Anda di halaman 1dari 12

P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.

2, Oktober 2016

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS BERBASIS NILAI


BUDAYA USING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
F. S. Hutama

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,


Universitas Jember, Indonesia

E-mail: fajarsurya.fkip@unej.ac.id

Abstrak

Produk bahan ajar IPS berbasis nilai budaya Using untuk siswa kelas IV SDN 01 Kemiri
Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi dikembangkan berdasarkan KTSP SK 1 KD
1.4. Bahan ajar yang dibuat berupa modul belajar siswa dan modul panduan guru dengan
judul “Keanekaragaman suku bangsa dan budaya”. Kelayakan produk bahan ajar berbasis
nilai budaya Using diukur berdasarkan tingkat validitas, kemenarikan, keefektifan, dan
keterterapan produk. Tingkat validitas diperoleh dari hasil uji validasi ahli, persentase validitas
dari ahli bahasa untuk modul belajar siswa adalah 97,92% (sangat valid) dan modul panduan
guru adalah 96,43% (sangat valid), persentase dari ahli desain untuk modul belajar siswa
adalah 88,89% (sangat valid) dan modul panduan guru adalah 94,44% (sangat valid), dan
persentase dari ahli isi untuk modul belajar siswa adalah 97,32% (sangat valid) dan modul
panduan guru adalah 97,73% (sangat valid). Tingkat kemenarikan diukur dari uji coba
perorangan yang mendapatkan skor 78,33% (cukup menarik) dan uji coba kelompok kecil
memperoleh persentase skor 85,71% (menarik). Tingkat keefektifan bahan ajar diukur dari
aktivitas belajar siswa yang mendapatkan persentase skor 91,56% (sangat aktif) dan hasil
belajar siswa mendapatkan persentase skor 80,49% (tuntas). Tingkat keterterapan produk
bahan ajar diukur berdasarkan angket tanggapan guru yang mendapatkan persentase skor
93,18% (sangat baik) untuk modul belajar siswa dan 89,29% (sangat baik) untuk modul belajar
guru, sedangkan angket tanggapan siswa mendapatkan persentase skor 76,80% (cukup
baik).

Kata kunci: bahan ajar IPS dan nilai budaya Using.

Abstract

Product instructional learning of IPS Using cultural values for fourth grade students of SDN 01
Kemiri Singojuruh Banyuwangi developed by KTSP SK 1 KD 1.4. Instructional learning is
made in the form of student learning modules, and modules guide teachers with the title "ethnic
and cultural diversity". Feasibility products based teaching materials Using cultural values
measured by the level of validity, the attractiveness, effectiveness, and applied products. The
validity of the results obtained from the expert validation test, the percentage of the validity of
expert of languages for student learning module is 97.92% (very valid) and a teacher's guide
module is 96.43% (very valid), the percentage of design experts to student learning module is
88.89% (very valid) and a teacher's guide module is 94.44% (very valid), and the percentage
of the content expert for student learning module is 97.32% (very valid) and a teacher's guide
module is 97.73% (very valid). The attractiveness of the measured level of individual testing
that get a score of 78.33% (interestingly enough) and a small group trial obtain a percentage
score of 85.71% (interest). The effectiveness of teaching materials is measured from the
learning activities of students who get a percentage score of 91.56% (very active) and student
learning outcomes receive a percentage score of 80.49% (complete). Applied level product
instructional materials measured by the questionnaire responses of teachers who get a
percentage score of 93.18% (excellent) for student learning modules and 89.29% (excellent)
for teacher learning modules, while the questionnaire responses of students get a percentage
score of 76.80 % (pretty good).

Keywords: instructional learning of IPS and cultural values Using

Jurnal Pendidikan Indonesia | 113


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

PENDAHULUAN mengkondisikan dan memediasi


IPS merupakan salah satu mata pengembangan potensi peserta didik secara
pelajaran wajib yang diberikan pada jenjang optimal, sehingga mereka benar-benar
Sekolah Dasar. Sukadi (2005) adanya mata merasakan dampak dan manfaat dari
pelajaran IPS di SD (Sekolah Dasar) belajarnya (meaningful learning). Untuk itu,
diharapkan dapat membentuk kemampuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah
siswa dalam memahami kondisi hendaknya tidak terlepas dari referensi sosial
lingkungannya, mulai dari bergaul, menyikapi dan budaya dari masyarakat itu sendiri.
permasalahan, sampai menyelesaikannya. Referensi sosial budaya jika digunakan
Karakteristik utama pembelajaran IPS adalah dalam pengembangan pendidikan, diduga
adanya pembentukan nation and character akan menghindarkan para pemikir,
building. Tujuan utama pembelajaran IPS di pengambil kebijakan, dan para pelaksana
SD adalah menanamkan kesadaran akan serta pelaku pendidikan dari kondisi
posisi individu, baik dalam kapasitasnya “keterbelengguan” dan “determinisme”
sebagai pribadi maupun sebagai anggota pemikiran pendidikan (Suwarma, 2001;
komunitas. Pembelajaran ini bersifat Lasmawan, 2008). Kemajemukan, baik
strategis (Farisi, 2001). Artinya, keberhasilan vertikal maupun horizontal merupakan
pembelajaran IPS di SD akan mengantarkan penomena sosial budaya dan latar
siswa pada situasi sadar budaya. Mereka pendidikan bagi manusia Indonesia, oleh
diharapkan memiliki kesadaran bahwa sebab itu, pembelajaran IPS harus mampu
dirinya tidak bisa hidup terpisah dari jaringan mengakomodasi nilai-nilai sosial dan budaya
kehidupan sosial-budaya yang lebih luas. masyarakat setempat (local genius) dalam
Oleh karena itu, mereka juga harus memiliki keseluruhan proses dan hasil belajarnya.
kepribadian yang terpuji. Untuk mencapai hal Kemampuan dan keterampilan guru
itu, materi pembelajaran sudah seharusnya dalam mengorganisasikan materi merupakan
dikembangkan berdasarkan berbagai potensi “kurikulum nyata” yang menjadi “dokumen
yang tersedia di sekitar kehidupan mereka. dasar guru” dalam melaksanakan
Dengan kata lain, budaya lokal yang tersedia pembelajaran berdasarkan KTSP. Menurut
dan dekat dengan proses berlangsungnya Arthur (2007) dan Somantri (2004), iklim
pendidikan merupakan suatu hal yang layak pembelajaran dan model pengorganisasian
diberdayakan dan dimanfaatkan sebaik- materi ajar yang termuat dalam silabus
baiknya. (kurikulum operasional) hendaknya tidak
Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini hanya mengandung rekayasa
khususnya pada jenjang SD, menunjukkan “instrumentalistik”, sehingga semakin
indikasi adanya pengabaian terhadap menjauhkan kodrat dan bakat peserta didik
kebudayaan lokal yang berfungsi untuk yang terlepas dari referensi sosial budaya
membangun karakter siswa. Hal itu tercermin kemasyarakatan. Sejalan dengan konsepsi
dari pengorganisasian materi yang disusun tersebut, berdasarkan pengamatan dan
oleh guru IPS di SD. Materi cenderung hanya antisipasi pendidikan pada era hightect-
fokus pada wawasan global yang information dan pemberlakuan KTSP saat ini,
menyebabkan sikap humanis dan tampaknya pembelajaran IPS harus dapat
nasionalisme siswa memudar. Oleh sebab memainkan peran dan fungsinya secara
itu, harus dicarikan solusi yang tepat dan tepat dan komprehensif, sehingga mampu
bersifat segera, agar substansi dan esensi menjauhkan peserta didik dari dampak
dari pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat negatif revolusi sosial-budaya gelombang
terealisasi dengan benar dan sesuai dengan ketiga (Hasan, 2009; Toffler, 1987). Untuk itu,
harapan, yaitu lahirnya manusia-manusia pembelajaran IPS di sekolah dasar, yang
Indonesia yang berkualitas dan siap secara umum peserta didiknya masih ada
berkompetisi di era global dalam warna nilai- dalam usia operasional-kongkrit (Piaget,
nilai sosial dan budaya masyarakat Indonesia 1981), memerlukan instrumen-instrumen
yang luhur (Hasan, 2009; Lasmawan, 2008). khusus pembentukan pribadi dan tata nilai
Pembelajaran IPS sebagai proses sosialisasi yang nantinya menjadi they belief. Untuk
dan pembudayaan manusia, memanusiakan mencapai hal itu, pembelajaran IPS SD harus
manusia (Stahl, 2002), harus mampu didukung oleh model pengorganisasian

