Anda di halaman 1dari 27

KAJIAN DAMPAK EKONOMI

PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Oleh : Tumpal Sihaloho1 dan Naufa Muna2

ABSTRACT

The purpose of this study was to identify problems in the economic area and to
analyze the impact of the establishment of Special Economic Zones (SEZ) on the
growth of investment, trade and labor. This study used a qualitative descriptive analysis
of the legal and institutional aspects, infrastructure and planning, as well as incentives
and financing. This study also used the Incremental Capital Output Ratio analysis
(ICOR), Output Ratio Incremental Labour (ILOR) and the Location Quotient (LQ) to
12 (twelve) areas that suggest themselves into KEK: Sumatera Utara, Riau, South
Sumatera, Banten, West Java, Central Java, East Java, West Kalimantan, Central
Kalimantan, East Kalimantan, South Sulawesi and Central Sulawesi. The results
showed that the common problems faced by the economic area is the provision of
incentives that are not in accordance with the conditions of the region, and the lack
of consistency between the rules that become the foundation and establishment of
economic zones and the supporting regulations. From this study it is known that West
Java and Banten region has the potential economic impact that relatively better than
other regions.

PENDAHULUAN langsung mempengaruhi keuntungan


Terdapat sejumlah faktor yang neto atas biaya resiko jangka panjang dari
mempengaruhi kondusifitas iklim kegiatan investasi, dan hak milik mulai
berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor dari tanah sampai kontrak. Berdasarkan
tersebut menyangkut stabilitas politik laporan Bank Dunia tahun 2005 Indonesia
dan sosial, stabilitas ekonomi, kondisi termasuk salah satu negara yang paling
infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi mahal, baik dalam arti biaya maupun
dan prasarana jalan dan pelabuhan), jumlah hari dalam pengurusan ijin bisnis.
berfungsinya sektor pembiayaan dan Untuk mengurus semua perijinan usaha,
pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu seorang pengusaha memerlukan sekitar
perburuhan), regulasi dan perpajakan, 151 hari, dan besarnya biaya yang
birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diperlukan sekitar 125,6 persen dari
diciptakan), masalah good governance, pendapatan per kapita di Indonesia.
konsistensi dan kepastian dalam kebijakan Untuk meningkatkan investasi
pemerintah yang langsung maupun tidak langsung di Indonesia, diperlukan

1
Staf Pengkaji, Puslitbang Iklim Usaha Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Jl. M.I Ridwan Rais
No. 5 Jakarta 10110, Telp: 021-23528684, Email: tumpal_bppip@hotmail.com
2
Staf Pelaksana, Puslitbang Iklim Usaha Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Jl. M.I Ridwan Rais
No. 5 Jakarta 10110, Telp: 021-23528684, Email: naufa@yahoo.com

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 75


perubahan iklim investasi. Dibandingkan Indonesia dalam hal: (1) peningkatan
dengan negara ASEAN lainnya, investasi; (2) penyerapan tenaga kerja;
khususnya yang memiliki struktur ekonomi (3) penerimaan devisa; (4) keunggulan
yang relatif sama seperti Thailand, kompetitif produk ekspor; (5) meningkatkan
Philippina, Vietnam dan Malaysia, iklim pemanfaatan sumberdaya lokal,
investasi di Indonesia masih tertinggal pelayanan, dan kapital bagi peningkatan
dalam hal menarik minat para investor. ekspor; dan (6) mendorong terjadinya
Sekalipun demikian, peringkat Indonesia peningkatan kualitas SDM melalui
mengenai iklim investasi cenderung transfer of technology. Tujuan-tujuan
mengalami perbaikan dari peringkat 135 tersebut, sejalan dengan visi pemerintah
dari 175 negara pada tahun 2007 menjadi untuk meningkatkan perekonomian
peringkat 123 dari 178 negara pada tahun dan pemerataan secara nasional dan
2008 (Doing Business 2008-World Bank menciptakan fundamental ekonomi yang
Report). kuat, baik secara makro maupun secara
Pembangunan Kawasan Ekonomi mikro.
Khusus (KEK) merupakan salah satu Saat ini, di Indonesia telah ber-
strategi Indonesia dalam mendorong operasi berbagai kawasan ekonomi
investasi dan meningkatkan daya saing antara lain: Kawasan Pengembangan
Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan
kebijakan yang mencakup penetapan Berikat (KB), Kawasan Perdagangan
kriteria pokok pemilihan lokasi suatu Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)
daerah yang memenuhi persyaratan dan Kawasan Industri (KI). Sekalipun
pembangunan KEK; menyetujui demikian, pengembangan kawasan
kebijakan-kebijakan yang diperlukan tersebut belum memberikan hasil yang
oleh kawasan-kawasan itu; dan yang optimal dan masih terdapat berbagai
paling penting adalah untuk menyediakan kendala dalam implementasinya. Untuk
pelayanan investasi dan kelembagaan itu, pemerintah akan mengembangkan
yang memiliki standar internasional. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
Pemberian insentif antara lain dengan mengedepankan berbagai
dilakukan dengan cara pembebasan PPN fasilitas yang menarik minat lebih banyak
dan PPnBM untuk produk yang diekspor penanam modal untuk berusaha di
kembali dengan prosedur yang sederhana, berbagai wilayah di Indonesia.
fasilitas visa dan ijin kerja tenaga asing Pembentukan KEK diharapkan akan
yang sederhana. Yang terpenting adalah mampu meningkatkan investasi atau
proses pelayanan investasi dimana usaha yang mendorong pertumbuhan
investor dapat memperoleh seluruh ekonomi, yang berdampak pada
perijinan dan kebutuhan dokumentasi peningkatan lapangan pekerjaan dan
serta penyelesaian masalah-masalah penurunan tingkat kemiskinan. Secara
yang mereka hadapi melalui pelayanan nasional, tujuan yang ingin dicapai
satu atap dalam waktu singkat. Selain meliputi pemerataan ekonomi, terutama
itu, pembentukan kawasan-kawasan dari sudut pandang pendapatan, dan daya
ekonomi khusus dibeberapa wilayah saing produk nasional. Sesuai dengan
diharapkan membawa keuntungan bagi konsep pembentukan kawasan ekonomi

76 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


khusus, dibutuhkan persiapan yang Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat,
menyeluruh serta komitmen dari seluruh Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
yang berkepentingan dalam mendukung Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
pelaksanaan kegiatan di dalam kawasan Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
tersebut. Persiapan yang meliputi Tengah.
kebijakan dan kelembagaan, insentif dan
pembiayaan serta dukungan infrastruktur KONSE P KAWASAN EKONO M I
yang sesuai dengan tata ruang wilayah. KHUSUS (KEK)
KEK dengan demikian menjadi sangat Kawasan Ekonomi Khusus adalah
penting dalam peningkatan investasi kawasan tertentu dimana diberlakukan
asing di Indonesia. Masalah tersebut ketentuan khusus di bidang kepabeanan,
merupakan hal penting dalam artikel ini, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan
yang bertujuan untuk 1) mengidentifikasi ketenagakerjaan. Maksud pengembangan
permasalahan pada kawasan ekonomi KEK adalah untuk memberi peluang bagi
yang ada dan 2) melakukan analisis peningkatan investasi melalui penyiapan
dampak pembentukan KEK terhadap kawasan yang memiliki keunggulan
pertumbuhan investasi, perdagangan dan dan siap menampung kegiatan industri,
tenaga kerja. ekspor-impor serta kegiatan ekonomi
Adapun ruang lingkup dari kajian ini yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
adalah aspek tata ruang dan infrastruktur, Berdasarkan pengertian di atas
aspek insentif dan pembiayaan, dan
maka dapat diketahui bahwa tujuan
aspek Kelembagaan dan Hukum. Daerah
pengembangan Kawasan Ekonomi
yang menjadi lokasi survei dalam kajian
Khusus antara lain adalah: membantu
ini adalah 4 daerah di Indonesia yaitu
atau mendukung perekonomian
Medan (Propinsi Sumatera Utara),
lokal, menciptakan lapangan kerja,
Propinsi Banten, Pontianak (Propinsi
memperbaiki struktur industri di lokasi
Kalimantan Barat) dan Makasar (Propinsi
Sulawesi Selatan). tersebut, meningkatkan ekspor dan
Metode analisis yang digunakan meningkatkan cadangan devisa.
adalah analisis deskriptif kualitatif Untuk itu maka pendekatan kawasan
dari aspek hukum dan kelembagaan, untuk pengembangan investasi harus
infrastruktur dan tata ruang, serta bercirikan pada: 1) “Reasonable”: Layak
insentif dan pembiayaan untuk melihat secara ekonomi, sosial dan politik,
permasalahan pada kawasan ekonomi. 2) “Sustainable”: Berorientasi jangka
Analisis deskriptif kualitatif juga digunakan panjang, dan 3) “Measurable”: Jelas
untuk menentukan dampak ekonomi dalam instrumen dan target.
potensial kawasan ekonomi khusus. Adapun kriteria pokok pemilihan
Selain analisis deskriptif, kajian ini juga lokasi KEK yang ditentukan oleh Tim
menggunakan analisis Incremental Nasional KEK adalah 1) Komitmen
Capital Output Ratio (ICOR), Incremental Pemerintah Daerah, 2) Rencana Tata
Labour Output Ratio (ILOR) dan Location Ruang, 3) Aksesibilitas, 4) Infrastruktur,
Quotient (LQ) terhadap 12 (dua belas) 5) Lahan, 6) Tenaga kerja, 7) Industri
daerah yang mengusulkan diri menjadi Pendukung, 8) Geoposisi, 9) Dampak
KEK yaitu: Sumatera Utara, Riau, Lingkungan, 10) Batas Wilayah.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 77


