Abstract
Legal aid is a concept of solution for the needs of society over the idiom of “law sharp down,
law blunt up”. The existence of Law Number 16 Year 2011 on the Legal Aid relates to the
law reformation agenda of granting the access to justice and the right to fair trial towards
Indonesian citizens, among others by giving legal assistance.
The method used is normative-empiric, by not only analysing Law Number 16 Year 2011 on the
Legal Aid, but also analyse the implementation of Law on Legal Aid and its role in the legal aid
institution of giving access to justice.
The existence of legal aid institutions are expected to be the new hope in the mid of society
in defending their rights before the law, either non-litigation process or litigation process. It
is undeniable that the negative stigma of society towards the process of access to justice in
Indonesia is very strong and enormous then creates a distrust of Indonesian legal system. The
result of the research is the legal aid institutions have a great role in granting access to justice,
thus they are not only as new hope of society but also the real evidence of justice towards
everyone before the law.
Key words: role, legal aid institution, access to justice
Abstrak
Bantuan hukum merupakan suatu konsep jawaban terhadap adanya kebutuhan masyarakat
atas adagium “hukum tajam ke bawah, hukum tumpul ke atas”. Keberadaan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum tidak lepas dari agenda reformasi hukum yang
memberikan hak bagi warga negaranya untuk mendapatkan keadilan (access to justice) dan
hak untuk mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair trial) diantaranya melalui
pemberian bantuan hukum.
Metode yang dipergunakan adalah normatif-empiris, dimana selain mengkaji peraturan tertulis
yakni Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, juga dikaji terkait
implementasi ketentuan hukum normatif Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum dalam aksinya dalam peristiwa lembaga bantuan hukum dalam access to
justice penyelenggaraan bantuan hukum.
Tujuan dibentuknya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum ini
menjadikan sebuah payung hukum bagi lembaga-lembaga bantuan hukum untuk lebih dapat
bergerak bebas dan leluasa tetapi tetap dalam koridor hukum di dalam memberikan bantuan
hukum pada masyarakat luas khususnya masyarakat yang tergolong masyarakat tidak mampu.
Banyaknya lembaga-lembaga bantuan hukum yang bermunculan sangat diharapkan peran
serta yang nyata agar dapat menjadi asa baru di tengah keputusasaan masyarakat awam dalam
memperjuangkan hak-haknya di mata hukum, baik dalam memperjuangkan permasalahan
hukum yang di hadapi secara non litigasi (di luar pengadilan) maupun secara litigasi (di dalam
pengadilan). Tidak dapat dipungkiri, stigma negatif masyarakat terhadap proses mencari keadilan
di negeri tercinta, Indonesia sangat kuat dan besar sehingga muncul sebuah ketidakpercayaan
terhadap dunia peradilan kita. Oleh sebab itulah diperoleh hasil bahwa lembaga bantuan hukum
memiliki andil yang besar dalam access to justice sehingga tidak hanya dapat menumbuhkan
harapan baru di dalam dunia peradilan tetapi juga menjadi bukti nyata akan keadilan yang sama
bagi siapa pun di muka hukum.
Kata kunci: peranan, lembaga bantuan hukum, access to justice
sebatas pada sisi materiil semata tetapi juga mencakup ketersediaan dana bantuan hukum
berhubungan dengan keterbatasan masyarakat yang dapat diakses oleh para advokat yang
untuk mendapatkan akses terhadap keadilan telah memberikan bantuan hukum bagi
yang notabene merupakan hak mereka. Due rakyat miskin, demikian juga bagi lembaga
process of law (proses hukum yang adil) yang bantuan hukum. Sehingga diharapkan dengan
ada selama ini pada kenyataannya tidak sesuai keberadaan Undang-undang Nomor 16 Tahun
dengan makna istilah itu sendiri. 2011 tentang Bantuan Hukum, lembaga
Sistem rule of law yang menuntut bantuan hukum dalam access to justice dapat
kesamaan kedudukan warga negara di muka memberikan peranan lebih demi terciptanya
hukum ini terkadang kurang diapresiasi oleh penyelenggaraan bantuan hukum di Indonesia.
