukasi, dan
4. Mengkode diagnosis atau prosedur yang salah oleh karena isi catatan
Beberapa elemen pengkodean yang harus dievaluasi dalam menetapkan kualitas data
pengkodean (Bowman,1992):
a. Reliability
Yaitu hasil yang sama akan diperoleh apabila dilakukan beberapa kali usaha. Contoh:
Beberapa petugas pengkodean dengn rekam medis yang sama akan menghasilkan hasil
pengkodean yang sama pula.
b. Validity
Yaitu hasil pengkodean yang mencerminkan keadaan pasien dan prosedur yang diterima
pasien.
c. Completeness
Sebuah rekam medis belum bisa dikatakan telah dikode apabila hasil pengkodean tidak
mencerminkan semua diagnosis dan prosedur yang diterima pasien.
d. Timeliness
Dokumen rekam medis dapat dikode dengan hasil yang dapat dipercaya, benar, dan
lengkap. Tetapi jika tidak dengan tepat waktu maka rekam medis tidak dapat digunakan
untuk pengambilan kembali dokumen atau penagihan biaya perawatan.
a) Konsisten bila dikode petugas yang berbeda maka kode tetap sama (Reliability)
b) Kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan (Validity)
c) Mencakup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis (Completeness)
Penetapan diagnosis pada seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab
dokter. Diagnosis yang ada di dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas sesuai
dengan arahan yang ada pada ICD-10 (Depkes RI,1997).
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kode diagnosis antara lain dokter,
tenaga medis lain (perawat) dan tenaga rekam medis (pengkode). Dokter dan perawat
bertanggung jawab terhadap kualitas dokumen rekam medis pasien dan pengkode
bertanggung jawab terhadap kualitas kode diagnosis berdasarkan data medis tersebut
(Kemenkes RI,2006)
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pengkodean diagnosis sangat penting untuk
diperhatikan agar kode diagnosis yang dihasilkan sesuai dengan ICD-10. Faktor – faktor
tersebut adalah:
a. Tenaga medis
Kelengkapan diagnosis sangat ditentukan oleh tenaga medis, dalam hal ini sangat
bergantung pada dokter sebagai penentu diagnosis karena hanya profesi dokterlah
yang mempunyai hak dan tanggung jawab untuk menentukan diagnosis pasien.
Dokter yang merawat juga bertanggung jawab atas pengobatan pasien, harus
memilih kondisi utama dan kondisi lain yang sesuai dalam periode perawatan.
Petugas koding sebagai pemberi koding bertanggung jawab atas keakuratan kode
diagnosis yang sudah ditetapkan oleh petugas medis. Untuk hal yang kurang jelas
atau tidak lengkap seelum kode ditetapkan, dikomunikasikan telebih dahulu pada
dokter yang membuat diagnosis tersebut untuk lebih meningkatkan informasi
dalam rekam medis, petugas koding harus membuat kode sesuai dengan aturan
yang ada pasa ICD-10.
Oleh karena itu, manajemen RS dan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) lainnya
diharapkan kerja keras untuk mensosialisasikan program jamkesmas dan INA-
CBGs di lingkungan internal agar terjadi pelayanan kesehatan yang terkendali
mutu dan biaya (Depkes RI,1997).
d. Mengkode diagnosis atau prosedur yang salah oleh karena isi catatan.
- Documentation Problem
Kesalahan pengambilan keputusan medis (MDM) sering terjadi. Berikut adalah kesalahan
pengkodean dan dokumentasi yang paling sering dilakukan oleh rumah sakit, bersama
dengan beberapa tips tentang cara menghindarinya.
