BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ini adalah perencanaan bendung
dan sistem irigasi di suatu wilayah studi, yaitu Sungai Seluma, Bengkulu. Dasar
ilmu yang digunakan dalam pengerjaan tugas adalah sebagai berikut.
1. Teori Hidrologi
1.4 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Studi Literatur
BAB II
Lokasi studi pada tugas besar ini adalah Daerah Irigasi Sungai Seluma
(ditandai dengan garis putus-putus) dan Daerah Aliran Sungai Seluma
(dibatasi dengan garis berwarna oren).
BAB III
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR
Data rerata ini kemudian diolah menjadi curah hujan efektif, yakni R80 dan
R50 dengan mengurutkan data rerata per bulan dari nilai terbesar keter kecil dan
𝑚
menghitung probabilitas urutan dengan cara Weibul. 𝑃 𝑛+1 dengan m adalah
ranking/urutan dan n adalah jumlah data curah hujan bulanan untuk 1 bulan.
Table 3.2.2.Urutan Data Curah Hujan Rerata Arithmatik dari Nilai Tertinggi ke Terendah
data hujan bulanan menjadi curah hujan setengah bulanan ancaranya adalah
interpolasi curah hujan bulananan, dengan :
(R80 bulan ini - R80 bulan lalu/depan)
Angka Pembanding ½ bulan ini = R80, bulan ini− 4
Jika setengah bulan diawal bulan, R80 yang dipakai adalah R80 bulan lalu, dan
sebaliknya kemudian :
angka pembanding setengah bulan ini
R80 setengah bulan= ∑ angka pembanding bulan ini
x R80 bulan ini
Tabel 3.2.4 Curah Hujan Efektif Padi sebagai presentase Curah Hujan Efektif 80%
Re padi setengah bulan dihitung ke Re padi harian dengan membagi nilai Re padi
setengah bulanan dengan 15.
Contoh perhitungan : untuk bulan januari
(197,00 - 264,00)
AngkaPembanding½ bulanini =197,00− = 213,75
4
(197,00 – 157,00)
AngkaPembanding½ bulanini =197,00− = 187,00
4
Kemudian :
213,75
R80 setengahbulan= 213,75 + 187,00 x 197,00 = 105,07 mm/15hr
187,00
R80 setengahbulan= 213,75 + 187,00 x 197,00 = 91,92 mm/15hr
Untuk tanaman palawija menggunakan curah hujan efektif yang dihitung dari
curah hujan efektif 50%(R50). Caranya seperti cara perhitungan pada perhitungan
curah hujan efektif padi yang berjangka bulanan, namun Re palawija tidak
menggunakan konsep factor pengali dalam bentuk presentase langsung. Re
palawija diperoleh dari hubungan Evapotranspirasi rata-rata tanaman dan curah
hujan efektif.
Curah Hujan mean 12,5 25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
Bulanan mm
ET 25 8 16 24 Curah hujan efektif rata-rata bulanan/mm
Tanaman 50 8 17 25 32 39 46
rata-rata 75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
bulanan/m 100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120
150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133
175 11 22 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141
200 11 23 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150
225 12 24 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159
250 12 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167
Tabel 3.2.6 Curah Hujan Efektif Curah Hujan dengan Evapotraspirasi Rata-rata dan
Rerata Curah Hujan
Apabila Kedalaman bersih air yang dapat ditampung dalam tanah pada waktu
irigasi lebih besar atau lebih kecil dari 75 mm, harga-harga factor koreksi yang
akan dipakai adalah :
Grafik 1.3.1 Kurva Hubungan Curah Hujan Efektif Padi dan Waktu (setengah bulanan)
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2013 daerah aliran
sungai Seluma ini tidak terjadi musim kemarau.
Di mana :
ET = Evapotranspirasi (mm/hari)
C = Faktor koreksiakibatkeadaaniklimsedang/malam
W = Faktor bobot tergantung dari temperature udara dan ketinggian
tempat
Rn = Radiasi netto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)
Rn = Rns – Rnl
N = Maksimum lamanya penyinaran matahari rata-rata harian
Ra = Radiasi matahari ekstra terrestrial tergantung dari letak lintang
Rns = Gelombang pendek radiasi matahari yang masuk
Ra = Radiasi matahari ekstra terrestrial tergantung dari letak lintang
Rnl = f(t) f(ed) f(n/N)
= Gelombang panjang radiasi neto
N = Maksimum lamanya penyinaran
1-w = Faktor bonot f(t °C, elevasi, U dan e)
f(u) = Fungsi kecepatan angin
𝑈2
f(u) = 0,27 (1 + 100)
(ea – ed) = Selisih tekanan uap jenuh dan actual pada temperature rata-rata
udara
𝑘𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑅ℎ
ed = ea x = ea x 100
100
3.2.5 Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa peresapan air ke dalam tanah saat tanah
dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitiian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek maka
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju
perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah-daerah miring,
perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak
kehilangan air. Di daerah- daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling
tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Dengan:
M = Eo + P
atau M adalah Jumlah air yang harus digantikan akibat terjadinya
Evapotranspirasi dan Perkola
Dengan :
Eo = 1,1 Eto
P = Perkolasi
𝑀𝑇
dan K = 𝑆
DR(a) = IR/8.64
h. Untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi maka harga “a” yang diambil
adalah harga “a” yang terbesar.
