Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK

INSPEKSI SANITASI PADA AIR BERSIH

( Mata Kuliah : Penyehatan Air -A )

Disusun Oleh :

Akbar Prima Siregar


NIM : P00933219036

Pembimbing :

Haesti Sembiring, SST, M.Sc


NIP.19720618 199703 2 003

TINGKAT II B

DIV SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

KABANJAHE

2021

KATA PENGANTAR
Kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Inspeksi Sanitasi pada Air Bersih
dengan baik.

Makalah ini disusun dengan baik dan maksimal serta mendapatkan bantuan dari
berbagai macam pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan terimakasih banyak kepada Bapak/Ibu Dosen dan kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam pengerjaan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa sepenuhnya saya masih ada
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala masukan, kritik maupun saran yang dapat menambah wawasan agar
mampu menciptakan makalah dan praktek yang lebih baik lagi.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini mampu memberikan manfaat
pengetahuan bagi kita semua, dan mampu menambah wawasan kita.

Kabanjahe, 29 April 2021

Penulis

Akbar Prima Siregar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di
bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bila tidak tersedia dalam
kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya (Warlina, 2004). Air yang dibutuhkan
adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak
berwarna, tawar dan tidak berbau.

Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan
bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI (2008) program penyehatan
air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan Program penyehatan air
merupakan salah satu program prioritas dalam agenda Millenium Development Goals
(MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan sebesar separuh proporsi penduduk yang tidak
memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas
sanitasi dasar pada tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk-penduduk di dunia
yang tinggal di desa maupun di kota hidup tanpa air bersih (WHO,2008).

B. Landasan Teori

Inspeksi Sarana Air Bersih


Kegiatan pengawasan kualitas air diharapkan mampu menciptakan dan menjamin
suatu sistem yang akan melaksanakan tindakan lanjut penanggulangan, agar diperoleh
pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan atau dengan resiko kesehatan yang
sekecil-kecilnya.

Kegiatan inspeksi sarana air bersih merupakan kegiatan pengamatan keadaan fisik
sarana, lingkungan dan perilaku masyarakat yang diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas
air dari sarana yang diinspeksi dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan.
Berdasarkan inspeksi sanitasi tersebut, ditetapkan resiko pencemaran dari sarana kedalam 4
kategori yaitu : (1) Rendah, (2) Sedang, (3) Tinggi dan (4) Amat tinggi.

Berbeda dengan pemeriksaan laboratorium yang akurasinya tinggi, inspeksi sanitasi


hanya dapat memperkirakan kualitas air dari sarana yang ada. Perkiraan kualitas air (terutama
mikrobiologi) berdasarkan inspeksi sanitasi bertolak dari asumsi bahwa tingkat dari risiko
pencemaran suatu sarana berpengaruh pada kualitas airnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Air Bersih

 Air
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan
kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan.
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk memeliharaan
kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan
pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Sedangkan didalam UU No. 7 tahun 2004 mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut
yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah.Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bantuan dibawah
permukaan tanah.Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan buatan yang
terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah.

 Sumber Asal Air

Menurut Depkes RI (1995), menyatakan bahwa untuk keperluan sehari–hari


air dapat diperoleh dari beberapa macam sumber sebagai berikut : air hujan, air
permukaan dan air tanah.

a. Air hujan

Air hujan merupakan air angkasa dan ketika turun dan melalui udara akan
melarutkan benda – benda yang terdapat diudara. Diantara benda – benda yang
terlarut dari udara tersebut adalah Gas O2 , gas CO2, gas H2S, nitrogen, jasad – jasad
renik dan debu.Kelarutan gas CO2 didalam air hujanakan membentuk asam karbamat
(H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi dengan asam. Beberapa macam gas
oksida dapat berada pula di dalam udara, di antaranya yang penting adalah oksida
belerang dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2O2).Kedua oksida ini bersama – sama
dengan air hujan akan membentuk larutan asam sulphat (H2SO4) dan larutan asam
Nitrat (H2NO3). Setelah permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.

b. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber yang dapat dipakai untuk
sumber bahan baku air bersih. Dalam menyediakan air bersih terutama untuk air
minum dalam sumbernya perlu diperhatikan tiga segi yang penting yaitu : kualitas,
kuantitas dan kontinuitas air baku. Adapun yang termasuk kedalam kelompok air
permukaan adalah air yang berasal dari sungai , selokan, rawa, parit, bendungan,
danau, laut dan air tanah.

c. Air tanah

Air tanah adalah air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap
kedalam tanah dan akan menjadi air tanah. Beberapa lapisan tanah sambil berubah
sifat air tanah adalah : lapisan tanah atas (top soil), lapisan tanah bawah (sub soil) dan
lapisan batu kapur (limestone).

 Pencemaran Air

Hefni Effendi, (2003), mengatakan bahwa pencemaran air diakibatkan oleh


masuknya bahan pencemar (polutan) yang berupa gas, bahan – bahan terlarut dan
partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui
atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan,
pembuangan limbah industri, pertambangan dan pengolahan mineral.

a. Sumber pencemar

Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu atau tersebar (non point atau diffuse source), sumber pencemar point
source misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri.
Pencemar yang berasal point source bersifat lokal.Efek yang ditimbulkan dapat
ditentukan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air.Volume pencemar dari
point source biasanya relative tetap. Sumber pencemar non point source dapat juga
berupa point source dalam jumlah yang banyak misalnya limpasan dari daerah
pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah
permukiman (domestic) dan limbah dari daerah perkotaan.

b. Bahan pencemar

Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan di kelompokkan


menjadi dua yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik. Polutan alamiah
yaitu polutan yang memasuki suatu lingkungan secara alami dan sukar
dikendalikan misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan
fenomena alam yang lain.
Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air yang bersumber
dari aktifitas manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban
(perkotaan), maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat
dikendalikan dengan cara mengontrol aktifitas manusia yang menyebabkan
timbulnya polutan tersebut.
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan dibedakan menjadi dua yaitu polutan tak
toksik dan polutan toksik.Polutan tak toksik biasanya berada pada ekosistem secara
alami. Sifatnya destruktif sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
melalui perubahan proses fisika-kimia perairan, jika berada dalam perairan
jumlahnya berlebih. Polutan tak toksik terdiri dari bahan – bahan tersuspensi dan
nutrient. Pengaruh bahan tersuspensi dalam air antara lain meningkatkan
kekeruhan sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian
intensitas cahaya matahari pada kolam air menjadi lebih kecil dari intensitas yang
dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Keberadaan nutrien atau
unsur hara yang berlebihan dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan dan dapat
memacu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara pesat, yang selanjutnya
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.
Polutan toksik bukan bahan alami yaitu bahan yang diproduksi oleh manusia
yang sifatnya beracun dan dapat mengakibatkan kematian maupun bukan kematian
misalnya mengganggu pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi
berbagai organism akuatik.Polutan toksik ini berupa bahan – bahan kimia bersifat
stabil dan tidak mudah mengalami degradasi sehingga bersifat persisten di alam
dalam kurun waktu yang lama misalnya pestisida, detergen dan bahan artifisial
lainnya.

c. Jenis – jenis pencemar

Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai polutan.Jika


di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi pengaruh yang
menimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
tiga sebagai berikut :
1) Additive Penjumlahan dari beberapa pengaruh jenis polutan atau kombinasi
pengaruh.Misalnya pengaruh Zn dan Cl terhadap ikan.
2) Sinergism Pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar
dari pada penjumlahan pengaruh dari masing – masing polutan.Misalnyapengaruh
kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan surfaktan.
3) Antagonism Pengaruh beberapa jenis polutan saling mengganggu, sehingga
pengaruh secara komulatif lebih kecil atau mungkin hilang.Misalnya kombinasi Cu
dan Pb atas Zn dan Al.
Selama dalam dataran tanah baik sebagai air permukaan khususnya sebagai air
tanah terus menerus menambah kecenderungan untuk menjasi air kotor akibat
limbah – limbah industri. Selama dalam tanah akan mengalami pencemaran oleh
berbagai polutan sebagai berikut :
a) Gas-gas yang larut dalam air, seperti CO2, H2S, O2 dan nitrogen.

