MITIGASI BENCANA
Disusun Oleh
Anggota Kelompok :
NURHALIZAH (F 231 19 098)
KRISTEN OKTAVIANI PASOA (F 231 19 020)
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika
sedang dalam ancaman potensi bencana
2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat terjadi bencana
3. Tahap pasca bencana yang dalam saat terjadi bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis
kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
a. Kesiapsiagaan
b. Peringatan Dini
c. Mitigasi Bencana
Dalam fase pra bencana ini mencakup kegiatan, mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini
a. Pencegahan (Prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana jika mungkin dengan
meniadakan bahaya. Contoh kegiatan pencegahan diantaranya melarang pembakaran
hutan dalam perladangan, melarang penambangan batu di daerah curam, melarang
membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana baik
melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi inidapat dilakukan melalui pelaksanaan
penataan ruangan; pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan;
dan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan baik secara konvensional
maupun modern.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bancana
melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
d. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
pada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini ini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate),
tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi stakeholder,oleh
karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.
B. TANGGAP DARURAT
Tanggap Darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera saat terjadi
bencana, untuk menangani dampak bencana yang ditimbulkan dan yang dilakukan segera
sesudah kejadian bencana oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah. Secara umum proses
tanggap darurat atau penyelenggaraan penanggulangan bencana saat tanggap darurat meliputi:
a. Siaga Darurat
Setelah ada peringatan maka aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah siaga darurat.
Peringatan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan jenis ancaman dan
karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman tersebut. Peringatan harus disebarkan
dengan cepat kepada institusi-institusi pemerintah, lembaga-lembaga, dan masyarakat
yang berada di wilayah yang berisiko sehingga tindakan-tindakan yang tepat dapat
diambil, baik mengevakuasi atau menyelamatkan properti/aset dan mencegah kerusakan
lebih lanjut.
b. Pengkajian Cepat
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran situasi paska bencana yang jelas
dan akurat. Dengan pengkajian itu dapat diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika
serta dapat mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan dini.
c. Penentuan Status Kedaruratan
Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah pengkajian cepat dilakukan. Penentuan
status dilakukan sesuai dengan skala bencana, dan status kedaruratan dibagi menjadi tiga
yaitu darurat nasional, darurat provinsi, dan darurat kabupaten/kota. Saat status
kedaruratan ditetapkan, tindakan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana adalah membentuk satuan komando tanggap darurat yang dipimpin kepala
BNPB atau BPBD.
d. Search and Rescue (SAR)
Search and rescue (SAR) adalah proses mengidentifikasikan lokasi korban bencana yang
terjebak atau terisolasi dan membawa mereka kembali pada kondisi aman serta
pemberian perawatan medis.
e. Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (PPE)
Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari zona berisiko bencana ke lokasi
yang lebih aman. Perhatian utama adalah perlindungan kehidupan masyarakat dan
perawatan segera bagi mereka yang cedera.
f. Respon dan Bantuan (Response and Relief)
Response and relief harus berlangsung sesegera mungkin; penundaan tidak bisa
dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki rencana
kontinjensi sebelumnya. Relief adalah pengadaan bantuan kemanusiaan berupa material
dan perawatan medis yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dan menjaga
keberlangsungan hidup. Kebutuhan dasar juga harus mempertimbangkan hal-hal yang
terkait dengan keamanan dan kenyamanan. Penyediaan bantuan atau layanan biasanya
bersifat gratis pada hari-hari atau minggu-minggu sesudah terjadinya bencana.
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
2. penentuan status keadaan darurat bencana
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4. pemenuhan kebutuhan dasar
5. perlindungan terhadap kelompok rentan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana.
Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu:
Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
Berikut adalah uraiannya.
1. Fase Pemulihan
Fase Pemulihan tidak dapat ditentukan berapa jangka waktu pelaksanaannya, karena ini
merupakan suatu fase dimana individu dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan
fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Fase ini merupakan fase peralihan dari
kondisi darurat ke kondisi tenang dimana fase ini tidak benar – benar mengembalikan keadaan
seperti sebelum bencana terjadi namun lebih ke kondisi normal yang lebih baik agar kehidupan
dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali.
2. Fase Rekonstruksi
Fase adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana. Fase ini memiliki waktu yang juga tidak dapat diprediksi.
Pembangunnya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari
berbagai ahli dan sektor terkait.
Prinsip dasar upaya penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap kesiapsiagaan sebelum
bencana terjadi. Mengingat bahwa tindakan preventif (mencegah) lebih baik daripada kuratif
(pengobatan atau penanganan). Bencana alam itu sendiri memang tidak dapat dicegah, namun
dampak buruk akibat bencana dapat kita cegah dengan kesiapsiagaan sebelum bencana terjadi.