Jurnal Pendidikan Indonesia | 114


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

materi, model pembelajaran, buku ajar, dan 2006). Melalui penghadiran potret riil dimensi
perangkat penilaian yang berwawasan sosial sosial-budaya kedalam kelas, diharapkan
dan budaya, sehingga memungkinkan peserta didik merasa belajar dalam realitas
peserta didik mencapai tingkat literasi sosial- kehidupannya sehari-hari, sehingga tidak
budaya yang optimal. mengalami shoch-learning situation
Pengorganisasian materi, model (Waterworth, 2007). Model pengorganisasian
pembelajaran, buku ajar, dan perangkat materi, model pembelajaran, dan perangkat
penilaian sebagai sebuah piranti utama penilaian berwawasan sosial-budaya
pembelajaran dalam konteks pembelakuan merupakan sebuah “pengembangan
kurikulum 2006, harus dirancang sendiri oleh kurikulum operasional” yang
guru dengan mempertimbangkan beberapa mengakomodasi nilai-nilai sosial dan budaya
kaidah standar nasional pendidikan, masyarakat lokal, regional, dan nasional
diantaranya adalah standar kompetensi, secara komprehensif dalam keseluruhan
standar isi, standar kelulusan, dan aspeknya (Hasan, 2007; Dantes, 2008),
kompetensi dasar (Puskur, 2006; Depdiknas, sehingga dalam penerapannya di dalam
2007). Sementara aspek dan indikator kelas akan mengkondisikan peserta didik
lainnya, diserahkan sepenuhnya kepada untuk mencapai apa yang dikenal dengan
guru, karena hanya guru yang tahu literasi sosial-budaya sesuai dengan esensi
bagaimana latar social-budaya dan dari pembelajaran IPS pada jenjang sekolah
karakteristik peserta didiknya, termasuk dasar.
kebutuhan dan tujuan program pendidikan di Berdasarkan logika dan preposisi di
daerahnya masing-masing. atas, bisa disadari betapa esensial dan
Jika dalam perancangan dan urgennya pengembangan model
pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah pengorganisasian materi, model
dasar, guru mengabaikan aspek sosial dan pembelajaran, buku ajar, dan perangkat
budaya masyarakat setempat, maka dapat penilaian IPS yang berwawasan sosial-
diartikan bahwa pembelajaran yang akan budaya dalam rangka pemberlakuan KTSP
dilakukannya telah gagal sejak awal. Jika hal pada jenjang sekolah dasar. Akomodasi nilai-
ini dianalogikan, dapat dikatakan bahwa guru nilai sosial dan budaya dalam konteks
telah kalah sebelum bertanding. Hal ini bisa pembelajaran IPS, bisa dilakukan dengan
dipahami, karena dalam kurikulum 2006, memasukkan aspek sosial dan budaya
pembelajaran IPS – SD dengan “tegas” dan masyarakat, mulai dari saat perancangan
“mutlak” dinyatakan bahwa pengembangan program pembelajaran, pelaksanaan
materi, model pengorganisasian materi, pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian
model pembelajaran, dan perangkat terhadap capaian hasil belajar siswa (Hasan,
penilaian serta perangkat pengiring 2009; McConverter, 2007).
pembelajaran lainnya diserahkan Hal ini penting dilakukan, dengan
sepenuhnya kepada guru, dan dalam harapan bahwa melalui nilai-nilai budaya
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan yang dimiliki masyarakat, lewat proses
latar sosial dan budaya masyarakat, pembelajaran akan menjadi nilai-nilai yang
kebutuhan belajar peserta didik, dan dihayati dan diinternalisasi oleh peserta didik
kebutuhan serta tujuan pelaksanaan program sebagai warga masyarakat secara individual.
pendidikan di daerahnya masing-masing Preposisi di atas, sejalan dengan penekanan
dengan tetap berorientasi pada beberapa yang diberikan oleh Somantri (2004) dan
ketentuan administrasi yang telah ditetapkan Lasmawan (2007) bahwa pembelajaran IPS
secara nasional. di sekolah dasar harus mampu
Pendekatan sosial-budaya menjembatani dan memfungsionalkan
merupakan penghampiran dan segala aspek sosial dan budaya masyarakat
pengorganisasian materi yang menghadirkan dalam proses pembelajaran yang kondusif,
copy (potret) riil kehidupan masyarakat sehingga peserta didik mempunyai
sehari-hari, baik dimensi sosial maupun ketahanan dan literasi terhadap masalah-
budayanya secara komprehensif ke dalam masalah sosial dan budaya masyarakatnya.
kelas, dalam suasana yang terbuka, actual, Menurut Lestari (2012) bahan ajar
dan factual (NCSS, 2007; McConverter, adalah seperangkat sarana atau alat