b) Dissolved mineral (zat organic yang diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolism normal) seperti : Ca, Na,Fe, Mg, Mn, karbonat-karbonat, sulfat,
florida, nitrat, silikat maupun alkalin-alkalin. Mineral atau persenyawaan bahan-
bahan yang dibebaskan oleh industri-industri yang dalam perkembangan
teknologi modern banyak menggunakan radioaktif.
BAB III

ISI

KUALITAS FISIK AIR

Ya Tidak

1. Keruh ✔
2. Berbau ✔
3. Berasa ✔
4. Berwarna ✔
Skor resiko pencemaran : Tidak = 4 : Baik (B)
Tidak < 4 : Tidak Baik (TB)

Hasil  
FORMULIR INSPEKSI SANITASI JENIS SARANA SUMUR DANGKAL

Data Umum

1. Lokasi Puskesmas : Berastagi


2. Desa/Kelurahan : Rumah Berastagi
3. Kode sarana : 22152
4. Pemilik sarana : Selly Br Ginting
5. Alamat : Jl. Listrik Bawah
6. Tanggal kunjungan : 05/05/2021
Uraian Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah ada jamban pada radius 10 m disekitar sumur ✔
2. Apakah ada sumur pencemar lain pada radius 10 m disekitar sumur, ✔
misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air dan lain-lain
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air pada jarak 2 m sekitar ✔
sumur
4. Apakah saluran pembuangan air limbah rusak/tidak ada ✔
5. Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai radius ✔
kurang dari 1 m
6. Apakah sewaktu-waktu ada genangan air diatas lantai semen ✔
sekeliling sumur
7. Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur ✔
8. Apakah ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan sehingga ✔
memungkinkan pencemaran
9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga ✔
memungkinkan air merembes kedalam sumur
10. Apakah dinding semen sedalam 3 m dari atas permukaan tanah ✔
tidak diplester cukup rapat/tidak sempurna
JUMLAH 2 8

Skor resiko pencemaran : 8 - 10 : Tingkat Resiko Amat Tinggi (AT)

6 – 7 : Tingkat Resiko Tinggi (T)

3 – 5 : Tingkat Resiko Sedang (S)

0 – 2 : Tingkat Resiko Rendah (R)

HASIL INSPEKSI SANITASI

Nomor-nomor penting dari resiko pencemaran dan Daftar nomor 1 s/d 10


pemilik telah diberi petunjuk untuk tindakan perbaikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
✔ ✔
1. Tingkat Resiko Kualitas Fisik Air :Ya ( 0-2) tingkat resiko rendah
2. Tingkat Resiko Pencemaran : Tidak (8) tingkat resiko tinggi
FORMULIR INSPEKSI SANITASI

JENIS SARANA PERPIPAAN

DATA UMUM

Lokasi : Kantor PDAM Tirtanadi


Cab.Berastagi
Kode Sarana : 22153
Pemilik Sarana : Pemerintah Kabupaten Karo

Alamat : Jalan Veteran No. 3, Gundaling I,


Kec. Berastagi, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara
Jumlah Pemakai : KK

Jumlah Sambungan Rumah : Rumah

Jumlah Kran Umum : Buah

Tanggal Kunjungan : Rabu, 5 Mei 2021

KUALITAS FISIK

AIR
Ya Tidak
1. Keruh
2. Berbau
3. Berasa
4. Berwarna
Skor resiko Tidak = 4 : Baik (B)
pencemaran : Tidak < 4 : Tidak Baik (TB)
URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RESIKO PENCEMARAN
No. Ya Tidak
1. Apakah ada pipa yang bocor diantara sumber dan reservoir
2. Apakah bak pelepas telah mempunyai tutup yang baik
3. Apakah tutup reservoir air tidak tertutup baik dan kotor
4. Apakah lubang udara pada pipa terbuka/terlindung tapi melengkung
ke bawah
5. Apakah ada keretakan pada bak reservoir
6. Apakah ada chlorinasi pada bak reservoir
7. Apakah ada kebocoran pada pipa distribusi
8. Apakah air selalu mengalir pada pipa distribusi
JUMLAH