Penentuan Kebutuhan Air Untuk Palawija
Kebutuhan air untuk palawija diperhitungkan dari harga Etc dan Re, dimana
langkah pengerjaannya sama seperti pada padi. Jadi yang sangat mempengaruhi
adalah evapotranspirasi dan curah hujan efektif saja.
Tabel 3.2.16 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan A
Tabel 3.2.17 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan
Tabel 3.2.18 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan C
𝐴 ( 0,18+0,55𝑆) 𝐴𝐵 ( 0,56−0,092√𝑒𝑑)
F1 = f (T,S) = ; F2 = f (T,h ) =
𝐴+0,27 𝐴+0,27
Ea = Ep - ∆𝐸 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝑚
∆𝐸 = 𝐸𝑝 ( 18 - n )
20
GS = {0.5*(1+K)*i} + {K*Gsom }
K : Konstanta resesi aliran bulanan, merupakan
proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada;
Gsom : konstanta awal GS yang ditentukan
berdasarkan asumsi siklus tertutup sehingga nilai
asumsi awal dibuat sama dengan nilai akhir tahun
DRO : Direct Run-Off DRO=WS-I;
SRO : Strom Run-Off, P : Persipitasi, dan
PF : percentage factor
Jika P ≥ 200 mm, SRO = 0, jika P < 200 mm,
SRO = P*PF.
3.3.5 Kalibrasi
Merupakan upaya untuk menyesuaikan hasil
permodelan dengan kenyataan di lapangan. Kalibrasi
dilakukan pada parameter Mock yang merupakan if, K
dan PF.
Sunshine (S;%) = 50
A (mmHg/°F) = 0.877
B (mmH20/day) = 16.48
Ea (mmHg) = 26.91
Evapotaranspirasi
= 0.35
=1.51
= 0.27×0.35(26.91-22.90) / (0.877+0.27)
= 0.33
=0.42mm/bulan
Water Surplus
WaterSurplus=(P-Ea)+SS=105.68+0=105.68mm/bulan
Tabel 3.3.1 Debit Sungai Seluma Tahun 2010 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.2 Debit Sungai Seluma Tahun 2011 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.3 Debit Sungai Seluma Tahun 2012 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.4 Debit Sungai Seluma Tahun 2013 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.5 Debit Sungai Seluma Tahun 2014 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.6 Debit Sungai Seluma Tahun 2015 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.7 Debit Sungai Seluma Tahun 2016 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.8 Debit Sungai Seluma Tahun 2017 dengan bangkitan F.J.Mock
Tabel 3.3.9 Debit Sungai Seluma Tahun 2018 dengan bangkitan F.J.Mock
Hasilnya adalah :
Tabel 3.3.10 Data Debit Sungai Bulanan yang diurutkan dari Terbesar ke Terkecil
Dengan :
Petak
Area
Nama p etak A (ha) DR (l/d.h) Q (m^2/s) Q (l/s)
BM 1 Ki 42 1,411 0,059 59,26
BM 2 Ki 45,5 1,411 0,064 64,20
BM 3 Ki 50 1,411 0,071 70,55
BM 4 Ki 42,4 1,411 0,060 59,83
BUNGA MAS
Gambar 4.1 Skema Petak Sawah. Jaringan Saluran dan Bangunan Air
(Bagi dan Sadap)
BAB IV
PERENCANAAN SALURAN BERI
9. Menentukan h1
10. Menentukan dimensi saluran.
Q(m3/s) Freeboard
Min Max
0 0.5 0.4
0.5 1.5 0.5
1.5 5 0.6
5 10 0.75
10 15 0.85
15 >15 1
Tambahan: desain saluran pada tabel 4.1.2 merupakan saluran yang memotong
kontur, dan desain saluran tersier untuk tiap petak tersier ini diasumsikan cukup
memfasilistasi saluran tersier yang sejajar kontur.
8 BM2 Ka Tersier 45,2 1,411 65% 80% 103,64 51,82 0,05 1 1 0,20 0,201 0,172 35 0,70 200 0,0035 0,640 0,081 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6034253 2
Tabel 4.1.3 Desain Saluran
9 BM3 Ka Tersier 42,8 1,411 65% 80% 98,14 98,14 0,10 1 1 0,27 0,266 0,194 35 0,70 200 0,0035 0,694 0,141 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,7977498 1
10 BM3a Ka Tersier 42,8 1,411 65% 80% 98,14 98,14 0,10 1 1 0,29 0,292 0,147 35 0,70 200 0,0035 0,577 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8750406 1
28 SS6 Ka Tersier 45 1,411 65% 80% 103,18 51,59 0,05 1 1 0,20 0,201 0,201 35 0,85 300 0,0028 0,639 0,081 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6026251 2
46
29 PG1 Ki Tersier 43 1,411 65% 80% 98,59 49,30 0,05 1 1 0,22 0,222 0,122 35 0,85 250 0,0034 0,502 0,098 0,22 0,0 0,22 0,4 0,62 0,6647505 2
30 PG2 Ki Tersier 44,5 1,411 65% 80% 102,03 51,02 0,05 1 1 0,20 0,196 0,158 35 0,85 200 0,0043 0,667 0,077 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,5867384 2
31 PG3 Ki Tersier 58,3 1,411 65% 80% 133,67 133,67 0,13 1 1 0,33 0,325 0,172 35 0,85 250 0,0034 0,631 0,212 0,33 0,0 0,33 0,4 0,73 0,976227 1
32 PG4 Ki Tersier 54 1,411 65% 80% 123,82 41,27 0,04 1 1 0,16 0,159 0,215 35 0,85 200 0,0043 0,819 0,050 0,16 0,0 0,16 0,4 0,56 0,4762357 3
33 PG1 Ka Tersier 53 1,411 65% 80% 121,52 60,76 0,06 1 1 0,22 0,216 0,179 35 0,85 250 0,0034 0,648 0,094 0,22 0,0 0,22 0,4 0,62 0,6494783 2
34 PG2 Ka Tersier 44,5 1,411 65% 80% 102,03 102,03 0,10 1 1 0,25 0,252 0,208 35 0,85 200 0,0043 0,801 0,127 0,25 0,0 0,25 0,4 0,65 0,7571073 1
35 PG3 Ka Tersier 51 1,411 65% 80% 116,94 116,94 0,12 1 1 0,29 0,288 0,202 35 0,85 250 0,0034 0,703 0,166 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8654208 1
IRIGASI DAN DRAINASE
36 PG4 Ka Tersier 52 1,411 65% 80% 119,23 119,23 0,12 1 1 0,29 0,291 0,171 35 0,85 200 0,0043 0,703 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8736447 1
37 PN1 Ki Tersier 45 1,411 65% 80% 103,18 103,18 0,10 1 1 0,28 0,277 0,190 35 0,85 250 0,0034 0,674 0,153 0,28 0,0 0,28 0,4 0,68 0,8296873 1
38 PN2 Ki Tersier 58,9 1,411 65% 80% 135,05 135,05 0,14 1 1 0,30 0,298 0,192 35 0,85 200 0,0043 0,759 0,178 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,8945867 1
51 LL4 Ka Tersier 48 1,411 65% 80% 110,06 110,06 0,11 1 1 0,29 0,291 0,179 35 0,85 250 0,0034 0,648 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8741024 1
47
IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A
Tambahan:
Perhitungan L disederhanakan dengan mengalikan panjang satu saluran dengan
jumlah saluran(n); kemudian kehilangan air pada saluran tersier sejajar kontur
diasumsikan sangat kecil sehingga koreksi cukup dengan pembulatan ke atas P.
Pada tahap ini, kemiringan aktual saluran sekunder dan stasioning bangunan
saluran sekunder dilakukan dengan langkah :
Luas petak tersier(Ap), Debit (Q=DR*A), Muka air di saluran sekunder P
didapat dari tabel 4.1.3 dan tabel 4.2.1.
Apt adalah total luas petak layanan bangunan; Nilai Apt adalah jumlah Ap
P hulu dan P hilir adalah elevasi tanah yang ditempati jaringan. Nilai ini
diperoleh dari informasi kontur peta.
Kemiringan saluran awal dirumuskan sebagai Io = (P hulu-P hilir) / L
QT = Q/0.9. Besar QT didasarkan pada debit saluran dan petak yang diairi
oleh bangunan. Pada perhitungan QT, perhitungan bersifat akumulasi.
Stasioning (STA): posisi bangunan terhadap titik tertentu. Pada tahap ini
stasioning menggunakan bangunan saluran primer sebagai titik nol dan
dimensi stasioning mengikuti panjang saluran
Plot Hubungan Io dan QT untuk tiap saluran yang memiliki jalur yang sama:
Saluran Sekunder yang Cuma memiliki satu ruas dan berada di muara tidak
perlu di-plot, dan Nilai Ia (Kemiringan aktual) disamakan dengan Io.