Jurnal Pendidikan Indonesia | 115


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

pembelajaran yang berisikan materi dan Timur. Dari 21 Kecamatan di Kabupaten


metode pembelajaran, serta evaluasi yang Banyuwangi, tercatat tinggal 9 Kecamatan
didesain secara sistematis dalam rangka saja yang saat ini masih menjadi kantong
mencapai tujuan pembelajaran yang kebudayaan Using. Kecamatan-kecamatan
diharapkan. Bahan ajar mempunyai peranan tersebut adalah Banyuwangi, Giri, Glagah,
yang sangat penting dalam proses Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh,
pembelajaran yaitu sebagai acuan bagi siswa Cluring, dan Genteng (Sutarto, 2006:1).
dan guru untuk meningkatkan efektifitas Orang Using terkenal sangat kaya akan
pembelajaran. Bagi siswa, bahan ajar produk-produk keseniannya, diantaranya ada
menjadi bahan acuan yang diserap isinya, seni tari, alat musik, dan lagu-lagu tradisional.
sehingga dapat menjadi sumber Seni tari yang merupakan budaya
pengetahuan. Bagi guru, bahan ajar menjadi masyarakat Using diantaranya: Gandrung,
salah satu acuan dalam penyampaian Seblang, Janger, dan lain sebagainya. Selain
ilmu/materi kepada siswa. Bahan ajar yang seni tari, juga terdapat alat musik yang
dirancang dan dikembangkan berdasarkan merupakan budaya masyarakat Using
prinsip-prinsip instruksional yang baik akan diantaranya: Angklung Banyuwangi meliputi
dapat membantu siswa dalam proses angklung Caruk, angklung Tetak, angklung
belajarnya, membantu guru untuk Paglak, dan angklung Blambangan.
mengurangi waktu penyajian materi dan Kesenian pada masyarakat Using
memperbanyak waktu pembimbingan guru merupakan produk adat yang mempunyai
bagi siswa. (Pannen & Purwanto, 2001). relasi dengan nilai religi dan pola mata
Bahan ajar yang dikembangkan adalah pencaharian di bidang pertanian. Laku hidup
bahan ajar yang berupa modul. Menurut masyarakat Using yang masih menjaga adat
Prastowo (2011) modul merupakan bahan serta pemahaman mereka terhadap
ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa pentingnya kesenian sebagai ungkapan
dapat belajar secara mandiri tanpa atau syukur dan kegembiraan masyarakat petani
dengan bimbingan guru, oleh karena itu telah menjadikan kesenian Using tetap
modul harus berisi tentang petunjuk belajar, terjaga. Hal tersebut menunjukkan kondisi
kompetensi yang akan dicapai, isi materi yang positif, namun demikian apabila
pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, kesenian tersebut tidak terinternalisasi
petunjuk kerja, evaluasi dan balikan terhadap kepada generasi penerus, maka bukan tidak
hasil evaluasi. Menurut Lestari (2012), mungkin keseninan yang menjadi kekayaan
pembelajaran menggunakan modul budaya bangsa ini akan semakin memudar
membuat siswa dapat belajar mandiri tanpa dan hilang ditelan perkembangan zaman,
harus dibantu oleh guru. Siswa yang memiliki terlebih dengan adanya globalisasi yang
kecepatan belajar kurang dapat berkali-kali secara nyata telah merongrong nasionalisme
mempelajari setiap kegiatan belajar tanpa suatu bangsa.
terbatas oleh waktu, sedangkan siswa yang .
memiliki kecepatan belajar lebih, akan cepat METODE
mempelajari satu kompetensi dasar (KD). Model penelitian pengembangan yang
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dilakukan pada pengembangan bahan ajar
disimpulkan bahwa modul merupakan bahan berbasis nilai budaya Using ini menggunakan
ajar yang disusun secara sistematis dan model Dick & Carey. Penggunaan model820 ini
teoretis. Modul memiliki ciri untuk dimodifikasi hanya dilakukan sampai pada
memandirikan siswa, dengan dan tanpa guru tahap ke sembilan. Hal ini dilakukan karena
siswa dapat belajar menggunakan modul. dalam penelitian ini hanya akan diperoleh
Modul juga sangat mewadahi kecepatan hasil berupa prototype produk dan sesuai
belajar siswa yang berbeda-beda. dengan tujuan pengembangan yaitu
Modul yang dikembangkan adalah menghasilkan bahan ajar berbasis nilai
modul berbasis nilai budaya using. budaya Using yang valid, menarik, efektif dan
Kebudayaan Using merupakan salah satu dapat diterapkan dalam proses
budaya yang ada di Indonesia, tepatnya di pembelajaran.
Kabupaten Banyuwangi, sebuah Kabupaten Dua jenis data yang dikumpulkan dalam
yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa pengembangan bahan ajar ini yaitu: data

Jurnal Pendidikan Indonesia | 116


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

yang diperlukan untuk merevisi produk bahan untuk SD yang memuat SK dan KD serta
ajar yang bersumber dari ahli materi/isi, ahli berbagai pustaka yang relevan. Siswa dan
bahasa, ahli media, serta guru dan siswa guru yang menjadi sumber data adalah siswa
melalui uji coba lapangan. Data yang dan guru kelas IV SDN Kemiri 01 Kecamatan
dihimpun mengenai kualitas bahan ajar, Singojuruh Kabupaten Banyuwangi.
kemenarikan serta isi materi dalam bahan Terdapat beberapa teknik yang
ajar dan data yang berkaitan dengan proses digunakan dalam pengumpulan data, yaitu
dan hasil belajar melalui uji lapangan. Data teknik dokumenter, teknik kuesioner, teknik
tersebut diperoleh dari nilai hasil tes siswa, observasi, dan teknik tes. Untuk memperoleh
sikap siswa berdasarkan angket yang diisi sejumlah data yang diharapkan, maka
oleh mereka, dan lembar observasi perilaku digunakan instrumen pengumpulan data.
siswa. Aspek-aspek yang dinilai, instrumen yang
Sumber data penelitian ini mencakup digunakan, data yang diamati, dan
sumber data dokumenter, siswa, dan guru. responden yang terlibat tersaji pada Tabel 1.
Sumber data dokumenter berupa KTSP

