Nim. : 7193510021
Kelas. : Manajemen C 2019
BAB 1
EKONOMI MONETER
Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat,
fungsi dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Ekonomi moneter merupakan salah satu
instrumen penting dalam perekonomian modern, dimana terdapat dua kebijakan perekonomian
yang dijadikan instrumrn oleh pemerintah dalam menstabilkan perekonomian suatu negara, yang
pertama ialah kebijakan Fiskal yakni kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan
pendapatannya dalam merealisasi tujuan-tujuan ekonomi. Yang kedua ialah kebijakan moneter,
Misal saja uang bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah semula maka nilai mata uang akan
mengalami penurunan dan penurunannya sekitar setengah dari nilai yang semula. Kemudian
teori kuantitas yang jedua disebutkan tentang pengertian ekonomi moneter menurut para ahli
mengatakan bahwa harga berbanding lurus dengan banyaknya uang yang beredar.
Teori moneter merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang penting untuk dipelajari
karena ilmu ini banyak membahas tentang uang, Sampai sapai ada yang membandingkan uang
sebagai darah dalam tubuh perekonomian, sedangkan sistem moneter yaitu sistem yang mengatur
keuangan diibaratkan sebagai pembuluh-pembuluh darah yang mengalir keseluruh tubuh dan
dari jantung.
Teori moneter adalah ilmu yang membahas fungsi , sifat dan pengruh uang dan kredit
terhadap kegiatan ekonomi.adapun butiran-butiran penting yang dibahas adalah : a) Fungsi dan
peranan uang dalam perekonomian nasional b) Pengaruh uang dan kredit terhadap kegiatan
ekonomi c) Fungsi bank sentral dalam pengadilan jumlah uang yang beredar, dalam rangka
pencapaian tujuan ekonomi makro seperti : 1) Tingkat kesempatan kerja 2) Pertumbuhan
ekonomi 3) Neraca pembayaran 4) Kestabilan nilai tukar Teori moneter merupakan ilmu yang
sangat erat kaitanya dengan ekonomi makro dalam hubunganya dengan sistem ekonomi nasional.
Dalam pandangan kebijakan moneter konvensional bunga (interest) ini menjadi hal yang
sangat dominan bisa dilihat dari fungsi uang dalam kebijakan ekonomi moneter salah satunya
adalah tujuan spekulasi. b. Konsep Dasar Ekonomi Moneter Syariah Pada Konsep Dasar
Ekonomi Moneter Syariah ini ekonomi syariah memandang uang sebagai alat tukar, hal itu
merepresentasikan kekuatan daya beli (purchasing power) yang dianggap sebagai satu-satunya
fungsi uang. Dalam pandangan kebijakan moneter syariah, kebijakan moneter sebenarnya bukan
hanya mengutamakan suku bunga.
Perkembangan pemikiran ekonomi ini dimulai dari mazhab ekonomi pra-klasik; ekonomi
klasik; marxisme; neo-klasik; historis institutional; Keynes; monetaris; supply siders dan aliran
rationale expectation sampai seterusnya mengalami perkembangan hingga saat ini.
Perkembangan mengenai sistem moneter konvensional terutama dalam hal permintaan uang,
sangat terlihat jelas pada masa lahirnya aliran monetaris, yang didasari kritikan atas pendapat
Keynessian mengenai perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan
membimbing perekonomian yang diinginkan.
Hal lainnya adalah pendapat kaum monetaris mengenai fluktuasi ekonomi yang terjadi
karena terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar yang disebabkan karena
kebijakan yang ekspansif yang diambil oleh pemerintah, Kita dapat melihat bahwa
aliranmonetaris lebih menggerakkan ekonomi dari sisi moneter, yang sangat berlawanan dengan
aliran Keynesian. Apapun terminologinya yang jelas indikator adalah variabel yang menjadi
target dari sebuah target akhir dari kebijakan moneter, Akan tetapi, kebanyakan negara
menetapkan empat hal yang menjadi ultimate target dari kebijakan moneter, yakni: a.
Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan b. Kesempatan kerja c. Kestabilan harga; dan
d. Keseimbangan neraca pembayaran
BAB II
KEBIJAKAN MONETER
Secara garis besar, sasaran operasional dipilih yang memilikiketerkaitan stabil dengan
sasaran antara, dapat dikendalikan otoritas moneter, tersedialebih segera daripada sasaran antara,
akurat, dan tidak sering direvisi. Beberapapilihan sasaran operasional yang dapat digunakan
antara lain adalah uang primer(M0), reserve bank-bank ( bagian dari M0), dan suku bunga
(antarbank atau jangkapendek ).Selanjutnya , untuk dapat mencapai sasaran operasional bank
sentral memerlukanalat-alat yang dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
sasaransasaran operasional yang telah ditetapkan.
Dewasa ini studi-studi dalam bidang keterkaitan jumlah uangberedar dengan kinerja
makro sudah semakin luas dan dalam bidang studi yangmempelajari tentang pengaruh jumlah
uang beredar (dan juga tingkat bunga) terhadapkinerja perekonomian makro dikenal sebagai
bidang kajian moneter. Karena penawaran uang bersifat otonomus, maka perkembangan analisis
kebijakan moneterlebih banyak ditekankan pada perkembangan teori teori permintaan uang.Teori
teori permintaan uang yang berkembang dewasa ini berakar dari pemikiranaliran ekonomi klasik
yang menyatakan bahwa fungsi uang hanya sebagai alat tukar.Sementara itu perekonomian
senantiasa berproduksi pada tingkat dimana seluruhfaktor produksi yang ada telah digunakan
sepenuhnya (full employment).