warga negara sendiri khususnya bagi rakyat
kecil yang tersandung kasus-kasus hukum. Pembahasan
Sebagian besar dari mereka justru lebih Indonesia merupakan negara kepulauan
ikhlas atau rela hak-hak mereka dibuang yang termasuk dalam kategori salah
percuma karena mereka berpendapat bahwa satu negara berpenduduk terbanyak di
memperjuangkan hak-hak mereka dalam dunia setelah Cina, India dan Amerika
kasus hukum justru akan merugikan mereka Serikat. Dengan menjadi salah satu negara
dalam perspektif materi. Hal ini disebabkan berpenduduk terbanyak, nyatanya Indonesia
karena mereka menyaksikan maraknya berita- terdiri dari berbagai golongan, baik golongan
berita yang beredar di berbagai media massa kelas menengah atas, golongan menengah dan
yang menunjukkan bahwa tersandung kasus golongan menengah ke bawah. Pembagian
hukum harus mengeluarkan biaya yang tidak golongan atau stratifikasi sosial sesuai
sedikit dan parahnya lagi bahkan muncul dengan pola yang diberikan oleh stratifikasi
anggapan bahwa hukum itu dapat dibeli. Di Aristoteles dimana stratifikasi ini terdiri dari
sinilah timbul sebuah pertanyaan, sejauh golongan pertama (merupakan kelompok
mana peranan lembaga bantuan hukum dalam terkecil dalam masyarakat, yaitu pengusaha,
access to justice penyelenggaraan bantuan tuan tanah dan bangsawan), golongan kedua
hukum bagi kaum miskin. (merupakan golongan yang cukup banyak
Negara memahami permasalahan ini terdapat di dalam masyarakat. Mereka
dengan dikeluarkannya Undang-undang terdiri dari para pedagang) dan golongan
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum ketiga (merupakan golongan terbanyak
sebagai tindakan nyata dalam melindungi dalam masyarakat yang kebanyakan adalah
persamaan kedudukan warga negaranya di rakyat biasa). Ketimpangan ini, mau tidak
muka hukum. Undang-undang Nomor 16 mau berdampak pula pada adagium hukum
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum ini tajam ke bawah, hukum tumpul ke atas. Hal
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 193
2 Mahrus Ali, Membumikan Hukum Progresif, Cetakan Ke-1, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 6.
194 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 190-206
jasa bantuan hukum dalam kerangka bantuan kasus-kasus hukum. Sebagian besar dari
hukum yang ada di Indonesia. Ditegaskan mereka justru lebih ikhlas atau rela hak-hak
pula bahwa akses terhadap keadilan sebagai mereka dibuang percuma karena mereka
kesempatan atau kemampuan setiap warga berpendapat bahwa memperjuangkan hak-hak
negara tanpa membedakan latar belakangnya mereka dalam kasus hukum justru akan
(ras, agama, keturunan, pendidikan atau merugikan mereka dalam perspektif materi.
tempat lahirnya) untuk memperoleh keadilan Hal ini disebabkan karena mereka menilai,
melalui lembaga peradilan.3 tersandung kasus hukum harus mengeluarkan
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 yang biaya yang tidak sedikit dan parahnya lagi
menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak bahkan muncul anggapan bahwa hukum
terlantar dipelihara oleh negara memiliki itu dapat dibeli. Di sinilah timbul sebuah
makna bahwa kata “dipelihara” tidak hanya pertanyaan, sejauh mana peranan lembaga
diberikan kebutuhan sebatas sandang dan bantuan hukum sebagai access to justice
pangan semata, akan tetapi juga diberikan dalam penyelenggaraan bantuan hukum.