Tabel 1. Aspek yang Dinilai, Instrumen, Data yang Diamati, dan Responden
Aspek yang
Tujuan Instrumen Data yang Diamati Responden
Dinilai
Kelayakan Validitas produk Lembar Kevalidan modul  Ahli materi/isi
produk validasi belajar siswa dan  Ahli desain
bahan ajar modul panduan guru  Ahli bahasa
berbasis Keefektivan Lembar tes Hasil belajar siswa Siswa
nilai produk Lembar Aktivitas belajar siswa Observer
budaya observasi (guru)
Using Kemenarikan Angket Respon siswa Siswa
Keterterapan Pedoman Respon siswa dan Guru dan
wawancara Respon guru siswa

Analisis deskriptif kualitatif digunakan bahasa, ahli desain, dan ahli isi/materi.
untuk menganalisis data berupa catatan, Selanjutnya diberikan penafsiran dan
saran, atau komentar yang terdapat pada pengambilan keputusan tentang kualitas
lembar validasi, lembar observasi, dan produk pengembangan menggunakan
angket. Analisis deskriptif kuantitatif kriteria validitas Seperti tabel 2.
digunakan untuk menganalisis data berupa Bahan ajar dinyatakan valid untuk
skor dari hasil lembar validasi, lembar digunakan jika mendapat kriteria “cukup
observasi, dan angket. Terdapat dua data valid” dan/atau “sangat valid”. Data
dalam analisis data deskriptif kuantitatif. kemenarikan produk bahan ajar diperoleh
Pertama, data pada analisis kevalidan dari angket yang diberikan kepada siswa
merupakan data yang menggambarkan melalui uji perorangan dan uji kelompok kecil
kevalidan modul belajar siswa dan modul dalam menggunakan produk bahan ajar.
panduan guru yang telah dikembangkan. Penafsiran terhadap hasil analisis data
Validitas bahan ajar diperoleh dari ahli responden dilakukan berdasarkan Tabel 3.

Tabel 2. Konversi Tingkat Validitas dan Kualifikasi


No. Kriteria Tingkat Validitas
1. 75,01% - 100,00% Sangat valid (dapat digunakan tanpa revisi)
2. 50,01% - 75,00% Cukup valid (dapat digunakan dengan revisi kecil)
3. 25,01% - 50,00% Tidak valid (tidak dapat digunakan)
4. 00,00% - 25,00% Sangat tidak valid (terlarang digunakan)
(Diadaptasi dari Akbar dan Sriwiyana, 2011:207)

Jurnal Pendidikan Indonesia | 117


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Tabel 3. Kriteria Kemenarikan Produk Bahan Ajar


No Persentase Kualifikasi Keterangan
1 80% - 100% Menarik Dapat digunakan tanpa revisi
2 60% - 79% Cukup Menarik Dapat digunakan dengan revisi
kecil
3 50% - 59% Kurang Menarik Tidak dapat digunakan
4 < 49% Tidak Menarik Terlarang digunakan
(Diadaptasi dari Akbar & Sriwiyana, 2011:147)
Bahan ajar dinyatakan menarik untuk pada saat uji coba lapangan. Penentuan
digunakan jika mendapat kualifikasi “cukup tingkat aktivitas siswa dari hasil observasi
menarik” dan/atau “menarik”. Aktivitas siswa menggunakan persentase melalui
diperoleh melalui kegiatan observasi yang pengelompokan kategori pada Tabel 4.
dilakukan selama kegiatan pembelajaran
Tabel 4. Kriteria Keaktifan Siswa
No Persentase Keterangan
1 80% ≤ Ps ≤100% Sangat aktif
2 60% ≤ Ps ≤ 79% Aktif
3 40% ≤ Ps ≤ 69% Cukup aktif
4 Ps ≤ 39% Tidak aktif
(Diadaptasi dari Siswoyo, 2012)
Keefektifan produk bahan ajar dilihat Kondisi ini menyesuaikan dengan kriteria
dari aktivitas siswa selama pembelajaran ketuntasan minimal (KKM) untuk mata
pada saat uji coba lapangan minimal pelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN 01
memperoleh kriteria “aktif”. Analisis hasil Kemiri Kecamatan Singojuruh Kabupaten
belajar diperoleh dari tes yang diberikan Banyuwangi. Data keterterapan produk
kepada siswa dalam Uji Kompetensi yang bahan ajar diperoleh dari uji coba lapangan
ada dalam produk bahan ajar berbasis nilai menggunakan angket. Data keterterapan
budaya Using. Siswa dinyatakan tuntas jika diperoleh dari angket tanggapan guru dan
telah mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimal siswa pada saat uji coba lapangan.
100. Hasil belajar akhir siswa secara klasikal Berdasarkan hasil tersebut, kemudian
dinyatakan tuntas, apabila banyaknya siswa diberikan penafsiran dan pengambilan
yang tuntas belajar lebih besar atau sama keputusan tentang kualitas produk
dengan 75% dari jumlah siswa yang menggunakan kriteria keterterapan produk
mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimal 100. pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Tingkat Keterterapan Produk Bahan Ajar
No Persentase Kualifikasi Keterangan
1 80% - 100% Sangat Baik Dapat digunakan tanpa revisi
2 60% - 79% Cukup baik Dapat digunakan dengan revisi kecil
3 50% - 59% Kurang baik Tidak dapat digunakan
4 < 49% Tidak baik Terlarang digunakan
(Diadaptasi dari Akbar dan Sriwiyana, 2011:207)

HASIL DAN PEMBAHASAN identifikasi ini dilakukan dengan


Pengembangan bahan ajar IPS menganalisis standar kompetensi (SK) dan
berbasis nilai budaya Using ini dilakukan kompetensi dasar (KD), serta indikator
menggunakan model Dick & Carey pembelajaran sebagai dasar untuk
(Modifikasi dari Hobri, 2010:7-8) yang mengembangkan bahan ajar; Melakukan
melalui tahapan berikut: Identifikasi tujuan analisis pembelajaran (conduct an
pembelajaran (identify an instructional goal): instructional analysis): tujuan analisis

Jurnal Pendidikan Indonesia | 119


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

pembelajaran ini adalah untuk menentukan dalam bahan ajar IPS berbasis nilai budaya
kompetensi yang harus dikuasai siswa, yang Using ini disusun berdasarkan kompetensi
terintegrasi dengan nilai–nilai budaya Using; yang terdapat dalam KTSP untuk siswa
Tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa kelas IV dengan SK 1 dan KD 1.4.
(identify entry behavaors and Produk pada penelitian ini adalah
characteristics): tindakan yang dilakukan “Bahan Ajar IPS Berbasis Nilai budaya
untuk menganalisis karakteristik siswa kelas Using” yang terdiri dari Modul Panduan Guru
IV SDN 01 Kemiri Kecamatan Singojuruh dan Modul Belajar Siswa; Merancang dan
Kabupaten Banyuwangi adalah dengan melakukan penilaian formatif (design and
menganalisis latar belakang kemampuan conduct the formative evaluation): pada
akademik siswa yang didasarkan pada hasil tahap ini, bahan ajar yang sudah
belajar pada KD sebelumnya. Selain itu dikembangkan berupa draft awal,
analisis karakteristik siswa juga dilakukan selanjutnya dilakukan uji validasi, uji coba
melalui observasi yang dilakukan saat perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji
proses pembelajaran oleh guru, serta lapangan untuk mendapatkan produk akhir
informasi yang diperoleh dari guru; yang layak digunakan dengan kriteria valid,
Merumuskan tujuan performasi (write efektif, menarik dan keterterapan. Penilaian
performance objectives): rumusan tujuan formatif dilakukan dengan menyusun
pembelajaran dalam pengembangan bahan terlebih dahulu instrumen penelitiannya.
ajar IPS berbasis nilai budaya Using ini Instrumen tersebut antara lain: lembar
dijabarkan untuk menentukan proses validasi, angket tanggapan guru dan siswa,
pembelajaran yang akan dilaksanakan; lembar penilaian, dan lembar observasi dan
Mengembangkan butir-butir penilaian acuan Merevisi pembelajaran (revise instructional):
patokan/ PAP (develop criterion referenced revisi tahap pertama dilakukan setelah
test items): instrumen penilaian dalam dilakukan uji validasi produk melalui catatan
bahan ajar IPS berbasis nilai budaya Using berupa komentar dan saran dari ahli bahasa,
disajikan dalam kegiatan pembelajaran dan ahli desain dan ahli materi/isi.
bagian akhir bahan ajar (modul). Instrumen Revisi tahap ke dua dilakukan setelah
penilaian disajikan dalam bentuk kegiatan pelaksanaan uji coba perorangan melaui
mandiri siswa. catatan berupa saran dan komentar dalam
Pada bagian akhir bahan ajar juga angket tanggapan siswa. Revisi tahap ke
disajikan uji kompetensi. Uji Kompetensi tiga dilakukan melaui uji coba kelompok kecil
pada modul bertujuan untuk mengukur yang melibatkan enam orang siswa. Revisi
kemampuan siswa pada KD yang diajarkan. tahap ke empat merupakan langkah revisi
Penilaian proses dilakukan melalui terakhir agar produk-produk yang
pengamatan untuk mengetahui proses yang dikembangkan layak digunakan. Pada tahap
dilakukan siswa dalam memahami konsep, ini revisi dilakukan berdasarkan uji
menginternalisasikan nilai-nilai tertentu serta lapangan. Data kuantitatif dan kualitatif pada
informasi tentang perilaku belajar siswa. instrumen uji lapangan digunakan sebagai
Penilaian aspek sikap yang terinternalisasi rujukan revisi tahap terakhir pada proses
nilai budaya Using dilakukan menggunakan pengembangan bahan ajar berbasis nilai
lembar observasi dengan kriteria penskoran budaya Using, yang nantinya menjadi
nilai tertentu; Mengembangkan strategi produk akhir pengembangan.
pembelajaran (develop an instructional Uji ahli bahasa digunakan untuk
strategy): strategi pembelajaran dalam mengevaluasi bahasa yang digunakan
bahan ajar IPS berbasis nilai budaya Using dalam penulisan bahan ajar. Bahan ajar
dikembangkan berdasarkan komponen- yang dikembangkan diharapkan memiliki
komponen pembelajaran yaitu: pertama, tingkat keterbacaan yang tinggi, sehingga
Prakegiatan (± 5 menit); kedua, Kegiatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
awal (± 10 menit); ketiga, Kegiatan inti (± 45 belajar siswa. Adapun hasil validasi ahli
menit); dan keempat, Kegiatan penutup (± bahasa terhadap bahan ajar berbasis nilai
10 menit); Mengembangkan dan memilih budaya sebagai berikut: perolehan hasil
material pembelajaran (develop and select validasi dari ahli bahasa untuk modul belajar
instructional materials): materi pelajaran siswa mendapatkan persentase skor

Jurnal Pendidikan Indonesia | 119


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

sebesar 97,92%. Sesuai dengan konversi panduan guru, dimana hasil validasinya
tingkat validitas dan kualifikasi (tersaji pada adalah sebagai berikut: hasil validasi
tabel 2), hasil validasi dari ahli bahasa ini terhadap modul panduan guru sebesar
termasuk dalam kategori “Sangat Valid”, 97,73%. Hasil tersebut kemudian
sehingga modul belajar siswa ini dapat dikonversikan menurut tingkat validitas dan
digunakan tanpa revisi. Adapun hasil kualifikasi (tersaji pada tabel 2) dan
validasi ahli bahasa untuk modul panduan memperoleh kriteria “Sangat Valid”,
guru, perolehan hasil uji validasi ahli bahasa sehingga modul panduan guru ini dapat
pada modul panduan guru mendapat skor digunakan tanpa revisi.
persentase sebesar 96,43%. Sesuai dengan Uji coba perorangan dilakukan dengan
konversi tingkat validitas dan kualifikasi Subjek uji coba sebanyak 3 siswa yang
(tersaji pada tabel 2), hasil validasi dari ahli berkemampuan baik, sedang, dan rendah.
bahasa ini termasuk dalam kategori “Sangat Uji coba perorangan ini bertujuan untuk
Valid”, sehingga modul panduan guru ini mengetahui kemenarikan produk bahan ajar
dapat digunakan tanpa revisi. dengan mengidentifikasi dan mengurangi
Uji validasi ahli desain bertujuan untuk kesalahan–kesalahan nyata dalam produk
mengevaluasi desain bahan ajar yang sudah bahan ajar yang telah disusun. Hasil uji coba
dikembangkan, sehingga bahan ajar ini perorangan yang telah dilakukan hasil uji
nantinya memiliki kelebihan tersendiri. coba perorangan mendapatkan rata–rata
Adanya kelebihan dari bahan ajar ini persentase skor sebesar 78,33%. Sesuai
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dengan kriteria kemenarikan produk bahan
dan perolehan hasil belajar siswa. Adapun ajar (tersaji pada tabel 3), hasil uji coba
hasil validasi ahli desain terhadap bahan perorangan ini termasuk dalam kualifikasi
ajar berbasis nilai budaya Using, perolehan “Cukup Menarik”, sehingga bahan ajar
hasil validasi dari ahli desain untuk modul berbasis nilai budaya Using ini dapat
belajar siswa mendapatkan persentase skor digunakan dengan revisi kecil.
sebesar 88,89%. Sesuai dengan konversi Uji coba kelompok kecil dilakukan
tingkat validitas dan kualifikasi (tersaji pada pada hari Kamis, tanggal 19 November 2015
tabel 2), hasil validasi dari ahli bahasa ini dengan subjek uji coba sebanyak enam
termasuk dalam kategori “Sangat Valid”, orang siswa kelas IV SDN 01 Kemiri
sehingga modul belajar siswa ini dapat Kecamatan Singojuruh Kabupaten
digunakan tanpa revisi. Adapun hasil Banyuwangi. Ke enam siswa tersebut
validasi untuk modul panduan guru, merupakan dua siswa yang berkemampuan
perolehan hasil uji validasi ahli desain pada baik, sedang, dan rendah, yang telah dipilih
modul panduan guru mendapat skor oleh guru kelasnya, yang tentunya berbeda
persentase sebesar 94,44%. Sesuai dengan dari siswa yang melakukan uji coba
konversi tingkat validitas dan kualifikasi perorangan. Tujuan uji coba kelompok kecil
(tersaji pada tabel 3.2), hasil validasi dari ahli ini juga untuk mengetahui kemenarikan
desain ini termasuk dalam kategori “Sangat produk bahan ajar. Proses uji coba
Valid”, sehingga modul panduan guru ini kelompok kecil dilakukan dengan
dapat digunakan tanpa revisi. memberikan arahan tentang hal yang harus
Uji validasi ahli isi diperlukan untuk dilakukan oleh siswa. Proses uji coba
mengetahui isi yang sudah dikembangkan berlangsung selama ± 30 menit setelah jam
dalam modul. Adapun hasil validasi ahli istirahat. Hasil uji coba perorangan yang
isi/materi terhadap bahan ajar berbasis nilai telah dilakukan di perolehan rata–rata
budaya Using ini,hasil perolehan uji validasi persentase skor dari uji coba kelompok kecil
ahli isi memperoleh persentase sebesar adalah sebesar 85,71%. Sesuai dengan
97,32%. Hasil tersebut kemudian konversi tingkat kemenarikan produk bahan
dikonversikan menurut tingkat validitas dan ajar (tersaji pada tabel 3), hasil dari uji coba
kualifikasi (tersaji pada tabel 2), sehingga kelompok kecil ini termasuk dalam kategori
hasil tersebut mendapat kriteria “Sangat “Menarik”, sehingga modul belajar siswa ini
Valid” dan modul belajar siswa ini dapat dapat digunakan tanpa revisi.
digunakan tanpa revisi. Ahli isi/materi juga Uji coba lapangan dalam penelitian ini
melakukan validasi terhadap modul bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 120


