Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PERAWATAN PERIOPERATIVE PADA ANAK

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan tugas


Mata Kuliah Keperawatan Anak II

OLEH

BUNGA MAYANG SARI


181211473
3.C

DOSEN PENGAMPU :

Ns. VELGA YAZIA M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“KONSEP PERAWATAN PERIOPERATIVE CARE’. dengan baik dan tepat waktu.
Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Anak II.
Pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna
bagi ilmu pengetahuan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan yang
lebih baik dan sempurna. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.

Padang, 24 Oktober 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………....……………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Perioperatif Care………………………………………………....
2. Fase Perawatan Perioperatif…………………………………………………..
3. Pengkajian Perawatan Perioperatif……………………………………………
4. Pemeriksaan Penunjang Perioperatif (Tes koagulasi,Pramedikasi)…………
5. Persiapan Perioperatif Lainnya……………………………………………....
6. Pendekatan Pada Pasien Anak Sesuai Usia Perkembangan………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawaatan perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Dengan adanya efek samping yang akan muncul pada pasien
dengan spinal anestesi spinal serta adanya ancaman gangguan fisik dapat menjadi
stressor sehingga timbul stress dan kecemasan.
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi 
berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan
pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti
karena hal ini menyangkut berbagai organ . Tindakan operasi adalah sebuah tindakan
yang sebagian besar pasien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa
pasien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga
adanya tindakan anestesi yang membuat pasien tidak sadar dan membuat pasien
merasa takut apabila tidak bias bangun lagi dari efek anestesi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian perioperative care
2. Fase perawatan perioperative
3. Pengkajian perawatan perioperative
4. Pemeriksaan penunjang lainnya (Tes koagulasi,Premedikasi)
5. Persiapan perioperative lainnya
6. Pendekatan pada pasien anak sesuai usia perkembangan

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu keperawatan perioperative
2. Untuk mengetahui fase perawatan perioperative
3. Untuk mengetahui pengkajian perawatan perioperative
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang perioperative
5. Untuk mengetahui persiapan perioperative lainnya
6. Unruk mengetahui dan memahami pendekatan pada pasien anak sesuai
dengan usia perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Perioperative Care


Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan
rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan
pada pasie yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi 
berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan
pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien
Keperawatan perioperative care merupakan sebuah tahapan awal dari
keperawatan perioperative, perioperative dimulai ketika keputusan untuk melakukan
intervensi pembedahan. Tindakan operasi menggunakan 2 macam anestesi yaitu
general anestesi dan spinal anestesi .
Keperawaatan perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Dengan adanya efek samping yang akan muncul pada pasien
dengan spinal anestesi spinal serta adanya ancaman gangguan fisik dapat menjadi
stressor sehingga timbul stress dan kecemasan.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti
karena hal ini menyangkut berbagai organ . Tindakan operasi adalah sebuah tindakan
yang sebagian besar pasien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa
pasien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga
adanya tindakan anestesi yang membuat pasien tidak sadar dan membuat pasien
merasa takut apabila tidak bias bangun lagi dari efek anestesi.

2. Fase Perawatan Perioperative


1.Fase Pre Operatif
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan
klinik ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi
yang diberikan serta pembedahan (Hipkabi, 2014).
Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah
2.Fase Intra Operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif (Hipkabi,
2014).Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus,
pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini
sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak
sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).
Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra operatif lebih
kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera dilakukan
tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien
yang bersifat resiko maupun aktualakan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang
diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan
independen dan dependen (Muttaqin, 2009).
3.Fase Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi tindak
lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah.lingkup aktivitas
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini
fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, serta
rujukan untuk penyembuhan, rehabilitasi, dan pemulangan

3. Pengkajian Perawatan Perioperative


a) Nursing History :
1. Riwayat kesehatan
2. Pembedahan sebelumnya
3. Pengetahuan dan presepsi klien dan keluarga
4. Riwayat pengobatan
5. Alergi
6. Dukungan keluarga
7. Psikososio Spiritual
b) Riwayat emosi (perasaan,konsepdiri,body image,mekanismekoping)
c) Kepercayaan spiritual
d) Pemeriksaan fisik