Daftar masalah tanpa rencana. Profesional perawatan kesehatan dapat menyimpulkan
ketajaman dan keparahan suatu kasus tanpa dokumentasi yang berlebihan atau
berlebihan, tetapi auditor mungkin tidak memiliki kemampuan ini. Dokumentasi yang
memadai untuk setiap tanggal layanan membantu menyampaikan kompleksitas pasien
selama tinjauan rekam medis. Meskipun daftar masalah mungkin tidak berubah secara
dramatis dari hari ke hari selama dirawat di rumah sakit, auditor hanya meninjau tanggal
layanan yang dipermasalahkan, bukan seluruh catatan medis.
a. Identifikasi semua masalah yang dikelola atau diatasi selama setiap pertemuan;
Dokter harus:
a. Berikan status untuk semua masalah dalam rencana perawatan dan identifikasi
mereka sebagai stabil, memburuk, atau berkembang (ringan atau berat), bila
berlaku; jangan berasumsi bahwa auditor dapat menyimpulkan ini dari rincian
dokumentasi.
Banyak aktifitas yang esensial bagi suksesnya organisasi asuhan kesehatan bergantung
kepada akurasi, integritas dari data ynag terkode, diantaranya:
a. Perencanaan strategi
b. Kualitas asuhan
c. Analisis keluaran
g. Monitoring utilisasi
i. Riset
j. Manajemen kasus dan analisis case-mix
l. Ekonomi credentialing
Untuk kepentingan di atas AHIMA membekali pengkode dengan seperangkat standar dan
etik yang cukup ketat.
Pemantauan dan pelaporan kualitas data adalah langkah penting untuk mengukur dampak
dan efektivitas program kualitas data. Mengukur dan memantau kualitas data dari atribut
penting adalah penting untuk keberhasilan proses bisnis di suatu perusahaan. Ini adalah
langkah pertama menuju membangun proses peningkatan kualitas data berkelanjutan.
Metrik kualitas data yang dikumpulkan selama langkah pengukuran perlu dipantau dan
dibandingkan dengan target kualitas data yang ditetapkan untuk proses tertentu OpenDQ,
dengan kemampuan profil dan pelaporan data yang luas, bersama dengan set komponen
kualitas data yang canggih, memberdayakan perusahaan untuk membuat pemantauan
kualitas data dan proses tata kelola data dengan mudah. Solusi biaya lisensi nol:
Buat kartu skor kualitas data dengan visual interaktif untuk melacak efektivitas program
kualitas data Anda
a. Menetapkan ambang batas kualitas data dan peringatan untuk secara otomatis
meningkatkan masalah kualitas data ke pemilik proses dan pemangku
kepentingan
b. Mengukur dan memantau metrik pada aplikasi, proses, dan tingkat pekerjaan
individu
c. Melacak tren dan laporan tentang kualitas data dari perspektif historis
Pengkodean medis yang berkualitas selalu penting. Data kode digunakan untuk banyak
fungsi penting termasuk penggantian, tolak ukur, pengambilan keputusan klinis dan
keuangan, kebijakan perawatan kesehatan, pelacakan kesehatan masyarakat, dan
penelitian. Baru-baru ini, pengkodean medis telah semakin penting karena berkaitan
dengan masalah kualitas perawatan dan data yang dilaporkan secara publik.
- Setiap fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit maupun puskesmas harus membuat
kebijakan dan prosedur pengkodean sesuai dengan tenaga dan fasilitas yang dimilikinya.
Kebijakan dan prosedur tersebut merupakan pedoman bagi tenaga pengodean agar dapat
melaksanakan pengodean dengan konsisten. Kebijakan ditetapkan oleh organisasi seperti
organisasi rumah sakit (ARSADA, PERSI), IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PORMIKI
(Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) maupun
organisasi terkait lainnya.
Untuk pengodean yang akurat diperlukan rekam medis pasien yang lengkap. Setiap
fasilitas kesehatan mengupayakan supaya pengisian rekam medis harus lengkap sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pengode harus melakukan analisis kualitatif terhadap isi
rekam medis tersebut untuk menemukan diagnosis, kondisi, terapi dan pelayanan yang
diterima pasien. Rekam medis harus memuat dokumen yang akan dikode, seperti pada
lembar depan (RMI, lembaran operasi dan laporan tindakan, laporan patologi dan resume
pasien keluar). Pengode membantu meneliti dokumen untuk verifikasi diagnosis dan
tindakan kemudian baru ditetapkan kode dari diagnosis dan tindakan tersebut. Hasil
pengodean secara periodic seyoginya dilakukan audit.
B. Auditing
Kementerian Kesehatan juga memandang sangat penting pelaksanaan audit medis secara
berkala di rumah sakit. Melalui Kepmenkes No. 496 tahun 2005 tentang Audit
Medikdiberikan penjelasan yang lengkap manfaat dan bagaimana pelaksanaan audit
medis di rumah sakit.
Secara umum tujuan dari audit medis adalah tercapainya pelayanan medis prima di rumah
sakit. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk melakukan evaluasi mutu layanan medis,
mengetahui penerapan standar pelayanan medis dan melakukan perbaikan-perbaikan
pelayanan medis sesuai kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis.
Audit medis merupakan peer review maka pelaksanaannya wajib melibatkan kelompok
staf medis. Sebelumnya pihak rumah sakit harus membentuk tim pelaksana audit medis.
Tim tersebut dapat dibentuk dibawah Komite Medik atau panitia khusus untuk itu.
Karena audit medis erat kaitannya dengan rekam medis maka bagian rekam medis juga
harus dilibatkan dalam tim.
1. Rumah sakit menyusun pedoman audit medis, SOP audit serta standar dan kriteria
jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan audit.
3. Rumah sakit membuat ketentuan bahwa setiap dokter/dokter gigi wajib membuat
rekam medis.
Selain itu ada persiapan-persiapan lain yaitu; penetapan standar pelayanan medis,
penentuan literatur untuk rujukan, pengumpulan data (memastikan bahwa data yang
diperlukan telah tersedia) dan yang terakhir berkomitmen untuk melakukan audit secara
objektif dan penuh tanggung jawab.
- Tujuan Audit Medis
adalah merupakan kriteria-kriteria dari hasil riset yang dapat dibuktikan dan
penting.
C. Reporting
- Pengertian reporting
Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat. Sistem pelaporan di Rumah Sakit
pada umumnya menggunakan sistem desentralisasi yang artinya sistem pelaporan tidak
terkoordinasi ruang dan tempat tidur rawat inap. Laporan-laporan rekam medis tersebut
juga dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Apabila terjadi
keterlambatan penilaian Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal terhadap rumah sakit akan
kurang baik. Manfaat laporan-laporan Rumah Sakit untuk Dinas Kesehatan yaitu untuk
menekan angka kesakitan disuatu wilayah.
Yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun konsep Rancangan
Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
e) Hari perawatan
2) Prosentase pemakaian TT
3) Kegiatan persalinan
- Periode pelaporan:
a) (RL 1) dibuat setiap waktu apabila terdapat perubahan data dasar dari rumah
sakit.
e) Pertinggal (Arsip)
Sedangkan laporan lainnya (RL 2 s/d RL 5) cukup dibuat rangkap 2 yang asli dikirim ke
Direktorat Jendral Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan
tembusannya untuk Arsip rumah sakit.
b. Untuk laporan tahunan dikirim setiap tanggal 15 Januari pada tahun berikutnya.
c. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, maka pengumpulan data laporan dari
masing-masing unti terkait ditetapkan paling lambat setiap tanggal 5 pada bulan
berikutnya.
1) Diagnosa
a. Man (Manusia)
b. Material (Bahan)
Suatu produk atau fasilitas yang digunakan untuk menunjang tujuan dalam
pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit.
c. Machine (Peralatan)
Peralatan yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu agar lebih cepat dan efisien
dalam menunjang pelaksanaan kesehatan di rumah sakit.
d. Method (Metode)
Penggunaan metode yang tepat akan membantu tugas-tugas seseorang akan lebih
cepat dan ringan didalam pelaksanaan sistem kesehatan di rumah sakit.
e. Money (Uang/dana)
Hal yang paling berperan untuk mencapai pelaksanaan suatu sistem di rumah
sakit agar dapat berjalan sesuai kebutuhan pasien.
Referensi:
https://apikesinfo.blogspot.com/2016/06/makalah-tentang-coding-auditing-
dan.html?m=1
https://id.scribd.com/document/426750144/mik-v