akses pada keadilan berupa pemberian bantuan Konflik atau sengketa yang timbul di
hukum meskipun cuma-cuma. Dengan kata dalam kehidupan bermasyarakat bersumber
lain, dapat dikatakan bahwa prinsip equality dari adanya permasalahan yang disebabkan
before the law selain mengandung makna perbedaan antara das Sollen (yang diinginkan)
persamaan kedudukan di muka huku, oleh dan das Sein (yang terjadi). Di dalam
Rhode diartika sebagai persamaan akses kehidupan bermasyarakat tentunya sangat
terhadap hukum dan keadilan. mendambakan kedamaian yang pasti dapat
Sistem rule of law di Indonesia terlihat terwujud apabila tidak terjadi pertentangan
sekali belum dapat diterapkan dengan baik. kepentingan antar masyarakat, baik antar
Sistem rule of law yang mengharuskan adanya individu satu dengan yang lain maupun
persamaan kedudukan warga negara di depan antar kelompok satu dengan yang lain. Demi
hukum justru menjadi jurang pemisah antara terhindar dari gesekan-gesekan pertentangan
rakyat dengan kaum-kaum yang memiliki uang dan demi mewujudkan kedamaian tersebut,
dan jabatan yang dimana mereka sama-sama masyarakat membutuhkan suatu kaidah atau
berstatus sebagai warga negara. Sistem rule norma yang harus ditaati pula oleh mereka.
of law yang menuntut kesamaan kedudukan Norma hukum sebagai salah satu norma
warga negara di muka hukum ini terkadang yang ada di dalam masyarakat yang berperan
kurang diapresiasi oleh warga negara sendiri untuk mengatur segala tingkah laku manusia
khususnya bagi rakyat kecil yang tersandung disertai dengan ancaman sanksi apabila
3 Djohanjah, Akses Pada Keadilan, Makalah pada Pelatihan HAM Jejaring Komisi Yudisial, Bandung: 30 Juni
- 3 Juli 2010.
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 195
norma ini dilanggar, dibentuk tidak dengan ketika menghadapi kasus hukum. Terlebih
tanpa tujuan. Selain untuk mengatur tingkah lagi, maraknya stigma mahalnya biaya untuk
laku manusia, norma hukum ini bertujuan membayar jasa advokat atau pengacara.
menciptakan suasana aman, damai dan adil. Pengadilan sebagai pelaksana hukum
Tidak dapat dibayangkan apabila pada suatu adalah suatu lembaga yang akan memberikan
masyarakat tidak terdapat norma hukum, keadilan bagi mereka yang mencari keadilan,
maka dapat dipastikan tidak akan terjamin tidak peduli siapapun dan bagaimanapun latar
kemanan, kedamaian dan keadilan pada belakangnya. Namun pada kenyataannya
masyarakat tersebut. hukum sejak semula selalu mengandung
Negara berdasarkan Undang-undang potensi untuk cenderung memberikan
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum keuntungan kepada mereka dari golongan
menjamin hak konstitusional bagi setiap orang yang lebih mampu secara finansial.4
atau warga negaranya untuk mendapatkan Dalam sistem peradilan di Indonesia,
pengakuan, jaminan, perlindungan dan tidak sedikit dari putusan-putusan pengadilan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang justru jauh dari dari harapan masyarakat.
yang sama di hadapan hukum sebagai sarana Ia hanya mengacu pada aturan-aturan
perlindungan hak asasi manusia. formal belaka. Pengadilan yang seharusnya
Dalam prakteknya, penegakan persamaan menjadi tempat untuk menemukan keadilan
di muka hukum sulit tercapai terutama berubah menjadi medan perang untuk
jika yang tersandung kasus hukum adalah mencari kemenangan (to win the case).5 Pada
golongan masyarakat yang tidak mampu atau prinsipnya mekanisme penyelesaian perkara
miskin yang pada umumya tidak mengetahui melalui pengadilan bersifat win lose solution.
hukum (buta hukum). Mereka yang tidak Konsep access to justice terhadap keadilan
mampu bahkan buta hukum ini terkadang tidak semata terbatas pada akses terhadap
tidak mengetahui hak-hak mereka yang advokat ataupun akses terhadap pengadilan,
pada dasarnya sudah diatur dalam undang- tetapi juga akses terhadap Ombudsman
undang karena sebagian besar dari mereka dan lembaga-lembaga “keadilan yang
terpaku dengan anggapan bahwa ketika lain”. Konsep access to justice yang ada di
mereka ingin membela hak-hak mereka, Indonesia bertitik tumpu kepada tujuan yakni
mereka harus mengeluarkan biaya besar yang sistem hukum yang dapat diakses oleh seluruh
mungkin untuk makan saja mereka masih kalangan warga negara serta tujuan bahwa
kesulitan. Hal ini dilatarbelakangi oleh sangat sistem hukum seharusnya dapat menghasilkan
minimnya sosialisasi terkait hak-hak mereka ketentuan atau keputusan yang adil bagi
4 Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas, 2003), hlm. 177.