Sehingga ada beberapa kurva Hubungan I dan QT di tiap daerah.
Pada kurva diberi trendline power untuk menentukan hubungan matematis I a
dan QT.
Nilai Ia ditentukan dengan persamaan yang ditunjukkan oleh trendlline.
Tabel 4.2.2 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Bunga Mas
Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
BM1 Ki 42 0,18 17,46 BM1 Ki
B BM1 8210 BM1 Ka 45,2 0,19 17,41 BM1 Ka 129,8 1120 0 16,4 16 0,00036 0,62
BM1a Ki 42,6 0,18 17,41 BM1a Ki
BM2 Ki 45,5 0,20 17,56 BM2 Ki
B BM2 7280 BM2 Ka 45,2 0,19 17,41 BM2 Ka 131,1 1080 0 16,3 16 0,00028 0,62
S.S.
BM2a Ka 40,4 0,17 17,41 BM2a Ka
BUNGA
MAS BM3 Ki 50 0,21 17,46 BM3 Ki
B BM3 5250 BM3 Ka 42,8 0,18 17,36 BM3 Ka 135,6 1100 0 16,1 15,8 0,00027 0,65
BM3a Ka 42,8 0,18 17,36 BM3a Ka
BM4 Ki 42,4 0,18 17,56 BM4 Ki
B BM4 3710 BM4a Ki 42,6 0,18 17,36 BM4a Ki 125,4 1020 0 16,1 15,8 0,00029 0,60
BM4 Ka2 40,4 0,17 17,41 BM4 Ka2
Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
SS1 Ki 41 0,18 17,56 SS1 Ki
B SS1 6370 82 1300 0 16,3 16 0,00023 0,39
SS1 Ka 41 0,18 17,51 SS1 Ka
SS2 Ki 45,2 0,19 17,46 SS2 Ki
B SS2 5890 90,4 1280 0 16,1 16 0,00008 0,43
SS2 Ka 45,2 0,19 17,46 SS2 Ka
SS3 Ki 46 0,20 17,41 SS3 Ki
B SS3 4500 92 1250 0 15,9 15,8 0,00008 0,44
SS3 Ka 46 0,20 17,46 SS3 Ka
SS4 Ki 46,6 0,20 17,41 SS4 Ki
S.S. B SS4 4150 93,2 1210 0 15,9 15,7 0,00017 0,44
SS3a Ka 46,6 0,20 17,46 SS3a Ka
SELINGSI
NGAN SS4a Ki 47 0,20 17,41 SS4a Ki
B SS5 4000 94 1200 0 15,9 15,7 0,00017 0,45
SS3b Ka 47 0,20 17,46 SS3b Ka
SS5 Ki 49 0,21 17,41 SS5 Ki
B SS6 3600 98 1125 0 15,7 15,5 0,00018 0,47
SS4 Ka 49 0,21 17,46 SS4 Ka
SS6 Ki 41,2 0,18 17,46 SS6 Ki
B SS7 2500 82,4 1110 0 15,6 15,5 0,00009 0,39
SS5 Ka 41,2 0,18 17,46 SS5 Ka
SS6a Ki 45 0,19 17,46 SS6a Ki
B SS8 1800 90 1070 0 15,5 15,4 0,00009 0,43
SS6 Ka 45 0,19 17,51 SS6 Ka
Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
PG1 Ki 43 0,18 17,26 PG1 Ki
B PG1 6100 96 1250 0 16,4 16 0,0003 0,46
PG1 Ka 53 0,23 17,26 PG1 Ka
PG2 Ki 44,5 0,19 17,21 PG2 Ki
B PG2 6050 89 1175 0 15,8 15,6 0,0002 0,42
S.S. PG2 Ka 44,5 0,19 17,16 PG2 Ka
PUGUK PG3 Ki 58,3 0,25 17,01 PG3 Ki
B PG3 5100 109,3 1150 0 15,8 15,5 0,0003 0,52
PG3 Ka 51 0,22 17,01 PG3 Ka
PG4 Ki 54 0,23 17,06 PG4 Ki
B PG4 4210 106 1030 0 15,5 15,3 0,0002 0,51
PG4 Ka 52 0,22 16,96 PG4 Ka
Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
PN1 Ki 45 0,19 17,21 PN1 Ki
B PN1 6100 100,2 1250 0 16,2 15,9 0,0002 0,48
PN1 Ka 55,2 0,24 17,21 PN1 Ka
PN2 Ki 58,9 0,25 17,16 PN2 Ki
B PN2 6050 107,5 1175 0 15,8 15,6 0,0002 0,51
S.S. PN2 Ka 48,6 0,21 17,16 PN2 Ka
PANDAN PN3 Ki 56,2 0,24 17,01 PN3 Ki
B PN3 5100 105,2 1150 0 15,8 15,5 0,0003 0,50
PN3 Ka 49 0,21 17,06 PN3 Ka
PN4 Ki 54,6 0,23 16,96 PN4 Ki
B PN4 4210 98,6 1030 0 15,5 15,3 0,0002 0,47
PN4 Ka 44 0,19 16,96 PN4 Ka
Tabel 4.2.5 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Lubuk Lintang
Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
B LL2 6080 LL2 Ka 54,8 0,24 17,26 LL2 Ka 54,8 1235 0 16 15,8 0,0002 0,26
LL1 Ki 56,5 0,24 17,16 LL1 Ki
B LL1 6050 109,1 1175 0 15,9 15,7 0,0002 0,52
S.S. LL1 Ka 52,6 0,23 17,21 LL1 Ka
LUBUK LL3 Ki 59 0,25 17,06 LL3 Ki
LINTANG B LL3 5100
LL3 Ka 56 0,24 17,16 LL3 Ka
115 1150 0 15,8 15,6 0,0002 0,55
Q = 0.30 m3/s
m, n, K didapat dari tabel 4.1.1 dengan m=1; n=1; K=35.
Langkah-langkah perhitungan pada subbab 4.1 diulang kembali:
Menentukan kemiringan saluran, digunakan kemiringan I
Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi, setelah itu
ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek” hingga didapat h0-
h1=0, pada perhitungan sudah didapat angka sesuai dengan ketentuan, yaitu
h0 = 0.50m
Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler Vo = kR2/3I2
Dalam perhitungan dalam saluran didapat kecepatan sebesar 0.567 m/s
Menentukan luas basah penampang saluran Q = Ao/v
Menentukan h1
𝐴𝑜
h1 = √
𝑚+𝑛
Dalam perhitungan dalam saluran didapat h1 = 0.50 m(setelah analisis “Goal-
seek”)
Goal-seek dilakukan saat h1-h0 ≠ 0 dengan mengganti nilai ho.
Lebar bawah b = nho
Tinggi freeboard (f) sesuai tabel = 0.4 m diperoleh dari tabel 4.1.2
Tinggi saluran H = ho + f
Lebar Atas B = b + 2.m.ho
STA peroleh dari tabel stasioning sebelumnya, yakni tabel 4.2.2 sampai 4.2.5
Plot kurva MAR dengan STA dan kurva elevasi dengan STA untuk tiap
muara saluran sekunder sampai ke bangunan primer in-take.
Tabel 4.2.12 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Bunga Mas
Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi
B BM1 17,46 17,674 0,309 17,769 0 17,769 8210 16,000
B BM2 17,56 16,271 0,286 17,846 17,769 17,846 7280 16,000
B BM3 17,46 3,869 0,068 17,528 17,846 17,769 5250 15,800
B BM4 17,56 15,635 0,275 17,835 17,769 17,846 3710 15,800
B PG4 17,06 6,432 0,110 17,170 17,846 17,769 0 15,300
Grafik 4.2.6 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Bunga Mas
Tabel 4.2.13 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Selingsingan
Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi
B SS1 17,56 20,738 0,364 17,924 0 17,924 6370 16,000
B SS2 17,46 19,515 0,341 17,801 17,970 17,801 5890 16,000
B SS3 17,46 4,621 0,081 17,541 17,801 17,970 4500 15,800
B SS4 17,46 19,106 0,334 17,794 18,020 18,020 4150 15,700
B SS5 17,46 19,147 0,334 17,794 18,020 18,020 4000 15,700
B SS6 17,46 18,841 0,329 17,789 18,070 18,020 3600 15,500
B SS7 17,46 16,813 0,294 17,754 18,020 18,070 2500 15,500
B SS8 17,51 16,875 0,295 17,805 18,112 18,020 1800 15,400
B BM4 17,56 13,145 0,231 17,791 18,020 18,112 0 15,400
Tabel 4.2.14 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Puguk
Tabel 4.2.15 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Pandan
Tabel 4.2.16 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Lubuk
Lintang
Grafik 4.2.10 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Lubuk Lintang
No Saluran Jenis Q Ia
1 R BM1 Primer 0,62 0,00001
2 R BM2 Primer 0,62 0,00001
3 R BM3 Primer 0,65 0,00001
4 R BM4 Primer 0,60 0,00001
5. Menentukan h1
6. Lakukan goalseek sehingga ditemukan h1-h0 = 0 dengan
mengganti nilai h0
7. Lebar bawah 𝑏 = 𝑛ℎ0
8. Tinggi freeboard (F) mengikuti tabel 4.1.2
9. Tinggi saluran 𝐻 = ℎ0 + 𝐹
10. Lebar Atas 𝐵 = 𝑏 + 2. 𝑚. ℎ 0
Hasil desain ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.3.2 Desain Saluran Primer
No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R BM1 Primer 0,62 1 1 0,35 29,902 29,902 0,263 0,00001 0,0003 1788,246 29,902 0 29,902 0,35 30,252 60,304
2 R BM2 Primer 0,62 1 1 0,35 25,188 25,188 0,440 0,00001 0,0005 1268,906 25,188 0 25,188 0,35 25,538 50,877
3 R BM3 Primer 0,65 1 1 0,35 25,386 25,386 0,440 0,00001 0,0005 1288,847 25,386 0 25,386 0,35 25,736 51,271
4 R BM4 Primer 0,60 1 1 0,35 23,008 23,008 0,568 0,00001 0,0006 1058,765 23,008 0 23,008 0,35 23,358 46,517
1. Tinggi muka air awal (P) diperoleh dari tabel muka air awal atau tabel
MAR, Elevasi dan Stasioning Saluran Sekunder. Tinggi aliran pada
saluran (h) diperoleh dari tabel sebelumnya
2. Hitung V = 0.18 h kemudian jumlah kan P dan V.
3. Stasioning (STA) didapat dari pengukuran panjang saluran desain di
peta dengan titik nol di bendung
4. Elevasi diperoleh dari informasi kontur peta utamanya dicari elevasi
di bangunan-bangunan
5. Ia.L + Δh0 + Mar dihitung dengan ketentuan yang sama seperti pada
subbab 4.2.4
6. MAR ditentukan dengan membandingkan antara P+V dengan
Ia.L+Δh0+Mar. Nilai terbesar diambil sebagai MAR.
7. Plot MAR dan Elevasi Saluran Primer terhadap stasioning.
Tabel 4.3.3 Tabel MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Primer Bunga Mas
Grafik 4.3.1 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Primer Bunga Mas
Tabel 4.3.7 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Lubuk Lintang
Grafik 4.3.5 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Lubuk Lintang
BAB V
PERENCANAAN SALURAN BUANG
Tahun Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010 10,16 16,29 12,84 9,63 8,26 4,83 4,97 2,48 14,40 10,87 4,20 7,58
2011 9,16 23,71 22,52 6,30 4,45 4,73 6,10 2,06 8,17 5,74 3,27 6,10
2012 11,77 3,79 5,39 4,47 10,52 3,10 3,71 8,19 7,00 5,39 10,73 3,29
2013 12,10 12,71 15,42 5,20 5,03 8,53 8,26 8,19 15,13 13,58 10,70 4,90
2014 11,77 8,36 14,71 8,90 5,32 5,50 4,68 14,71 10,50 5,74 4,77 8,58
2015 6,71 4,39 9,81 12,23 8,55 8,83 4,97 6,87 4,40 12,19 4,27 6,84
2016 5,90 7,62 11,48 9,63 11,48 15,57 9,97 10,45 5,13 5,39 8,43 4,71
2017 5,68 13,11 6,90 5,50 5,39 14,70 9,26 3,16 3,33 4,97 5,87 3,77
2018 12,48 13,82 8,55 4,93 6,71 14,47 4,68 2,90 7,10 10,35 11,50 6,06
Tabel 5.1.3 Data Hujan Harian selama Maksimum dengan Periode Ulang
Curah Hujan Harian (mm) Periode
1 23,71 22,52 13,58 10,00
2 16,29 15,13 12,84 5,00
3 15,57 14,71 12,48 3,33
4 15,42 14,40 11,77 2,50
5 14,71 13,82 11,48 2,00
6 14,70 13,11 10,52 1,67
7 14,47 12,19 9,81 1,43
8 12,23 11,48 9,26 1,25
9 11,77 10,73 9,16 1,11
Periode ulang dihitung dengan menggunakan peluang (P) dengan Periode (T)
𝑚 1 n+1
𝑝= T= =
𝑛+1 p m
untuk memperoleh data curah hujan harian periode 5 tahun, maka forecast
dilakukan pada data dengan periode ulang 5 tahun dengan cara interpolasikan
Tabel 5.1.4 Data Curah Hujan Maksimum 3 Hari dan 3 Harian (T=5 Tahun)
3 data curah hujan harian yang diperoleh dari forecast, kemudian dijumlahkan
untuk mendapatkan curah hujan 3 harian. Setelah data curah hujan maksimum 3
harian, Modulud Drainase dapat ditentukan.
Jika suatu petak tidak berada di dekat sungai, maka saluran pembuang tersier
akan membuang airnya ke saluran pembuang sekunder sebelum mencapai
pembuangan utama. Lokasi menjadi faktor utama uang mempengaruhi desain
saluran buang, apakah saluran tersier membuang ke saluran sekunder/primer
sebelum pembuangan utama atau langsung ke sungai. Berikut akan ditunjukkan
peta rancangan sawah dengan saluran buang.
Secara jelas, ada 4 saluran pembuang utama, yakni: Saluran Pembuang Utama
Selingsingan (SS), Saluran Pembuang Utama Puguk (PG), Saluran Pembuang Utama
Pandan (PN), Saluran Pembuang Lubuk Lintang (LL) yang kemudian memberi nama
pada saluran-saluran pembuang primer, sekunder dan tersier lainnya.
Sama seperti dalam desain saluran sekunder, debit saluran perlu dihitung dan
diakumulasikan per ruas saluran sekunder yang melayani sejumlah saluran buang
tersier.
Tabel 5.1.6 Perhitungan Debit Saluran Buang Sekunder dan nilai I tiap Ruas
Saluran Sekunder
Drainase Drainase
No Petak Q (m^3/s) I
Tersier Sekunder
dR
1 SS1 Ki dR M 1 d2 0,03 0,00267
Selingsingan 1 R1
2 SS1 Ka dR M 1 d2 d2 0,09 0,00283
dR
3 SS2 Ki dR M 2 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 2 R2
4 SS2 Ka dR M 2 d2 d2 0,10 0,00283
dR
5 SS3 Ki dR M 3 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 3 R3
6 SS3 Ka dR M 3 d2 d2 0,11 0,00283
dR
7 SS4 Ki dR M 4 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 4 R4
8 SS3a Ka dR M 4 d2 d2 0,11 0,00283
dR
9 SS4a Ki dR M 5 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 5 R5
10 SS3b Ka dR M 5 d2 d2 0,11 0,00283
dR
11 SS5 Ki dR M 6 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 6 R6
12 SS4 Ka dR M 6 d2 d2 0,11 0,00283
dR
13 SS6 Ki dR M 7 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 7 R7
14 SS5 Ka dR M 7 d2 d2 0,09 0,00283
dR
15 SS6a Ki dR M 8 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 8 R8
16 SS6 Ka dR M 8 d2 d2 0,05 0,00283
17 PG1 Ki dR M 1 d3 0,05 0,00340
dR P uguk 1 d3 R1
18 PG1 Ka dR M 1 d3 0,06 0,00340
19 PG2 Ki dR M 2 d3 0,05 0,00425
dR P uguk 2 d3 R2
20 PG2 Ka dR M 2 d3 0,10 0,00425
21 PG3 Ki dR M 3 d3 0,13 0,00340
dR P uguk 3 d3 R3
22 PG3 Ka dR M 3 d3 0,12 0,00340
23 PG4 Ki dR M 4 d4 0,04 0,00425
dR P uguk 4 d3 R4
24 PG4 Ka dR M 4 d4 0,12 0,00425
25 PN1 Ki dR M 1 d3 dR P andan 1 0,10 0,00340
R1
d3
26 PN1 Ka dR M 1 d3 0,13 0,00340
27 PN2 Ki dR M 2 d3 dR P andan 2 0,14 0,00425
R2
d3
28 PN2 Ka dR M 2 d3 0,11 0,00425
29 PN3 Ki dR M 3 d3 dR P andan 3 0,13 0,00340
R3
d3
30 PN3 Ka dR M 3 d3 0,06 0,00340
31 PN4 Ki dR M 4 d4 dR P andan 4 0,13 0,00425
d3
R4
32 PN4 Ka dR M 4 d4 0,10 0,00425
dR Lubuk
33 LL1 Ki dR M 1 d3 R1 0,06 0,00340
Lintang 1 d3
Saluran n V՚
Saluran Sekunder Ruas Q (m^3/s) m Ho (m) Bo (m) R (m) K I Ao (m^2) H1(m) H1-H0 b(m) F(m) H(m) B(m)
Primer (b/h) (m/s)
dR
dR Bunga R1 0,03 1 1 0,162 0,162 0,189 35 0,0027 0,60 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,49
R1 Selingsingan 1
Mas 1 d1 R2 0,09 1 0,221 0,221 0,158 35 0,0027 0,53 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
d2
dR
R2 0,05 1 0,308 0,308 0,171 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,92
Selingsingan 2
d2 R3 0,10 1 0,309 0,309 0,173 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
dR
R3 0,11 1 0,304 0,304 0,183 35 0,0027 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
Selingsingan 3
d2 R4 0,11 1 0,309 0,309 0,186 35 0,0027 0,59 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
dR
R4 0,11 1 0,185 0,185 0,236 35 0,0027 0,69 0,07 0,18 0 0,18 0,40 0,58 0,55
Selingsingan 4
d2 R5 0,11 1 0,190 0,190 0,250 35 0,0027 0,72 0,07 0,19 0 0,19 0,40 0,59 0,57
dR
R5 0,11 1 0,268 0,268 0,208 35 0,0028 0,65 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
Selingsingan 5
d2 R6 0,11 1 0,299 0,299 0,173 35 0,0028 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
dR
R6 0,11 1 0,292 0,292 0,192 35 0,0028 0,62 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
Selingsingan 6
d2 R7 0,11 1 0,300 0,300 0,179 35 0,0028 0,59 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
dR
R7 0,05 1 0,297 0,297 0,187 35 0,0028 0,61 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
Selingsingan 7
d2 R8 0,09 1 0,287 0,287 0,222 35 0,0028 0,68 0,16 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,86
dR
R8 0,05 1 0,264 0,264 0,219 35 0,0028 0,68 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
Selingsingan 8
d2 R1 0,05 1 0,201 0,201 0,201 35 0,0028 0,64 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,60
R1 0,05 1 0,222 0,222 0,122 35 0,0034 0,50 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
dR Puguk 1 d3
R2 0,06 1 0,196 0,196 0,158 35 0,0043 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
R2 0,05 1 0,325 0,325 0,172 35 0,0034 0,63 0,21 0,33 0 0,33 0,40 0,73 0,98
dR Puguk 2 d3
R3 0,10 1 0,159 0,159 0,215 35 0,0043 0,82 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,48
R3 0,13 1 0,216 0,216 0,179 35 0,0034 0,65 0,09 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,65
dR Puguk 3 d3
R4 0,12 1 0,252 0,252 0,208 35 0,0043 0,80 0,13 0,25 0 0,25 0,40 0,65 0,76
R4 0,04 1 0,288 0,288 0,202 35 0,0034 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
dR Puguk 4 d3
R1 0,12 1 0,291 0,291 0,171 35 0,0043 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
dR Pandan 1 R1 0,10 1 0,277 0,277 0,190 35 0,0034 0,67 0,15 0,28 0 0,28 0,40 0,68 0,83
d3
R2 0,13 1 0,298 0,298 0,192 35 0,0043 0,76 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
dR Pandan 2 R2 0,14 1 0,319 0,319 0,172 35 0,0034 0,63 0,20 0,32 0 0,32 0,40 0,72 0,96
d3
R3 0,11 1 0,258 0,258 0,265 35 0,0043 0,94 0,13 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,77
dR Pandan 3 R3 0,13 1 0,302 0,302 0,198 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
d3
R4 0,06 1 0,266 0,266 0,202 35 0,0043 0,79 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
dR Pandan 4 R4 0,13 1 0,203 0,203 0,194 35 0,0034 0,68 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,61
d3
R1 0,10 1 0,269 0,269 0,169 35 0,0043 0,70 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,81
dR Lubuk
Lintang 1 d3
R1 0,06 1 0,227 0,227 0,172 35 0,0034 0,63 0,10 0,23 0 0,23 0,40 0,63 0,68
dR Lubuk R2 0,14 1 0,295 0,295 0,199 35 0,0043 0,78 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,88
Lintang 2 d3
R3 0,13 1 0,197 0,197 0,190 35 0,0034 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
dR Lubuk R3 0,05 1 0,295 0,295 0,167 35 0,0043 0,69 0,17 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
Lintang 3 d3
R3 0,13 1 0,303 0,303 0,195 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
dR Lubuk R4 0,12 1 0,263 0,263 0,259 35 0,0043 0,93 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
Lintang 4 d3
R4 0,11 1 0,291 0,291 0,179 35 0,0034 0,65 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk
merencanakan daerah irigasi Sungai Air Seluma, Bengkulu, dapat diperoleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Air Seluma, Bengkulu
dan sekitarnya adalah sistem irigasi gravitasi.
2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.
3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 24,281 ha.
4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 51 petak dengan luas
masing-masing petak antara 20 ha hingga 40 Ha.
5. Perencanaan saluran meliputi 1 saluran primer, 4 saluran sekunder dan 51
saluran tersier. Kebutuhan air setiap hektar sebelum disesuaikan dengan
efisiensi tiap saluran direncanakan sebesar 1,411 l/det/ha.
Dimensi saluran dan tinggi muka air untuk tiap saluran dan petak dapat
dilihat di lampiran.
6.2 Saran
Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka
perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat pada
kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di mana semua
kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi secara bersamaan.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
3. Waktu pengerjaan sebaiknya diperpanjang dan perlu diadakan asistensi rutin
di setiap minggu.