Tabel 1. Perbandingan Kawasan Ekonomi Khusus dengan Kawasan Lainnya

78 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


PERMASALAHAN KAWASAN NON- - Ijin Angka Pengenal Importir Ter-
KEK batas (APIT) dari Departemen Per-
1. Kawasan Berikat (KB) dagangan
Tujuan yang ingin dicapai dengan - Ijin Usaha Industri (IUI) dari Departemen
pembentukan KB adalah peningkatan Perindustrian
efisiensi dengan mendekatkan per- - Surat Keterangan Asal (SKA) dari
sediaan bahan baku bagi kebutuhan Departemen Perdagangan
industri dalam negeri yang tepat waktu, - Ijin Kerja Tenaga Kerja Asing (IKTA)
serta tersedianya sarana promosi dari Depnaker
untuk mendukung pemasarannya - IMB dan HO dari Pemerintah Daerah
yang pada akhirnya diharapkan dapat setempat
meningkatkan daya saing produk ekspor - Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
di pasar global. Identifikasi permasalahan Asing (RPTKA) dari Departemen
terutama dikaitkan dengan hukum dan Tenaga Kerja.
kelembagaan, insentif dan pembiayaan - Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari
serta infrastruktur dan tata ruang pada Pemda setempat.
KB. Hasil identifikasi masalah tersebut
adalah sebagai berikut: Berlakunya undang-undang tentang
a) Hukum dan Kelembagaan pemerintah daerah ( UU No. 22 Tahun
Beberapa Masalah pada KB yang 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 dan
terkait dengan aspek hukum dan kelem- peraturan pelalaksanaannya), mendorong
bagaan adalah sebagai berikut : terjadinya perubahan kewenangan
perijinan di Kawasan Berikat tersebut.
1. Pelayanan perijinan satu atap di Pada saat ini, Kawasan Berikat tidak
KB tidak berjalan sebagaimana lagi menjadi daerah yang terbebas dari
mestinya setelah otonomi daerah. intervensi aparat Pemerintah Daerah.
Pada awalnya, sesuai dengan pasal Untuk itu investor harus berhadapan
9 ayat 1 PP Nomor 22 tahun 1986 tentang dengan petugas Ditjen imigrasi, petugas
Kawasan Berikat dinyatakan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
“perijinan yang diperlukan di Kawasan BAPEDALDA, BKPMD, dan lain-lain
Berikat diselenggarakan dengan sistem dalam mengurus perijinan usahanya.
one stop service melalui pelimpahan Tentu hal ini membawa konsekuensi waktu
wewenang dari instansi terkait kepada dan biaya yang makin besar yang harus
pengelola Kawasan Berikat yaitu PT ditanggung oleh PDKB yang berlokasi
KBN dan untuk Kawasan Industri swasta diluar KBN. Sementara itu, khusus untuk
perijinan ini diselenggarakan oleh PT perijinan di bidang ketenagakerjaan,
Persero Pengelola Kawasan Berikat kewenangannya ditarik kembali oleh
Indonesia (PT. PKBI)”. Perijinan tersebut Departemen Tenaga Kerja.
meliputi: Ijin persetujuan penanaman
modal (PMA/PMDN) dari BKPM sesuai 2. Masih adanya perbedaan persepsi
pelimpahan kewenangan dari Ketua mengenai KB
Badan Koordinasi Penanaman Modal di Kurangnya pemahaman berbagai
dalam Kawasan Berikat yang meliputi: pihak terkait akan keberadaan dan fungsi
- Daftar Induk Barang Modal (Master KB menyebabkan munculnya intervensi
list) dari BKPM melalui berbagai peraturan daerah yang

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 79


diterapkan di Kawasan Berikat. Sebagai Kepala Kantor Bea dan Cukai tentang
contoh, Pemerintah daerah DKI Jakarta beroperasinya PDKB dimaksud”.
memberlakukan Perda No. 2 Tahun 2004 Petugas Ditjen Bea dan Cukai tidak
tentang Pajak Reklame atas setiap papan akan melayani PDKB sebelum ada
merk perusahaan di Kawasan Berikat. Surat Pemberitahuan Beroperasinya
PDKB dari Dirjen Bea dan Cukai kepada
3. Mudahnya mendirikan Kawasan Kepala Kantor Pelayanan Bea dan
Berikat di luar Kawasan Industri Cukai setempat. Dengan demikian,
Berikat. Surat Pemberitahuan tersebut menjadi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah semacam “Surat Ijin Operasi” karena
Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat sebelum ada surat tersebut, belum
Penimbunan Berikat Pasal 1 ayat 2 dapat dilayani (sumber: hasil wawancara
menyebutkan bahwa “Kawasan Berikat dengan investor).
adalah suatu bangunan, tempat atau Dalam pelaksanaannya, terbitnya
kawasan dengan batas-batas tertentu surat pemberitahuan dari Dirjen Bea dan
yang di dalamnya dilakukan kegiatan Cukai kepada Kantor Pelayanan Bea
usaha industri pengolahan barang dan Cukai tersebut tidak ada standar
dan bahan, kegiatan rancang bangun, (kepastian) waktu, sangat tergantung
perekayasaan, penyotiran, pemeriksaan pada “pendekatan” yang dilakukan oleh
awal, pemeriksaan akhir dan pengepakan PDKB yang bersangkutan. Selain itu,
atas barang dan bahan asal impor pada dasarnya Surat Pemberitahuan
atau barang dan bahan dari dalam dari Bea cukai tersebut tidak diperlukan
Daerah Pabean Indonesia Lainnya yang karena kewajiban investor hanya
hasilnya terutama untuk tujuan ekspor”. “memberitahukan” kepada Bea cukai
Berdasarkan pengertian tersebut maka dan tidak memerlukan jawaban, karena
Kawasan Berikat tidak harus berbentuk sifatnya pemberitahuan. Adanya
kawasan industri dengan batas-batas interpretasi yang berlebihan oleh Bea
tertentu tetapi dapat berbentuk satu Cukai ini menimbulkan “ketidakpastian”,
bangunan tertentu dan tidak harus ditambah tidak jelasnya berapa lama
berlokasi di kawasan industri. Surat Pemberitahuan Ditjen Bea dan
Cukai yang menjadi semacam “Surat
4. Persetujuan PDKB diklasifikasikan Ijin Operasi” akan diterbitkan, dapat
sebagai ijin operasi oleh Bea dan menghambat program dan jadwal
Cukai yang telah disepakati investor dengan
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan pembeli luar negeri yang pada akhirnya
Nomor 291 tahun 1997 Pasal 5 ayat (1) menyebabkan menurunnya kepercayaan
dinyatakan bahwa “pengusaha yang telah kepada investor di KB.
mendapatkan persetujuan PDKB atau
persetujuan berusaha di KB dari PKB 5. Status PDKB atas bangunan yang
wajib memberitahukan kepada Dirjen Bea disewa investor menyebabkan bangu-
dan Cukai melalui PKB dalam waktu 14 nan tidak bisa segera dioperasikan
hari sebelum memulai berkegiatannya”. apabila investor penyewa bangunan
Sesuai Pasal 5 ayat (2) SK Menkeu 291 menghentikan kegiatannya.
tahun 1997 dinyatakan bahwa “Dirjen Sesuai dengan Keputusan Menteri
Bea dan Cukai memberitahukan kepada Keuangan No. 291 tahun 1997 Pasal 5