5 Antonius Sudirman, Hati Nurani Hakim dan Putusannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 53-54.
196 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 190-206
seluruh kalangan warga negara baik individu Rawls di dalam A Theory Of Justice
maupun kelompok.6 memberikan suatu konsep keadilan sosial,
Di dalam konsep access to justice ini dimana keadilan sosial dipandang sebagai
pula, keadilan diartikan sebagai sebuah sebuah instansi pertama, standar dari
keadaan dan proses di mana negara menjamin mana aspek distributif suatu struktur dasar
akan terpenuhinya hak-hak dasar bagi warga masyarakat dinilai.7 Sebuah konsepsi
negaranya yakni hak dasar berdasarkan UUD Rawls ini menetapkan cara penempatan
1956 serta prinsip-prinsip universal hak asasi hak-hak dan kewajiban lembaga-lembaga
manusia dan menjamin akses bagi setiap dasar masyarakat, serta cara menetapkan
warga negara agar dapat memiliki kemampuan pendistribusian yang sesuai dengan berbagai
untuk mengetahui, memahami, menyadari dan nikmat dan beban dari kerjasama sosial.
menggunakan hak-hak dasar tersebut melalui Lebih lanjut, Rawls memberikan konsepsi
lembaga-lembaga formal maupun informal bahwa seluruh kenikmatan primer berupa
yang didukung oleh mekanisme keluhan kemerdekaan dan kesempatan, pendapatan
publik yang baik dan responsif agar diperoleh dan kekayaan serta dasar-dasar kehormatan
manfaat yang optimal dan memperbaiki diri, haruslah dibagikan secara sama.
kualitas kehidupannya sendiri. Unsur-unsur pokok keadilan sosial
Ketidakpahaman kaum masyarakat menurut Rawls mencakup (1) prinsip pokok
tersebut dapat dikatakan melahirkan suatu keadilan sosial adalah equality atau kesamaan;
ketidakadilan sebab negara sendirilah yang yaitu: (2) kesamaan dalam distribusi; atas
menjamin adanya persamaan di muka hukum. (3) nikmat-nikmat primer (primary goods);
Untuk menghapus ketidakadilan yang menodai namun (4) ketidaksamaan (inequalities)
asas persamaan di muka hukum maka peranan dapat ditoleransi sejauh menguntungkan
lembaga bantuan hukum sangat dibutuhkan semua pihak. Oleh sebab itulah, terbukti
bahkan telah diatur dalam Undang-undang bahwa konsepsi teori keadilan Rawls pada
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan intinya meliputi aspek kesamaan (equality)
Hukum dimana dalam Undang-undang Nomor dan ketidaksamaan (inequality). Dengan
16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum didasarkan pada konsepsi keadilan sosial
di sini juga menjadikan lembaga bantuan Rawls ini dapat mengakibatkan apabila terjadi
hukum sebagai suatu access to justice bagi suatu ketidaksamaan dapat saja ditoleransi
masyarakat yang tidak mampu bahkan bagi apabila dapat menguntungkan semua pihak
masyarakat yang buta hukum. terutama golongan tertinggal.
6 Cappelletti, Mauro and Bryant Garth (Eds), Access To Justice: Book I, Supra Note 1, pp.1-7.
7 Rawls, John. A Theory Of Justice (Teori Keadilan), Cetakan Ke-2, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 9.
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 197
8 Muhammad Erwin, Filasafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Cetakan Ke-II, (Jakarta: Rajawali Pres,
2012), hlm. 132.
9 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Cetakan Ke-VII, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 53.