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

keterterapan dari produk bahan ajar persentase sebesar 93,18%. Sesuai dengan
berbasis nilai budaya Using yang telah kriteria tingkat keterterapan produk bahan
dikembangkan. Subjek dalam uji coba ajar (tersaji pada tabel 5), maka persentase
lapangan ini adalah semua siswa kelas IV skor dari tanggapan guru mendapatkan
SDN 01 Kemiri Kecamatan Singojuruh kategori “Sangat Baik”, sehingga modul
Kabupaten Banyuwangi yang berjumlah 41 belajar untuk siswa ini dapat digunakan
siswa dan terdiri dari 18 siswa laki-laki, serta tanpa revisi. Adapun untuk hasil tanggapan
23 siswa perempuan. guru terhadap modul panduan guru yaitu,
Aktivitas belajar siswa selama proses hasil angket tanggapan guru terhadap modul
pembelajaran diamati oleh 1 orang observer. panduan guru memperoleh persentase skor
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar sebesar 89,29%. Sesuai dengan kriteria
siswa pada uji coba lapangan diperoleh tingkat keterterapan produk bahan ajar
persentase keseluruhan aktivitas siswa (tersaji pada tabel 5), maka persentase skor
adalah sebesar 91,56%. Sesuai dengan dari tanggapan guru mendapatkan kategori
kriteria keaktifan siswa (tersaji pada tabel 4), “Sangat Baik”, sehingga modul panduan
maka aktivitas siswa selama proses guru ini dapat digunakan tanpa revisi.
pembelajaran menggunakan modul belajar Angket tanggapan siswa bertujuan
IPS berbasis budaya Using berada pada untuk mengetahui tanggapan dari siswa
kategori “Sangat Aktif” dan sudah sesuai setelah belajar menggunakan modul belajar
dengan “Tingkat Keefektifan” dari modul siswa dan juga untuk mengetahui tingkat
belajar ini. keterterapan produk bahan ajar berbasis
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini nilai budaya Using yang telah
merupakan hasil dari kegiatan siswa dalam dikembangkan. Adapun hasil tanggapan
mengerjakan soal-soal pada Uji Kompetensi siswa diperolehan persentase total skor
yang terdapat di dalam bahan ajar. Adapun adalah sebesar 76,80%. Sesuai dengan
distribusi hasil belajar siswa yatu, skor kriteria tingkat keterterapan produk bahan
terendah yang diperoleh siswa adalah 40 ajar (tersaji pada tabel 5), maka persentase
dan skor tertingginya adalah 87. Hasil skor dari tanggapan siswa mendapatkan
belajar siswa pada rentang skor 72–79 kategori “Cukup Baik”, sehingga modul
merupakan skor dengan frekuensi terbanyak belajar siswa ini dapat digunakan dengan
yaitu 15 (36,58%), sedangkan rentang skor revisi kecil.
48-55 merupakan rentang skor dengan Tujuan analisis data dalam penelitian
frekuensi paling sedikit yaitu 1 (2,44%). Hasil ini adalah untuk mengetahui tingkat
belajar siswa kelas IV SDN Kemiri 01 kelayakan produk bahan ajar berbasis nilai
Kecamatan Singojuruh Kabupaten budaya Using yang telah dikembangkan
Banyuwangi menunjukkan bahwa siswa berdasarkan kriteria kevalidan, keefektifan,
yang tuntas adalah 33 siswa (80,49%) dan kemenarikan, dan keterterapan produk.
siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa Analisis kevalidan produk dilakukan oleh
(19,51%). Sesuai dengan kriteria belajar para ahli untuk menguji kevalidan produk
yang terkait dengan keefektifan bahan ajar bahan ajar berbasis nilai budaya Using yang
yang sudah dibuat, maka persentase siswa berupa modul belajar siswa dan modul
yang tuntas lebih dari 75%. Berdasarkan panduan guru. Kevalidan produk bahan ajar
kondisi tersebut, maka bahan ajar yang diperlukan sebelum bahan ajar digunakan
sudah dikembangkan efektif untuk dalam kegiatan pembelajaran. Hasil
digunakan dalam proses pembelajaran. Paparan data uji coba validasi dari ahli
Data tanggapan guru diperlukan untuk bahasa, ahli desain, dan ahli isi/materi,
mengetahui keterterapan produk bahan ajar direkapitulasi untuk mengetahui tingkat
yang telah dikembangkan. Data tanggapan kelayakan produk secara keseluruhan.
guru dikumpulkan melalui angket yang Adapun hasil rekapitulasi tingkat kelayakan
diberikan pada guru yang merupakan produk dapat dilihat hasil rekapitulasi tingkat
pengguna modul panduan guru. Adapun kelayakan produk dari ahli bahasa, ahli
hasil tanggapan guru terhadap modul belajar desain, dan ahli isi/materi mendapatkan skor
siswa yaitu hasil tanggapan guru di atas 75,01%. Hal tersebut berarti sesuai
menunjukkan perolehan skor dengan dengan konversi tingkat validitas dan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 121