80 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


ayat (2) dinyatakan bahwa “Dirjen Bea yang semata-mata dipakai oleh PKB
dan Cukai memberitahukan kepada termasuk PKB merangkap sebagai
Kepala Kantor Bea dan Cukai tentang PDKB diberikan penangguhan Bea
beroperasinya PDKB dimaksud”. Mauk (BM), tidak dipungut Pajak
Pemberian ijin PDKB ini juga melekat Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
pada nama perusahaan/PDKB yang Penjualan atas Barang Mewah
menyewa bangunan di kawasan (PPnBM) dan Pajak Penghasilan
berikat. Bila perusahaan menghentikan (PPh) Pasal 22 Impor.
kegiatannya, perusahaan/PDKB tersebut - Atas impor barang modal dan
wajib untuk mengurus pencabutan ijin peralatan pabrik yang berhubungan
PDKB dari Dirjen Bea dan Cukai. Selama langsung dengan kegiatan produksi
ijin pencabutan dari Bea dan Cukai PDKB yang semata-mata dipakai di
belum diterbitkan, gedung bangunan ex PDKB diberikan penangguhan BM,
investor tersebut belum dapat disewakan tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh
kepada investor/perusahaan/PDKB Pasal 22 Impor.
baru. Hal ini mengakibatkan pengelola - Atas impor barang dan/atau bahan
kawasan mengalami kerugian dari tidak untuk diolah di PDKB diberikan
dapat disewakannya bangunan selama penanguhan BM, pembebasan Cukai,
jangka waktu tertentu (selama ini dapat tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh
mencapai 4 bulan). Pasal 22 Impor.
- Atas pemasukan BKP dari DPIL ke
6. Adanya duplikasi kewenangan PDKB untuk diolah lebih lanjut, tidak
perijinan di Batam dipungut PPN dan PPnBM.
Untuk kawasan Berikat di Batam, - Atas pengiriman barang hasil produksi
ketidakjelasan wewenang antara Otorita PDKB dan PDKB lainnya untuk diolah
Batam, Pemerintah Kota dan Pemerintah lebih lanjut, tidak dipungut PPN dan
Daerah menyebabkan ketidakjelasan PPnBM.
pembagian wewenang dalam perijinan. - Atas pengeluaran barang dan/atau
Selain itu pelayanan terpadu satu pintu bahan dari PDKB ke perusahaan
belum berjalan efektif. industri di DPIL atau PDKB lainnya
dalam rangka subkontrak, tidak
b) Insentif dan Pembiayaan dipungut PPN dan PPnBM.
Sesuai dengan penjelasan PP No. 33 - Atas penyerahan kembali BKP hasil
Tahun 1996, fasilitas yang diberikan pada pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha
Kawasan Berikat adalah: 1) Penangguhan Kena Pajak di DPIL atau PDKB
Bea Masuk, 2) Pembebasan Cukai, dan lainnya kepada pengusaha Kena
3) Tidak dipungut PPN, Pajak Penjualan Pajak PDKB asal, tidak dipungut PPN
Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak dan PPnBM.
penghasilan PPh Pasal 22. Selanjutnya - Atas peminjaman mesin dan/atau
dalam Keputusan Menteri Keuangan peralatan pabrik dalam rangka
No. 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan subkontrak dari PDKB kepada
Berikat dijelaskan lebih lanjut mengenai perusahaan industri di DPIL atau
fasilitas tersebut, sebagai berikut: PDKB lainnya dan pengembaliannya
- Atas impor barang modal atau ke PDKB asal, tidak dipungut PPN
peralatan dan peralatan perkantoran dan PPnBM.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 81


- Atas pemasukan BKC dari DPIL Sesuai Keputusan Dirjen Pajak
ke PDKB untuk diolah lebih lanjut, Nomor Kep 176/P/2000 Pasal 2
diberikan pembebasan Cukai. menyebutkan bahwa jasa perawatan
- Penyerahan barang hasil olahan mesin dan peralatan tergolong jenis
produsen pengguna fasilitas Bapeksta jasa yang dikenakan PPN. Selanjutnya
Keuangan dari DPIL untuk diolah dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.
lebih lanjut oleh PDKB diberikan SE-26/PJ.53/2003 menyatakan bahwa
perlakuan perpajakan yang sama pengenaan PPN atas penyerahan jasa
dengan perlakuan terhadap barang kena pajak dari dan ke KB termasuk jasa
yang diekspor. maklon dan jasa sub-kontrak.
- Pengeluaran barang dari KB yang Jasa makloon dan jasa perawatan
ditujukan kepada orang yang mem- spare part merupakan rangkaian proses
peroleh fasilitas pembebasn atau produksi perusahaan-perusahaan di KB,
penangguhan BM, Cukai dan Pajak pada kenyataannya PPN ini di bebankan
dalam rangka impor, diberikan pem- kepada pemilik barang (investor).
bebasan BM, pembebasan Cukai, Pengenaan PPN terhadap jasa tersebut
tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh juga bertentangan dengan ketentuan
Pasal 22 Impor. PP No. 33 Tahun 1996 Pasal 2 yang
Meskipun demikian, dalam praktek- menyatakan bahwa “barang atau bahan
nya investor di Kawasan Berikat meng- yang dimasukkan ke Tempat Penim-
hadapi masalah sebagai berikut: bunan Berikat diberkan failitas berupa
penangguhan bea masuk, pembebasan
1. Pengenaan PPN atas pembelian cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM dan
barang modal asal Daerah Pabean
PPh pasal 22”.
Indonesia Lainnya (Dalam Negeri)
Sesuai ketentuan pasal 2 ayat (2)
3. Pengenaan PPN atas Jasa Sub
PP No. 33 Tahun 1996 dinyatakan bahwa
Kontrak International
“atas penyerahan barang kena pajak
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen
dalam negeri ke Tempat Penimbunan
Pajak No. SE-26/PJ.53/2003 dinyatakan
Berikat diberikan fasilitas berupa tidak
bahwa pengenaan PPN atas penyerahan
dipungut PPN dan PPnBM”, ternyata
jasa kena pajak dari dan ke KB termasuk
didalam praktek ketentuan ini tidak
jasa sub-kontrak. Ketentuan ini dirasa
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini
dapat dilihat dengan dikeluarkannya SK memberatkan investor karena hampir
Dirjen Bea dan Cukai No. 431/BC/2001 seluruh kegiatan yang dilaksanakan
yang menetapkan adanya pengenaan merupakan pesanan dengan spesifikasi,
PPN atas barang modal dan peralatan merek, yang sudah ditentukan oleh buyer.
pabrik yang berhubungan langsung Selain itu, hal tersebut tidak sejalan
dengan kegiatan PDKB yang berasal dengan pemberian fasilitas tidak dipungut
dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya PPN atas barang yang dimasukan
(DPIL). kedalam Kawasan Berikat.