10 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, (Bandung: Refika Aditama, 2006),
hlm. 76-77.
11 Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar ke Filsafat Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 52.
198 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 190-206
yang tidak mengerti hukum. Melalui gerakan bahwa kritik terhadap hukum selalu mengarah
bantuan hukum kita harus merebut Hak Asasi pada ketidakmampuannya sebagai alat untuk
Manusia rakyat miskin yang telah cukup mengatur perubahan dan untuk mengusahakan
lama ditawan orang-orang kaya, meski harus tercapainya keadilan.12
disadari bahwa bantuan hukum saja tidak Di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
cukup. undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
Seiring dengan perkembangan zaman, Negara Indonesia adalah negara hukum.
masyarakat semakin meragukan kapasitas dan Negara hukum menjamin persamaan di
kapabilitas para penegak hukum dan lembaga hadapan hukum, mengakui serta melindungi
peradilan di Indonesia, khususnya bagi kaum hak asasi manusia. Oleh sebab itu, seluruh
miskin. Maraknya perkara-perkara besar yang warga Indonesia memiliki hak untuk dapat
mencuat di muka umum, yang melibatkan diperlakukan sama di depan hukum (equality
before the law). Persamaan bagi warga negara
petinggi petinggi negara dan orang-orang
di hadapan hukum ini harus disertai dengan
penting dalam proses berperkaranya di tengah
persamaan perlakuan (equal treatment).13 Oleh
jalan seolah lenyap ditelan bumi. Terlebih
sebab itu, kita perlu merombak struktur yang
lagi, etika para penegak hukum yang sangat
jelas tidak adil dan menggantikannya dengan
tidak patut dilakukan oleh seorang penegak
pola hubungan yang lebih adil.14
hukum. Banyak ditemukan para penegak
Berbicara tentang hakim dan putusan
hukum yang rela mempertaruhkan tugas
hakim di Indonesia, tidak bisa dilepaskan
mulianya dengan nominal sejumlah uang.
dari pembicaraan keadilan. Akses terhadap
Hal-hal semacam inilah yang tidak dapat
suatu keadilan merupakan salah satu bentuk
dihindarkan yang menyebabkan munculnya
pengejawantahan dari prinsip negara hukum
pesimisme masyarakat terhadap keadilan di
dan pengakuan hak asasi manusia sebagaimana
negeri ini karena para penegak hukum yang
dijamin dalam Undang-undang Dasar Negara
tidak beretika.
Republik Indonesia Tahun 1945. Hak-hak
Aparat penegak hukum dituntut untuk
dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh
menjalankan tugasnya sesuai dengan apa
warga negara Indonesia diharapkan dapat
yang dikatakan dalam undang-undang. Teori menjadi suatu kesatuan yang bertujuan untuk
ini sebenarnya mendapatkan banyak kritik mewujudkan Indonesia yang adil sesuai sila
dari para ahli hukum, diantaranya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
oleh Nonet dan Selznick yang berpendapat Konsep access to justice sendiri memiliki
12 R.B. Soemanto, Hukum dan Sosiologi Hukum, Pemikiran, Teori dan Masalah, (Solo: UNS Press, 2008), hlm.
145-146.
13 Moh. Irsyad Thamrin dan Moh. Farid, Panduan Bantuan Hukum Bagi Para Legal, (Yogyakarta: LBH
Yogyakarta, 2010), hlm. 107.
14 Abdul Khakim dan Mulyana W, Beberapa Pemikiran mengenai Bantuan Hukum (Ke arah Bantuan Hukum
Struktural), (Bandung: Alumni, 1981), hlm.13.
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 199
dasar yang harus dapat diakses oleh semua menanggulangi kemiskinan sesungguhnya
kalangan dan harus menghasilkan suatu merupakan upaya adanya afirmatif action16
ketentuan yang adil bagi semua kalangan. terhadap kelompok-kelompok rentan,
Konsep access to justice mengutamakan terutama kaum miskin atau kaum yang tidak
gagasan pokok demi tercapainya suatu mampu. Berbagai upaya dilakukan agar dapat
keadilan (social justice) bagi warga negara tercapainya suatu jaminan terhadap keadilan,
dari semua kalangan 15
tanpa terkecuali. salah satunya yaitu dengan cara pemulihan
Pengecualian ini dimaksudkan bahwa access hukum (legal remedies) serta pemulihan
to justice tidak memandang perbedaan peradilan (justice remedies). Jaminan
latar belakang, baik ras, agama, keturunan, terhadap suatu access to justice di Indonesia
pendidikan warga negara Indonesia dalam terkandung dalam pasal-pasal terkait hak
hal warga negara Indonesia mencari letak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar
keadilan melalui lembaga peradilan. Seluruh
1945, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
warga negara Indonesia memiliki kesempatan
tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang
dan/atau kemampuan yang sama di dalam
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak Ekonomi,
mendapatkan access to justice. Meskipun
Sosial dan Budaya serta Undang-undang
pada akhirnya arti dari kata adil terkadang
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Hak Sipil dan
sulit diaplikasikan pada kehidupan nyata.
Politik dan Undang-undang Nomor 16 Tahun
Konsep access to justice juga berfokus pada
2011 tentang Bantuan Hukum.
tujuan dasar dari keberadaan suatu sistem
Secara garis besar pada umumnya
hukum, yaitu dimana:
permasalahan hukum yang banyak dialami
a. sistem hukum haruslah dapat diakses oleh
oleh kaum atau golongan tidak mampu
seluruh kalangan warga negara Indonesia
adalah tidak terpenuhinya hak-hak dasar
tanpa terkecuali;
mereka di berbagai bidang. Setidaknya ada
b. sistem hukum haruslah dapat
empat permasalahan pokok akses terhadap
menghasilkan suatu ketentuan maupun
hak ekonomi, sosial dan budaya yang salah
keputusan yang dapat dirasakan adil
satunya yaitu berkembangnya pandangan
bagi seluruh kalangan warga negara
Indonesia (baik secara individual maupun yang menyatakan bahwa hak ekonomi,
Secara terminologis, konsep access to tidak justiciable (tidak bisa dituntut secara
justice memiliki sebuah tujuan keadilan sosial hukum di pengadilan). Secara instrumentalis
(social justice) serta dapat mencegah dan jaminan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
15 Sadiawati, Diani dan Mas Acmad Santosa, Strategi Nasional Akses Terhadap Keadilan. Cetakan Ke-1, (Jakarta:
Bappenas, 2009), hlm. 1.
16 Kelompok Kerja Akses Terhadap Keadilan, Strategi Nasional Akses Terhadap Keadilan. (Jakarta: BAPPENAS
Direktorat Hukum dan HAM, 2009), hlm. 5-6.
200 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 190-206
17 Sri Palupi, Problem dan Tantangan dalam Akses Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Dalam Prasetyohadi dan
Savitri Wisnuwardhani, ed., Penegakan Hak Asasi Manusia dalam 10 Tahun Reformasi. (Jakarta: Komnas
HAM, 2008), hlm. 102-103.
18 Buyung Adnan, Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 107-108.
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 201
Bantuan hukum melalui jalur litigasi untuk didampingi oleh penasihat hukum,
merupakan mekanisme penyelesaian perkara ia telah menolak sejak awal. Barulah ketika
melalui jalur pengadilan dengan menggunakan masuk di dalam proses persidangan dan
pendekatan hukum (law approach) melalui ternyata ancaman hukumannya lebih dari
aparat atau lembaga penegak hukum yang 5 tahun, kemudian oleh Majelis Hakim
berwenang sesuai dengan aturan perundang- pemeriksa perkara memberikan haknya untuk
undangan.19 Sedangkan bantuan hukum non dapat didampingi oleh penasihat hukum,
litigasi merupakan mekanisme penyelesaian terdakwa tersebut ini menerima untuk
di luar eprsidangan, tetapi menggunakan didampingi penasihat hukum. Ini bersifat
mekanisme yang hidup dalam masyarakat penunjukkan dari pihak pengadilan terhadap
yang bentuk dan macamnya sangat bervariasi, penasihat hukum si terdakwa. biasanya
seperti cara musyawarah, perdamaian, penasihat hukum yang ditunjuk adalah
kekeluargaan, penyelesaian adat dan lain-lain. penasihat hukum yang berasal dari lembaga
Bantuan hukum litigasi atau bantuan bantuan hukum yang telah bekerja sama
hukum dengan jalur persidangan sebenarnya dengan pihak pengadilan dengan program Pos
diharapkan menjadi sebuah upaya the last Bantuan Hukum (POSBAKUM). Atau dapat
resort atau ultimum remidium yakni upaya saja, ketika ada satu atau beberapa orang
terakhir yang dapat dilakukan ketika upaya lembaga bantuan hukum yang sedang bertugas
penyelesaian secara damai dan kekeluargaan piket, yang sedang bertugas piket inilah yang
tidak berhasil. Pada perkara pidana, bantuan langsung ditunjuk sebagai penasihat hukum
hukum litigasi ini diberikan ketika ancaman terdakwa.
pidana terdakwa lebih dari 5 tahun penjara. Pemberian bantuan hukum pada jalur
Ini merupakan bentuk jaminan pemberian litigasi, khususnya pada perkara pidana bersifat
hak-hak bagi terdakwa yang telah diakomodir mendampingi, bukan mewakili. Artinya,
oleh undang-undang dan bahkan pada tingkat selama proses persidangan berlangsung, pihak
penyidikan pun telah diberikan hak untuk lembaga bantuan hukum hanya mendampingi
dapat didampingi oleh penasihat hukum. pemberi kuasa dan pemberi kuasa wajib
Pemberian hak ini diakomodir oleh Kitab hadir pada setiap persidangan. Sedangkan
Undang-undang Hukum Acara Pidana pemberian bantuan hukum pada jalur litigasi
(KUHAP) Pasal 56 ayat (1). pada perkara perdata, lebih bersifat mewakili
Di dalam praktek, terkadang seorang dan/atau mendampingi. Artinya, selama
terdakwa sejak masih berstatus sebagai proses persidangan berlangsung, pihak
tersangka ketika diinformasikan akan haknya lembaga bantuan hukum dapat mewakili
19 Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Yogyakarta: Gama Media, 2008),
hlm. 13.
202 ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 190-206
dan/atau mendampingi pemberi kuasa dan mereka berhak mendapatkan bantuan hukum
pemberi kuasa tidak wajib hadir pada setiap pada wilayah non litigasi. Hal ini disebabkan
agenda persidangan. minimnya pengetahuan mereka terhadap
Pemberian bantuan hukum litigasi hak-hak mereka dan juga dikarenakan
khususnya dalam perkara perdata inilah yang minimnya sosialisasi terhadap mereka akan
dapat mematahkan anggapan masyarakat hak-hak mereka ini.
bahwa memiliki perkara perdata pada tingkat Maraknya bermunculan berbagai lembaga
pengadilan itu rumit, karena sesuai hukum bantuan hukum yang tergabung dalam
acara yang berlaku para pihak yang berperkara sebuah wadah Organisasi Bantuan Hukum
harus membuat berkas (pada agenda jawab diharapkan dapat berperan maksimal di dalam
jinawab) walaupun dapat saja disampaikan menjalankan amanat Undang-undang Nomor
secara lisan. Namun, ketika masyarakat telah 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
menguasakan perkaranya pada lembaga Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 ini
bantuan hukum, seluruh berkas akan dibuat dapat pula dikatakan sebagai era revolusi
oleh lembaga bantuan hukum yang bertindak access to justice bagi masyarakat miskin
sebagai kuasa hukumnya. Meskipun tetap sebab melalui Undang-undang Nomor 16
tidak dapat dipungkiri, berperkara melalui Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum inilah
jalur litigasi memang membutuhkan waktu hak-hak masyarakat miskin khususnya hak
yang panjang karena dilakukan sesuai dengan akan bantuan hukum dapat lebih terjamin dan
prosedur hukum acara yang berlaku, menguras tersalurkan kepada mereka.