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

kualifikasi (tersaji pada tabel 2) termasuk 93,18% dan angket tanggapan guru
dalam kategori “Sangat Valid”, sehingga terhadap modul panduan guru memperoleh
bahan ajar berbais nilai budaya Using ini persentase skor sebesar 89,29%. Sesuai
dapat digunakan tanpa revisi. dengan kriteria tingkat keterterapan produk
Tujuan dari pengukuran kemenarikan bahan ajar (tersaji pada tabel 5), maka
produk adalah untuk mengetahui motivasi persentase skor dari tanggapan guru
belajar siswa dalam menggunakan bahan mendapatkan kategori “Sangat Baik”,
ajar berbasis nilai budaya Using, baik dari sehingga bahan ajar yang sudah
segi materi maupun desain bahan ajar. Data dikembagkan dapat digunakan tanpa revisi.
kemenarikan produk bahan ajar diperoleh Data keterterapan produk dengan
dari angket yang diberikan kepada siswa siswa sebagai subjek uji coba, siswa hanya
melalui uji perorangan dan uji kelompok kecil memberikan tanggapan terhadap modul
dalam menggunakan produk bahan ajar. belajar siswa. Perolehan persentase skor
Rekapitulasi hasil uji coba perorangan dan angket tanggapan siswa adalah sebesar
kelompok kecil di kategori “Cukup Menarik”, 76,80%. Sesuai dengan kriteria tingkat
sehingga bahan ajar berbais nilai budaya keterterapan produk bahan ajar (tersaji pada
Using ini dapat digunakan dengan revisi tabel 5), maka persentase skor dari
kecil. Hasil uji coba kelompok kecil termasuk tanggapan guru mendapatkan kategori
dalam kategori “Menarik”, sehingga bahan “Cukup Baik”, sehingga bahan ajar yang
ajar berbais nilai budaya Using ini dapat sudah dikembagkan dapat digunakan
digunakan tanpa revisi. Sesuai dengan dengan revisi kecil. Berdasarkan hasil
kondisi tersebut, maka bahan ajar yang analisis keterterapan produk ini, maka dapat
sudah dikembangkan memiliki tingkat disimpulkan bahwa bahan ajar IPS berbasis
kemenarikan untuk dapat digunakan dalam nilai budaya Using ini telah memenuhi unsur
proses pembelajaran. keterterapan, sehingga dapat digunakan
Analisis keefektifan produk bertujuan dalam proses pembelajaran.
untuk mengetahui kualitas pembelajaran
menggunakan bahan ajar berbasis nilai SIMPULAN DAN SARAN
budaya Using, yang tercermin melalui Berdasarkan paparan data yang sudah
aktivitas dan hasil belajar siswa. Keefektifan diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil
produk bahan ajar dapat diketahui kesimpulan sebagai berikut: (1) Produk
berdasarkan indikator-indikator, yaitu (1) bahan ajar IPS berbasis nilai budaya Using
aktivitas siswa selama pembelajaran untuk siswa kelas IV SDN 01 Kemiri
memperoleh kriteria “Sangat Aktif” dan (2) Kecamatan Singojuruh Kabupaten
analisis hasil belajar siswa menunjukkan Banyuwangi dikembangkan berdasarkan SK
80,49% atau 33 siswa mendapatkan 1 KD 1.4. Bahan ajar yang dibuat adalah
mencapai skor ≥ 70 dari 100. Berdasakan berupa modul belajar siswa dan modul
data-data tentang aktivitas belajar siswa panduan guru dengan judul
selama proses pembelajaran dan hasil “Keanekaragaman suku bangsa dan
belajar siswa maka bahan ajar IPS berbasis budaya”, (2) Kelayakan produk bahan ajar
nilai budaya Using ini efektif untuk berbasis nilai budaya Using diukur
digunakan dalam proses pembelajaran. berdasarkan tingkat validitas, tingkat
Tujuan dari adanya analisis kemenarikan, tingkat keefektifan, dan tingkat
keterterapan produk adalah untuk keterterapan produk bahan ajar. Tingkat
mengetahui kesesuaian produk yang dibuat validitas bahan ajar dapat diketahui dari
dengan karakteristik pengguna bahan ajar. hasil uji validasi ahli, dimana persentase
Keterterapan produk diukur melalui validitas dari ahi bahasa untuk modul belajar
kemudahan guru dan siswa dalam siswa adalah 97,92% dan modul panduan
menggunakan bahan ajar. Data guru adalah 96,43%, persentase dari ahli
keterterapan produk diperoleh melalui uji desain untuk modul belajar siswa adalah
coba lapangan menggunakan angket 88,89% dan modul panduan guru adalah
tanggapan guru dan siswa. Rekapitulasi dari 94,44%, dan persentase dari ahli materi/isi
hasil angket tanggapan guru dan siswa untuk modul belajar siswa adalah 97,32%
memperoleh persentase skor sebesar dan modul panduan guru adalah 97,73%.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 122