2. Pengenaan PPN atas jasa kena pajak 4. Perbedaan Pengertian/Persepsi


makloon (jasa jahit, pencucian dan mengenai Barang Modal Antara
pencelupan) serta jasa perawatan Petugas Bea dan Cukai dengan
Spare Part. Investor

82 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Sesuai Keputusan Menteri Ke- 2. Kawasan Perdagangan Bebas dan
uangan no. 291/KMK.051997 pasal 14 Pelabuhan Bebas (KPBPB)
ayat (b) dinyatakan bahwa atas impor Tu j u a n y a n g i n g i n d i c a p a i
barang modal atau peralatan pabrik yang dengan pembentukan KPBPB
berhubungan langsung dengan kegiatan adalah memaksimalkan pelaksanaan
produksi PDKB yang semata-mata dipakai pengembangan serta menjamin kegiatan
oleh PDKB diberikan penangguhan BM, usaha di  bidang perekonomian yang
tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh meliputi perdagangan, maritim, industri,
pasal 22 impor. Dalam prakteknya, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan
sering terjadi perbedaan persepsi antara bidang-bidang lainnya dalam kawasan
investor (PDKB) dengan petugas Bea yang pada akhirnya diharapkan dapat
dan Cukai mengenai pengertian barang meningkatkan daya saing produk ekspor
modal yang langsung atau tidak langsung di pasar global. Identifikasi permasalahan,
berkaitan dengan proses produksi. Hal ini terutama yang terkait dengan hukum dan
pada akhirnya sangat merugikan investor kelembagaan, insentif dan pembiayaan
karena dapat menimbulkan “moral serta infrastruktur dan tata ruang pada
hazard”, dan investor harus membayar KPBPB dapat dilihat di bawah ini.
bea masuk dan pajak-pajak lainnya atas
impor barang modal yang langsung a) Hukum dan Kelembagaan
berkaitan dengan proses produksi di 1. Tidak ada konsistensi kebijakan
dalam Kawasan Berikat. dalam pelaksanaan peraturan
c) Infrastruktur dan Tata Ruang yang berlaku, contohnya PP
1. Untuk kawasan berikat di No. 63 tahun 2004; tidak ada
Batam, ketidakjelasan wewe- pemeriksaan untuk barang DPIL
nang antara Otorita Batam tetapi pada kenyataannya ada
dan Pemerintah Daerah pemeriksanaan oleh oknum Bea
menyebabkan ketidakjelasan dan Cukai.
pembagian wewenang dalam 2. Surat Edaran Dirjen Bea dan
pemeliharaan infrastruktur. Cukai No SE-21/BC/2006
2. Untuk kawasan berikat di daerah tertanggal 31 Mei 2006
lain, masalah infrastruktur bertentangan dengan UU No.
juga masih perlu diperhatikan 10/1995 dan PMK No. 60/2005
karena infrastruktur jalan darat 3. PMK No. 60/PMK.04/05 belum
di Kawasan Berikat umumnya mengakomodir kegiatan
rusak. perusahaan perminyakan.
3. Kawasan Berikat, berdasarkan 4. UU No. 22 tahun 2001 tentang
PP No 26/2008, umumnya migas bertentangan dengan
berada di lokasi Pusat Kegiatan Juklak Kepabeanan. Perusahaan
nasional (PKN), karena sesuai minyak dan penunjangnya,
dengan kriteria pertama dari khususnya barang bersifat
PKN yaitu: kawasan perkotaan impor sementara/.sewa dan
yang berfungsi atau berpotensi barang yang dikembalikan atau
sebagai simpul utama kegiatan dalam perbaikan.
ekspor-impor atau pintu gerbang 5. Kurangnya koordinasi antara
menuju kawasan internasional. instansi terkait di Batam dan di

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 83


luar Batam sehubungan dengan 2. Setelah otonomi daerah, izin
PMK No. 60/PMK.04/2005 penggunaan tanah tidak lagi
terkait SEZ. hanya diurus kepada Otorita
6. Status barang-barang tran- Batam tetapi juga pemerintah
shipment berkaitan dengan daerah.
UU No. 10 tahun 1995 yang 3. Sertifikat dari BPN hanya
menyatakan bahwa barang dapat dikeluarkan setelah ada
yang masuk ke kawasan pabean pengesahan dari pemerintah
sudah dikategorikan sebagai daerah.
barang impor. 4. K e t i d a k j e l a s a n m e n g e n a i
7. Perda tentang pungutan genset, lembaga mana (Otorita
penerangan jalan dan lalu lintas Batam ataukah Pemerintah
menambah biaya berusaha. Daerah Kota Batam) yang
8. Pembagian tugas yang tidak bertanggungjawab untuk
jelas antara Otorita Batam pemeliharaan jalan. Sehingga
dan Pemerintah Daerah Kota kondisi jalan kurang bagus dan
Batam. berpengaruh terhadap ekspor
9. Status KPBPB untuk daerah terutama sektor minyak dan gas
Batam dalam operasionalnya bumi.
masih mengacu pada status 5. Tidak semua kawasan memiliki
Batam sebagai Kawasan ketersediaan listrik yang cukup
Berikat. dan listrik sering mati tanpa
10. Belum berfungsinya Badan pemberitahuan.
Pengusahaan Kawasan sebagai 6. Monopoli dalam penyediaan
Pengelola KPBPB di Batam. air.
11. Tumpang tindihnya di dalam 7. Pengawasan terhadap prak-
penerbitan perijinan usaha. tek penyelundupan harus
ditingkatkan.
b) Insentif dan Pembiayaan
1. Pencabutan fasilitas bebas PPN 3. Kawasan Pengembangan
dan PPnBM di Batam sejak Ekonomi Terpadu (KAPET)
2003 dan ketidakpastian tentang Tujuan yang ingin dicapai
cakupan pengenaan PPN dan dengan pembentukan KAPET
pengenaan PPN dan PPnBM adalah Pengembangan pusat-pusat
dianggap telah mengurangi pertumbuhan sebagai penggerak
daya tarik investasi. pembangunan di wilayah sekitarnya
2. Insentif yang sudah ada masih yang pada akhirnya diharapkan
kurang menarik. dapat pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya dengan memacu
c) Infrastruktur dan Tata Ruang pertumbuhan ekonomi di Kawasan
1. Kerancuan dalam penetapan Timur Indonesia. Hasil identifikasi
peruntukan lahan serta masalah tersebut dapat dilihat di
terbengkalainya pengadaan bawah ini.
berbagai fasilitas publik dan a) Hukum dan Kelembagaan
pembangunan ekonomi. 1. Keppres 150/2000 tidak

84 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


mengatur kedudukan KAPET ke lembaga-lembaga terkait
dalam kebijakan nasional- untuk perizinan, dan lain
propinsi-kabupaten/ kota. sebagainya.
2. Keppres 150/2000 tidak 6. Keppres 150/2000 tidak
menjelaskan batas/spot mengatur pembagian
wilayah yang dikelola urusan, tanggung jawab dan
terkait dengan pembagian kewenangan pengelolaan di
urusan, tanggung jawab dan pusat-propinsi-kabupaten/
kewenangan pusat-propinsi- kota
kabupaten/kota. 7. Keppres 150/2000 tidak
3. Keppres 150/2000 tidak menjelaskan instansi leading
menjelaskan kebijakan yang koordinasi pengelolaan
mengintegrasikan pengem- KAPET di pusat-propinsi-
bangan KAPET dengan kabupaten/kota.
daerah tertinggal dalam suatu 8. Keppres 150/2000 tidak
wilayah pengembangan menjelaskan urusan, tang-
ekonomi terpadu. gung jawab dan kewenangan
4. Kurangnya komitmen Badan antara pemerintah dan
Pengembangan (Bapeng) pelaku usaha.
KAPET dalam mendukung 9. Koordinasi antar sektor dan
implementasi. Hal ini bisa realisasi dukungan sektor
dilihat belum ada hasil dalam Bapeng KAPET
rumusan dan penetapan untuk mendorong dan
kebijakan strategi nasional mempercepat masuknya
pembangunan KAPET. investasi dunia usaha di
5. Masalah pada Badan wilayah KAPET masih
Pengelola (BP) KAPET sangat terbatas.
adalah kewenangannya 10. Beberapa wilayah KAPET
yang terbatas. BP KAPET tidak diturunkan dari Kawa-
tidak memiliki kewenangan san Andalan sehingga
dan keleluasaan untuk berbagai prasyarat dasar
mengambil keputusan belum terpenuhi dan sangat
terkait dengan pelaksanaan berpengaruh terhadap
kebijakan pengembangan kesiapan wilayah untuk
kawasan, karena Keppres dikembangkan (KAPET DAS
150 tahun 2000 menyebutkan KAKAB, Batui, Bukari, Bima
BP KAPET hanya sebagai dan Mbay).
pemberi pertimbangan teknis 11. Sumber Daya Manusia BP
kepada Pemda (Propinsi/ KAPET sangat beragam dan
Kabupaten/Kota). BP belum sepenuhnya mampu
KAPET lebih banyak menjadi mendorong peran KAPET
lembaga pemasaran KAPET. sebagai prime mover dalam
Jika ada investor yang ingin pengembangan wilayah
berinvestasi di KAPET, BP sekitarnya.
KAPET harus menanyakan

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 85


12. Beberapa jabatan pada infrastruktur. Dengan kata
beberapa BP KAPET belum lain, insentif kepabeanan
terisi, antara lain pada tingkat ini tidak menjadi perhatian
Wakil Ketua dan Direktur. utama investor.
Standar gaji/honorarium 4. Keppres 150/2000 atau
pimpinan/staf BP KAPET peraturan turunannya
dinilai kurang memadai tidak memberi penjelasan
untuk dapat menjalankan bagaimana mekanisme
tugas-tugas BP KAPET. pembiayaan pengembangan
13. Te r d a p a t p e r b e d a a n KAPET.
kebijakan sebelum dan 5. Dikarenakan KAPET pada
sesudah otonomi daerah. UU No. 26/2007 dimasukkan
sebagai Kawasan strategis
b) Insentif dan Pembiayaan nasional bidang ekonomi,
1. Te r d a p a t i n k o n s i s t e n s i sesuai dengan PP No.
insentif akibat adanya 26/2008 lampiran XI,
perubahan peraturan disebutkan bahwa sumber
perpajakan beberapa kali. pendanaan untuk revitalisasi/
2. Insentif fiskal bagi KAPET rehabilitasi kawasan dan
(sesuai dengan PP No pengembangan/peningkatan
147/2000) kurang menarik. kualitas kawasan adalah
Insentif pada PP No. dari APBN, APBD, Investasi
147/2000 sama dengan Swasta dan/atau kerjasama
insentif untuk daerah lainnya pendanaan. Namun tidak
di luar KAPET, sehingga dijelaskan bagaimana meka-
PP No 147/2000 tidak nisme pembagian wewenang
mampu menjadi selling point pembiayaan tersebut.
untuk menarik investasi di 6. Peran KAPET sebagai
KAPET. gate-way bagi masuknya
3. KMK No 11/2001 memberikan aliran investasi belum dapat
kebijakan bea masuk kepada diwujudkan secara optimal,
pengusaha industri sehingga dan masih memerlukan
tarif bea masuk menjadi 5% sepenuhnya dukungan kebi-
atas impor mesin yang terkait jakan yang bersifat afirmative
dengan keperluan produksi action dari pemerintah.
(tetapi bukan merupakan 7. Pengembangan investasi
suku cadang atau komponen) di wilayah KAPET, belum
dalam jangka waktu tertentu. membentuk pola siklus
Kebijakan ini dianggap cukup produksi dari hulu hingga hilir,
mendukung pengembangan dan belum menjadi bagian
industri pengolahan, tetapi dari jaringan pemasaran
di lokasi KAPET umumnya regional, nasional maupun
industri penngolahan internasional, yang didukung
belum berkembang, yang dengan sistem infrastruktur
disebabkan oleh minimnya dan transportasi yang

86 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


terintegrasi. dengan cepat, tepat, tertib dan teratur
8. Pembiayaan dalam pengem- yang pada akhirnya diharapkan dapat
bangan peluang investasi mempercepat pertumbuhan industri
di KAPET masih belum di daerah, memberikan kemudahan
memadai sehingga perlu bagi kegiatan industri, mendorong
upaya memobilisasi sumber kegiatan industri untuk berlokasi di
pendanaan dari berbagai Kawasan Industri, meningkatkan upaya
sumber. pembangunan industri yang berwawasan
lingkungan. Identifikasi permasalahan,
c) Infrastruktur dan Tata Ruang terutama yang terkait dengan hukum dan
1. Ketidaktersediaan dan/atau kelembagaan, insentif dan pembiayaan
kurang layaknya infrastruktur serta infrastruktur dan tata ruang dapat
dalam KAPET dianggap dilihat di bawah ini.
sebagai masal ah yan g a) Hukum dan Kelembagaan
paling banyak dihadapi oleh Perlu pengaturan yang jelas dan
KAPET. rinci mengenai instansi yang terkait,
2. UU No 26/2007 tentang tugas dan tanggung jawabnya dalam
penataan ruang mem- pengembangan kawasan industri.
bawa perubahan dalam b) Insentif dan Pembiayaan
pembangunan wilayah 1. Te r d a p a t b e r b a g a i P e r d a
perbatasan, yaitu ditetapkan yang kurang menguntungkan
sebagai Pusat Kegiatan bagi pengusaha di kawasan
Strategis Nasional industri, seperti Perda mengenai
(PKSN) dan berorientasi pungutan genset, penerangan
pembangunan ekonomi. Hal jalan dan lalu lintas menambah
ini berdampak positif, yaitu biaya berusaha.
mempercepat pembangunan 2. Para pelaku usaha mengeluhkan
KAPET yang sebagian pengenaan pajak yang ditetapkan
besar wilayahnya di wilayah pemerintah atas kawasan
tertinggal/perbatasan. industri. Pemerintah sampai
3. P o t e n s i d a n p e l u a n g saat ini masih memberlakukan
investasi KAPET masih peraturan perpajakan yang dinilai
belum diketahui secara luas mengurangi gairah tumbuhnya
dan akurat oleh pelaku usaha industri di kawasan itu,
dan stakeholder lainnya, contohnya dalam pemanfaatan
sehingga perlu dilakukan tanah yang melebihi nominal
upaya pengembangan tek- Rp 1 miliar akan tekena pajak
nologi informasi yang terkait 20 persen. Padahal biasanya
dengan pengembangan hanya 10 persen.
investasi. 3. Disamping pajak, pemerintah
juga dinilai tidak memberikan
4. Kawasan Industri (KI) insentif yang memadai diban-
Tujuan yang ingin dicapai dengan dingkan negara lain yang
pembentukan KI adalah agar sasaran memiliki kawasan industri
pembangunan industri dapat dicapai maju.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 87


c) Infrastruktur dan Tata Ruang 3. Masalah keamanan di kawasan
1. Beberapa kawasan industri industri, khususnya tindakan
belum memiliki fasilitas warga yang dilatarbelakangi
pengolahan limbah yang baik praktik-praktik premanisme,
sehingga menimbulkan dampak seperti ketidaktertiban kuli
negatif bagi lingkungan. bongkar dan persaingan antara
2. Sarana infrastruktur masih warga asli dan pendatang
sangat tidak memadai. memperebutkan limbah pabrik.