tenaga dan juga pikiran. Di samping dengan hadirnya Undang-
Prosedur atau mekanisme permohonan undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
bantuan hukum ini pun sangat mudah, yaitu Hukum membawa dampak positif, akan tetapi
hanya dengan melampirkan surat keterangan undang-undang ini juga memiliki sisi negatif.
tidak mampu yang dapat diurus sendiri oleh Artinya, terdapat pasal di dalam undang-
masyarakat yang tidak mampu dari tingkat undang ini yang dirasa menjadi kelemahan
RT, RW hingga tingkat kecamatan. Surat tersendiri. Pasal yang dimaksud yaitu Pasal
keterangan tidak mampu ini sebagai bukti 8 ayat (1), (2) huruf a, b. Pasal ini mengatur
nyata bahwa yang bersangkutan memang tentang persyaratan yang dipenuhi oleh
benar termasuk masyarakat yang tidak lemabga bantuan hukum agar dapat menjadi
mampu. Pemberi Bantuan Hukum. Persyaratan ini
Pada prakteknya, masyarakat awam dapat saja menghambat proses access to justice
mengetahui pemberian bantuan hukum hanya bagi kaum yang tidak mampu sebab masih
diberikan terhadap perkara litigasi saja. banyak ditemui lembaga-lembaga bantuan
Masyarakat awam tidak mengetahui bahwa hukum yang belum berbadan hukum, belum
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 203
apa yang harus diambil di kemudian hari. Dampak dari pemberian bantuan hukum ini
Proses penyelesaian suatu perkara sebagai perwujudan dari access to justice dan
dengan jalur pemberian bantuan hukum justice for all.
litigasi alangkah lebih baik apabila dijadikan Ruang lingkup dalam pemberian
sebagai suatu alternatif penyelesaian bantuan hukum ini lebih tepat disasarkan
terakhir, sehingga upaya-upaya penyelesaian bagi masyarakat yang kurang mampu karena
melalui jalur non litigasi akan dapat lebih sebagian besar dari mereka terkadang tidak
dimaksimalkan lagi. Inilah yang seharusnya mengetahui bahwa mereka memiliki hak yang
menjadi sebuah catatan penting bagi lembaga- sama di muka hukum. Dalam penyaluran
lembaga bantuan hukum yang ada. Lembaga- bantuan hukum ini diperlukan peranan besar
lembaga bantuan hukum diharapkan dapat dari pemerintah agar tercapai pemerataan
mengadvokasi masyarakat bahwa pemberian dalam menyalurkan bantuan hukum bagi
bantuan hukum merupakan upaya terakhir. masyarakat terutama bagi masyarakat yang
Dengan demikian, diharapkan keberadaan tidak mampu.
lembaga bantuan hukum dapat berperan serta Lembaga bantuan hukum berperan
sebagai salah satu wadah access to justice yaitu besar dalam access to justice bagi masyarakat
wadah bantuan hukum baik bantuan hukum di yang tidak mampu karena berperan besar dalam
dalam persidangan (litigasi) maupun bantuan memberikan solusi dari tingkat konsultasi,
hukum di luar persidangan (non litigasi), di tingkat pendampingan bagi masyarakat di
beberapa pengadilan pada akhirnya dapat luar pengadilan (non-litigasi) hingga tingkat
membantu masyarakat khususnya masyarakat pendampingan bagi masyarakat di tingkat
yang tidak mampu. pengadilan (litigasi). Dengan adanya peranan
lembaga bantuan hukum ini diharapkan dapat
Simpulan berperan serta dalam tercapainya fungsi
Bantuan hukum merupakan hak asasi bantuan hukum, pemerataan dana bantuan
setiap orang yang sedang tersandung kasus hukum, pemerataan siapa saja yang berhak
hukum sebagai suatu sarana dalam membela mendapatkan dana bantuan hukum dan turut
hak-hak konstitusional setiap orang dan serta dalam mewujudkan lembaga hukum
merupakan suatu jaminan atas persamaan sebagai access to justice.
di muka hukum (equality before the law). DAFTAR PUSTAKA
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan dan Kedudukan Lembaga Bantuan ... 205
Buku