Oleh:
Berliana Dwi Lestari (1401420202)
-5-
MATERI 2
-8-
3. Bimbingan dan konseling melayani orang yang sakit dan kurang normal.
4. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah.
5. Konselor yang harus aktif sedangkan klien pasif.
6. Adanya anggapan bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan
oleh siapa saja.
7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
8. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah
incidental.
9. Guru Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri.
10. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
11. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrument.
12. Bimbingan dan konseling hanyalah menangni masalah yang dianggap ringan.
H. Mengapa guru membimbing
Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta motivasi untuk
menumbuhkan aktivitas dan kreativitas siswa. Peranan guru BK dalam memberikan
motivasi untuk mendinamiskan potensi yang dimiliki siswa dan siswa dapat
berkembang sesuai dengan harapan dan cita-cita.
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di SD agar pribadi dan
segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Bimbingan
dan konseling di SD dilaksanakan oleh guru kelas. Oleh karena itu peranan guru
kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Peran guru dalam kegiatan BK,
yaitu sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, dan evaluator.
Pada kesimpulannya dalam usia sekolah dasar memanglah sangat penting dengan
adanya peran bimbingan konseling dilihat dari konsep-konsep dasar bimbingan
konseling dan karakteristik dari anak itu sendiri.
-9-
MATERI 3
- 12 -
MATERI 4
- 16 -
e. Hambatan egosentrisme ketidakmampuan melihat kemungkinanlain diluar
apa yang dipahaminya.
f. Hambatan konsentrasi ketidakmampuan memusatkan perhatianpada lebih
dari satu aspek tentang suatu hal.
g. Hambatan reversibilitas ketidakmampuan menelusuri alur yangterbalik dari
alur yang dipahami semula.
h. Hambatan transformasi ketidakmampuan meletakkan sesuatu padasuasana
urutan yang ditetapkan.
5. Orientasi permasalahan
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar
dari masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkanfungsi
pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur megalami
masalah dapat terentaskan masalahnya.
- 17 -
MATERI 5
A. Hakikat Kepribadian
Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan
tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan
berkehendak maupun perbuatan.
B. Hakikat Guru
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) dinyatakan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
C. Kompetensi Kepribadian Guru atau Pendidik
Menurut UU Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci sub
kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai
guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
D. Perilaku dan Pribadi Pendidik Sebagai Konselor
Keberhasilan konseling lebih bergantung pada kualitas pribadi konselor dibanding
kecerrmatan teknik. Konselor harus memiliki pribadi yang berbeda dengan pribadi-
pribadi petugas helper lain. Konselor adalah pribadi yang penuh pengertian dan
mampu mendorong orang lain tumbuh. Carlekhuff menyebutkan 9 ciri kepribadian
yang harus ada pada konselor, yang dapat menumbuhkan orang lain; empati
(empaty), rasa hormat (respect), keaslian (genuiness), konkret (concreteness),
konfrontasi (confrontation), membuka diri (self disclosure), kesanggupan
(potency), kesiapan (immediacy) dan aktualisasi diri (self actualization). Calon
konselor hendaknya dituntut untuk mempunyai perilaku terpuji karena konselor
mempunyai kewajiban untuk membantu memperbaiki perilaku orang lain dan
sebelum membantu memperbaiki orang lain seharusnya konselor tersebut
memperbaiki perilakunya sendiri. Dengan mempunyai perilaku terpuji tersebut,
konselor dapat memberikan contoh-contoh yang dapat dikatakan sebagai perilaku
terpuji yang harapannya adalah agar konseli dapat tergugah motivasinya untuk
berperilaku terpuji.
Dibawah ini beberapa kriteria kualitas pribadi konselor yang efektif adalah sebagai
berikut:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menampilkan
kepribadian yang beriman dan bertakwa, konsisten dalam menjalankan
kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, berakhlak
mulia dan berbudi pekerti luhur, sehingga konselor dapat menjadi teladan bagi
konseli.
2. Menghargai perbedaan individu, ditunjukkan dengan sikap toleran dengan
perbedaan,peduli, saling menghargai dan menghormatikeberagaman, bersikap
demokratis.
3. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, dengan
menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji seperti berwibawa, jujur,
sabar, ramah, dan konsisten, menampilkan emosi yang stabil, peka, empati,
peduli pada kepentingan konseli (altruistik), menghormati keragaman dan
perubahan, bersemangat, disiplin, mandiri, berpenampilan menarik dan
menyenangkan, berkomunikasi secara efektif
4. Menampakkan kinerja dan penampilan yang berkualitas tinggi, ditunjukkan
dengan menampilkan tindakan yang cerds, kreatif, inovatif, produktif,
bersemangat, disiplin, mandiri, berpenampilan menarik dan menyenangkan.
E. Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru sebagai Konselor
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas
dasar kerangka fikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja
konselor. Namun bila ditata dalam keempat kompetensi akademik dan profesional
konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam empat kompetensi yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik
Menguasai teori dan praktis pendidikan
Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku
konseling
Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis,
dan jenjang satuan pendidikan
2. Kompetensi Kepribadian
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan.kebebasan memilih
Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
Menampilakan kinerja berkualitas tinggi
3. Kompetensi Sosial
Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbinhan dan konseling
Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi
4. Kompetensi Profesional
Menguasai konsep dan praktis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseling
Menguasai kerangka teoritik dan praktis bimbingan dan konseling
Menganalisis kebutuhan konseling
Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang
komprehensif
Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling
Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional
Menguasai konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling
MATERI 8
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih
(2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain pembelajaran
yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta
didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum,
ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa yang
memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Banyak manfaat yang akan diperoleh oleh guru maupun peserta didik, jika mereka saling
mengenal karakteristik masing-masing. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat
pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang
maksimal dan menyelesaikan masalah anak didik dengan memperhatikan karakternya.
Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah :
1. Guru akan dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-
masing.
2. Guru dapat memberikan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan
dan kesanggupan peserta didiknya.
3. Guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka berupa minat, bakat dan
kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin muncul dari karakter
anak didik yang tidak baik yang dimilikinya.
Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar (SD) diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat
pada peserta didik di sekolah dasar yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta
didik pada satuan pendidikan lainnya. Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar yang perlu
dipahami meliputi aspek-aspek berikut:
1. Aspek Fisik-Motorik
Perkembangan fisik peserta didik usia Sekolah Dasar dicirikan dengan beragam variasi
dalam pola pertumbuhannya. Keberagaman ini disebabkan karena beberapa hal seperti
kecukupan gizi, kondisi lingkungan, genetika, hormon, jenis kelamin, asal etnis, serta
adanya penyakit yang diderita. Pada fase ini pertumbuhan fisik tetap berlangsung sehingga
peserta didik menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat.
2. Aspek Kognitif
Pada usia sekolah dasar, peserta didik sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif seperti: membaca, menulis, dan menghitung (CALISTUNG). Sebelum masa ini,
yaitu masa prasekolah (usia Taman Kanak-kanak), daya pikir anak masih bersifat
imajinatif, berangan-angan atau berkhayal, sedangkan pada usia sekolah dasar daya
pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir kongkrit dan rasional.
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini berada pada tahap
operasi kongkrit, yang ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan
(mengelompokkan) benda-benda berdasarkan ciri yang sama, (2) menyusun atau
mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, dan (3)
memecahkan masalah (problem solving ) yang sederhana.
3. Aspek Sosial
Perkembangan sosial peserta didik usia SD ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di
samping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya ( peer group), sehingga
ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia SD, anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri ( egosentris)
kepada sikap bekerjasama ( kooperatif) atau mau memperhatikan kepentingan orang lain
(sosiosentris ).
4. Aspek Emosi
Pada usia Sekolah Dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan 6), anak mulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi
oleh orang lain. Anak SD belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya
melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
5. Aspek Moral
Penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis. Peranan lingkungan terutama
lingkungan keluarga sangat dominan dalam perkembangan aspek moral. Pada mulanya
anak melakukan perbuatan bermoral dari meniru (mengamati) kemudian menjadi
perbuatan atas prakarsa sendiri karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, namun
kemudian berkembang karena kontrol dari dalam dirinya.
6. Aspek Religius
Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan hasil pemikiran, akan
tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan erat dengan kebutuhan jiwa akan kasih
sayang dan perlindungan. Oleh karena itu dalam mengenalkan Tuhan kepada anak,
sebaiknya ditonjolkan sifat-sifat pengasih dan penyayang. Sampai kira-kira usia 10 tahun,
ingatan anak masih bersifat mekanis, sehingga kesadaran beragamanya hanya merupakan
hasil sosialisasi orang tua, guru, dan lingkungannya.
MATERI 9
Menurut Anas Salahudin, peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Membantu guru pembimbing / konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta mengumpulkan data tentang
siswa-siswi.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing / konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing / konselor yaitu siswa yang
menurut guru pembimbing atau konselor memerlukan pelayanan mengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan hubungan
antar siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani layanan/kegiatan
yang dimaksudkan.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelaksanaan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
MATERI 11
A. Guru Penggerak
Guru penggerak adalah guru yang mempunyai sikap ketauladan dan keihklasan
terlebih dahulu, baru kemudian sebagai fasilitator dalam mengajar yang kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Artinya menjadi guru penggerak harus menjadi
tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi
problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang
di sekitanya.
B. Merdeka Belajar
Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir. Dan esensi kemerdekaan
berpikir harus ada pada guru terlebih dahulu, tanpa terjadi di guru maka tidak akan
mungkin terjadi pada murid. Sistem pengajaran yang diterapkan nantinya akan
mengubah belajar di dalam kelas menjadi di luar kelas.
Merdeka belajar itu adalah belajar yang melibatkan murid dalam penentuan
tujuan serta memberi pilihan cara belajar dan secara bersama melakukan refleksi
terhadap proses dan hasil belajar.
1. Tujuan Guru Penggerak
Guru yang ingin menjadi Guru Penggerak harus lulus seleksi dan mengikuti Program
Pendidikan Guru Penggerak.
1. Pengertian Manajemen
Stoner (2006) mengungkapkan bahwa manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari
anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Bimbingan Konseling di SD
Bimbingan dan Konseling (BK) di SD yaitu Serangkaian kegiatan berupa
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada konseli dengan cara tatap
muka, baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan
pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami oleh konseli,
dengan cara terus menerus dan sitematis.
3. Makna dan tujuan manajemen bimbingan konseling
Pengertian manajemen bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor, kepada individu
melalui pertemuan muka atau hubungan timbal balik, antara keduanya.
Manajemen BK bertujuan agar tercapainya efektivitas dan efisiensi serta
tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, manajemen diperlukan dalam
bimbingan dan konseling dengan tiga alasan yaitu :
Untuk mencapai tujuan
Menjaga keseimbangan antara tujuan yang saling bertentangan (jika
ada)
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi
Tujuan manajemen bimbingan dan konseling dalam aspek akademik belajar
yaitu memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif , memiliki motivasi yang
tinggi untuk belajar sepanjang hayat, memiliki keterampilan belajar yang
efektif, memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian.
4. Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling
Secara umum prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling meliputi :
Perencanaan
Pengorganisasian
Penyusunan
Pengarahan dan kepemimpinan atau leading
Pengawasan
5. Dasar Manajemen Bimbingan Dan Konseling.
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah didasarkan kepada ketentuan
yang termasuk didalam peraturan perundangan yang berlaku, khususnya SK
Menpan tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan SK
Menpan tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Anka Kreditnya
beserta berbagai aturan pelaksanaannya. Diantaranya yang pokok adalah sistem
yang terlingkup didalam “BK Pola 17” beserta penyusunan program,
pelaksanaan, penilaian, pengawasan, pembinaan, dan pengambangan kegiatan
bimbingan dan konseling. Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan
menejmen yang bermutu, agar layanan yang diberikan, jelas, terarah dan
sistematis yang dilakuakan oleh guru pembimbingan yang professional dengan
syarat mengauasai beberpa kompetensi dasar.
6. Implementasi pengorganisasian dalam Bimbingan dan Konseling.
Hal yang perlu diperhatikan agar pengorganisasian BK berjalan baik :
a. Semua personel sekolah dihimpun dalam satu wadah, agar terwujud satu
kesatuan cara bertindak kaitannya dalam memberikan layanan BK.
b. Mekanisme kerja harus tunggal.
c. Tugas, wewenang dan tanggguang jawab tiap personel jelas.
Tugas dan peran masing-masing personel yaitu:
a. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan sekolah,
pemantau dan suvervisi pelaksana BK.
b. Wakil Kepala Sekolah, bertugas sesuai dengan bidang garapannya.
c. Pelaksana kebijakan kepala sekolah, terutama yang berkaitan dengan
BK
d. Wali Kelas, bertugas sebagai penyedia informasi, pemantau
perkembangan dan kemajuan siswa, fasilitator dalam mensosialisasikan
layanan BK serta membantu mengidentifikasi siswa yang
membbutuhkan layanan responsif.
e. Guru Mata Pelajaran, bertugas mensosialisasikan layanan BK,
menyediakan informasi tentang siswa saat proses belajar,
mengidentifikasi siswa, serta memantau perkembangan dan kemajuan
siswa.
f. Staf Administrasi, bertugas membantu mempersiapkan dan
mengadministrasikan kegiatan BK serta memberi informasi tentang
pelaksanaan layanan BK.
g. Konselor, bertugas.
c. Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan Bimbingan dan Konseling.
d. Pengadministrasian kegiatan Bimbingan dan Konseling.
e. Pengarahan, Supervisi, dan penilitian kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Pengarahan
1. Untuk menciptakan suatu kordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf
bimbingan yang ada.
2. Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah
direncanakan.
Supervisi kegiatan bimbingan.
1. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan yaitu
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.
2. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh
para personal bimbingan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
3. Mencari solusi atas pertayaan atau masalah-masalah yang dihadapi.
4. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar ke arah
pencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Penilaian program layanan
Beberapa kegiatan dalam BK yang dievaluasi :
1. Konseling individual dan kelompok.
2. Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik secara pribadi maupun
secara kelompok.
3. Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, kemajuan belajar mahasiswa.
4. Kordinasikan dengan pihak sekolahan