KESIAPAN DAERAH SURVEI BERDASARKAN PERSYARATAN PEMBENTUKAN KEK


Tabel 2. Kawasan Bojonegara, Propinsi Banten

88 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Tabel 3. Kawasan Labuan Angin, Propinsi Sumatera Utara

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 89


Tabel 4. Kawasan Maminasata, Propinsi Sulawesi Selatan

90 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Tabel 5. Kawasan PALSA, KIS, BDC Entikong, Propinsi Kalimantan Barat

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 91


ANALISA POTENSI EKONOMI DAERAH milyar rupiah berada di wilayah Jawa
PENGUSUL KEK Timur. Distribusi penanaman modal
Sampai tahun 2007 tingkat masih terkonsentrasi di wilayah barat
penanaman modal tertinggi diantara Indonesia (3 daerah tingkat penanaman
kawasan pengusul KEK adalah Jawa modal terbesar terletak di Pulau Jawa
Tengah dengan kecenderungan sebesar sementara 3 daerah penanaman
11,52%. Sementara daerah dengan nilai modal terkecil terletak di wilayah timur
penamanan modal terbesar sekitar 50 Indonesia).

Tabel 6. Pembentukan Modal Tetap Bruto Daerah Pengusul KEK (Juta Rupiah)

Sumber : BPS berbagai daerah

Dari tabel di bawah dapat dilihat terutama Sulawesi Selatan dan Sulawesi
bahwa Pulau Jawa merupakan wilayah Tengah, memiliki tingkat pendapatan
dengan pendapatan domestik terbesar. daerah yang rendah.
Sementara wilayah timur Indonesia,

Tabel 7. PDRB Daerah Pengusul KEK (Juta Rupiah)

Sumber : BPS berbagai daerah

92 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Data ICOR beberapa daerah konsep ICOR lebih didasarkan kepada
pengusul KEK menunjukkan bahwa nilai produksi, dimana untuk wilayah
efektifitas dari penanaman modal di Pulau Jawa dan Sumatera telah
lebih banyak terjadi di wilayah Pulau terlebih dahulu mengembangkan industri
Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Untuk secara menyeluruh, terutama industri
pulau Jawa dan Sumatera, hal ini tentu pengolahan. Sementara itu, wilayah
disebabkan oleh ketersediaan infrastruktur Indonesia tengah dan timur lebih banyak
yang sangat memadai dan didukung tergantung kepada produk alam, dengan
dengan ketersediaan tenaga kerja yang nilai yang lebih rendah daripada produk
berlimpah di kedua pulau tersebut. industri. Selain itu, produktifitasnya
Namun demikian, perlu dicermati bahwa sangat tergantung pada alam.

Tabel 8. ICOR Daerah Pengusul KEK

Sumber : Hasil pengolahan dari data BPS berbagai daerah

Berdasarkan Tabel 9, Propinsi Riau manufaktur, sedangkan wilayah lainnya


memiliki nilai LQ tertinggi di sektor berpotensi di sektor pertanian. Angka-
pertambangan, sedangkan propinsi angka ini adalah angka tertinggi pada
Banten dan Jabar mempunyai LQ masing-masing daerah.
yang cukup tinggi untuk sektor industri
Tabel 9. LQ Daerah Pengusul KEK

Sumber : Hasil pengolahan dari data BPS berbagai daerah

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 93


Sesuai dengan tujuan pembentukan Peningkatan penduduk berpendapatan
KEK, pemerintah akan memberikan akan mendorong kegiatan ekonomi
insentif kepada dunia usaha yang akan lainnya di dalam negeri (secara tidak
menanamkan modalnya di kawasan langsung akan mendorong kegiatan
tersebut. Penawaran insentif yang utama konsumsi ekonomi di sektor lain). Hal ini
dari pemerintah adalah insentif fiskal menunjukkan bahwa KEK dapat menjadi
berupa berbagai pembebasan pungutan lokomotif penggerak ekonomi nasional.
pajak dan cukai. Hal ini tentu akan Meskipun demikian, pemerintah tidak
mengurangi potensi pendapatan fiskal pula kehilangan sepenuhnya potensi
pemerintah, dan harus mendapatkan fiskal yang dimilikinya, karena pemerintah
kompensasi ekonomi makro secara masih bisa meningkatkan pendapatannya
nasional. melalui pungutan atas pajak penghasilan
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan, dan pengenaan PPN untuk
sejalan dengan efektifitas insentif sebagian barang yang akan dijual di dalam
pemerintah terhadap peningkatan negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus
jumlah penanaman modal, pemerintah memperhitungkan dengan seksama,
mengharapkan terjadinya peningkatan efektifitas dari insentif dan pembiayaan
produksi dari dunia usaha, yang akan yang diberikan kepada pengusaha dalam
meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan rangka KEK. Kesempatan kerja yang
bagi masyarakat. Di tingkat regional, hal didapatkan oleh daerah diilustrasikan
ini akan meningkatkan pemerataan dengan menggunakan konsep ILOR
kesempatan ekonomi di daerah. (Incremental Labor Output Ratio).

Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja di 12 Propinsi Lokasi Pengusul KEK

Sumber : BPS berbagai daerah dan CIC

Dari data-data di atas dapat diketahui terkonsentrasi di wilayah Jawa, terutama


bahwa jumlah tenaga kerja yang ada di wilayah Jawa Barat, Tengah dan Timur.
berbanding lurus dengan kegiatan Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh
produksi di daerah yang bersangkutan. data PDRB daerah, didukung dengan
Hal ini terlihat bahwa jumlah tenaga kondisi industri yang sudah mapan di
kerja dan pertumbuhannya terbesar daerah tersebut.

94 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Tabel 11. Hasil Perhitungan ILOR di Daerah Penelitian

Sumber : Hasil pengolahan dari data BPS berbagai daerah

Berdasarkan data tenaga kerja, ekonomi menggunakan ICOR, ILOR dan


dengan menghitung ILOR dari masing- LQ menunjukkan kedua daerah tersebut
masing daerah penelitian dan tingkat relatif lebih baik dibandingkan daerah
PDRB, maka dampak positif yang pengusul lainnya. Namun demikian, hal
dihasilkan oleh pembentukan KEK akan ini harus didukung oleh hal-hal sebagai
lebih banyak dirasakan oleh wilayah berikut: 1) pembentukan landasan hukum
di Pulau Jawa dikarenakan memiliki sebagai kepastian berinvestasi di daerah,
struktur industri yang sudah mapan. 2) pengembangan infrastruktur yang
Meskipun demikian, terdapat peluang telah ada, agar lebih terintegrasi, 3)
yang besar bagi daerah-daerah lain peningkatan dukungan logistik terutama
untuk dikembangkan menjadi KEK. pergudangan bagi pengembangan
Berdasarkan penghitungan, daerah lain kegiatan ekonomi di dalam kawasan,
seperti Sumatera Utara dan Sulawesi 4) percepatan pembentukan pelayanan
Selatan memiliki potensi yang tidak terpadu satu pintu guna memberikan
kalah besar dengan daerah-daerah di keudahan untuk perizinan usaha,
Pulau Jawa. Oleh sebab itu, pemerintah ketenagakerjaan dan imigrasi.
perlu mempertimbangkan potensi
pengembangan KEK di daerah tersebut, POTENSI DAMPAK PEMBENTUKAN
disamping potensi lain seperti peningkatan KAWASAN EKONOMI KHUSUS
pertumbuhan ekonomi daerah, sesuai Daerah terlihat sangat antusias
dengan hasil penghitungan ICOR. untuk membentuk kawasan ekonomi
Berdasarkan hasil perhitungan khusus. Sampai saat ini saja terdapat
potensi ekonomi dengan menggunakan dua belas daerah yang mengajukan diri,
ICOR, ILOR dan LQ bahwa dari 12 dan masing-masing daerah memiliki
(dua belas) daerah pengusul KEK, justifikasi yang kuat untuk mengusulkan
daerah yang memiliki potensi ekonomi daerah masing-masing. KEK diyakini
untuk dikembangkan sebagai Kawasan mampu memacu laju pertumbuhan
Ekonomi Khusus adalah Banten dan ekonomi daerah yang didorong oleh
Jawa Barat. Hasil perhitungan potensi kegiatan liberalisasi perdagangan dan

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 95


investasi, terciptanya kesempatan mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kerja baru sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari adanya KEK.
pengangguran, meningkatnya daya Berdasarkan analisis yang telah
beli dan pada akhirnya meningkatkan dilakukan pada sub bab sebelumnya,
kesejahteraan masyarakat. Pembentukan maka secara keseluruhan dampak dari
KEK tidak hanya memberikan man- pembentukan KEK dapat dilihat pada
faat, akan tetapi daerah juga perlu gambar-gambar di bawah ini.

Dampak Positif

Langsung Tidak Langsung

1. Peningkatan Cadangan Devisa 1. Penciptaan Lapangan Kerja


2. Penciptaan Lapangan Kerja 2. Peningkatan Investasi
3. Peningkatan Keahlian 3. Pengaruh Keahlian
4. Peningkatan Penanaman Modal Asing 4. Pengaruh Teknologi
5. Transfer Teknologi

1. Pertumbuhan Industri
2. Diversifikasi Produksi
3. Pembangunan SDM
4. Penciptaan Pendapatan Pemerintah

Terhitung : static : Pendapatan, Tak Terhitung : dampak langsung


Ekspor, Nilai tambah neto, Inv., lap. ker., dan tidak langsung lainnya
Dynamic : Pert. Pedapatab

Gambar 1. Dampak Positif KEK Secara Umum

96 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


Gambar 2. Dampak Positif - Kontribusi KEK Terhadap Pertumbuhan
Industri/Diversifikasi Secara Kualitatif

Gambar 3. Dampak Positif - Kontribusi KEK Terhadap Pembangunan


Manusia dan Pengentasan Kemiskinan Secara Kualitatif

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 97


KEK akan bekerja dengan baik sementara biaya-biaya sosial atau
bilamana ditopang oleh kestabilan kesejahteraan akibat pengembangan
ekonomi makro, lokasi geografis yang KEK adalah biaya yang tidak dapat
strategis, terutama terkait dengan pasar dihitung. Contoh biaya pengembangan
ekspor, skema insentif yang kompetitif, KEK adalah:
manajemen kawasan yang efektif dan 1) Biaya Pembangunan KEK: Dana
efisien, jaringan infrastruktur yang Awal membutuhkan dukungan
berkualitas, keterkaitan yang erat dengan pemerintah,
perekonomian domestik dan peningkatan 2) Kemungkinan Kehilangan Pen-
kemampuan teknologi. Dalam tataran dapatan (Pajak dan insentif lainnya),
makro ekonomi kegagalan pembentukan dan
KEK dapat dilihat dari relatif kecilnya 3) Biaya Operasional KEK.
sumbangan devisa yang diperoleh dari Sementara contoh biaya kesejah-
kegiatan ekspor impor. Hal yang juga teraan atau biaya sosial akibat pengem-
penting yaitu bilamana pembentukan bangan KEK adalah:
KEK tidak mampu untuk meningkatkan 1) Transfer sumber daya dari wilayah
nilai tambah industri dan membangun di dalam negeri ke KEK tanpa nilai
keterkaitan kedepan dan kebelakang tambah bagi kegiatan ekonomi
(backward and forward linkages) dengan (relokasi dan efek substitusi),
industri domestik khususnya skala 2) Akuisisi lahan tanpa penggantian
menengah dan kecil termasuk koperasi. yang sesuai (masalah sosial),
Dengan demikian biaya yang telah 3) Hilangnya lahan pertanian,
dikorbankan seperti insentif pajak, bea 4) Penyalahgunaan lahan untuk
masuk dan pembangunan infrastruktur permukiman, dan
menjadi sia-sia sebagaimana telah 5) Kemungkinan disparitas ekonomi
terjadi selama ini dengan pembangunan regional (terasa dalam jangka
kawasan ekonomi seperti KAPET dan panjang, oleh karena itu KEK harus
kawasan industri di berbagai daerah. menjamin pengembangan industri
Dalam konteks daerah, kegagalan sekitar).
KEK akan berdampak pada terjadinya Implementasi pembentukan KEK
ketidakstabilan perekonomian. Hal ini pada dasarnya juga sangat ditentukan
dapat dilihat dari arus migrasi penduduk oleh kesiapan daerah dari sisi kemampuan
yang tinggi ke lokasi KEK melebihi untuk menjalankan pemerintahan yaang
kapasitas pertumbuhan sektor industri baik (good governance) dengan dukungan
yang akan menambah permasalahan kelembagaan yang handal. Kriteria
baru terutama dari sisi bertambahnya ini sangat penting dalam menyeleksi
angka pengangguran, semakin tingginya kesiapan daerah. Prinsip pengelolaan
kesenjangan pendapatan dan akan KEK harus dilakukan dengan orientasi
memperbesar permasalahan sosial yang bisnis dan manajemen yang handal.
dihadapi oleh suatu daerah. Jika lebih Di Negara China dan Korea, produksi
diperinci dampak negatif atau biaya- KEK umumnya industri manufaktur
biaya yang harus dikeluarkan akibat (termasuk repackaging), namun usulan
pembentukan KEK terdiri dari biaya pengembangan KEK di berbagai daerah
yang dapat dihitung dan biaya yang tidak justru lebih banyak mengandalkan
dapat dihitung. Biaya pengembangan sektor pertanian. KEK untuk pengolahan
KEK adalah biaya yang dapat dihitung, sektor pertanian adalah sesuatu yang

98 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


tidak biasa. Jika KEK Indonesia ingin - Waspadai biaya pembangunan KEK
melakukan terobosan dengan sektor melalui dana pemerintah pusat dan
pertanian, beberapa pertanyaan harus daerah yang lebih besar dari manfaat
dijawab antara lain adalah: yang bisa diperoleh (dalam kurun
1) Komoditas spesifik seperti apa yang waktu tertentu).
ada pada daerah lokasi KEK? Untuk mendapatkan semua manfaat
2) Investor dari mana yang kemungkinan KEK, pemerintah harus memperhatikan
akan berminat untuk berinvestasi di beberapa hal yang menjadi tantangan/
lokasi KEK tersebut? dan hambatan institusi. Beberapa tantangan
3) Jika substansi yang penting adalah atau hambatan tersebut adalah:
agar investor bisa mengolah produksi 1. Seringkali kebijakan pemerintah
hasil pertanian dan pemerintah pusat pusat dalam kebijakan ekspor tidak
memperoleh devisa dan penyerapan selaras dengan kebijakan pemerintah
tenaga kerja di daerah, mengapa daerah. Untuk mengatasi hal ini
harus dengan skema KEK? Apakah diperlukan sosialisasi yang terus-
tujuan tersebut bisa dicapai dengan menerus dan berkesinambungan.
menggunakan model selain KEK? 2. Domain pemerintah pusat akan lebih
Perlu dicermati bahwa kunci penting besar karena peranan imigrasi, bea
keberlanjutan KEK yang akan ditetapkan cukai, aspek pertahanan keamanan,
adalah perencanaan yang tersistem dan lain-lain. Untuk itu perlu lebih
dan konsisten. Perencanaan ini juga diperjelas apa insentif yang bisa
mencakup adanya blue print pemerintah diperoleh daerah sehingga memberi
daerah, skema pembiayaan, dan motivasi bagi daerah untuk serius
penjelasan mengenai upaya-upaya untuk mengembangkan KEK.
mencapai scale of economies produksi. 3. Perlu dicermati bahwa berbagai kele-
Hal lain yang juga perlu diperhatikan mahan terhadap kekurang berhasilan
adalah keinginan berbagai pihak atas kawasan khusus yang selama
untuk menjadikan pelabuhan tertentu ini telah ada.
menjadi pelabuhan hub seringkali tidak Berdasarkan pengalaman pengem-
memperhatikan economies of scale bangan KEK di beberapa negara dan
sehingga lebih merupakan suatu wishful perkembangan pembahasan KEK di
thinking. Indonesia, kunci sukses dari penerapan
Berdasarkan hasil analisis, konsep KEK adalah ketersediaan infrastruktur
pembentukan KEK yang lebih realistik yang terintegrasi dan pemberian insentif
adalah: fiskal kepada dunia usaha. Kendala yang
- Upaya pembangunan daerah untuk harus ditangani adalah usaha untuk
meningkatkan ekspor tidak selalu ha- mematangkan Undang-Undang KEK,
rus melalui mekanisme KEK karena termasuk aspek sistem insentif di daerah.
KEK punya ciri khusus yang khas. Kendala utama yang menyebabkan ku-
- KEK pengolahan hasil pertanian rang optimalnya pengembangan wilayah
adalah sesuatu yang masih diuji strategis untuk mendukung terciptanya
keberhasilannya, oleh karena itu KEK adalah:
harus dijelaskan secara lebih spesifik. 1. Kurang optimalnya pemahaman
Terutama apakah bisa menjawab sumber daya manusia, baik peme-
pertanyaan-pertanyaan yang telah rintah daerah maupun masya-rakat
disebutkan diatas. pelaku pengembangan kawa-san,

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 99


dalam mengembangkan wilayah- kawasan; dan 3) Fasilitas PPN/PnBM
wilayah strategis dan cepat tumbuh, tidak dipungut atas impor barang modal
serta mengembangkan keterkaitan atau peralatan untuk pembangunan/
antara kawasan pusat pertumbuhan konstruksi/perluasan Kawasan. Meskipun
dengan kawasan tertinggal; demikian, Berbagai permasalahan yang
2. Terbatasnya infrastruktur pendukung dihadapi oleh kawasan ekonomi tersebut
yang membuka akses antara umumnya adalah:
pusat pertumbuhan wilayah atau - Pemberian insentif yang tidak sesuai
pasar dengan wilayah pendukung dengan kondisi wilayah
sekitarnya; - Kurangnya konsistensi antara per-
3. Belum tertatanya sistem kelem- aturan-peraturan yang menjadi lan-
bagaan dan manajemen yang belum dasan berdirinya kawasan ekonomi
terkelola baik untuk pengelolaan dan peraturan-peraturan pendukung
pengembangan kawasan yang sejak otonomi daerah.
terpadu, dan berkelanjutan, dalam - Infrastruktur di lokasi kawasan masih
memberikan dukungan kepada kurang memadai.
peningkatan daya saing produk dan Berdasarkan hasil analisis terhadap
kawasan yang dikembangkannya; 12 (dua belas) daerah yang mengajukan
4. Belum berkembangnya sistem diri sebagai KEK, dapat diketahui bahwa
informasi yang dapat memberikan wilayah Banten dan Jawa Barat memiliki
akses pada informasi produk ung- potensi dampak ekonomi yang relatif
gulan, pasar, dan teknologi; serta lebih baik dibandingkan daerah lainnya.
5. Koordinasi dan kerjasama lintas Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan
sektor dan lintas pelaku yang belum infrastruktur, keberadaan industri pen-
optimal untuk meningkatkan kualitas dukung, efektifitas pembentukan modal
produk-produk unggulan, sehingga dan tenaga kerja terhadap output.
dapat menciptakan sinergitas antar Dampak positif yang dapat
kawasan, menciptakan nilai tambah diharapkan dengan adanya Kawasan
yang besar, dan pada akhirnya Ekonomi Khusus (KEK) adalah adanya
meletakkan fondasi yang kuat bagi peningkatan ekspor, peningkatan
pengembangan ekonomi daerah, penanaman modal asing, pertumbuhan
dalam satu sistem keterkaitan antara industri, diversifikasi produksi, penciptaan
wilayah strategis cepat tumbuh lapangan kerja, dan meningkatnya kualitas
dengan wilayah perbatasan dan SDM melalui peningkatan keahlian dan
wilayah tertinggal. transfer teknologi. Sementara dampak
negatif pembentukan KEK terdiri dari
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI biaya-biaya yang bisa dihitung seperti
Dalam rangka meningkatkan biaya pembangunan KEK, kemungkinan
investasi, perdagangan dan penyerapan kehilangan pendapatan dari pajak dan
tenaga kerja, pemerintah telah membentuk insentif, dan biaya operasional dan
berbagai kawasan ekonomi yaitu KB, biaya sosial yang tidak bisa dihitung
KAPET, FTZ dan KI, dengan berbagai yaitu transfer sumber daya, akuisisi
fasilitas antara lain adalah 1) Fasilitas lahan, hilangnya lahan pertanian dan
pajak penghasilan; 2) Fasilitas PPh atas kemungkinan terjadinya disparitas
impor barang modal atau peralatan untuk ekonomi regional.
pembangunan/konstruksi/perluasan Hal lain yang juga harus diperhatikan

100 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010


adalah faktor-faktor yang dapat menye- Mendorong Pengembangan Wilayah
babkan kurang optimalnya pengembangan Tertinggal. Jakarta.
KEK yaitu: Haywort, Robert. 2001. “Economic
- Kurang optimalnya pemahaman Processing Zones, Bring the Global
sumber daya manusia, baik pemerintah Market within Reach Of Developing
daerah maupun pemerintah pusat Countries”. Jurnal Flagstaff Institute.
dalam mengembangkan wilayah- Vol. XXIV, No. 1. April.
wilayah strategis. ISEI. 2006. Rekomendasi Kebijakan
- Terbatasnya infrastruktur pendu- Pemerintah Langkah-Langkah
kung. Strategis Pemulihan Ekonomi
- Belum tertatanya sistem kelembagaan Indonesia. Ikatan Sarjana Ekonomi
dan manajemen yang baik untuk Indonesia. Jakarta.
pengelolaan pengembangan kawasan Pusat Penelitian dan Pengembangan
yang terpadu. Iklim Usaha Perdagangan Depar-
- Belum berkembangnya sistem infor- temen Perdagangan. 2007. Kajian
masi yang dapat memberikan akses Kebijakan Fasilitas Kawasan
pada informasi produk unggulan, Berikat. Jakarta.
pasaar, daan teknologi, serta Samosir, Agunan P. “Analisis Kebijakan
- Koordinasi dan kerjasama lintas Insentif Fiskal dan Non Fiskal
sektor dan lintas pelaku yang belum Terhadap Kawasan Pengem-
optimal. b an g an Eko no mi Te rp a du di
Kajian ini memberikan rekomendasi Kawasan Timur Indonesia”. http://
untuk menyesusuaikan potensi daerah www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/
pengusul dan sekitarnya, termasuk link.asp?link=1060000. Download
keberadaan industri penunjang (supporting tanggal 27 November 2008.
indutries) dalam menyembangkan KEK. Soenandar, Ersi S. 2005. “Government
Policy in Solving Uneven Regional
DAFTAR PUSTAKA Development Between West and
Badan Koordinasi Penanaman Modal. East Indonesia: Case Study on
2007. Profil Potensi Investasi KAPET”. Econ. J. Of Hokkaido Univ.
Banten,. Vol. 34. Hal. 171-192.
Badan Pusat Statistik Propinsi Banten. Stern, N.H. 2002. A Strategy for
2002. ICOR (Incremental Capital Development. Washington, D.C.
Output Ratio) Propinsi Banten World Bank.
2002,. Tambunan, Tulus. “Kawasan Ekonomi
Dinas Perindag Kota Batam. 2007. Khusus Dan Dampaknya Ter-
Kawasan Industri Kota Batam Infor- hadap Industrialisasi Di Batam”.
masi Perusahaan Dalam Kawasan h t t p : / / w w w. k a d i n - i n d o n e s i a .
Industri Batam. o r. i d / e n m / i m a g e s / d o k u m e n /
Direktorat Kawasan Khusus Dan Daerah KADIN-98-2639-17032008.pdf.
Tertinggal, Kementerian Negara Download tanggal 25 November
Perencanaan Pembangunan 2008.
Nasional/Bappenas. 2007. Ana- Wiryawan, Bangkit A. 2008. Zona
lisis Implementasi Kebijakan Ekonomi Khusus. Strategi China
Pengembangan Wilayah Strategis Memanfaatkan Modal Global.
Cepat Tumbuh Dalam Rangka Percetakan Intan Sejati. Jakarta.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 4 No. 1, Juli 2010 - 101

Anda mungkin juga menyukai