TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
terjadi pada usia muda (95% pada usia dibawah 25 tahun). DM tipe 1
7
8
penyakit yang tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau
Insulin/DMTTI)
tetapi memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat
7
9
pada paruh kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali normal
setelah melahirkan.
(Karyadi, 2002).
2.1.3 Etiologi
merupakan suplai energi utama untuk tubuh. Insulin dari sel beta pankreas
digunakan untuk metabolisme sel. Diabetes Mellitus terjadi ketika sel beta
tipe 2). Akibatnya, glukosa tidak masuk ke dalam sel, melainkan tetap di
dalam darah. Naiknya kadar glukosa di dalam darah menjadi sinyal bagi
glukosa keluar dari tubuh dalam urin. Pasien kemudian menjadi haus dan
7
10
glukosa dan memberi sinyal kepada pasien untuk makan, membuat pasien
relatif kerja insulin. Selain itu, pada diabetes tipe 1 dan 2, kadar glucagon
tinggi ini menciptakan suatu keadaan yang serupa dengan keadaan yang
insulin. Jaringan adipose paling peka terhadap kerja insulin. Karena itu,
pengeluaran glukosa oleh hati. Pada orang normal, kadar basal aktivitas
otot dan jaringan peka insulin lainnya untuk berespon terhadap pemberian
7
11
glukosa puasa tetap normal karena aktivitas insulin masih cukup untuk
hati. Jika efek insulin semakin menurun, efek glukagon terhadap hati tidak
berlaku bagi pengidap diabetes tipe 1. Karena itu, pengidap diabetes tipe 1
glukagon.
Karena itu, diabetes tipe 1 dan 2, dapat terjadi peningkatan kadar VLDL
7
12
protein otot. Insulinopenia berat, seperti yang terjadi pada diabetes tipe 1,
oleh otot dialihkan ke hati tempat zat-zat ini digunakan sebagai bahan
1. Tipe 1:
glukosa.
glukosa.
e. Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
7
13
2. Tipe 2:
glukosa.
glukosa.
3. Gestational
a. Asimtomatik.
2.1.6 Komplikasi
1. Komplikasi akut
diabetes dengan penyakit lain (Rahmatul & Siti, 2016). Beberapa yang
a. Infeksi
pertahanan tubuh, yaitu leukosit atau sel darah putih. Akan tetapi,
7
14
pada penderita diabetes, saat kadar gula darah tinggi lebih dari
b. Hipoglikemia
5) Gagal ginjal.
dari sakit.
7
15
atau tanpa ketosis, terjadi koma, dan kejang local. HHNK sering
d. Diabetik Ketoasidosis
2. Komplikasi Kronis
kronis sejak awal didiagnosis (Rahmatul & Siti, 2016). Kaki diabetik
darah yang tinggi sehingga klien sering tidak merasakan adanya luka,
7
16
a. Penyebab
b. Klasifikasi
tingkatan ;
c. Patofisiologi Gangren
pembuluh darah beku mulai terjadi. Jika darah beku itu terlepas
7
17
diabetik pada kaki dimulai dari edem jaringan lunak pada kaki,
Rasa sakit pada waktu cedera tidak dirasakan oleh pasien yang
d. Gejala umum
lemah dan baal ditungkai dan nyeri pada waktu istirahat. Pada
7
18
darah yang buruk, luka dan infeksi tidak sembuh sebaik dan
nanah yang semakin banyak serta adanya bau yang makin tajam.
b) Obesitas
c) Hipertensi
7
19
disebabkan:
g) Kebiasaan merokok.
f. Penatalaksanaan Gangren
1) Penanganan iskemia
2) Debridemen
3) Perawatan luka
5) Penanganan bedah
6) Penanganan komorbiditas
8) Pengelolaan infeksi
7
20
b) Kegiatan jasmani.
2) Pengelolaan farmakologis
a) Pemberian insulin.
7
21
2.1.7 Penatalaksanaan
menormalkan kerja insulin dan kadar gula darah sebagai upaya untuk
terapetik pada setiap tipe Diabetes Mellitus adalah mencapai kadar gula
1. Terapi farmakologi
a. Insulin
7
22
1) Obat Sulfonilurea
glimepiride.
2) Golongan Biguanida
hati. Selain itu obat ini juga dapat menekan nafsu makan
3) Golongan Tiazolidindion
7
23
5) Golongan Glinid
prandial.
siang 30%, makan malam 25%, serta 2-3 porsi ringan (10-15%)
7
24
b. Latihan
c. Pendidikan Kesehatan
mg/dl.
7
25
4. Pemeriksaan HbA 1ᶜ
Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar
7
26
(Indodiabetes, 2009).
2.2.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
spiritual. Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu
1. Pengumpulan data
a. Identitas Pasien
7
27
perawatannya.
4) Riwayat Psikososial
7
28
7
29
1) Aktivitas/istirahat
2) Eliminasi
3) Makanan/Cairan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Tingkat kesadaran
b) Tanda-tanda vital
7
30
a) Kepala
7
31
b) Mata
c) Telinga
7
32
d) Hidung
influenza.
kelemahan fisik.
f) Pemeriksaan Thorax/dada
(1) Paru-paru
dan kiri.
7
33
Auskultasi : Vesikuler.
(2) Jantung
midklavikula sinistra.
g) Abdomen
peningkatan motilitas.
massa.
h) Kulit
7
34
(Ningsih, 2008).
inflamasi jaringan.
seluruh kaki.
i) Kuku
ketoasidosis).
j) Genetalia
7
35
k) Ekstremitas
7
36
Resistensi insulin
Glukagon meningkat
Ketogenesis
Kekebalan tubuh Hemokonsentrasi
menurun Osmotik
diuresis Kehilangan Ketosemia
kalori
Resistensi Vaskularisasi
infeksi Poliuria terganggu
Sel Penurunan
menurun kekurangan PH darah
bahan untuk
metabolisme Ketidakefektifan
perfusi jaringan Asidosis
Dehidrasi perifer matabolik
Resiko Neuropati
Resiko syok Polidipsia dan polifagia
infeksi
Kekurangan Ketidakseimbangan
volume cairan nutrisi
Klien tidak dan elektrolit
merasa sakit
Persepsi pasien
negatif tentang
Nekrosis luka Kerusakan dirinya
integritas
jaringan
Gangren Merasa malu, stress,
putus asa dengan
Perubahan fungsi Kaki tidak berfungsi keadaannya
tubuh dan perubahan dengan normal
penampilan
Luka yang sulit
sembuh
7
37
terhadap dirinya.
dehidrasi.
(gangren).
2.2.4 Perencanaan
adalah :
7
38
7
39
Gambar 2.2 Hubungan antar konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes
Mellitus dengan Gangren dengan Gangguan Citra Tubuh