Perubahan jumlah uang beredarhanya akan mempengaruhi tingkat harga umum. Jika
jumlah uang beredar bertambahtingkat harga umum akan naik, atau akan terjadi inflasi,
Sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi tingkat harga umum akan turun dan akan terjadi
deflasi. Dengan dasar ini dapat ditarik suatuhubungan antara sektor moneter dengan sektor riil
tingkat bunga yang terbentuk disektor moneter atau pasar uang yang akan mempengaruhi
perilaku di sektor riil,khususnya investasi. pemikiran klasik yang mengembangkan teori teori
ekonomi yang ingin kembalisepenuhnya kepada aliran klasik, yaitu alokasi sumber daya
ekonomi pada tingkatmasuk akan efisien jika alokasi sumber daya ekonomi pada tingkat Makro
juga efisien.
Dalam jangkapendek aspek kelembagaan sulit berubah karena itu dalam jangka pendek
velositasuang akan konstan.Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah uang
beredardikalikan dengan velositas uangnya akan sama dengan jumlah produksi dikalikandengan
harga jualnya. Dalam persamaan matematis yang sangat sederhana dapatdinyatakan sebagai:MV
= PT (1) M = Jumlah uang beredar untuk transaksi, dalam grafik dapat dinyatakan sebagai M1V
= Velositas uang yang dalam jangka pendek diasumsikan konstanP = Harga rata-rata output,
yang dalam praktik merupakan tingkat harga umumT = Jumlah output yang ditransaksikan pada
tingkat kesempatan kerja penuhKarena output yang dihasilkan (T) adalah output pada
kesempatan kerja penuhdan velositas uang diasumsikan tidak berubah maka dalam jangka
pendek jika Mpada ruas persamaan kiri berubah maka P pada ruas kanan juga berubah titik
konsekuensinya adalah perubahan P karena perubahan M mempunyai hubungan searahdan
proporsional.Misalnya dalam sebuah perekonomian yang hanya menghasilkan 1 kategorioutput
pada awalnya jumlah uang beredar adalah 2000, velositas uang adalah 10 dantingkat produksi
output adalah 1000, maka tingkat harga umum (yang dinyatakandalam indeks) adalah 20 .MV =
PT 2000 x 10 = 10.000P P = 20 Seandainya jumlah uang beredar ditambah sebesar 200 atau
20%, maka tingkatharga umum akan naik sebesar 20% juga yang berarti terjadi inflasi sebesar
20%.84 DM/M = 20%, maka M menjadi 2.400MV = PT 2400 x 10 = 10.000P P = 24 DP/P =
4/20 = 20% Hal yang sebaliknya akan terjadi, yaitu Jika jumlah uang beredar dikurangi
20%maka tingkat harga umum akan turun sebesar 20% atau akan terjadi deflasi 20%.Pembuktian
sederhana di atas menyiratkan bahwa dalam pandangan para ekonomklasik gejala inflasi semata-
mata merupakan gejala moneter.
Permintaan uang riil adalahpermintaan yang dikaitkan dengan perubahan tingkat harga
umum yangmempengaruhi daya beli uang (Purchasing Power of Money). Jika harga umum
naikatau terjadi inflasi dalam jumlah uang nominal yang sama, jumlah barang yang dapatdibeli
menjadi lebih sedikit atau jika terjadi inflasi maka daya beli uang menurun.Untuk melaksanakan
tingkat transaksi yang sama jumlah uang yang dibutuhkansecara nominal akan meningkat.
BAB IV
INFLASI
Seperti telah dijelaskan di banyak bab sebelumnya, tiba saatnya dijelaskan secara lebih
mendetail mengenai satu variabel yang memiliki hubungan yang erat dengan kebijakan moneter,
serta memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian negara, yakni inflasi Pertumbuhan
dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan suatu
bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan dan memberi
pelayanan yang lebih baik bagi rakyatnya.Dengan kestabilan, pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian pendapatan yang mereka peroleh secara otomatis akan tersesuaikan,
dan tidak jarang dengan persentase yang lebih besar. Dengan demikian inflasi akan membuat
jurang kesenjangan yang semakin lebar. Proses Terjadinya Kenaikan Harga (Inflasi) karena
Demand Pull Dalam gambar tersebut di atas terlihat bahwa, seperti telah sering dijelaskan karena
JUB meningkat, permintaan masyarakat untuk berkonsumsi akan cenderung meningkat, dan
peningkatan ini akan megeser kurva permintaan ke kanan (Demand 2), sehingga meskipun
produksi dan permintaan naik dari Q1 ke Q2, namun harga akan naik dari P1 ke P2, sehingga
bila ini terjadi pada semua barang akan menimbulkan inflasi. Bila diperhatikan, dampak dari
kenaikan harga ini lebih buruk dari proses yang karena Demand Pull, karena selain kenaikan
harga, jumlah produksi juga berkurang, sehingga selain harus menanggung kenaikan harga,
masyarakat juga mengalami kesulitas dalam mendapatkan produk.
Beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya inflasi antara lain
adalah : Model Keynesian, Model Ekspektasi, Model Monetaris, Model Kepemimpinan-Gaji.
Model Strukturalis, dan Model NeoStrukturalis Empat model yang disebutkan pertama,
banyak digunakan untuk meneliti 138 masalah inflasi di negara-negara maju, sementara dua
model terakhir banyak digunakan untuk meneliti masalah inflasi di negara berkembang,
sedangkan model monetaris banyak digunakan baik di negara maju maupun berkembang. Hal ini
dapat terjadi karena permintaan yang bertambah, sementara jumlah produksi (dan tentu saja
kesempatan kerja) relatif tetap, atau berjalan lebih lambat, akibatnya sisi penawaran tidak
mempu mengimbangi permintaan yang ada, sehingga garis permintaan bergeser ke atas dan
harga naik.