Skor resiko pencemaran :

8 – 10 : Tingkat Resiko Amat Tinggi (AT)

6–7 : Tingkat Resiko Tinggi (T)

3–5 : Tingkat Resiko Sedang (S)

0–2 : Tingkat Resiko Rendah (R)

HASIL INSPEKSI SANITASI


Nomor-nomor penting dari resiko Daftar nomor 1 s/d 8
pencemaran dan pemilik telah
diberi
petunjuk untuk tindakan 1 2 3 4 5 6 7 8
perbaikan.
1. Tingkat resiko Kualitas Fisik Air
:
2. Tingkat resiko Pencemaran :
FORMULIR INSPEKSI SANITASI

JENIS SARANA SUMUR DANGKAL

DATA UMUM
Lokasi : Berastagi Listrik Bawah
Desa / Kelurahan : Listrik Bawah
Kode Sarana : 2205
Pemilik Sarana : Nde Chio Br Ginting
Alamat : Listrik Bawah Kecamatan Berastagi
Tanggal Kunjungan : Rabu, 5 Mei 2021

URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RESIKO PENCEMARAN


NO. YA TIDAK
1. Apakah ada jamban pada 
radius 10 m disekitar
sumur
2. Apakah ada sumur 
pencemaran lain pada
radius 10 m disekitar
sumur, misalnya kotoran
hewan, sampah, genangan
air, dll
3. Apakah ada/sewaktu- 
waktu ada genangan air
pada jarak 2 m sekitar
sumur
4. Apakah saluran 
pembuangan air limbah
rusak/tidak ada
5. Apakah lantai semen yang 
mengitari sumur
mempunyai radius kurang
dari 1 m
6. Apakah sewaktu-waktu 
ada genangan air diatas
lantai semen disekeliling
lantai sumur
7. Apakah ada keretakan 
pada lantai disekitar
sumur
8. Apakah ember dan tali 
timba sewaktu-waktu
diletakkan sehingga
memungkinkan
pencemaran
9. Apakah bibir sumur 
(cincin) tidak sempurna
sehingga memungkinkan
air merembes kedalam
sumur
10. Apakah dinding semen 
sedalam 3 m dari atas
permukaan tanah tidak
diplester cukup rapat/tidak
sempurna
JUMLAH 8 2

Skor resiko pencemaran :

8-10 : Tingkat resiko amat tinggi (AT)

6-7 : Tingkat resiko tinggi (T)

3-5 : Tingkat resiko sedang (S)

0-2 : Tingkat resiko rendah (R)

HASIL INSPEKSI SANITASI


Nomor-nomor penting dari resiko Daftar nomor 1 s/d 10
pencemaran dan pemilik telah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
diberi        
Petunjuk untuk tindakan
perbaikan.
1. Tingkat resiko Kualitas Fisik Air : Tidak ada
2. Tingkat resiko Pencemaran :
 Jarak antara sumur dengan sumber pencemaran <10 m, yaitu 7.6 m,
9 m dan <10 m.
 Bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga memungkinkan air
merembes kedalam sumur, tinggi bibir sumur dilokasi yaitu 48 cm
sedangkan menurut syarat ketentuan sumur air gali tinggi bibir
sumur yaitu 60-70 cm.
 Dinding semen sepanjang kedalaman 3 m dari atas permukaan tanah
tidak diplester cukup kuat/rapat.

BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil praktek yang telah saya amati bahwa


BAB V

DOKUMENTASI
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/333/4/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai