Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini terutama masyarakat kelas menengah ke atas semakin peduli akan
pentingnya kualitas pertanian. Tuntutan untuk produk berkualitas telah
mengarah ke berbagai sektor termasuk pertanian (Susetya, 2014). Di bidang
pertanian, para petani sudah mulai melakukan budidaya yang mengarah pada
pertanian organik. Penggunaan pupuk dan pestisida sudah diterapkan dengan
mengoptimalkan penggunaan bahan dasar dari alam yang ketersediaannya
sangat banyak ditemukan.
Pare termasuk salah satu tanaman sayur yang berpotensi komersil bila
dibudidayakan secara intensif dalam sekala agribisnis. Namun masih banyak
petani yang hanya membudidayakan sebagai usaha sampingan. Padahal peluang
pasar terbuka luas mulai dari pasar - pasar lokal hingga pasar swalayan di kota –
kota besar (Rukmana, 2007).
Dalam budidaya tanaman pare, keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi
oleh beberapa faktor  salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan penting
dilakukan karena unsur  hara yang dibutuhkan tanaman tidak cukup tersedia di
dalam tanah. Oleh karena itu perlu pasokan pupuk dari luar untuk membantu
memenuhi kebutuhan unsur  hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Dewasa ini banyak pupuk yang beredar di pasaran dan
memberikan hasil yang cukup baik. Akan tetapi, pupuk yang beredar adalah
pupuk kimia yang biasa dikenal sebagai pupuk anorganik. Pemakaian pupuk
seperti ini dalam jangka waktu yang lama bukan memberikan hasil yang positif,
melainkan hasil yang negatif karena pupuk anorganik dapat merusak ekosistem.
Untuk itu diperlukan sesuatu zat yang bukan hanya menyehatkan, tetapi juga
ramah terhadap lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal itu adalah pemberian pupuk organik (Salikin, 2003dalamAnashan
Purwanto 2014).
Budidaya tanaman secara organik merupakan komoditas yang memiliki
prospek yang cukup menjanjikan.Pertanian organik menuntut agar lahan yang
2

digunakan tidak tercemar oleh bahan kimia serta memiliki aksebilitas yang baik
dan berkesinambungan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat
mempengaruhi dan memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisika, kimia maupun
biologi tanah (Parnata, 2010).
Pemberian pupuk organik merupakan kunci keberhasilan dalam
meningkatkan produksi tanaman di daerah beriklim tropika basah karena
kemampuannya lebih baik dalam mempertahankan kelembaban tanah dan
memperbaiki struktur serta porositas tanah. Kondisi ini merupakan upaya
rehabilitasi lahan secara menyeluruh. Kondisi ini tidak hanya berpengaruh
terhadap tata udara dan air tetapi juga terhadap aktivitas jasad renik dan
proses penyediaan unsure hara bagi tanaman (Suwarjo, 2003).
Agar tanaman dapat menyerap unsur hara dengan cepat maka dibutuhkan
pupuk organik yang berbentuk cair. Seperti halnya pupuk organik padat, pupuk
kandang cair bisa berasal dari kotoran hewan. Pupuk kandang cair dapat berasal
dari urine ternak/hewan seperti kuda, kerbau, domba, dan sapi. Pupuk organik cair
mengandung nitrogen, fosfor, kalium, dan kalsium.Pupuk organik dapat diperoleh
dari kotoran ternak sapi berupa limbah sebagai hasil samping dari pencemaran
makanannya. Limbah tersebut ada yang berbentuk padat dan cair. Umumnya,
petani hanya memanfaatkan kotoran padat dari ternak sapi untuk dijadikan pupuk
kandang dan memberikan limbah cairnya terbuang percuma padahal kandungan
hara dalam urin sapi lebih besar dibandingkan kotoran padatnya.
Urin sapi adalah salah satu alternatif pupuk organik akan tetapi belum
semua petani mengetahui manfaatnya. Urin sapi mengandung senyawa
menyerupai hormon tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh. Urin
sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.
Karena baunya yang khas sehingga dapat mencegah datangnya berbagai jenis
hama tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman(Affandi, 2008).
Unsur hara yang terdapat dalam urin sapi dapat membantu penyediaan
hara bagi pertumbuhan tanaman pare. Namun demikian, informasi tentang
manfaat urin sapi bagi pertumbuhan dan produksi tanaman pare masih sangat
kurang sehingga penelitian tentang hal ini perlu dilakukan.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pare(Momordica charantiaL.) ?
2. Berapa kosentrasi pupuk organik cair (POC) urin sapi yang paling
efisienterhadappertumbuhan dan produksi tanaman pare(Momordica
charantiaL.)?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitaspupuk organik cair (POC) urin sapiterhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pare(Momordica charantiaL.)
2. Untuk mengetahui konsentrasi pupuk organik cair (POC) urin sapi yang paling 
efisien  terhadap  pertumbuhan  dan  produksi  tanaman pare (Momordica-
charantiaL.)

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan dibidang
pertanian dengan memanfaatkan kotoran ternak khususnya urin sapi yang
digunakan untuk menguji pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman
pare(Momordica charantiaL.).
2. Sebagai sumber informasi kepada seluruhmasyarakat tentang pemanfaatan
pupuk organik air (POC) urin sapi yang di aplikasikan pada tanaman
pare(Momordica charantiaL.).
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pare


Tanaman pare merupakan jenis tanaman semak semusim yang tumbuh
menjalar atau merambat dengan menggunakan sulur yang panjang. Tanaman pare
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 500 m diatas permukaan laut. Lokasi kebun pare harus memenuhi
persyaratan faktor tanah yang memadai. Hampir semua jenis tanah yang
digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman pare. Namun demikian tanah yang
paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung pasir yang subur, gembur,
serta tingkatkeasamannya (pH) 5 – 6 (Dinas Pertanian Jatim, 2007).
Dalam budidaya tanaman pare terdapat empat jenis yaitu pare gajih, pare
hujau, pare import, dan pare belut. Pare gajih paling banyak dibudidayakan dan
paling disukai. Pare ini biasanya disebut pare putih atau pare mentega. Bentuk
buahnya panjang dengan ukuran 30 – 50 cm, diameter buah 3 – 7 cm, berat rata-
rata antara 200 – 500 gram/buah. Pare hijau berbentuk lonjong, kecil dan
berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Pare ini banyak sekali macamnya,
diantaranya pare ayam, pare kodok, pare alas atau pare ginggae. Dari berbagai
jenis tersebut paling banyak ditanam adalah pare ayam. Buah pare ayam
mempunyai panjang15 – 20 cm sedangkan pare ginggae buahnya kecil hanya
sekitar 5 cm. rasanya pahit dan dagingnya buahnya tipis.Pare hijau mudah sekali
pemeliharaannya, tanpa para-para tanaman pare hijau dapat tumbuh dengan baik.
Pare import berasal dari Taiwan. Benih pare ini merupakan hybrid yang final
stock (hasil akhir) sehinnga jika ditanam tidak dapat menghasilkan bibit baru. Jika
dipaksakan juga akan menghasilkan produksi yang jelek yang menyimpang dari
asalnya. Pare belut memang kurang popular. Bentuknya memanjang seperti belut
panjangnya antara 30 – 110 cm dan berdiameter 4 – 8 cm (Nadra Yashifa, 2013).
Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya
mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak
5

lemak,sementara akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat.


Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial.
Tabel kandungan gizi buah dan daun pare :
Zat gizi Buah Pare Daun Pare
Air 91,2 g 80,0 g
Kalori 29,0 g 44,0 g
Protein 1,1 g 5,6 g
Lemak 1,1 g 0,4 g
Karbohidra 0,5 g 120,0 g
t
Kalsium 45,0 mg 264,0 mg
1,4 mg
Zat Besi 5,0 g
Fosfor 64,0 mg 666,0 mg
Vitamin A 18,0 s 5,1 mg
Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg
Vitamin C 52,0 mg
170,0 mg
Folasin -
88,0 mg
Sumber : (Nadra Yashifa, 2013).
Rasa pahit tanaman pare, terutama daun dan buah, disebabkan oleh
kandungan zat sejenis glukosida yang disebut momordisin atau charantin. Para
ahli kesehatan menemukan kandungan zat lain pada tanaman pare, antara lain
insulin dan resin. Zat penimbul rasa pahit pada tanaman pare mempunyai nilai
sosial dan kegunaan yang luas dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
diantaranya sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis
penyakit (Rukmana, 1997:21).
Rasa buah pahit ini yang menimbulkan beberapa manfaat yang terdapat
dalam buah pare. Manfaat buah pare bagi kesehatan manusia adalah sebagai
berikut (Santoso, 1996). a)Dapat merangsang nafsu makan.b)Memperlancar
pencernaan. c) Dapat menyembuhkan penyakit kuning, sariawan, wasir, impotens,
kerusakan hati, dan lain sebagainya.d)Sebagai obat penyakit malaria.
Selain buah pare, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak
kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut (Santoso,
1996).a)Dapat menyembuhkan mencret pada bayi.b)Membersihkan darah bagi
wanita yang baru melahirkan.c)Dapat menurunkan panas tubuh.d)Dapat
mengeluarkan cacing kremi.e)  Dapat menyembuhkan batuk, kencing manis
6

(diabetes), kemandulan padan wanita, menambah produk ASI dan antiseptis,


rabun malam, penyakit kulit, dan lain sebagainya.

2.2 Klasifikasi Tanaman Pare


Buah pare merupakan salah satu jenis buah yang telah lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan penyebaran yang cukup luas. Pare memiliki rasa
pahit terutama pada daun dan buahnya, hal ini disebabkan karena kandungan zat
sejenis glikosida yang disebut momordicin dan charantin. Meskipun memiliki
rasa yang pahit buah ini cukup banyak diminati oleh masyarakat untuk
dikonsumsi ataupun digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti luka,
demam, campak, hepatitis dan diabetes (Subahar, 2004).
Buah pare memiliki nama lain sesuai dengan sebutan bahasa dalam masing
masing bahasa yang digunakan di Indonesia. Contohnya paria (Makassar), popare
(Manado), kepare (Ternate), papare (Halmahera), kambeh (Minangkabau) dan
Paria (Batak Toba). Di beberapa negara buah ini juga memiliki nama sesuai
dengan bahasa yang digunakan. Contohnya kǔguā (Mandarin), pavayka atau
kappayka (Melayu), goya atau nigguri (Jepang) (Subahar, 2004).
Sistematika tumbuhan pare adalah sebagai berikut : (Subahar, 2004)
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class :Dicotyledoneae
Ordo :Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus :Momordica
Spesies : Momordica charantiaL.

Gambar 1. Tanaman Pare


7

2.3 Morfologi Tanaman Pare


Akar tumbuhan pare adalah berupa akar tunggang berwarna putih. Struktur
batang tanaman pare tidak berkayu. Batang tegaknya berusuk lima dan berwarna
hijau. Batang mudanya berambut dan akan menghilang setelah tua. Daun pare
berbentuk menjari, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang daunnya menjari.
Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daunnya mencapai 7-12
cm. Daunnya berwarna hijau tua di bagian permukaan atas dan permukaan
bawahnya berwarna hijau muda dan kekuningan. Letak daun pare berselang
dengan panjang tangkai 1,5–5,3 cm. Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan
berwarna kuning menyala. Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina
yang berduri tempel, halus, dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan
berusuk banyak. Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm, sedangkan
tangkai bunga betina panjangnya 1–10 cm. Buah pare berasal dari bunga pare
betina yang telah mengalami proses penyerbukan secara alami. Buah ini
berbentuk bulat memanjang dengan permukaan berbintil- bintil dan berasa pahit
(Subahar, T. 2004).

2.4 Syarat Tumbuh


Tanaman pare pada umumnya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter dari permukaan air laut.
Suhu yang ideal adalah 18 – 24̊̊ C, penyinaran matahari penuh dan tidak
ternaungi. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk budidaya tanaman
pare. Namun tanah yang paling baik adalah tanah lempung berpasir dengan
kangdungan bahan organik yang cukup, drainase yang baik dengan tingkat
keasaman atau pH tanah 5-6.

1. Keadaan Tanah
Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah
yang berdataran 100 – 700 dpl, yang memiliki struktur/ Susunan tanah yang
lempung, berpasir,tanah berat yang subur, gembur, dan serta memiliki UH yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman kadar keasaman (PH). Untuk pare
yang optimal yaitu 6-7 ph. Jika ph tanah tidak optimal maka perlu dilakukan
pengapuran untuk menetralkannya,dengan menggunakan jenis kapur pertanian,
8

misalnya dolomid dan zeoragik. Untuk ph tanah diatas optimal maka harus diberi
belerang (Nadra Yashifa, 2013)

2. Keadaan Iklim
Faktor iklim yang mempengaruhi produksi dan pertumbuhan adalah suhu,
sinar matahari, kelembaban dan udara. Dimana persyaratan iklim yang
dikehendaki pada tanaman pare, antara lain kondisi daerah yang mempunyai suhu
antara 18 -24̊ C, tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup,
kelembaban udara antara 50% - 60% mm dan curah hujan relatif rendah (60mm
-20mm/bulan). Karena pada daerah yang banyak mendapat hujan dapat
menggagalkan pembungaan dan pertumbuhan sehingga hasil rendah (Nadra
Yashifa).

2.5 Teknik Budidaya Tanaman Pare


Pare merupakan bagian dari keluarga Cucurbitaceae bersama mentimun,
squash, dan semangka. Daerah asal pare adalah china dan India, namun saat ini
saat ini telah menyebar ke negara-negara asia lainnya termasuk Indonesia. Asam
folat dan vitamin C banyak terkandung dalam pare. Saat ini pare banyak
digunakan sebagai obat penderita diabetes. Berikut ini ada beberapa cara budidaya
pare dengan benar dan caranya sebagai berikut :

1. Benih/ Bibit
Dalam penanaman pare ada dua jenis benih yang dapat dipakai yaitu: Jenis
pertama adalah benih atau biji yang langsung ditanam dilapangan. Jenis kedua
adalah benih yang telah melalui proses persemaian. Pemakaian kedua jenis ini
tergantung pada musim dimana penanaman akan dilakukan. Kalau penanaman
dilakukan pada musim hujan lebih baik penanaman dilakukan dengan
menggunakan benih/biji langsung, karena daya tumbuh benih dilapang pada
kondisi tersebut dapat baik.
Sedangkan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau sebaiknya
penanaman dilakukan dengan menggunakan benih yang telah disemai terlebih
dahulu, karena akan terjamin daya tumbuh benih yang akan ditanam dilapangan.
Benih sebaiknya ditanam berasal dari tanaman yang sehat, kuat dan mempunyai
tingkat produktifitas yang tinggi (Nadra Yashifa, 2013)
9

2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara membajak yaitu dapat
menggunakan dengan bajak tradisional atau hand tractor dengan kedalam bajak ±
30 cm. Setelah selesai dibajak berulang kali, kemudian dibuat bedengan dengan
ukuran bedeng 1 m, jarak antara bedeng 2 m, dengan jarak tanam 60-80 cm.

3. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama benih/ biji
langsung ditanam dan cara kedua benih disemaikan terlebih dahulu ditempat
terpisah sampai benih tersebut tumbuh beberapa helai daun, baru dipindah
dilapangan.

4. Pemeliharaan
Tanaman pare yang berumur 2-3 minggu perlu diberi rambatan. Setiap
tanaman diberi bambu. Keempat ujung bambu disambung dengan bambu lain.
Tinggi para-para bambu sekitar 2 m. Tinggi dan model para-para bias
dimodifikasi sendiri untuk luasan pertanaman yang berbeda.
Pemangkasan tanaman pare dilakukan dua kali. Pertama dilakukan saat
tanaman berumur 3 minggu. Cabang-cabang dipotong dan diarahkan agar
tunasnya tumbuh menyebar.
Pemangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman beumur 6 minggu. Pada
saat itu cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua
dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah, dan terkena serangan penyakit.
Pembungkusan pare muda dilakukan agar kualitas buah tetap terjaga.
Pemupukan tanaman pare dilakukan agar tanaman ini mampu berproduksi
dengan baik. Jenis pupuk yang digunakan tak hanya pupuk organic, melainkan
juga anorganik.
Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut atau mengoret rumput-
rumput liar yang tumbuh di areal penanaman. Karena jarak tanam yang digunakan
untuk budidaya pare tergolong lebar, gulma tentunya akan lebih banyak tumbuh.

5. Panen
Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan biasanya telah berbunga dan
diharapkan 1 bulan kemudian buah pertama bias dipetik. Untuk panen kedua,
10

ketiga dan seterusnya dengan interval 6-7 hari. Kalau keadaan tanaman subur
maka pare bisa dipanen selama 4 bulan.
Cara pemanenan harus diperhatikan dengan baik karena hal ini juga sangat
menentukan kualitas tanaman pare yang akan dipasarkan. Pemetikan sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan alat potong yang tajam. Hindari dengan cara
menarik atau memilin tangkai pare, karena cara pemanenan seperti itu, dapat
menyebabkan memar pada tangkai yang pada akhirnya akan menarik cendawan
dan penyakit lain kedalam bagian tangkai yang memar tadi.

2.6 Hama dan Penyakit Tanaman Pare


Serangan hama dan penyakit pada tanaman pare hampir jarang ditemukan.
Jika ada pun itu pada tanaman yang tidak terawat atau pada kondisi tanaman yang
lemah. Berikut dibawah ini adalah penjelasan mengenai hama dan penyakit yang
menyerang tanaman pare:
Hama yang biasa menyerang adalah
1. Lalat Buah
Lalat buah merusak buah dengan cara memasukkan telur pada buah.
Setelah 3 hari, larva akan menetas dan akan memakan daging buah sehingga buah
menjadi busuk. Akibatnya buah jatuh dan tidak bisa dipanen. Bagian luar buah
biasanya terlihat mulus, tetapi bagian dalamnya sudah busuk. Larva lalat buah
berada dalam buah selam 23 sampai 16 hari kemudian meloncat ke tanah dan
berubah menjadi pupa. Setelah 3 hari, pupa berubah menjadi imago yang siap
kawin dan dapat meletakkan telur di buah yang segar lagi (Kusnaedi, 1999).
2. Trips
Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting,
tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah hama yang bernama
ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan inang
yang berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan
insektisida seperti marshall, dimetoate, sipermetrin (Rukmana, 1999 dalamBeni
Kristiawan, 2011).
11

3. Ulat GrayakPlutella xylostella


Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes. Keesokan
harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah
bersembunyi di dalam tanah. Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan
keluarga Noctuidae. Hama ini bersifat polifag (makan bermacam-macam famili
tanaman). Ulat dan ngengat ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan
bersembunyi padasiang hari. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri
yang khas, yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk
bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya
Penyakit yang biasa menyerang adalah :
1. Antraknosa
Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan
buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Disebabkan
oleh cendawan Colletrichum sp. Pengendalian dilakukan dengan cara pergiliran
tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter
air) (Rukmana, 1997).
2. Penyakit Layu
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan
mangerut dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan tanaman muda akan
mati beberapa saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan
sembuh. Gejala tersebut disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.Pengendalian
dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiramkan larutan
fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) ke tanah bekas tanaman yang
sakit, dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.

2.7 Peranan Pupuk Organik Cair Urin Sapi


Penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, diantaranya adalah
(Anty, 1980 dalam Nurcholis Alfarisi, 2015) melaporkan bahwa urin sapi
mengatur zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh
diantaranya adalah hormon Indol Asam Asesat(IAA). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa urin sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman, karena baunya yang khas urin sapi ternak juga dapat mencegah
12

datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai
pengendalian hama tanaman dari serangan (Naswir,2003).
Dalam penelitian ini peneliti ingin memanfaatkan urin sapi menjadi pupuk
cair organik. Urin ini yang sering di abaikan, di buang begitu saja bahkan slama
ini dianggap sebagai kotoran ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik
cair apabila di olah, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman diantaranya Nitrogen 1%, Phospor 0,5%, Kalium 1,5%, Carbon 1,1 %,
Air 92%, dan fito hormon Auksin yaitu zat perangsang tubuh yang bisa digunakan
sebagai zat pengatur tumbuh. Setelah pupuk cair urin diolah unsur- unsur hara
tersebut meningkat. Nitrogen menjadi 2,7%, Phospor menjadi 2,4%, Kalium
menjadi 3,8% dan karbon menjadi 3,8%. Warna yang semula kuning berubah
menjadi kehitam- hitaman, dan bau yang semula menyengat jauh berkurang.
Keunggulan lain dari pupuk cair urin ini adalah dapat mengusir hama
tikus, wereng, walang sangit dan hama penggerek. Sehingga tanaman terhindar
dari serangan hama-hama tersebut.  Namun tidak menganjurkan anda
menggunakan urin secara langsung, ” dengan alasan ingin praktis, setelah ternak
kencing anda tampung lalu langsung disemprotkan pada tanaman” karena kadar
gas amonia yang terdapat dalam urin dapat membahayakan tanaman, jadi urin ini
minimal didiamkan dulu selama 2 minggu tanpa diolah atau lebih bagusnya diolah
terlebih dahulu, caranya pengolahan yang sederhana (Susetya, 2013).

2.8 Kerangka Pikir


Pare atau dalam bahasa ilmiahnya adalah (Momordica charantia L.)
merupakan komoditas tanaman pangan dibudidayakan oleh petani masih dalam
usaha sampingan atau dalam skala kecil sedangkan permintaan pasarnya
meningkat dan juga merupakan tanaman yang memiliki kasiat dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman pare diaplikasikan dengan
menggunakan urin sapi yang digunakan sebagai POC. Memanfaatkan limbah-
limbah salah satunya adalah limbah urin sapi sebagai pupuk organik cair (POC)
yang aman dan ramah terhadap lingkungan. Pupuk organik cair (POC) urin sapi
diaplikasikan ke tanaman pare untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
pare yang nantinya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman.
13

Tanaman Pare
Meningkatnya Tanaman Berkasiat
Permintaan Pasar Obat

Aplikasi Urin Sapi Aman,ramah


lingkungan

Pertumbuhan dan Perkembangan
tanaman pare

Peningkatan kualitas dan kuantitas


tanaman pare

2.9 Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yaitu:
1. Diduga adanya efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
2. Adanya konsentrasi pupuk organik cair (POC) urin sapi yang paling
efisienterhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian kampus
II Universitas Cokroaminoto Palopo yang terletak di jalan Lamaranginang
Kelurahan Batupasi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Desember 2016 – selesai

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah cangkul, penggaris,
pulpen, buku, kamera, gelas ukur, meteran, timbangan, kayu, bambu, paku, palu,
ember. Bahan adalah polybag, plastik sungkup, benih pare, media tanam, pupuk
kandang, air, POC urin sapi.

3.3 Metode Percobaan


Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 16
unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri atas 3 tanaman sehingga terdapat
48 tanaman yang diamati. Dengan konsentrasi POC urin sapi sebagai berikut:
P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 = Pengaplikasian POC dengan konsentrasi 50 cc / liter air
P2 = Pengaplikasian POC dengan konsentrasi 75 cc / liter air
P3 = Pengaplikasian POC dengan konsentrasi 100 cc / liter air
Data yang diperoleh dianalilis secara statistik dengan menggunakan sidik
ragam (uji F). Apabila sidik ragam menunjukan pengaruh nyata, maka dilakukan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

3.4 Pelaksanaan Penelitian


1. Penentuan Lokasi
Untuk melakukan penelitian yang pertama kali yangdilakukan adalah
menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat untuk melakukan penelitian agar
nantinya lokasi yang akan digunakan untuk penelitian merupakan lokasi yang
ideal dan jauh dari gangguan apapun.
15

2. Penyiapan Alat dan Bahan Untuk Penelitian


Sebelum memulai penelitian juga dilakukanpenyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan agar nantinya penelitian yang dilakukan dapat berjalan
dengan lancar tanpa ada hambatan atau gangguan apapun.

3. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)


Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) urin sapi diawali dengan
pengambilan urin sapi. Pengambilan urin sapi ini dilakukan di berbagai tempat
yang mengusahakan ternak sapi, pengambilan urin sapi ini dilakukan sendiri dan
menampung urin sapi didalam ember sebanyak 5000 ml. Setelah urin sapi
tertampung, kemudian mencampur EM4(Effective Microorganisme) sebanyak 50
ml dengan gula sebanyak 50 gram dengan gelas ukur didalam wadah yang
berbeda, kemudian diaduk sampai larut. Setelah merata, campuran tersebut
dituang kedalam ember yang berisi urin sapi dan diaduk sampai merata. Ember
berisi campuran tersebut ditutup plastik dan difermentasikan selama satu minggu.
Untuk mengurangi gas amonia yaitu dengan membuka tutup plastik dan
mengaduknya setiap dua hari sekali.

4. Pembenihan
Persemaian bibit tanaman merupakan proses awal budidaya tanaman pare.
Proses ini diperlukan untuk mempermudah perawatan dan sulam tanaman. Untuk
media tanah memerlukan tanah yang gembur dan memiliki humus yang tinggi
yaitu dengan menggunakan tanah top soil, kemudian diayak agar butiran yang
halus didapatkan dan yang kasar dipisahkan. Kemudian menyiapkan polybag
dengan diameter 4 cm dan panjang 10 cm. Lubangi polybag/plastik yang telah
terisi dengan tanah menggunakan batang lidi dengan jarak 10 cm, kemudian
menyiapkan tanah yang dicampur dengan sedikit pupuk kandang dan
memasukkan tanah kedalam polybag, kemudian siram dengan merata agar tanah
basah secara merata. Rendam bibit yang telah dipilih dengan menggunakan air
hangat selama 5 menit kemudian bungkus dengan kain lembab agar mempercepat
proses perkecambahan. Setelah bibit berkecambah dipindahkan ke plastik/polybag
dengan membuat lubang dengan jari telunjuk sedalam 1 cm. dan mengisi setiap
16

lubang dengan 1 – 2 biji pare,kemudian lubang ditutup dengan tanah tipis-tipis.


Bibit sudah siap dipindahkan pada umur 7-10 hari.

5. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara pertama yaitu membersihkan lahan
dengan menggunakan cangkul dan parang setelah lahan bersih kemudian
dilanjutkan dengan membajak atau menggemburkan lahan dengan menggunakan
cangkul dengan kedalamam 25 cm dengan mencampurkan pupuk kandang
kelahan sebagai pupuk dasar. Setelah selesai digemburkan, kemudian dibuat
bedengan dengan ukuran 60 x 30 cm, jarak antar bedeng 20 cm, dengan susunan
bedengan sesuai dengan Metode Rancangan Acak Kelompok (RAK).

6. Penanaman
Setelah semaian atau bibit berumur 7 – 10 hari dan bibit sudah memenuhi
syarat maka pindahkan bibit pare ke lahan penanaman yang telah disiapkan
sebelumnya. Sebelum menanam terlebih dahulu dilakukan pengukuran jarak
tanam dengn menggunakan meteran dan kayu, setelah selesai pengukuran
dilakukan penggalian lubang tanam dan selanjutnya adalah penanaman. Setelah
ditanam kemudian siram dengan air dan penyiraman selanjutnya dilakukan setiap
pagi atau sore atau sesuai dengan kebutuhan.

7. Pengaplikasian POC Urin Sapi


Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyiram tanaman dengan pupuk
organik cair (POC) urin sapi pada tanaman yang berumur 2 Minggu Setelah
Tanam (MST) dengan konsentrasi 50cc per liter air, 75cc per liter air, dan 100cc
perliter air. Pengaplikasian POC urin sapi dilakukan pada pagi hari.
Pengaplikasian selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sekali selama fase vegetatif
tanaman.

8. Pemeliharaan
Penyiangan dilakukan rutin seeminggu sekali bersamaan dengan
pembubunan. Untuk mengendalikan gulma dengan cara mencabut atau
membersihkan gulma yang ada pada sekitaran tanaman pare. Tanaman pare tidak
17

tahan kekeringan sehingga pada musim kemarau penyiraman sebaiknya dilakukan


setiap hari. Pembuatan parit disekeliling bedengan sangat diperlukan untuk
mengurangi genangan air. Hal ini dilakukan pada musim hujan. Paria merupakan
tanaman yang memerlukan penopang atau rambatan untuk meningkatkan produksi
buah. Dan dilakukan penyungkupan buah untuk mencegah dan mengurangi
busuk buah. Untuk mempermudahkan pemeliharaan dan pemanenan rambatan
diberikan pada saat tanaman berumur tiga minggu. Rambatan dapat berupa ajir
setinggi 1,5 – 2 m. Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang samping
yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 3 – 6 minggu.
9. Pengamatan
Pengamatan pertama dilakukan dengan mengukur tanaman untuk mencari
keseragaman tanaman antar perlakuan ketika tanaman pare berumur 2 minggu
setelah tanam bersamaan dengan pengaplikasian POC urin sapi. Untuk
pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan pengukuran setiap 1
minggu sekali dan untuk pengamatan jumlah buah, diameter buah, berat basah
buah, dan panjang buah dilakukan pengukuran ketika tanaman panen.

3.5 Parameter Pengamatan


Adapun parameterpengamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman (cm), pengukuran dimulai dari titik tumbuh batang sampai
titik tumbuh daun terakhir atau pangkal ujung daun.
2. Jumlah daun (helai), dihitung di mulai dari titik tumbuh daun sampai daun
terakhir
3. Jumlah buah (buah), dihitung setelah panen.
4. Diameter buah pare (cm), pengukuran dilakukan setelah panen.
5. Panjang buah pare (cm), pengukuran dilakukan setelah panen.
6. Berat basah buah pare(gr) dihitung setelah panen.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pupuk
organic air (POC) urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pare.
Hasil rata-rata tinggi tanaman pare dapat dilihat pada gambar diagram berikut:
160.00
Tinggi Tanaman
140.00
120.00
100.00
80.00 148.92
132.17 136.44
60.00 117.73
40.00
20.00
0.00
P0 P1 P2 P3

Gambar 1. Diagram rata-rata tinggi tanaman pare pada penelitian efektivitas


pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata 132,17 cm. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 148,92 cm, perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 136,44 cm, dan perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air)
menunjukan hasil rata-rata 117,73 cm. Diagram menunjukan perlakuan yang
mempunyai tinggi tanaman tertinggi yaitu perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter
air) dengan hasil rata-rata 148,92 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah berada
pada perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air.
2. Jumlah Daun (helai)
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pupuk
organik cair (POC) urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun
19

tanaman pare. Hasil rata-rata jumlah daun pare dapat dilihat pada gambar
diagram berikut:

30.00
Jumlah Daun
25.00

20.00

15.00 28.45
24.67 25.88
22.36
10.00

5.00

0.00
P0 P1 P2 P3

Gambar 2. Diagram rata-rata jumlah daun tanaman pare pada penelitian


efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata 24,67 helai. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 28,45 helai, perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 25,88 helai, dan perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air)
menunjukan hasil rata-rata 22,36 helai. Diagram menunjukan perlakuan yang
mempunyai jumlah daun terbanyak yaitu perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter
air) dengan hasil rata-rata 28,45 helai, sedangkan jumlah daun terendah berada
pada perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air) dengan hasil rata-rata 22,36
helai.
3. Jumlah Buah (buah)
20

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pupuk


organik cair (POC) urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah
tanaman pare. Hasil rata-rata jumlah buah tanaman pare dapat dilihat pada gambar
diagram berikut:

Jumlah Buah

2.50

2.00

1.50
2.04
1.00 1.75 1.75
1.25
0.50

0.00
P0 P1 P2 P3

Gambar 3. Diagram rata-rata jumlah buah tanaman pare pada penelitian


efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata 1,75 buah. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 1,75 buah, perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter air) menunjukan
hasil rata-rata 2,04 buah, dan perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air)
menunjukan hasil rata-rata 1,25 buah. Diagram menunjukan perlakuan yang
mempunyai jumlah buah terbanyak yaitu perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter
air) dengan hasil rata-rata 2,04 buah, sedangkan jumlah buah terendah berada
pada perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air dengan hasil rata-rata 1,25 buah.
4. Diameter Buah (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pupuk
organik cair (POC) urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah
tanaman pare. Hasil rata-rata diameter buah tanaman pare dapat dilihat pada
gambar diagram berikut:
21

4.90 Diameter Buah

4.80

4.70

4.60 4.89
4.76
4.50 4.73

4.54
4.40

4.30
P0 P1 P2 P3

Gambar 4. Diagram rata-rata diameter buah tanaman pare pada penelitian


efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata diameter buah 4,54 cm. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air)
menunjukan hasil rata-rata diameter buah 4,89 cm, perlakuan P2 (konsentrasi 75
cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata diameter buah 4,76 cm, dan perlakuan P3
(konsentrasi 100 cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata diameter buah 4,73 cm.
Diagram menunjukan perlakuan yang mempunyai diameter buah tertinggi yaitu
perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air) dengan hasil rata-rata 4,48 cm,
sedangkan diameter buah terendah berada pada perlakuan P0 (control) dengan
hasil rata-rata diameter buah 4,54 cm.
5. Panjang Buah (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pupuk
organik cair (POC) urin sapi berpengaruh tidak nyata. Hasil analisis sidik ragam
dapat dilihat pada diagram berikut:
22

Panjang Buah
30.00

25.00

20.00

15.00
25.92 27.77
22.97 23.91
10.00

5.00

0.00
P0 P1 P2 P3

Gambar 5. Diagram rata-rata panjang buah (cm) tanaman pare pada penelitian
efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata panjang buah 22,97 cm. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter air)
menunjukan hasil rata-rata panjang buah 25,92 cm, perlakuan P2 (konsentrasi 75
cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata panjang buah 27,77 cm, dan perlakuan P3
(konsentrasi 100 cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata panjang buah 23,91 cm.
Diagram menunjukan perlakuan yang mempunyai panjang buah tertinggi yaitu
perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter air) dengan hasil rata-rata 27,77 cm,
sedangkan panjang buah terendah berada pada perlakuan P0 (kontrol) dengan
hasil rata-rata panjang buah 22,97 cm.
6. Berat Basah Buah (gr)
Hasil analisis sidik ragam berat basah buah pare pada penelitian pemberian
konsentrasi pupuk organik cair (POC) urin sapi menunjukan pengaruh tidak nyata.
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada diagram berikut:
23

Berat Basah Buah


250.00

200.00

150.00

218.85
100.00 192.96 195.83
159.17

50.00

0.00
P0 P1 P2 P3

Gambar 6. Diagram rata-rata berat basah buah (gr) tanaman pare pada penelitian
efektivitas pupuk organik cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pare (Momordica Charantia L.)
Berdasarkan tabel diagram dapat dilihat perlakuan P0 (kontrol) menunjukan hasil
rata-rata berat basah buah 159,17 gr. Pada perlakuan P1 (konsentrasi 50 cc / liter
air) menunjukan hasil rata-rata berat basah buah 192,96 gr, perlakuan P2
(konsentrasi 75 cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata berat basah buah 218,85
gr, dan perlakuan P3 (konsentrasi 100 cc / liter air) menunjukan hasil rata-rata
berat basah buah 195,83 gr. Diagram menunjukan perlakuan yang mempunyai
berat basah buah tertinggi yaitu perlakuan P2 (konsentrasi 75 cc / liter air) dengan
hasil rata-rata 218,85 gr, sedangkan berat basah buah terendah berada pada
perlakuan P0 (control) dengan hasil rata-rata 159,17 gr.

4.2 Pembahasan
24

DAFTAR PUSTAKA.

Affandi, 2008. Pemanfaatan Urin Sapi Yang Difermentasi Sebagai Nutrisi


Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.

Anashan P. 2014. Pengaruh Macam Bahan Dekomposer Alami Pada Urin Sapi
Dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Pare. Skripsi.

Dinas Pertanian Jawa Timur. 2007. Budidaya Pare (Momordica charantica L.).
http://www.dipertajatim.go.id/2007/index. Diakses 12 Maret 2009.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.


http://www.pustaka deptan.go.id/publikasi/wr261044.pdf.[23 Febuari 2011]

Nadra Yashifa.2013.Menjadi Juragan pare.http/jai.staff.ipb.ac.id/tag/jenis/.

Naswir, (2003), Pemanfaatan Urin Sapi Yang di Fermentasikan Sebagai Nutrisi


Tanaman, http:/wwwtumontou.net/702/07134/2 0htm4.(20Juli2006).

Nurcholis A. 2015. Pengaruh Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan


Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata) Dengan Penggunaan EM4.
Jurnal Biosains vol.1 (3). 93-99.

Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rukmana, 1997. Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana, R., 2007. Budidaya Pare. Kanisius. Jakarta.

Santoso. 1996. Usaha Tani Tanaman Pare. Tersedia pada http://pustaka.litbang.de
ptan.go.id/agritek/dkij0118.pdf( diakses pada tanggal 3 Maret 2012).

Subahar, T, 2004, Khasiat dan Manfaat Pare: Si Pahit Pembasmi Penyakit.


Cetakan Pertama. Jakarta : Argo Media Pustaka.

Sukandar EY. 2006. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-


Teknologi Kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB,
http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, diakses Januari
2006.

Susetya, D., (2013), Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik Untuk tanaman,
Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
25

Susetya Darma. 2014. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organic Untuk


Tanaman Pertanian Dan Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Suwarjo,R.2003. Penerapan Pertanian OrganikLokasi Sempit, Permasyarakatan
dan Pengembangannya. Kanisius. Jakarta.
26

LAMPIRAN

1. Denah Percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


Ulangan 1     Ulangan 2    Ulangan 3    Ulangan 4
U
P3UI P1U2 P2U3 P0U4

B    T
P1U1 P3U2 P0U3 P2U4

S
P0U1 P2U2 P1U3 P3U4

P2U1 P0U2 P3U3 P1U4

Lampiran 2. Data Primer yang Telah Diolah


Tabel 2a. Rata-rata tinggi tanaman pare (cm) 2 MST pada penelitian Efektivitas
Pupuk Organik Cair (Poc) Urinsapi Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)
Perlakua Ulangan
Total Rata-rata
n 1 2 3 4
P0 65.00 44.66 53.66 59.66 222.98 55.75
P1 56.33 61.33 56.66 59.33 233.65 58.41
P2 59.33 59.33 63.66 36.66 218.98 54.75
P3 49.33 34.33 50.33 38.33 172.32 43.08
Total 229.99 199.65 224.31 193.98 847.93 211.98

Tabel 2b. Analisis sidik ragam tinggi tanaman pare (cm) 2 MST pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (Poc) Urinsapi Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)
SK DB JK KT F.Hitung F.Tabel
27

5% 1%
tn
Perlakuan 3 553.13 184.38 2.57 3.86 6.99
Ulangan 3 238.10 79.37 1.11tn 3.86 6.99
Galat 9 646.20 71.80
Total 15 1437.43
KK = 1.00 %

tn = Tidak berbeda nyata

Tabel 3a. Rata-rata tinggi tanaman pare (cm) Minggu-2 pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin sapi Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 106.33 70.67 97.67 147.67 422.34 105.59
P1 131.67 119.00 97.00 123.33 471.00 117.75
P2 102.00 128.33 118.67 77.00 426.00 106.5
P3 93.00 59.33 90.67 73.33 316.33 79.08
Total 433 377.33 404.01 421.33 1635.67 408.92

Tabel 3b. Analisis sidik ragam tinggi tanaman pare (cm) Minggu-2 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)
F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
tn
Perlakuan 3 3224.66 1074.89 1.75 3.86 6.99
Ulangan 3 438.97 146.32 0.24tn 3.86 6.99
Galat 9 5537.84 615.32
Total 15 9201.48
KK = 1.52 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 4a. Rata-rata tinggi tanaman pare (cm) Minggu-3 pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

Ulangan Total Rata-rata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 162.67 117.33 154.33 182.00 616.33 154.08
P1 202.33 187.00 143.67 188.33 721.33 180.33
28

P2 168.33 190.00 183.00 126.00 667.33 166.83


P3 166.00 112.33 152.33 131.67 562.33 140.58
Total 699.33 606.67 633.33 628.00 2567.33 641.83

Tabel 4b. Analisis sidik ragam tinggi tanaman pare (cm) Minggu-3 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 3485.25 1161.75 1.48tn 3.86 6.99
Ulangan 3 1201.64 400.55 0.51tn 3.86 6.99
Galat 9 7068.19 785.35
11755.0
Total 15 8
KK = 1.09 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 5a. Rata-rata tinggi tanaman pare (cm) Minggu-4 pada penelitian


Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

Ulangan Total Rata-rata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 196.00 150.00 205.00 302.00 853.00 213.25
P1 268.67 226.67 233.00 228.33 956.67 239.17
P2 215.00 255.00 235.67 195.00 900.67 225.17
P3 239.67 182.67 221.33 189.00 832.67 208.17
Total 919.33 814.33 895.00 914.33 3543.00 885.75

Tabel 5b. Analisis sidik ragam tinggi tanaman pare (cm) Minggu-4 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
tn
Perlakuan 3 2285.52 761.84 0.43 3.86 6.99
Ulangan 3 1782.69 594.23 0.34tn 3.86 6.99
Galat 9 15838.84 1759.87
Total 15 19907.05
KK = 1.18 %
29

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 6a. Rata-rata jumlah daun tanaman pare (helai) 2 MST pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 12.33 10.33 13.00 12.00 47.66 11.92
P1 11.66 12.66 11.66 12.00 47.98 12.00
P2 13.33 11.66 11.33 7.66 43.98 11.00
P3 10.66 8.00 11.33 8.33 38.32 9.58
Total 47.98 42.65 47.32 39.99 177.94 44.49

Tabel 6b. Analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pare (helai) 2 MST pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 15.14 5.05 2.39tn 3.86 6.99
Ulangan 3 10.96 3.65 1.73tn 3.86 6.99
Galat 9 19.00 2.11
Total 15 45.09
KK = 0.81 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 7a. Rata-rata jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-2 pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

Ulangan Total Rata-rata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 21.67 15.67 25.33 37.00 99.67 24.92
P1 29.67 24.00 20.00 24.33 98.00 24.50
P2 22.67 29.33 32.33 17.33 101.67 25.42
P3 19.00 14.33 18.67 17.00 69.00 17.25
Total 93.00 83.33 96.33 95.67 368.33 92.08
30

Tabel 7b. Analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-2 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.)

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
tn
Perlakuan 3 179.30 59.77 1.48 3.86 6.99
Ulangan 3 27.08 9.03 0.22tn 3.86 6.99
Galat 9 362.24 40.25
Total 15 568.62
KK = 1.72 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 8a. Rata-rata jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-3 pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 27.00 23.00 30.67 38.67 119.33 29.83
P1 40.33 39.00 33.50 34.33 147.17 36.79
P2 30.00 36.00 35.67 25.67 127.33 31.83
P3 30.67 21.67 28.33 21.33 102.00 25.50
Total 128.00 119.67 128.17 120.00 495.83 123.96

Tabel 8b. Analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-3 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
tn
Perlakuan 3 263.39 87.80 2.72 3.86 6.99
Ulangan 3 17.03 5.68 0.18tn 3.86 6.99
Galat 9 290.93 32.33
Total 15 571.36
KK = 1.15 %

tn = Tidak Berbeda Nyata


31

Tabel 9a. Rata-rata jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-4 pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Ulangan Total Rata-rata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 31.33 27.00 29.00 40.67 128.00 32.00
P1 44.00 42.00 38.00 38.00 162.00 40.50
P2 35.00 40.33 35.33 30.33 141.00 35.25
P3 40.00 32.67 35.67 40.00 148.33 37.08
Total 150.33 142.00 138.00 149.00 579.33 144.83

Tabel 9b. Analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pare (helai) Minggu-4 pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
tn
Perlakuan 3 151.25 50.42 2.27 3.86 6.99
Ulangan 3 25.58 8.53 0.38tn 3.86 6.99
Galat 9 199.58 22.18
Total 15 376.42
KK = 0.81 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 10a. Rata-rata jumlah buah tanaman pare (buah) pada penelitian Efektivitas
Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 1.00 1.00 2.00 3.00 7.00 1.75
P1 1.33 2.67 1.50 1.50 7.00 1.75
P2 1.33 1.33 2.00 3.50 8.17 2.04
P3 1.33 1.33 1.33 1.00 5.00 1.25
Total 5.00 6.33 6.83 9.00 27.17 6.79

Tabel 10b. Analisis sidik ragam jumlah buah tanaman pare (buah) pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).
32

F.Tabel
SK DB JK KT F.Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 1.30 0.43 0.77tn 3.86 6.99
Ulangan 3 2.07 0.69 1.24tn 3.86 6.99
Galat 9 5.03 0.56
Total 15 8.40
KK = 2.75 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 11a. Rata-rata diameter buah tanaman pare (buah) pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 4.20 5.23 3.61 5.11 18.15 4.54
P1 4.88 4.89 5.11 4.68 19.56 4.89
P2 4.19 5.14 5.14 4.59 19.06 4.76
P3 5.37 3.95 4.49 5.10 18.91 4.73
Total 18.64 19.22 18.34 19.47 75.67 18.92

Tabel 11b. Analisis sidik ragam diameter buah tanaman pare (buah) pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

F.HITUN F.TABEL
SK DB JK KT
G 5% 1%
Perlakua
n 3 0.26 0.09 0.22tn 3.86 6.99
Ulangan 3 0.20 0.07 0.17tn 3.86 6.99
Galat 9 3.53 0.39
Total 15 3.99
KK = 0.83 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 12a. Rata-rata panjang buah tanaman pare (buah) pada penelitian Efektivitas
Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Perlakua Ulangan
Total Rata-rata
n 1 2 3 4
P0 14.60 26.60 24.20 26.47 91.87 22.97
P1 27.08 25.69 23.75 27.18 103.70 25.92
33

P2 21.30 28.17 29.59 32.01 111.06 27.77


P3 26.30 25.00 18.83 25.50 95.63 23.91
Total 89.28 105.45 96.37 111.16 402.27 100.57

Tabel 12b. Analisis sidik ragam panjang buah tanaman pare (buah) pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

F.HITUN F.TABEL
SK DB JK KT
G 5% 1%
Perlakua
n 3 54.97 18.32 0.02tn 3.86 6.99
Ulangan 3 70.25 23.42 0.02tn 3.86 6.99
Galat 9 10246.53 1138.50
Total 15 10371.75
KK = 8.39 %

tn = Tidak Berbeda Nyata

Tabel 13a. Rata-rata berat basah buah tanaman pare (buah) pada penelitian
Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
P0 80.50 164.00 141.50 250.67 636.67 159.17
P1 227.17 196.43 177.00 171.25 771.85 192.96
P2 136.17 248.67 242.17 248.40 875.40 218.85
P3 225.33 208.00 142.00 208.00 783.33 195.83
Total 669.17 817.10 702.67 878.32 3067.25 766.81

Tabel 13b. Analisis sidik ragam berat basah buah tanaman pare (buah) pada
penelitian Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momordica Charantia L.).

F.HITUN F.TABEL
SK DB JK KT
G 5% 1%
Perlakua
n 3 7256.87 2418.96 0.95tn 3.86 6.99
Ulangan 3 7152.85 2384.28 0.94tn 3.86 6.99
Galat 9 22858.29 2539.81    
Total 15 37268.02    
KK = 1.64 %
34

tn = Tidak Berbeda Nyata

Anda mungkin juga menyukai