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Tingkat kemenarikan diukur dari uji coba Arthur, E. Teori dan Konsep Pembelajaran.
perorangan yang mendapatkan skor 78,33% Tersaji dalam
dan uji coba kelompok kecil memperoleh http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/01/t
persentase skor 85,71%. Tingkat keefektifan eori-dan-konsep pembelajaran.html.
bahan ajar diukur dari aktivitas belajar siswa (13 Mei 2010)
yang mendapatkan persentase skor 91,56%
Departemen Pendidikan Nasional. (2007).
dan hasil belajar siswa mendapatkan
Panduan
persentase skor 80,49%. Tingkat
keterterapan produk bahan ajar diukur Farisi, M. I. (2001). Penggunaan Konsep
berdasarkan angket tanggapan guru yang Siswa dalam Pembelajaran
mendapatkan persentase skor 93,18% Pendidikan IPS. Jurnal Pendidikan,
untuk modul belajar siswa dan 89,29% untuk 2(2)(ISSN 1411 – 1942), 78–96.
modul belajar guru, sedangkan angket Hasan S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu
tanggapan siswa mendapatkan persentase Sosial. Jakarta: Departemen
skor 76,80%. Pendidikan dan Kebudayaan
Berdasarkan hasil penelitian yang Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
telah diperoleh, maka dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi Hasan, Hamid. 2009. Pembelajaran
siswa kelas IV SDN 01 Kemiri Kecamatan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar.
Singojuruh Kabupaten Banyuwangi dalam
diharapkan untuk semakin rajin membaca http://www.pembelajaran.wordpress.c
dan dapat menulis dengan baik, agar om/ Internet diakses tanggal 22 Maret
wawasan semakin luas dan saat menuliskan 2014.
jawaban dapat terbaca dengan baik, Hernowo. (2004). Langkah Mudah Membuat
sehingga bisa mendapatkan hasil yang Buku yang menggugah. Bandung:
maksimal. (2) Bagi guru kelas IV SDN 01 MLC
Kemiri Kecamatan Singojuruh Kabupaten
Banyuwangi diharapkan dapat memperbaiki Hobri. 2010. Metodologi Penelitian
tata tulis siswa dan dapat menanamkan Pengembangan (Cetakan 1). Jember:
nilai-nilai budaya dalam setiap proses Pena Salsabila.
pembelajaran. Hobri. 2010. Metodologi Penelitian
Pengembangan (Cetakan 1). Jember:
DAFTAR PUSTAKA Pena Salsabila. http://wvuecommerce.
Akbar, S. & Sriwiyana, H. 2011. wvu. edu/ user. (2012).
Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar Online. Dr.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Naswan Suharsono, M.Pd, 1–13.
Sosial. Malang: Cipta Media.
Lasmawan, Wayan. 2008. “Tujuan
Amri, S. & Ahmadi I. K. (2010). Konstruksi Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”
Pengembangan Pembelajaran Artikel.,
Pengaruhnya terhadap Mekanisme http://lasmawan.blogspot.com/2008/1
dan Praktik Kurikulum. Jakarta: 0/tujuan-pembelajaran-ips-
Prestasi Pustaka. disekolah.html diakses pada 12
Anwar, S. (2014). Pengolahan bahan ajar. Nopember 2012.
Bandung: UPI Lestari, I. 2012. Pengembangan Bahan Ajar
Arifin, & Anwar, S. (2015). Pengembangan Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Bahan Ajar Ipa Terpadu Tema Udara Akademi Permata.
Melalui Four Steps Teaching Material Lestari, I. 2012. Pengembangan Bahan Ajar
Development. Jurnal Ilmu Pendidikan Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Dan Pengajaran, 2(1), 1–11. Akademi Permata.
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Majid, A. (2008). Perencanaan
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Pembelajaran Mengembangkan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 123


P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-7207 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Standar Kompetensi Guru. Bandung: Berbasis Realistic Matematc


PT Remaja Rodsakarya. Education (RME). Tesis Tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Morgan, S. R. A., Hessler, T, dan Kontad, M.
Malang Program Pascasarjana Prodi
(2007). Teaching Writing for Keeps.
Dikdas.
Education and Treatment of Childre
Vol. 30, No. 3. Diambil pada tanggal 28 Somantri, N. (2001). Pembaharuan
April 2014, dari Pendidikan IPS. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muniarti, & Muslim, M. (2015).
Pengembangan Bahan Ajar Mata Stahl, E. (2008). Personal Epistemologies:
Kuliah Mekanika Berdasarkan Analisis Research [Online]. Tersedia di
Kompetensi . Jurnal Pendidikan Fisika www//roedu.au/cgi/viewcontent.cgi.
Dan Keilmuan (JPFK), 1(2), 67–73. 2012
Muslich, M. (2010). Text Book Writing. Sukadi. 2005. Pendidikan IPS Yang
Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Powerful Dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jurnal. Jurnal Pendidikan
Pangesti, F. (2012). Pengembangan Bahan
dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
Ajar Pendidikan Berpikir (Kritis Dan
No. 4 TH. XXXVIII Oktober 2005
Kreatif) Berbahasa Indonesia Sma
Melalui Pembellajaran Lintas Mata Sukardi, H. M. 2008. Evaluasi Pendidikan
Pelajaran. Universitas Negeri Malang, Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta:
1–11. Bumi Aksara.
Pannen, Paulina Purwanto. (2001). Sukardi, H. M. 2008. Evaluasi Pendidikan
Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: PAU Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta:
PPAI. Ditjen Dikti. Depdiknas. Bumi Aksara.
Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Sunarya, Yayan. (2005). Pedoman
Direktorat Pembinaan Sekolah penulisan Buku Ajar Kimia Berbasis
Menengah Atas Keterampilan Intelektual. Makalah
disampaikan pada Pelatihan penulisan
Piaget, J. & Inhelder, B. (2010). Psikologi
Buku Ajar progam Studi Pendidikan
Anak (terj.). Yogyakarta: Pustaka
Kimia. FKIP Unsri.
Pelajar.
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif
Jakarta: Dirjen Dikti.
Membuat Bahan Ajar Inovatif:
Menciptakan Metode Pembelajaran Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural.
yang Menarik dan Menyenangkan. Jakarta: Dirjen Dikti.
Yogyakarta: DIVA Press.
Sutarto, A. 2006. “Sekilas Tentang
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Masyarakat Using”. Makalah
Membuat Bahan Ajar Inovatif: Disampaikan Pada Acara Pembekalan
Menciptakan Metode Pembelajaran Jelajah Budaya 2006 Yang
yang Menarik dan Menyenangkan. Diselenggarakan Oleh Balai Kajian
Yogyakarta: DIVA Press. Sejarah Dan Nilai Tradisional
Yogyakarta, Tanggal 7–10 Agustus
Siswoyo, A. A. 2012. Pengembangan
2006, Dari Www.Bpnb-
Perangkat Pembelajaran Matematika
Jogja.Info/Main/Themes/Images/Pdf/
Berbasis Realistic Matematc
Masyarakat_Using.Pdf, Diunduh 01
Education (RME). Tesis Tidak
Juni 2015.
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang Program Pascasarjana Prodi Toffler, A. (1980). The Tirth Wave. London:
Dikdas. Pan Books, Ltd.
Siswoyo, A. A. 2012. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika

Jurnal Pendidikan Indonesia | 124

Anda mungkin juga menyukai