4. Pemeriksaan Penunjang Perioperative (Tes Koagulasi, Premedikasi)


Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada
pasien.
A.Tes Koagulasi
Tes koagulasi dilakukan pada anak dibawah usia 1 tahun walaupun tidak ada
riwayat trauma atau perdarahan yang sulit berhenti, riwayat premature untuk
mengetahui factor resiko terjadinya gangguan perdarahan seperti rendahnya factor IX
karena hati yang imatur dan defisiensi vitamin K.
B.Premedikasi
 Anak dengan kecemasan yang berlebihan dapat diberikan sedative seperti
midazolam (0.3-0.5 mg/kg, maksimal 15 mg)
 Pasien yang tidak kooperatif membutuhkan midazolam IM (0.1-0.15 mg/kg,
maksimal 10 mg) dan/atau ketamine(2-3 mg/kg) dengan atropine (0.02
mg/kg)
 Obat antikolinergik (atropine 0.02 mg/kg IM) untuk menurunkan bradikardia
selama induksi,menurunkan insidensi hipotensi selama induksipada bayi dan
neonatus kurang dari 3 bulan selama induksi serta mencegah akumulasi
secret yang dapat menyumbat jalan napas dan endotracheal tube (secret yang
berlebihan dapat menjadi masalah pada pasien saluran napas atas atau akibat
pemberian katamine).
5. Persiapan Perioperative Lainnya
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu
persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik
yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth
( 2002 ), antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
2) Status Nutrisi
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Kebersihan lambung dan kolon
5) Pencukuran daerah operasi
6) Personal Hygine
7) Pengosongan kandung kemih
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti :
nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu
beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien
dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pasien tidur
dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut
tidak boleh tegang. Letakkan tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya
dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas
beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit
demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Lakukan latihan
dua kali sehari praopeartif.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar
pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak
lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih
melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi
semifowler, jalinkan jarijari tangan dan letakkan melintang di atas incisi sebagai bebat
ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) Segera lakukan
batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengandalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang
lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.
c)Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah
operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai
pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang
tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien
selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari
kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal.
6. Pendekatan Pada Pasien Anak Sesuai Usia Perkembangan
1. Penerapan komunikasi pada bayi (0-1 tahun)
Sesaat setelah bayi di lahirkan dan ibu di izinkan menggendong si kecil dalam
dekapannya, itulah awal seorang ibu berkomunikasi dengan bayi. Meskipun baru di
lahirkan, bayi bisa dengan cepat mengenali dunianya melalui pancaindranya.
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu mereka
berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalu komunikasi nonverbal.
Bayi akan tampak tenang serta merasa nyaman dan nyaman jiak ada kontak fisik
yang dekat,terutama dengan orang yang di kenalnya (ibu). tangisan bayi itu adalah
cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu yang tidak enak ia rasakan, misalnya
lapar,popok basah,kedinginan,lelah,dan lain-lain.
Bayi yang agak besar akan merasa tidak nyaman jika melakukan kontak fisik
dengan orang yang tidak di kenalnya. Bayi akan tersenyum, menggerak-gerakkan kaki
dan tangannya berulang-ulang jika dia ingin menyatakan kegembiraannya,serta
menjerit,menangis,atau merengek jika dia merasa tidak nyaman. Bayi juga akan
tersenyum dan kegirangan jika dia mersa kenyang, aman atau nyaman, serta menagais
atau gelisah jika merasa lapar,basah,buang air besar,digigit nyamuk,atau
kepanasan/kedinginan.
2. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1-3 tahun ) dan
persekolah (3-6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak mampu berkomunikasi secara verbal atau pun
nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan menggunakan kata-kata yang
sudah di kuasainya. Ciri khas anak kelompok ini adalah egosentris,yaitu mereka
melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu
berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Anak tidak mampu membedakan antara
kenyataan dan fantasi sehingga tampak jika mereka bicara akan banyak di tambahi
fantasi diri tentang obyek diri tentang yang di ceritakan.
Contoh implementasi komuniksai dalam keperawatan sebagai berikut.
a) Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak.
b) Memberi kesempatan poada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang
akan digunakan.
c) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus di
ulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
d) Hindarkan sikap mendesak untuk menjawab seperti kata-kata “jawab dong”.
e) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan
mainan saat komunikasi.
f) Menghindari konfrontasi langsung.
g) Jangan sentuh anak tanpa di setujui oleh anak.
h) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalama dengan
anak merupakan cara menghilangkan perasaan cemas.
i) Mengajak anak menggambar,menulids,atau bercerita untuk menggali
perasaan dan fikiran anak.
3. Komunikasi pada usia sekolah (7-11 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komuniksai penjelasan
sederhana yang di berikan. Pada masa ini, anak akan bnayak mencari tahu terhadap
hal-hal baru dan akan belajar menyelesaikan masalah yang di hadapi nya berdasarkan
pengetahuan yang di milikinya. Pada masa ini, anak harus di fasilitasi untuk
mengekspresikan rasa takut,rasa heran,penasaran,beranimengajukan pendapat,dan
melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya. Contoh implementasi
komunikasi dalam perawatan sebagai berikut.
a) Memperhatikan tingkat kemampian bahasa anak dengan menggunakan kata-
kata sederhana yang spesifik.
b) Menjelaskan sesuatu yang ingin di ketahui anak.
c) Pada usia ini, keinginan tahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi.
d) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan
terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai
pemulihan pasien, sampai pasien sembuh,  pasien merasa nyaman dan tercukupi
kebutuhan–kebutuhannya. Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah
diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan
perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga
kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

2. Saran
Bagi para pembaca dan khususnya mahasiswa dengan adanya makalah ini
semoga dapat menambah wawasannya mengenai keperawatan perioperative care pada
anak ini. Hendaknya mahasiswa dapat benar–benar memahami dan mewujud
nyatakan peran perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas
dengan penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.


Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah.
Jakarta :EGC.
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan- per
ioperatif.html, di akses 16 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai