Anda di halaman 1dari 82

IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Air adalah merupakan sumber daya alam yang sangat mempengaruhi


kehidupan baik liar atau manusia. Air memegang peranan penting tidak hanya
sebagai kebutuhan air bersih dan air minum saja, akan tetapi juga pada
pengelolaan produksi pangan dari pertanian, perkebunan, hortikultura dan jenis
produksi pangan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan konflik, mengingat bahwa
kersediaan pangan di suatu daerah memiliki kaitan erat dengan ketersediaan dan
pemanfaatan air di daerah tersebut.
Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan
juga terus menerus bertambah, tetapi peningkatan pangan ini tidak dapat
mengimbangi pertumbuhan penduduk (Robert Malthus). Maka dari itu, suatu
usaha diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dari lahan yang ada.
Salah satu caranya adalah dengan pemenuhan kebutuhan pengairan yang
merupakan hal terpenting dalam pertanian, sebab ada sebagian daerah tidak
mendapatkan cukup pengairan.
Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara langsung
dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalir dari hulu
ke hilir, meresap kedalam tanah atau menjadi air permukaan, dan dimanfaatkan
oleh tanaman disekitarnya. Distribusi dan kecenderungan jumlah hujan yang
bersifat seperti random variabel menyebabkan ketersediaan air hujan tidak dapat
selalu memenuhi kebutuhan tumbuhan . Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan
ketersediaan dan penyediaan air bagi tumbuhan yang optimal, salah satunya ialah
dengan penggunaan sistem irigasi.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 1


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah:


1. Merencanakan lokasi lahan pertanian dengan sistem pengairannya;
dan menyelesaikan permasalahan pengairan di lokasi daerah
pertanian
2. Merencanakan Petak Tersier Irigasi
3. Merencanakan Trase Saluran Pemberi dan Pembuang
4. Menentukan Pola Tanam dan Menghitung KebutuhanAir
5. Menghitung Debit Andalan
6. Merencanakan Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan Irigasi
7. Menghitung Modulus Drainase
8. Menghitung Dimensi Saluran Pemberi dan Pembuang
9. Merencanakan Bangunan Ukur dan Bangunan Pengatur
10. Menghitung Kebutuhan Elevasi Muka Air di Bangunan Pengambilan

11. Menggambar Peta Situasi, Potongan Memanjang, Potongan Melintang:

a. Saluran Pembawa dan Pembuang.

b. Bangunan Bagi, Bangunan Sadap atau Bangunan Bagi Sadap

c. Bangunan Pengatur dan Pengukur

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ini adalah perencanaan bendung
dan sistem irigasi di suatu wilayah studi, yaitu Sungai Seluma, Bengkulu. Dasar
ilmu yang digunakan dalam pengerjaan tugas adalah sebagai berikut.
1. Teori Hidrologi

Teori-teori hidrologi digunakan dalam melakukan analisis data hidrologi


dan klimatologi wilayah studi.
2. Teori Irigasi

Teori irigasi digunakan dalam penentuan sistem irigasi secara


keseluruhan pada wilayah studi.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 2


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

3. Teori Bangunan Air

Teori bangunan air digunakan dalam penentuan jaringan irigasi


secara keseluruhan pada wilayah studi.
Adapun asumsi-asumsi untuk menyerderhanakan pengerjaan tugas,
seperti:
a. Jenis dan keadaan tanah dalam peta biru yang sama, seperti
kesuburan, laju perkolasi.
b. Penggunaan data-data Hidrologi dari tugas-tugas Hidrologi sebagai
data bagi Daerah Aliran Sunga iIrigasi.
c. Studi Feasibilitas, Nilai-nilai ekonomi dari pembagunan jaringan
irigasi dan dari produksi pangan dari pembangunan jaringan, dan
masalah serta faktor sosial tidak dipertimbangkan dalam
perencanaan jaringan irigasi ini(beberapa unsur SIDLACOM, dari
Survey, Investigation, Land Acquisation, Construction, Operation
and Maintenance tidak terlalu dibahas).
d. Serta beberapa asumsi dalam pengolahan data dan perencanaan pada
bab-bab tertentu.

1.4 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Studi Literatur

Studi yang dilakukan didasarkan pada konsep-konsep Pengembangan


Sumber Daya Air. Konsep utama yang digunakan adalah Hidrologi,
Irigasi, dan Bangunan Air.
2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi, dan Klimatologi.
Data yang dikumpulkan merupakan data yang merepresentasikan
keadaan wilayah studi, yaitu Daerah Irigasi Seluma. Data-data yang
digunakan untuk melakukan analisis antara lain :
a. Data curah hujan untuk menghitung curah hujan efektif regional
b. Peta topografi daerah hilir Sungai Seluma

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 3


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

c. Data klimatologi yang mencakup kecepatan angin rata-rata,


penyinaran matahari dalam %, kelembapan rata-rata, dan temperatur
udara rata-rata.
3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi
Data kemudian dianalisis menggunakan konsep hidrologi dan klimatologi
untuk selanjutnya digunakan dalam analisis irigasi dan bangunan air.
4. Analisis Irigasi dan Bangunan Air
Hasil analisis kemudian digunakan untuk melakukan analisis irigasi dan
bangunan air. Analisis digunakan untuk menentukan seluruh elemen dari
sistem irigasi pada daerah pertanian wilayah studi.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini kesuluruhan metode yang digunakan dan hasilnya akan
dievaluasi. Evaluasi didasarkan pada tujuan laporan dan hubungannya
dengan hasil analisis.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 4


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB II

LOKASI STUDI DAN DATA LOKASI

2.1 Lokasi Studi

Lokasi studi pada tugas besar ini adalah Daerah Irigasi Sungai Seluma
(ditandai dengan garis putus-putus) dan Daerah Aliran Sungai Seluma
(dibatasi dengan garis berwarna oren).

Sumber: Google Earth

Gambar 2.1 Daerah Irigasi Sungai Seluma

Sumber: Google Earth

Gambar 2.2 Daerah Aliran Sungai Seluma

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 5


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

2.2 Data Lokasi Studi


Data-data yang diperlukan adalah data curah hujan (meteorologi) dan data
iklim (klimatologi) daerah sawah dan daerah aliran sungai studi. Data curah
hujan diambil dari data pengamatan hujan tahun 2010-2018 dan data iklim
diambil dari data klimatologi tahun 2010-2018.
2.2.1 Data Sawah Rencana
a. Data Curah Hujan
Berikut adalah data curah hujan yang mana pada tugas besar ini
digunakan data pengamatan hujan tahun 2010-2018.

Tabel 2.1 Data Curah Hujan Daerah Aliran Sungai Seluma

2.2.2 Data Daerah Aliran Sungai


a. Luas Daerah Aliran Sungai
Luas Daerah Sungai Air Seluma adalah 482,530 km².
b. Data Curah Hujan
Data curah hujan diambil dari data pengamatan hujan tahun 2010-
2018 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2 data curah hujan.
c. Data Klimatologi
Data Klimatologi yang diambil berada pada rentang tahun yang
sama dengan data curah hujan yang diambil yakni pada tahun
2010-2018.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 6


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 2.2 Data Tempreatur Daerah Aliran Sungai Seluma

Tabel 2.3 Data Kelembapan Daerah Aliran Sungai Seluma

Tabel 2.4 Data Kecepatan Angin Daerah Aliran Sungai Seluma

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 7


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 2.5 Data Penyinaran Matahari Daerah Aliran Sungai Seluma

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 8


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB III
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR

3.1 Preliminary Design Petak, Bangunan dan Sawah

Sumber: Google Maps

Gambar 3.1 Desain Awal Petak Tersier

3.2 Analisis Kebutuhan Air


3.2.1 Curah Hujan Efektif
Perhitungan Hujan Efektif ini menggunakan metode Arithmatik

Gambar 3.2 Rencana Hujan Metode Arithmatik

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 9


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Table 3.2.1. Data Curah Hujan Rerata Arithmatik

Data rerata ini kemudian diolah menjadi curah hujan efektif, yakni R80 dan
R50 dengan mengurutkan data rerata per bulan dari nilai terbesar keter kecil dan
𝑚
menghitung probabilitas urutan dengan cara Weibul. 𝑃 𝑛+1 dengan m adalah
ranking/urutan dan n adalah jumlah data curah hujan bulanan untuk 1 bulan.

Table 3.2.2.Urutan Data Curah Hujan Rerata Arithmatik dari Nilai Tertinggi ke Terendah

Tabel 3.2.3.Tabel R80 dan R50 Daerah Irigasi

Nilai R80 ini mempresentasikan pendekatan curah hujan yang memiliki


probabilitas 80% terjadi. Sedangkan R50 sendiri hanya menunjukan nilai
probabilitas 50% terjadi. Curah Hujan Efektif 80% (R80) kemudian digunakan
untuk menghitung Re padi (curah hujan efektif yang dapat digunakan oleh
tanaman padi/pangan). Namun data R80 yang dapat digunakan perlu diubah dari

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 10


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

data hujan bulanan menjadi curah hujan setengah bulanan ancaranya adalah
interpolasi curah hujan bulananan, dengan :
(R80 bulan ini - R80 bulan lalu/depan)
Angka Pembanding ½ bulan ini = R80, bulan ini− 4

Jika setengah bulan diawal bulan, R80 yang dipakai adalah R80 bulan lalu, dan
sebaliknya kemudian :
angka pembanding setengah bulan ini
R80 setengah bulan= ∑ angka pembanding bulan ini
x R80 bulan ini

R80 setengah bulan kemudian digunakan untuk perhitungan Re padi setengah


bulanan :
Re pad = factor R x R80 setengah bulan
faktor Re tergantung pada nilai R80 setengah bulanan, yakni menurut hubungan :

SetengahBulan R.80 (mm) % efektif


< 10 0
10 s/d 20 80
21 s/d 100 70
101 s/d 150 60
>150 50

Tabel 3.2.4 Curah Hujan Efektif Padi sebagai presentase Curah Hujan Efektif 80%

Re padi setengah bulan dihitung ke Re padi harian dengan membagi nilai Re padi
setengah bulanan dengan 15.
Contoh perhitungan : untuk bulan januari
(197,00 - 264,00)
AngkaPembanding½ bulanini =197,00− = 213,75
4
(197,00 – 157,00)
AngkaPembanding½ bulanini =197,00− = 187,00
4

Kemudian :
213,75
R80 setengahbulan= 213,75 + 187,00 x 197,00 = 105,07 mm/15hr
187,00
R80 setengahbulan= 213,75 + 187,00 x 197,00 = 91,92 mm/15hr

R80 setengah bulanan kemudian digunakan dalam perhitungan Re padi setengah


bulanan :
Re padi = 70% x 105,07 = 73,54 mm/15 hr = 4,90 mm/hr
Re padi = 70% x 91,92 = 64,34 mm/15 hr = 4,28 mm/hr

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 11


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Untuk tanaman palawija menggunakan curah hujan efektif yang dihitung dari
curah hujan efektif 50%(R50). Caranya seperti cara perhitungan pada perhitungan
curah hujan efektif padi yang berjangka bulanan, namun Re palawija tidak
menggunakan konsep factor pengali dalam bentuk presentase langsung. Re
palawija diperoleh dari hubungan Evapotranspirasi rata-rata tanaman dan curah
hujan efektif.

Jangja 1/2 bulam


Tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tumbuh/hari no.

Kedelai 85 0,5 0,75 1 1 0,82 0,45


Jagung 80 0,5 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95

Tabel 3.2.5 Koefisien Evapotranspirasi Tanaman Menurut FAO

Curah Hujan mean 12,5 25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
Bulanan mm
ET 25 8 16 24 Curah hujan efektif rata-rata bulanan/mm
Tanaman 50 8 17 25 32 39 46
rata-rata 75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
bulanan/m 100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120
150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133
175 11 22 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141
200 11 23 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150
225 12 24 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159
250 12 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167

Tabel 3.2.6 Curah Hujan Efektif Curah Hujan dengan Evapotraspirasi Rata-rata dan
Rerata Curah Hujan

Apabila Kedalaman bersih air yang dapat ditampung dalam tanah pada waktu
irigasi lebih besar atau lebih kecil dari 75 mm, harga-harga factor koreksi yang
akan dipakai adalah :

Tabel 3.2.7 Koefisien Evapotranspirasi

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 12


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.2.8 Tabel Data Evapotranspirasi Daerah Irigasi

Tabel 3.2.9 Tabel Curah Hujan Efektif Padi

Nilai-nilai curah hujan efektif padi di-plot-kan ke dalam kurva


hubungan curah hujan dan waktu, sehingga waktu-waktu kekurangan
air/kemarau dapat dilihat jelas melalui grafis.

Grafik 1.3.1 Kurva Hubungan Curah Hujan Efektif Padi dan Waktu (setengah bulanan)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 13


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2013 daerah aliran
sungai Seluma ini tidak terjadi musim kemarau.

Tabel 3.2.10 Tabel Curah Hujan Efektif Palawija(Kedelai)

3.2.2 Evapotranspirasi Potensial


Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara
dalam bentuk uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan
transpirasi. Dalam penentuan besar evapotranspirasi terdapat banyak
metoda yang dapat dilakukan. Pada laporan ini digunakan metoda
Penman Modifikasi. Metoda tersebut dipilih karena perhitungan yang
paling akurat. Akurasinya diindikasikan melalui parameter-parameter
penentuan besarnya evapotranspirasi yang menggunkan data
temperatur, kelembapan udara, persentase penyinaran matahari, dan
kecepatan angin. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan metode-
metode seperti Water Budget, Alat Lysimeter, Thronthwaithe, Blanney
& Criddle, Radiasi, dan Penman.
Perhitungan Evapotranspirasi dengan menggunakan Metode Penman
dilakukan secara bertahap sesuai rumus.
ET = C [ W × Ra + (1 – W) f(u) (ea – ed)]

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 14


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Di mana :

ET = Evapotranspirasi (mm/hari)
C = Faktor koreksiakibatkeadaaniklimsedang/malam
W = Faktor bobot tergantung dari temperature udara dan ketinggian
tempat
Rn = Radiasi netto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)
Rn = Rns – Rnl
N = Maksimum lamanya penyinaran matahari rata-rata harian
Ra = Radiasi matahari ekstra terrestrial tergantung dari letak lintang
Rns = Gelombang pendek radiasi matahari yang masuk
Ra = Radiasi matahari ekstra terrestrial tergantung dari letak lintang
Rnl = f(t) f(ed) f(n/N)
= Gelombang panjang radiasi neto
N = Maksimum lamanya penyinaran
1-w = Faktor bonot f(t °C, elevasi, U dan e)
f(u) = Fungsi kecepatan angin
𝑈2
f(u) = 0,27 (1 + 100)
(ea – ed) = Selisih tekanan uap jenuh dan actual pada temperature rata-rata
udara
𝑘𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑅ℎ
ed = ea x = ea x 100
100

ea = Tekanan uap jenuh tergantung dari temperature


f(t) = Fungsi efek temperature pada gelombang panjang radiasi = σTk4
σ = Konstanta Stefan-boltzman
Tk = Temperature (ºk)
f(ed) = Fungsiefektekananuappadagelombangpanjangradiasi
= 0,34 – 0,044√𝑒𝑑
f(n/N) = Fungsi efek sunshine pada gelombang panjang radiasi
= (0,1 + 0,9 n/N)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 15


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.2.11. Hubungan Suhu(T), ea(mbar),W,(1-W) dan f(t)

Tabel 3.2.12 Hubungan Ra dalam Evaporasi Ekivalen(mm/hari)


dengan Letak Lintang

Tabel 3.2.13 Tabel Angka Koreksi Penmann

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 16


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

3.2.3 Pola Tanam dan Penggunaan Konsumtif Tanaman


Pola Tanam ditentukan berdasarkan jumlah ketersediaan air hujan
efektif yang ada, dengan :
 Curah hujan cukup tinggi sepanjang tahun; pola tanamnya padi-padi-
padi
 Musim hujan cukup panjang (6 bulan); pola tanamnya padi-padi-
palawija
 Musim kering cukup panjang; pola tanamnya padi-palawija-palawija
Berdasarkan Grafik 3.2.1, pola tanam yang cocok adalah pola padi-
padi- palawija.
Penentuan pola tanam secara sederhana merupakan cara
peningkatan produksi pangan yang didasarkan jumlah air hujan
yang ada, dimana padi menjadi tanaman utama pada musim hujan
dan palawija sebagai penganti padi di musim kemarau(kering).
Pola tanam secara sistematis- nya dihitung dan dianalisis dengan
hasil perhitungan kebutuhan pengairan(NFR dan DR) yang
menggunakan data Evapotranspirasi aktual, Penggantian lapisan
air, Perkolasi, Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan.
Evapotranspirasi Aktual
Secara sederhana, perhitungan evapotranspirasi aktual adalah:
𝐸𝑇𝑐 = 𝑐 × 𝐸𝑇𝑜
Dengan ETc : penggunaan konsumtif tanaman/Evapotranspirasi aktual
c : koefisien tanaman
Nedeco/Prosida FAO
Bulan Varietas Varietas Varietas Varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul
0,5 1,2 1,2 1,1 1,1
1 1,2 1,27 1,1 1,1
1,5 1,32 1,33 1,1 1,05
2 1,4 1,3 1,1 1,05
2,5 1,35 1,3 1,1 0,95
3 1,24 0 1,05 0
3,5 1,12 0,95
4 0 0
Tabel 3.2.14 Tabel Koefisien Tanaman Padi

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 17


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Kemudian Pola tanam yang direncanakan dibagi menjadi 3


kombinasi sesuai masa penyiapan lahan, yakni:
 C1: Masa penyiapan lahan selesai dalam 2minggu
 C2: Masa penyiapan lahan selesai dalam 4minggu
 C3: Masa penyiapan lahan selesai dalam 6minggu

3.2.4. Penggantian LapisanAir


Pengantian lapisan air adalah perawatan dari tanaman padi guna
membuang/mengganti air kotor yang menngenang di sawah. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah keggalan panen akibat hama air,
penyakit/mikroorganisme air dan peningkatan kualitas dan
produktivitas dari tanaman padi.
Secara teknis penggantian lapisan air dilakukan dua bulan setelah
mulai penanaman padi kemudian dilakukan penngantian lapisan air
lagi setelah selang waktu sebulan, dengan WLR = 50 mm/setengah
bulan atau sebesar 3.3 mm/hari. Sebab waktu mulainya penanaman
berdasarkan 3 kombinasi (lihat subbab sebelumnya), maka WLR juga
berdasarkan 3 kombinasi. Ambil nilai rata-ratanya.

3.2.5 Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa peresapan air ke dalam tanah saat tanah
dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitiian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek maka
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju
perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah-daerah miring,
perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak
kehilangan air. Di daerah- daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling
tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 18


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,


besarnya laju perkolaasi serta tingkat kecocokan tanah untuk
pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Pada
laporan ini digunakan nilai perkolasi rata-rata yaitu 2 mm/hari.

3.2.5. Kebutuhan Air pada Masa Penyiapan Lahan


Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan
dengan peralatan mesin, jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa
diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan
penggenangan sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan
lapisan 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur
berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil 250
mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk
penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.
Perhtiungan Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan/Land Preparatipn
(LP) dengan metode V.d.Goor - Zilstra:

Dengan:
M = Eo + P
atau M adalah Jumlah air yang harus digantikan akibat terjadinya
Evapotranspirasi dan Perkola
Dengan :
Eo = 1,1 Eto
P = Perkolasi
𝑀𝑇
dan K = 𝑆

T = Masa penyiapan lahan maksimum (masa penyiapan lahan 6


minggu,maka ambil T=45)
S = Tinggi air yang digunakan untuk penjenuhan ditambah 50 mm
(kebutuhan untuk penjenuhan sekitar 250 mm atau 300 mm).

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 19


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.2.15 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air saat Penyiapan Lahan

3.2.6 Kebutuhan Air pada Masa Penanaman


Secara umum unsur-unsur yang mempengaruhi kebutuhan air pada masa
tanam adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan. Hanya ada
tambahan yaitu :
 Penggantian lapisanair
Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan
air sesuai kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu maka dilakukan
penggantian air sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm ( atau 3.3 mm/hari selama
0.5 bulan ) selama sebulan dan 2 bulan setelah transplantasi.
Perhitungan kebutuhan pada masa tanam diuraikan secara mendetail secara
berikut sehingga dapat dilihat perbedaannya pada perhitungan kebutuhan air pada
masa penyiapan lahan, yaitu :
a. Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti yang sudah
diterangkandiatas.
b. Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metoda penman modifikasi
yang sudah diterangkandiatas.
c. Mencari data perkolasi (P) dan Penggantian lapisan air(WLR)
d. Menghitung ETc = Eto *c dimana c adalah koefisien tanaman`
e. Menghitung kebutuhan air total (bersih) disawah untukpadi NFR = Etc + P +
WLR -Re
f. Menghitung kebutuhan air irigasi untukpadi(IR)
IR = NFR/0.64
g. Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR= a)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 20


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

DR(a) = IR/8.64
h. Untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi maka harga “a” yang diambil
adalah harga “a” yang terbesar.
 Penentuan Kebutuhan Air Untuk Palawija
Kebutuhan air untuk palawija diperhitungkan dari harga Etc dan Re, dimana
langkah pengerjaannya sama seperti pada padi. Jadi yang sangat mempengaruhi
adalah evapotranspirasi dan curah hujan efektif saja.

3.2.7 Penggolongan Petak Kuarter dan Alternatif KebutuhanAir


Penanaman pada petak-petak sawah dan penggunaan lahannya serta
penyediaan laynanan irigasi dapat dioptimalkan menggunakan alternatif-alternatif
yang menggabungkan golongan- golongan petak sawah guna optimasi produksi
pangan.
Penggolongan merupakan pengubahan pola tanam berdasarkan variasi
waktu mulai. Untuk perhitungan laporan ini, ada 3 golongan yang digunakan:
Golongan A : Penanaman mulai tepat saat mulai musimbasah
Golongan B : Penanaman mulai setengah bulan setelah mulai musimbasah
Golongan C : Penanaman mulai sebulan setelah mulai musimbasah

Golongan-golongan tersebut dapat dikombinasikan menjadi Alternatif-


alternatif penanaman/pengolahan lahan. Alternatig yang ditinjau pada laporan ini:
Alternatif 1 : seluruh petak kuarter merupakan golongan A
Alternatif 2 : seluruh petak kuarter merupakan golongan B
Alternatif 3 : seluruh petak kuarter merupakan golongan C
Alternatif 4 : petak-petak kuarter merupakan kombinasi dari petak kuarter
golongan A dan B
Alternatif 5 : petak-petak kuarter merupakan kombinasi dari petak kuarter
golongan A,B,dan C
Alternatif 6 : petak-petak kuarter merupakan kombinasi dari petak kuarter
golongan B dan C. Secara jelas nilai-nilai kebutuhan air pada saat penanaman
berdasarkan golongan petak tersier ditampilkan sebagai berikut:

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 21


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.2.16 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan A

Tabel 3.2.17 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan

Tabel 3.2.18 Perhitungan C,WLR, NFR, dan DR dari Petak Tersier Golongan C

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 22


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Dari golongan-golongan ini, alternatif-alternatif penggunaan lahan dan


kebutuhanair disusun berdasarkan distribusi:
DR alternatif 1: DR gol A
DR alternatif 2: DR gol B
DR alternatif 3: DR gol C
DR alternatif 4: rata-rata dari DR golongan A dan B (alternatif 1 dan 2)
DR alternatif 5: rata-rata dari DR alternatif 1,2,3
DR alternatif 6: rata-rata dari DR alternatif 2 dan 3 Dan hasilnya adalah sebagai
berikut:

Tabel 3.2.19 Nilai DR berbagaiAlternatif Rencana

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 23


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

3.3 Analisis Ketersediaan Air


Dari data-data rerata hujan dan data-data rerata keadaan iklim dari
DAS pada bab 2.2.2, Debit sungai dibangkitkan melalui suatu
permodelan debit sungai. Metode permodelan yang digunakan metode
permodelan hujan limpasan.

Analisa ketersediaan air membutuhkan data debit yang sangat


panjang dan kontinu, jika data debit yang diperlukan tidak cukup,
maka diperlukan suatu model hubungan-hujan limpasan yang dapat
memperhitungkan kemungkinan debit yang terjadi(walau sebenarnya
tidak selalu akurat). Metode F.J Mock digunakan karena rata-rata
keadaan curah hujan di Seluma, Bengkulu yang tinggi.
Langkah-langkah perhitungannya :

3.3.1 Data Meteorologi

Data-data yang diperlukan: Persipitasi (P,mm), jumlah hari hujan


(n,hari), jumlah hari dalam 1 bulan (Hr,hari), suhu (T,°C),
penyinaran matahari (S,%), kelembaban relative (h,%), kecepatan
angin (w, mile/hari).
3.3.2 Evapotranspirasi

R (mm/hari): Radiasi matahari diperoleh dari table hubungan


radiasi dengan letak lintang A (mmHg/°F) : slope vapour
pressure curve pada temperature rata-rata B (mmH2O/hari):
radiasi benda hitam pada temperature rata-rata
ea(mmHg) : tekanan uap air jenuh pada temperature rata-rata

A, B dan ea diperoleh dari table hubungan A,B ea


dengan temperature rata-rata ed (mmHg) : tekanan
uap aktual ; ed=h*ea
Ep (mm/hari) : Evapotranspirasi
potensial ; Ep = E1 - E2 + E3 dengan
E1=F1*R*(1-r)

E2=F2*(0.1+0.9*S) E3=F3*( k+0.01w)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 24


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

𝐴 ( 0,18+0,55𝑆) 𝐴𝐵 ( 0,56−0,092√𝑒𝑑)
F1 = f (T,S) = ; F2 = f (T,h ) =
𝐴+0,27 𝐴+0,27

0,27 𝑥 0,35 ( 𝑒𝑎 −𝑒𝑑 )


F3 = f (T,h) = 𝐴+0,27

r: Koefisien refleksi diperoleh dari table hubungan r terhadap jenis


permukaan
k: koefisien kekasaran permukaan evaporasi ( untuk

permukaan air , k = 0.5, untuk permukaan vegetasi, k=1)

Ea (mm/bulan) : Evapotranspirasi aktual

Ea = Ep - ∆𝐸 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝑚
∆𝐸 = 𝐸𝑝 ( 18 - n )
20

m (%) : exposed surface diperoleh dari hubungan m


dengan daerah tinjauan.

3.3.3 Water Surplus


(WS,mm/bulan); WS=(P-Ea)+SS;
P :Presipitasi;
SS: Soil Storage; bernilai 0 bila P-Ea≥0, dan bernilai
(P-Ea) bila P-Ea <0
SMS(mm/bulan): Soil Moisture Storage
SMS = ISMS+(P-Ea); ISMS : Iinitial Soil Moisture
Storage,
SMC bulan sebelumnya
SMC: Soil Moisture Capacity
SMC = 200, jika P-Ea≥0 ;Jika P- Ea <0, SMC = SMC
bulan sebelumnya + (P-Ea)

3.3.4 Total Run-Off/Limpasan Total


TRO = BF + DRO + SRO (mm/month) ,
Dengan : BF: base flow (mm/bulan); BF=i-∆GS
i:Infiltrasi ; i =WS*if; dengan if : koefisien infiltrasi
∆GS: Selisih groundwater storage bulan yang ditinjau
dengan bulan sebelumnya
GS : groundwater storage

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 25


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

GS = {0.5*(1+K)*i} + {K*Gsom }
K : Konstanta resesi aliran bulanan, merupakan
proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada;
Gsom : konstanta awal GS yang ditentukan
berdasarkan asumsi siklus tertutup sehingga nilai
asumsi awal dibuat sama dengan nilai akhir tahun
DRO : Direct Run-Off DRO=WS-I;
SRO : Strom Run-Off, P : Persipitasi, dan
PF : percentage factor
Jika P ≥ 200 mm, SRO = 0, jika P < 200 mm,
SRO = P*PF.

3.3.5 Kalibrasi
Merupakan upaya untuk menyesuaikan hasil
permodelan dengan kenyataan di lapangan. Kalibrasi
dilakukan pada parameter Mock yang merupakan if, K
dan PF.

3.3.6 Debit Hasil Perhitungan


Untuk memudahkan perhitungan, perhitungan
dilakukan dalam tabel, dan hasil perhitungan akan
ditunjukkan pada bagian lampiran.

3.3.7 Hasil Perhitungan dan Kalibrasi Debit


Contoh Perhitugan :

Data-data Meteorologi sebagai berikut :

Catchment Precipitation (P;mm/month) = 188.3

Catchment Rain Days (n;days) = 17

Days of Month (Hr;days) = 13

Temperature (T;°C) = 27.1

Sunshine (S;%) = 50

Relative Humidity (h;%) = 85

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 26


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Wind Speed (w;mile/day) =0

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Solar Radiation (R;mm/day) = 15.58

A (mmHg/°F) = 0.877

B (mmH20/day) = 16.48

Ea (mmHg) = 26.91

Nilai R diperoleh dari tabel hubungan letak lintang


dengan radiasi matahari, dan nilai A, B dan ea
diperoleh dari tabel hubungan temperautr rata-rata
dengan Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea.
Perhitungan ed :
Ed = h × ea = 85% × 26.91 mmHg = 22.90 mmHg

Evapotaranspirasi

Perhitungan F1, F2 dam F3

F1 = f(T,S) = A (0.18+0.55S) / (A+0.27)

= 0.877 (0.18+0.55×50%) / (0.877+0.27)

= 0.35

F2 = F(T,h) = AB (0.56-0.092×√𝑒𝑑) / (A+0.27)

= 0.877×16.48 (0.56-0.092×√22.90) / (0.877+0.27)

=1.51

F3 = f(T,h) = 0.27×0.35 (ea-ed) / (A+0.27)

= 0.27×0.35(26.91-22.90) / (0.877+0.27)

= 0.33

Perhitungan E1, E2 dan E3

E1 = F1×R (1-r) = 0.35×15.58(1-40%) = 3.24

E2 = F2 (0.1+0.9S) = 1.5 (0.1+0.9×50%) = 0.83

E3 = F3 (k+0.01w) = 0.33(0.8+0.01×0) = 0.26

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 27


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

r merupakan koefisien refleksi yang diperoleh dari


mencocokan informasi mengenai wilayah DAS dengan
tabel nilai koefisien refleksi, dan k adalah koefisien
kekasaran permukaan dari wilyah DAS.

Maka evapotranspirasi potensialnya :

Ep = E1 - E2 + E3 = 3.24 + 0.83 + 0.26 = 2.68mm/hari

Atau = 83.07 mm/bulan.

Kemudian menghitung Evapotranspirasi aktual :

∆E = m/20 × (18-n) × Ep = (10%/20) × (18-17) ×83.07

=0.42mm/bulan

Ea = E - ∆E = 2.68- 0.42 = 82.65 mm/bulan.

Water Surplus

Soil Moisture Storage (SMS) = Initial Soil Moisture


Storage (ISMS) + (P-Ea)

ISMS merupakan Soil Mousture Capacity (SMC) dari


bulan sebelumnya;

asumsi SMC Desember 1973 = 200 mm/bulan

SMS = 200 + (188.2-82.65) = 305.68

Soil Moisture Capacity ditentukan dengan melihat


nilai P-Ea. Jika P-Ea ≥ 0 maka SMC = 200, jika tidak
nilai SMC = -SMC bulan sebelum + (P-Ea). Karena
P-Ea untuk Januari 1974 >0 maka SMC=200mm/bulan
Soil Storage (SS) ditentukan dengan melihat nilai P-
Ea. Jika P-Ea ≥ 0, maka SS = 0, jika tidak SS =-(P-Ea)

P-Ea pada Januari 1974 > 0, maka SS = 0mm/bulan

WaterSurplus=(P-Ea)+SS=105.68+0=105.68mm/bulan

Perhitungan Total Run Off (TRO) Menurut


Mock,Total Run-Off yang terjadi merupakan jumlah
dari Direct Run-off, Strom Run-Off dan Base Flow,

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 28


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

maka perlu dilakuak perhitungan berikut.

Koefisien infiltrasi (if), ditentukan berdasarkan


kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran.
Semakin miring tanah, sehingga air sempat infriltrasi
kedalam tanah, maka nilai if semakin kecil.

Besar infiltrasi, yaitu water surplus dikalikan dengan


koefisien infiltrasi.

𝐼𝑛𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛(𝐼) = 𝑖𝑓 × 𝑤𝑠 = 0.73 × 105.68 = 77.15

𝐺𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑆𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 (GS) = 1 2 × (1 + 𝐾) × 𝐼 + 𝐾 × 𝐺𝑠𝑜𝑚

Nilai K, konstanta resesi aliran, adalah proporsi


dari air tanah bulan lalu yang masih ada pada bulan
yang ditinjau. Nilai K cenderung lebih besar dari bulan
sebelumnya yang memiliki curah hujan tinggi. Pada
perhitungan ini, nilai K didapatkan dengan cara goal
seek atau mengisi hingga debit perhitungan mendekati
debit observasi.

Perhitungan Ground Storage dipermudah


dengan menghitung 1/2 × (1 + 𝐾) × 𝐼 dan K x Gsom
terlebih dahulu :

1/2 × (1 + 𝐾) × 𝐼 = ½ × (1 + 0.373) × 77.15 = 70.98

K x Gsom, dimana Gsom adalah groundwater storage


bulan sebelumnya.

Asumsi Gsom Desember 1973 = 800 mm/bulan

𝐾 × 𝐺𝑠𝑜𝑚 = 0.6273 × 229.14 = 143.74, maka 𝐺𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑


𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 (GS) = 1/ 2 × (1 + 𝐾) × 𝐼 + 𝐾 × 𝐺𝑠𝑜𝑚

= 70.98 + 143.74 = 742.98

Perubahan groudwater storage diperhitungkan untuk


perubahan volum air tanah 𝛥𝐺𝑆 = 𝐺𝑆 − 𝑔𝑠𝑜𝑚 =
742.98 − 800 = −57.02 mm/bulan.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 29


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Base Flow yaitu besar infiltrasi dikurangi perbubahan


groundwater storage.

𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 = 𝐼 − 𝛥𝐺𝑆 = 77.15 + 57.02 = 134.17


mm/bulan .

Direct Run Off, yaitu water surplus yang telah


mengalami infiltrasi.

𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑅𝑢𝑛 𝑂𝑓𝑓 = 𝑊𝑆 − 𝐼 = 105.68 − 77.19 = 28.53


mm/bulan.

Storm Run Off, untuk P > =200 mm/bulan,


makan nilai Storm Run Off = 0, untuk P < 200
mm/bulan, maka nilai Storm Run Off = P x PF;
Percentage Factor (PF), merupakan presentase hujan
yang menjadi limpasan. Nilai ini diasumsikan 37.3%
pada perhitungan ini dan bernilai sama setiap bulan.
Karena P ≥ 200mm/bulan, Storm Run Off = 0.

Total Run Off (TRO), jumlah dari Direct Run-


off, Strom Run-Off dan Base Flow,

𝑇𝑅𝑂 = 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑙𝑜𝑤 + 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑅𝑢𝑛 𝑂𝑓𝑓 + 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑚 𝑅𝑢𝑛


𝑂𝑓𝑓 = 134.17 + 28.53 + 0 = 232.95 mm/bulan.

Stream Flow, merupakan debit yang tercatat di


outlet yang merupakan aliran limpasan dari DAS yang
ditinjau :

𝑆𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 𝐹𝑙𝑜𝑤 = 𝑇𝑅𝑂 × 𝐶𝑎𝑡𝑐ℎ𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑟𝑒𝑎

Catchment Area, yaitu luas DAS, dimana luas DAS K-


Seluma adalah 482,530 km2 Stream Flow dari K-
Seluma berdasarkan permodelan FJ Mock

𝑆𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 𝐹𝑙𝑜𝑤 = 𝑇𝑅𝑂 × 𝐶𝑎𝑡𝑐ℎ𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑟𝑒𝑎

Berikut hasil kalibrasi debit tahun 2010 sampai 2018 :

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 30


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.1 Debit Sungai Seluma Tahun 2010 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2010

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 31


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.2 Debit Sungai Seluma Tahun 2011 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2011

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 32


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.3 Debit Sungai Seluma Tahun 2012 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2012

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 33


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.4 Debit Sungai Seluma Tahun 2013 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2013

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 34


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.5 Debit Sungai Seluma Tahun 2014 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2014

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 35


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.6 Debit Sungai Seluma Tahun 2015 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2015

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 36


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.7 Debit Sungai Seluma Tahun 2016 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2016

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 37


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.8 Debit Sungai Seluma Tahun 2017 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2017

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 38


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 3.3.9 Debit Sungai Seluma Tahun 2018 dengan bangkitan F.J.Mock

Lokasi : Seluma, Bengkulu


Tahun : 2018

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 39


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Dari data-data debit data bangkitan permodelan hujan limpasan, debit


andalan dicari dengan metoda yan sama untuk mecari curah hujan efektif,
yakni dengan cara Weibul.

Hasilnya adalah :

Tabel 3.3.10 Data Debit Sungai Bulanan yang diurutkan dari Terbesar ke Terkecil

Tabel 3.3.11 Debit Andalan Sungai Seluma, Bengkulu

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 40


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

3.4 Petak, Bangunan dan Saluran Rencana

3.4.1 Petak Rencana


Setelah diperoleh nilai DR(kebutuhan Air) dari setiap alternative
kebutuhan air dan nilai debit andalan sungai(ketersediaan air), Hal
selanjutnya yang perlu direncanakan adalah luasnya petak rencana
yang dapat dilayani oleh sistem irigasi,
𝑄80
𝐴=
𝐷𝑅

Dengan :

A adalah Luas sawah yang dapat diairi,

Q80 adalah debit andalan sungai, dan

DR adalah kebutuhan air untuk penanaman dan perawatan pangan.

Dari penggabungan tabel alternative kebutuhan air dan tabel debit


andalan, maka diperoleh tabel luas layanan minimum.

Tabel 3.4.1 Luas Minimum Areal Sawah yang bisa dilayani

Daerah Irigasi : Seluma, Bengkulu

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 41


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Dari tabel 3.4.1 diperoleh informasi mengenai luas


minimum sawah yang dilayani dengan alternative paling optimal
yang menghasilkan peluang pengairan lebih luas dari alternative
lainnya. Alternatif yang paling optimum adalah alternative 2
dengan Luas sawah untuk padi musim 1 adalah 5,528 ha, Luas
sawah untuk padi musim 2 adalah 0,364 ha, dan Luas sawah untuk
palawija (musim tanam 3) adalah 18,389 ha. Dengan demikian
seluruh sawah rencana seluas 24,281 ha dapat diairi seluruhnya.

Tabel 3.4.2 Daftar Sawah Rencana, DR, dan Debit

Petak
Area
Nama p etak A (ha) DR (l/d.h) Q (m^2/s) Q (l/s)
BM 1 Ki 42 1,411 0,059 59,26
BM 2 Ki 45,5 1,411 0,064 64,20
BM 3 Ki 50 1,411 0,071 70,55
BM 4 Ki 42,4 1,411 0,060 59,83
BUNGA MAS

BM 4a Ki 42,6 1,411 0,060 60,11


BM 1a Ki 42,6 1,411 0,060 60,11
BM 1 Ka 45,2 1,411 0,064 63,78
BM 2 Ka 45,2 1,411 0,064 63,78
BM 3 Ka 42,8 1,411 0,060 60,39
BM 3a Ka 42,8 1,411 0,060 60,39
BM 4 Ka 40,4 1,411 0,057 57,00
BM 2a Ka 40,4 1,411 0,057 57,00
SS1 Ki 41 1,411 0,058 57,85
SS2 Ki 45,2 1,411 0,064 63,78
SS3 Ki 46 1,411 0,065 64,91
SS4 Ki 46,6 1,411 0,066 65,75
SS4a Ki 47 1,411 0,066 66,32
SELINGSINGAN

SS5 Ki 49 1,411 0,069 69,14


SS6 Ki 41,2 1,411 0,058 58,13
SS6a Ki 45 1,411 0,063 63,50
SS1 Ka 41 1,411 0,058 57,85
SS2 Ka 45,2 1,411 0,064 63,78
SS3 Ka 46 1,411 0,065 64,91
SS3a Ka 46,6 1,411 0,066 65,75
SS3b Ka 47 1,411 0,066 66,32
SS4 Ka 49 1,411 0,069 69,14
SS5 Ka 41,2 1,411 0,058 58,13
SS6 Ka 45 1,411 0,063 63,50
PG1 Ki 43 1,411 0,061 60,67
PG2 Ki 44,5 1,411 0,063 62,79
PG3 Ki 58,3 1,411 0,082 82,26
PUGUK

PG4 Ki 54 1,411 0,076 76,19


PG1 Ka 53 1,411 0,075 74,78
PG2 Ka 44,5 1,411 0,063 62,79
PG3 Ka 51 1,411 0,072 71,96
PG4 Ka 52 1,411 0,073 73,37
PN1 Ki 45 1,411 0,063 63,50
PN2 Ki 58,9 1,411 0,083 83,11
PN3 Ki 56,2 1,411 0,079 79,30
PANDAN

PN4 Ki 54,6 1,411 0,077 77,04


PN1 Ka 55,2 1,411 0,078 77,89
PN2 Ka 48,6 1,411 0,069 68,57
PN3 Ka 49 1,411 0,069 69,14
PN4 Ka 44 1,411 0,062 62,08
LL1 Ki 56,5 1,411 0,080 79,72
LUBUK LINTANG

LL3 Ki 59 1,411 0,083 83,25


LL4 Ki 45,5 1,411 0,064 64,20
LL1 Ka 52,6 1,411 0,074 74,22
LL2 Ka 54,8 1,411 0,077 77,32
LL3 Ka 56 1,411 0,079 79,02
LL4 Ka 48 1,411 0,068 67,73
24,281

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 42


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Gambar 4.1 Skema Petak Sawah. Jaringan Saluran dan Bangunan Air
(Bagi dan Sadap)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 43


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB IV
PERENCANAAN SALURAN BERI

4.1 Perancangan Saluran Tersier


Perancangan saluran tersier dilakukan dengan langkah berikut:
1. Menetukan DRters(Modulus Pengairan saluran beri tersier)
2. Menentukan debit rencana sawah
3. Menetukan debit layanan saluran sesuai porsi lahan yang diairi; untuk
mudahnya debit dibagi dengan jumlah saluran tersier pengambil air dari sadap.
4. Menentukan kemiringan talud, faktor kekasaran Strickler, dan
perbandingan dasar dengan tinggi saluran, kedua nilai tersebut didapat
dari tabel berikut.

Tabel 4.1.1 Nilai m, n, k berdasarkan Q

5. Menentukan kemiringan saluran(I); Kemiringan 0.001 untuk saluran


sejajar kontur dan saluran memotong kontur dihitung dengan membagi
perbedaan tinggi saluran di hulu dan hilir(Δy) dibagi dengan panjang
saluran(L).

6. Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi,


setelah itu ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek”(setelah
data penting tabel perhitungan selesai diisi) hingga didapat h0-h1=0,

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 44


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

pada perhitungan sudah didapat angka sesuai dengan ketentuan, yaitu


h0 = 0,35 (setelah di-Goal Seek)

7. Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler

8. Menentukan luas basahan saluran

9. Menentukan h1
10. Menentukan dimensi saluran.

Tabel 4.1.2 Nilai m, n, k berdasarkan Q

Q(m3/s) Freeboard
Min Max
0 0.5 0.4
0.5 1.5 0.5
1.5 5 0.6
5 10 0.75
10 15 0.85
15 >15 1

Tambahan: desain saluran pada tabel 4.1.2 merupakan saluran yang memotong
kontur, dan desain saluran tersier untuk tiap petak tersier ini diasumsikan cukup
memfasilistasi saluran tersier yang sejajar kontur.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 45


Debit Jumlah
Efisiensi Debit layanan Saluran
Luas Petak Efisiensi n V՚ Saluran
No Nama Petak Saluran DR (l/s/ha) Keseluruha Rencana m Ho (m) Bo (m) R (m) K Δy (m) L (m) I Ao (m^2) H1(m) H1-H0 b(m) F(m) H(m) B(m)
(ha) Seluruh (b/h) (m/s) Memotong
n l/s
l/s m^3/s Kontur(n)
1 BM1 Ki Tersier 42 1,411 65% 80% 96,30 96,30 0,10 1 1 0,30 0,298 0,181 35 0,70 300 0,0023 0,541 0,178 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,8950213 1
2 BM2 Ki Tersier 45,5 1,411 65% 80% 104,33 104,33 0,10 1 1 0,32 0,317 0,148 35 0,70 250 0,0028 0,518 0,201 0,32 0,0 0,32 0,4 0,72 0,9518271 1
3 BM3 Ki Tersier 50 1,411 65% 80% 114,64 114,64 0,11 1 1 0,31 0,315 0,200 35 0,70 300 0,0023 0,578 0,198 0,31 0,0 0,31 0,4 0,71 0,9445898 1
4 BM4 Ki Tersier 42,4 1,411 65% 80% 97,22 97,22 0,10 1 1 0,28 0,277 0,200 35 0,70 250 0,0028 0,633 0,153 0,28 0,0 0,28 0,4 0,68 0,8310858 1
5 BM4a Ki Tersier 42,6 1,411 65% 80% 97,68 48,84 0,05 1 1 0,18 0,176 0,236 35 0,70 200 0,0035 0,791 0,062 0,18 0,0 0,18 0,4 0,58 0,5271868 2
6 BM1a Ki Tersier 42,6 1,411 65% 80% 97,68 48,84 0,05 1 1 0,18 0,184 0,206 35 0,70 200 0,0035 0,722 0,068 0,18 0,0 0,18 0,4 0,58 0,5516278 2
7 BM1 Ka Tersier 45,2 1,411 65% 80% 103,64 51,82 0,05 1 1 0,20 0,196 0,187 35 0,70 200 0,0035 0,677 0,077 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,5868392 2
IRIGASI DAN DRAINASE

8 BM2 Ka Tersier 45,2 1,411 65% 80% 103,64 51,82 0,05 1 1 0,20 0,201 0,172 35 0,70 200 0,0035 0,640 0,081 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6034253 2
Tabel 4.1.3 Desain Saluran

9 BM3 Ka Tersier 42,8 1,411 65% 80% 98,14 98,14 0,10 1 1 0,27 0,266 0,194 35 0,70 200 0,0035 0,694 0,141 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,7977498 1
10 BM3a Ka Tersier 42,8 1,411 65% 80% 98,14 98,14 0,10 1 1 0,29 0,292 0,147 35 0,70 200 0,0035 0,577 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8750406 1

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ]


11 BM4 Ka Tersier 40,4 1,411 65% 80% 92,63 92,63 0,09 1 1 0,27 0,270 0,170 35 0,70 200 0,0035 0,635 0,146 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,8099405 1
12 BM2a Ka Tersier 40,4 1,411 65% 80% 92,63 46,32 0,05 1 1 0,20 0,203 0,142 35 0,70 200 0,0035 0,564 0,082 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6081233 2
13 SS1 Ki Tersier 41 1,411 65% 80% 94,01 31,34 0,03 1 1 0,16 0,162 0,189 35 0,80 300 0,0027 0,595 0,053 0,16 0,0 0,16 0,4 0,56 0,486722 3
14 SS2 Ki Tersier 45,2 1,411 65% 80% 103,64 51,82 0,05 1 1 0,22 0,221 0,158 35 0,80 300 0,0027 0,528 0,098 0,22 0,0 0,22 0,4 0,62 0,664414 2
15 SS3 Ki Tersier 46 1,411 65% 80% 105,47 105,47 0,11 1 1 0,31 0,308 0,171 35 0,80 300 0,0027 0,557 0,189 0,31 0,0 0,31 0,4 0,71 0,9232453 1
16 SS4 Ki Tersier 46,6 1,411 65% 80% 106,85 106,85 0,11 1 1 0,31 0,309 0,173 35 0,80 300 0,0027 0,561 0,190 0,31 0,0 0,31 0,4 0,71 0,9256522 1
17 SS4a Ki Tersier 47 1,411 65% 80% 107,77 107,77 0,11 1 1 0,30 0,304 0,183 35 0,80 300 0,0027 0,583 0,185 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,9123654 1
18 SS5 Ki Tersier 49 1,411 65% 80% 112,35 112,35 0,11 1 1 0,31 0,309 0,186 35 0,80 300 0,0027 0,589 0,191 0,31 0,0 0,31 0,4 0,71 0,9265396 1
19 SS6 Ki Tersier 41,2 1,411 65% 80% 94,47 47,23 0,05 1 1 0,18 0,185 0,236 35 0,80 300 0,0027 0,690 0,068 0,18 0,0 0,18 0,4 0,58 0,5549236 2
20 SS6a Ki Tersier 45 1,411 65% 80% 103,18 51,59 0,05 1 1 0,19 0,190 0,250 35 0,80 300 0,0027 0,717 0,072 0,19 0,0 0,19 0,4 0,59 0,568916 2
21 SS1 Ka Tersier 41 1,411 65% 80% 94,01 94,01 0,09 1 1 0,27 0,268 0,208 35 0,85 300 0,0028 0,654 0,144 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,804252 1
22 SS2 Ka Tersier 45,2 1,411 65% 80% 103,64 103,64 0,10 1 1 0,30 0,299 0,173 35 0,85 300 0,0028 0,578 0,179 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,8979287 1
23 SS3 Ka Tersier 46 1,411 65% 80% 105,47 105,47 0,11 1 1 0,29 0,292 0,192 35 0,85 300 0,0028 0,620 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8749163 1
24 SS3a Ka Tersier 46,6 1,411 65% 80% 106,85 106,85 0,11 1 1 0,30 0,300 0,179 35 0,85 300 0,0028 0,592 0,181 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,9014257 1
25 SS3b Ka Tersier 47 1,411 65% 80% 107,77 107,77 0,11 1 1 0,30 0,297 0,187 35 0,85 300 0,0028 0,609 0,177 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,892188 1
26 SS4 Ka Tersier 49 1,411 65% 80% 112,35 112,35 0,11 1 1 0,29 0,287 0,222 35 0,85 300 0,0028 0,683 0,164 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8603366 1
27 SS5 Ka Tersier 41,2 1,411 65% 80% 94,47 94,47 0,09 1 1 0,26 0,264 0,219 35 0,85 300 0,0028 0,677 0,140 0,26 0,0 0,26 0,4 0,66 0,7924805 1
KELOMPOK 3A

28 SS6 Ka Tersier 45 1,411 65% 80% 103,18 51,59 0,05 1 1 0,20 0,201 0,201 35 0,85 300 0,0028 0,639 0,081 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6026251 2

46
29 PG1 Ki Tersier 43 1,411 65% 80% 98,59 49,30 0,05 1 1 0,22 0,222 0,122 35 0,85 250 0,0034 0,502 0,098 0,22 0,0 0,22 0,4 0,62 0,6647505 2
30 PG2 Ki Tersier 44,5 1,411 65% 80% 102,03 51,02 0,05 1 1 0,20 0,196 0,158 35 0,85 200 0,0043 0,667 0,077 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,5867384 2
31 PG3 Ki Tersier 58,3 1,411 65% 80% 133,67 133,67 0,13 1 1 0,33 0,325 0,172 35 0,85 250 0,0034 0,631 0,212 0,33 0,0 0,33 0,4 0,73 0,976227 1
32 PG4 Ki Tersier 54 1,411 65% 80% 123,82 41,27 0,04 1 1 0,16 0,159 0,215 35 0,85 200 0,0043 0,819 0,050 0,16 0,0 0,16 0,4 0,56 0,4762357 3
33 PG1 Ka Tersier 53 1,411 65% 80% 121,52 60,76 0,06 1 1 0,22 0,216 0,179 35 0,85 250 0,0034 0,648 0,094 0,22 0,0 0,22 0,4 0,62 0,6494783 2
34 PG2 Ka Tersier 44,5 1,411 65% 80% 102,03 102,03 0,10 1 1 0,25 0,252 0,208 35 0,85 200 0,0043 0,801 0,127 0,25 0,0 0,25 0,4 0,65 0,7571073 1
35 PG3 Ka Tersier 51 1,411 65% 80% 116,94 116,94 0,12 1 1 0,29 0,288 0,202 35 0,85 250 0,0034 0,703 0,166 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8654208 1
IRIGASI DAN DRAINASE

36 PG4 Ka Tersier 52 1,411 65% 80% 119,23 119,23 0,12 1 1 0,29 0,291 0,171 35 0,85 200 0,0043 0,703 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8736447 1
37 PN1 Ki Tersier 45 1,411 65% 80% 103,18 103,18 0,10 1 1 0,28 0,277 0,190 35 0,85 250 0,0034 0,674 0,153 0,28 0,0 0,28 0,4 0,68 0,8296873 1
38 PN2 Ki Tersier 58,9 1,411 65% 80% 135,05 135,05 0,14 1 1 0,30 0,298 0,192 35 0,85 200 0,0043 0,759 0,178 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,8945867 1

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ]


39 PN3 Ki Tersier 56,2 1,411 65% 80% 128,86 128,86 0,13 1 1 0,32 0,319 0,172 35 0,85 250 0,0034 0,631 0,204 0,32 0,0 0,32 0,4 0,72 0,9584836 1
40 PN4 Ki Tersier 54,6 1,411 65% 80% 125,19 125,19 0,13 1 1 0,26 0,258 0,265 35 0,85 200 0,0043 0,941 0,133 0,26 0,0 0,26 0,4 0,66 0,7735936 1
41 PN1 Ka Tersier 55,2 1,411 65% 80% 126,57 126,57 0,13 1 1 0,30 0,302 0,198 35 0,85 250 0,0034 0,693 0,183 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,9063734 1
42 PN2 Ka Tersier 48,6 1,411 65% 80% 111,43 111,43 0,11 1 1 0,27 0,266 0,202 35 0,85 200 0,0043 0,786 0,142 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,7989744 1
43 PN3 Ka Tersier 49 1,411 65% 80% 112,35 56,18 0,06 1 1 0,20 0,203 0,194 35 0,85 250 0,0034 0,684 0,082 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,6079602 2
44 PN4 Ka Tersier 44 1,411 65% 80% 100,89 100,89 0,10 1 1 0,27 0,269 0,169 35 0,85 200 0,0043 0,697 0,145 0,27 0,0 0,27 0,4 0,67 0,8067939 1
45 LL1 Ki Tersier 56,5 1,411 65% 80% 129,55 64,77 0,06 1 1 0,23 0,227 0,172 35 0,85 250 0,0034 0,631 0,103 0,23 0,0 0,23 0,4 0,63 0,6795568 2
46 LL3 Ki Tersier 59 1,411 65% 80% 135,28 135,28 0,14 1 1 0,29 0,295 0,199 35 0,85 200 0,0043 0,778 0,174 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,884722 1
47 LL4 Ki Tersier 45,5 1,411 65% 80% 104,33 52,16 0,05 1 1 0,20 0,197 0,190 35 0,85 250 0,0034 0,674 0,077 0,20 0,0 0,20 0,4 0,60 0,5899278 2
48 LL1 Ka Tersier 52,6 1,411 65% 80% 120,61 120,61 0,12 1 1 0,30 0,295 0,167 35 0,85 200 0,0043 0,692 0,174 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,8856305 1
49 LL2 Ka Tersier 54,8 1,411 65% 80% 125,65 125,65 0,13 1 1 0,30 0,303 0,195 35 0,85 250 0,0034 0,686 0,183 0,30 0,0 0,30 0,4 0,70 0,9076912 1
50 LL3 Ka Tersier 56 1,411 65% 80% 128,40 128,40 0,13 1 1 0,26 0,263 0,259 35 0,85 200 0,0043 0,927 0,138 0,26 0,0 0,26 0,4 0,66 0,7894524 1
KELOMPOK 3A

51 LL4 Ka Tersier 48 1,411 65% 80% 110,06 110,06 0,11 1 1 0,29 0,291 0,179 35 0,85 250 0,0034 0,648 0,170 0,29 0,0 0,29 0,4 0,69 0,8741024 1

47
IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.2 Perancangan Saluran Sekunder


4.2.1 Tinggi Muka Air Petak
Tinggi muka air awal (P) dirumuskan sebagai:
𝑃 = 𝐴 + 𝑎 + 𝑏 + 𝑚. 𝑐 + 𝑑 + 𝑛. 𝑒 + 𝑓 + 𝑔 + ∆ℎ

P = tinggi muka air petak


A = elevasi (penentu) tertinggi sawah
a = lapisan air di sawah – 10cm
b = kehilangan tinggi pd saluran kuarter sampai sawah – 5cm
c = kehilangan tinggi di boks kuarter – 5cm
d = kehilangan air pada saluran pembawa – I x L
I = kemiringan saluran ;
L = Panjang Saluran
e = kehilangan tinggi energi dibox tersier 5cm/box
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong – 0 (asumsi nol)
g = kehilangan tinggi energi di romijin - 11 cm
Δh = variasi ketinggian muka air- 0.15 meter
m = jumlah box kuarter
n = jumlah box tersier

Contoh Perhitungan: Petak B5 ka


𝑃 = 𝐴 + 𝑎 + 𝑏 + 𝑚. 𝑐 + 𝑑 + 𝑛. 𝑒 + 𝑓 + 𝑔 + ∆ℎ

𝑃 = 16.8 + 0.1 + 0.05 + 0.05 + 1.2 + 0.1 + 0 + 0.11 + 0.15 = 18.56 𝑚

Tambahan:
Perhitungan L disederhanakan dengan mengalikan panjang satu saluran dengan
jumlah saluran(n); kemudian kehilangan air pada saluran tersier sejajar kontur
diasumsikan sangat kecil sehingga koreksi cukup dengan pembulatan ke atas P.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 48


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.1 Perhitungan Muka Air Awal

No Petak A a b m c m*c I L d e n n*e f g Δh p


Saluran Potong Kontur
1 BM1 Ki 16,2 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0023 300 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,46 1
2 BM2 Ki 16,2 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 250 0,70 0,05 4 0,20 0 0,11 0,15 17,56 1
3 BM3 Ki 16,2 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0023 300 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,46 1
4 BM4 Ki 16,2 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 250 0,70 0,05 4 0,20 0 0,11 0,15 17,56 1
5 BM4a Ki 16,1 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,41 2
6 BM1a Ki 16,1 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,41 2
7 BM1 Ka 16,1 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,41 2
8 BM2 Ka 16,1 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,41 2
9 BM3 Ka 16,1 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,36 1
10 BM3a Ka 16,1 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,36 1
11 BM4 Ka 16,1 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,36 1
12 BM2a Ka 16,1 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0035 200 0,70 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,41 2
13 SS1 Ki 16 0,1 0,05 3 0,05 0,15 0,0027 300 0,80 0,05 4 0,20 0 0,11 0,15 17,56 3
14 SS2 Ki 16 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 2
15 SS3 Ki 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,41 1
16 SS4 Ki 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,41 1
17 SS4a Ki 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,41 1
18 SS5 Ki 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,41 1
19 SS6 Ki 16 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 2
20 SS6a Ki 16 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0027 300 0,80 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 2
21 SS1 Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 4 0,20 0 0,11 0,15 17,51 1
22 SS2 Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
23 SS3 Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
24 SS3a Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
25 SS3b Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
26 SS4 Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
27 SS5 Ka 16 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,46 1
28 SS6 Ka 16 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0028 300 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,51 2
29 PG1 Ki 15,8 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,26 2
30 PG2 Ki 15,7 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,21 2
31 PG3 Ki 15,6 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,01 1
32 PG4 Ki 15,5 0,1 0,05 3 0,05 0,15 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,06 3
33 PG1 Ka 15,8 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,26 2
34 PG2 Ka 15,7 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,16 1
35 PG3 Ka 15,6 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,01 1
36 PG4 Ka 15,5 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 16,96 1
37 PN1 Ki 15,8 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,21 1
38 PN2 Ki 15,7 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,16 1
39 PN3 Ki 15,6 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,01 1
40 PN4 Ki 15,5 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 16,96 1
41 PN1 Ka 15,8 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,21 1
42 PN2 Ka 15,7 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,16 1
43 PN3 Ka 15,6 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,06 2
44 PN4 Ka 15,5 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 16,96 1
45 LL1 Ki 15,8 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,26 2
46 LL3 Ki 15,7 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,16 1
47 LL4 Ki 15,6 0,1 0,05 2 0,05 0,1 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,06 2
48 LL1 Ka 15,5 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 16,96 1
49 LL2 Ka 15,8 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,21 1
50 LL3 Ka 15,7 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0043 200 0,85 0,05 3 0,15 0 0,11 0,15 17,16 1
51 LL4 Ka 15,6 0,1 0,05 1 0,05 0,05 0,0034 250 0,85 0,05 2 0,10 0 0,11 0,15 17,01 1

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 49


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.2.2 Stasioning dan Perumusan Kemiringan Aktual Saluran

Pada tahap ini, kemiringan aktual saluran sekunder dan stasioning bangunan
saluran sekunder dilakukan dengan langkah :
 Luas petak tersier(Ap), Debit (Q=DR*A), Muka air di saluran sekunder P
didapat dari tabel 4.1.3 dan tabel 4.2.1.

Apt adalah total luas petak layanan bangunan; Nilai Apt adalah jumlah Ap

yang mengambil air dari bangunan sadap yang sama


Kehilangan energi di sadap (Δho) diasumsikan sangat kecil (Δho=0)

 Panjang saluran sekunder (L) diperoleh dengan pengukuran jaringan desain


di peta biru.

 P hulu dan P hilir adalah elevasi tanah yang ditempati jaringan. Nilai ini
diperoleh dari informasi kontur peta.
 Kemiringan saluran awal dirumuskan sebagai Io = (P hulu-P hilir) / L

 QT = Q/0.9. Besar QT didasarkan pada debit saluran dan petak yang diairi
oleh bangunan. Pada perhitungan QT, perhitungan bersifat akumulasi.
 Stasioning (STA): posisi bangunan terhadap titik tertentu. Pada tahap ini
stasioning menggunakan bangunan saluran primer sebagai titik nol dan
dimensi stasioning mengikuti panjang saluran

 Plot Hubungan Io dan QT untuk tiap saluran yang memiliki jalur yang sama:
Saluran Sekunder yang Cuma memiliki satu ruas dan berada di muara tidak
perlu di-plot, dan Nilai Ia (Kemiringan aktual) disamakan dengan Io.
Sehingga ada beberapa kurva Hubungan I dan QT di tiap daerah.
 Pada kurva diberi trendline power untuk menentukan hubungan matematis I a
dan QT.
 Nilai Ia ditentukan dengan persamaan yang ditunjukkan oleh trendlline.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 50


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.2 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Bunga Mas

Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
BM1 Ki 42 0,18 17,46 BM1 Ki
B BM1 8210 BM1 Ka 45,2 0,19 17,41 BM1 Ka 129,8 1120 0 16,4 16 0,00036 0,62
BM1a Ki 42,6 0,18 17,41 BM1a Ki
BM2 Ki 45,5 0,20 17,56 BM2 Ki
B BM2 7280 BM2 Ka 45,2 0,19 17,41 BM2 Ka 131,1 1080 0 16,3 16 0,00028 0,62
S.S.
BM2a Ka 40,4 0,17 17,41 BM2a Ka
BUNGA
MAS BM3 Ki 50 0,21 17,46 BM3 Ki
B BM3 5250 BM3 Ka 42,8 0,18 17,36 BM3 Ka 135,6 1100 0 16,1 15,8 0,00027 0,65
BM3a Ka 42,8 0,18 17,36 BM3a Ka
BM4 Ki 42,4 0,18 17,56 BM4 Ki
B BM4 3710 BM4a Ki 42,6 0,18 17,36 BM4a Ki 125,4 1020 0 16,1 15,8 0,00029 0,60
BM4 Ka2 40,4 0,17 17,41 BM4 Ka2

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 51


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.3 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Selingsingan

Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
SS1 Ki 41 0,18 17,56 SS1 Ki
B SS1 6370 82 1300 0 16,3 16 0,00023 0,39
SS1 Ka 41 0,18 17,51 SS1 Ka
SS2 Ki 45,2 0,19 17,46 SS2 Ki
B SS2 5890 90,4 1280 0 16,1 16 0,00008 0,43
SS2 Ka 45,2 0,19 17,46 SS2 Ka
SS3 Ki 46 0,20 17,41 SS3 Ki
B SS3 4500 92 1250 0 15,9 15,8 0,00008 0,44
SS3 Ka 46 0,20 17,46 SS3 Ka
SS4 Ki 46,6 0,20 17,41 SS4 Ki
S.S. B SS4 4150 93,2 1210 0 15,9 15,7 0,00017 0,44
SS3a Ka 46,6 0,20 17,46 SS3a Ka
SELINGSI
NGAN SS4a Ki 47 0,20 17,41 SS4a Ki
B SS5 4000 94 1200 0 15,9 15,7 0,00017 0,45
SS3b Ka 47 0,20 17,46 SS3b Ka
SS5 Ki 49 0,21 17,41 SS5 Ki
B SS6 3600 98 1125 0 15,7 15,5 0,00018 0,47
SS4 Ka 49 0,21 17,46 SS4 Ka
SS6 Ki 41,2 0,18 17,46 SS6 Ki
B SS7 2500 82,4 1110 0 15,6 15,5 0,00009 0,39
SS5 Ka 41,2 0,18 17,46 SS5 Ka
SS6a Ki 45 0,19 17,46 SS6a Ki
B SS8 1800 90 1070 0 15,5 15,4 0,00009 0,43
SS6 Ka 45 0,19 17,51 SS6 Ka

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 52


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.4 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Puguk

Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
PG1 Ki 43 0,18 17,26 PG1 Ki
B PG1 6100 96 1250 0 16,4 16 0,0003 0,46
PG1 Ka 53 0,23 17,26 PG1 Ka
PG2 Ki 44,5 0,19 17,21 PG2 Ki
B PG2 6050 89 1175 0 15,8 15,6 0,0002 0,42
S.S. PG2 Ka 44,5 0,19 17,16 PG2 Ka
PUGUK PG3 Ki 58,3 0,25 17,01 PG3 Ki
B PG3 5100 109,3 1150 0 15,8 15,5 0,0003 0,52
PG3 Ka 51 0,22 17,01 PG3 Ka
PG4 Ki 54 0,23 17,06 PG4 Ki
B PG4 4210 106 1030 0 15,5 15,3 0,0002 0,51
PG4 Ka 52 0,22 16,96 PG4 Ka

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 53


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.5 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Pandan

Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
PN1 Ki 45 0,19 17,21 PN1 Ki
B PN1 6100 100,2 1250 0 16,2 15,9 0,0002 0,48
PN1 Ka 55,2 0,24 17,21 PN1 Ka
PN2 Ki 58,9 0,25 17,16 PN2 Ki
B PN2 6050 107,5 1175 0 15,8 15,6 0,0002 0,51
S.S. PN2 Ka 48,6 0,21 17,16 PN2 Ka
PANDAN PN3 Ki 56,2 0,24 17,01 PN3 Ki
B PN3 5100 105,2 1150 0 15,8 15,5 0,0003 0,50
PN3 Ka 49 0,21 17,06 PN3 Ka
PN4 Ki 54,6 0,23 16,96 PN4 Ki
B PN4 4210 98,6 1030 0 15,5 15,3 0,0002 0,47
PN4 Ka 44 0,19 16,96 PN4 Ka

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 54


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.5 Perhitungan QT, Io dan Penetuan Stasioning di daerah Lubuk Lintang

Bangunan STA Petak Tersier Ap Q P Ruas Saluran Apt L (m) Δho Phulu Philir Io Qt
B LL2 6080 LL2 Ka 54,8 0,24 17,26 LL2 Ka 54,8 1235 0 16 15,8 0,0002 0,26
LL1 Ki 56,5 0,24 17,16 LL1 Ki
B LL1 6050 109,1 1175 0 15,9 15,7 0,0002 0,52
S.S. LL1 Ka 52,6 0,23 17,21 LL1 Ka
LUBUK LL3 Ki 59 0,25 17,06 LL3 Ki
LINTANG B LL3 5100
LL3 Ka 56 0,24 17,16 LL3 Ka
115 1150 0 15,8 15,6 0,0002 0,55

LL4 Ki 45,5 0,20 16,96 LL4 Ki


B LL4 4210 93,5 1030 0 15,5 15,4 0,0001 0,45
LL4 Ka 48 0,21 17,01 LL4 Ka

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 55


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.2.3 Perancangan Dimensi Saluran Sekunder


Perancangan saluran sekunder pada dasarnya melalui perhitungan yang
sama seperti perancangan saluran tersier dengan beberapa hal yang berbeda,
yakni :
1. Nilai Q yang digunakan merupakan debit ruas yang telah dihitung pada tabel
4.2.2 sampai tabel 4.2.5.
2. Kemiringan saluran dihitung dengan rumus trendline yang diperoleh, kecuali
beberapa ruas dengan syarat berbeda yang telah disebutkan sebelumnya
Contoh Perhitungan : R B5

 Q = 0.30 m3/s
 m, n, K didapat dari tabel 4.1.1 dengan m=1; n=1; K=35.
 Langkah-langkah perhitungan pada subbab 4.1 diulang kembali:
 Menentukan kemiringan saluran, digunakan kemiringan I
 Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi, setelah itu
ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek” hingga didapat h0-
h1=0, pada perhitungan sudah didapat angka sesuai dengan ketentuan, yaitu
h0 = 0.50m
 Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler Vo = kR2/3I2
Dalam perhitungan dalam saluran didapat kecepatan sebesar 0.567 m/s
 Menentukan luas basah penampang saluran Q = Ao/v
 Menentukan h1
𝐴𝑜
h1 = √
𝑚+𝑛
Dalam perhitungan dalam saluran didapat h1 = 0.50 m(setelah analisis “Goal-
seek”)
 Goal-seek dilakukan saat h1-h0 ≠ 0 dengan mengganti nilai ho.
 Lebar bawah b = nho
 Tinggi freeboard (f) sesuai tabel = 0.4 m diperoleh dari tabel 4.1.2
 Tinggi saluran H = ho + f
 Lebar Atas B = b + 2.m.ho

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 56


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.7 Desain Saluran Sekunder di Daerah Mauro Bunga Mas


No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R BM1 Sekunder 0,62 1 1 0,35 17,674 17,674 0,103 0,00017 0,0010 624,767 17,674 0 17,674 0,35 18,02 35,849
2 R BM2 Sekunder 0,62 1 1 0,35 16,271 16,271 0,133 0,00017 0,0012 529,508 16,271 0 16,271 0,35 16,621 33,043
3 R BM3 Sekunder 0,65 1 1 0,35 3,869 3,869 10,147 0,00017 0,0216 29,937 3,869 0 3,869 0,35 4,219 8,238
4 R BM4 Sekunder 0,60 1 1 0,35 15,635 15,635 0,145 0,00016 0,0012 488,887 15,635 0 15,635 0,35 15,985 31,769

Tabel 4.2.8 Desain Saluran Sekunder di Daerah Selingsingan


No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R SS1 Sekunder 0,39 1 1 0,35 20,738 20,738 0,103 0,00003 0,0005 860,162 20,738 0 20,738 0,35 21,088 41,977
2 R SS2 Sekunder 0,43 1 1 0,35 19,515 19,515 0,133 0,00004 0,0006 761,637 19,515 0 19,515 0,35 19,865 39,529
3 R SS3 Sekunder 0,44 1 1 0,35 4,621 4,621 10,147 0,00004 0,0103 42,714 4,621 0 4,621 0,35 4,971 9,743
4 R SS4 Sekunder 0,44 1 1 0,35 19,106 19,106 0,145 0,00004 0,0006 730,064 19,106 0 19,106 0,35 19,456 38,712
5 R SS5 Sekunder 0,45 1 1 0,35 19,147 19,147 0,145 0,00004 0,0006 733,191 19,147 0 19,147 0,35 19,497 38,793
6 R SS6 Sekunder 0,47 1 1 0,35 18,841 18,841 0,157 0,00004 0,0007 709,978 18,841 0 18,841 0,35 19,191 38,182
7 R SS7 Sekunder 0,39 1 1 0,35 16,813 16,813 0,194 0,00004 0,0007 565,363 16,813 0 16,813 0,35 17,163 34,126
8 R SS8 Sekunder 0,43 1 1 0,35 16,875 16,875 0,205 0,00004 0,0008 569,531 16,875 0 16,875 0,35 17,225 34,250

Tabel 4.2.9 Desain Saluran Sekunder di Daerah Puguk


No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R PG1 Sekunder 0,46 1 1 0,35 8,083 8,083 0,263 0,00059 0,0035 130,677 8,083 0 8,083 0,35 8,433 16,666
2 R PG2 Sekunder 0,42 1 1 0,35 6,664 6,664 0,440 0,00056 0,0048 88,820 6,664 0 6,664 0,35 7,014 13,828
3 R PG3 Sekunder 0,52 1 1 0,35 7,065 7,065 0,440 0,00066 0,0052 99,823 7,065 0 7,065 0,35 7,415 14,630
4 R PG4 Sekunder 0,51 1 1 0,35 6,432 6,432 0,568 0,00065 0,0061 82,743 6,432 0 6,432 0,35 6,782 13,364

Tabel 4.2.10 Desain Saluran Sekunder di Daerah Pandan


No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R PN1 Sekunder 0,48 1 1 0,35 12,774 12,774 0,263 0,00010 0,0015 326,327 12,774 0 12,774 0,35 13,124 26,047
2 R PN2 Sekunder 0,51 1 1 0,35 10,966 10,966 0,440 0,00011 0,0021 240,501 10,966 0 10,966 0,35 11,316 22,432
3 R PN3 Sekunder 0,50 1 1 0,35 10,902 10,902 0,440 0,00011 0,0021 237,714 10,902 0 10,902 0,35 11,252 22,304
4 R PN4 Sekunder 0,47 1 1 0,35 9,839 9,839 0,568 0,00010 0,0024 193,623 9,839 0 9,839 0,35 10,189 20,179

Tabel 4.2.11 Desain Saluran Sekunder di Lubuk Lintang


No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R LL1 Sekunder 0,26 1 1 0,35 0,995 0,995 0,263 0,84375 0,1320 1,979 0,995 0 0,995 0,35 1,345 2,490
2 R LL2 Sekunder 0,52 1 1 0,35 1,179 1,179 0,440 0,85316 0,1870 2,781 1,179 0 1,179 0,35 1,529 2,858
3 R LL3 Sekunder 0,55 1 1 0,35 1,210 1,210 0,440 0,85388 0,1871 2,930 1,210 0 1,210 0,35 1,560 2,921
4 R LL4 Sekunder 0,45 1 1 0,35 1,003 1,003 0,568 0,85104 0,2214 2,013 1,003 0 1,003 0,35 1,353 2,506

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 57


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.2.4 Muka Air Saluran Sekunder


Penetuan muka air yang dimaksud adalah muka air aktual di saluran
sekunder dengan titik representative di bangunan saluran sekunder terhadap tinggi
permukaan laut (MSL).
 Tinggi muka air awal (P), tinggi air di saluran sekunder (h), kemiringan
aktual saluran (Ia), panjang saluran (L) didapat dari tabel 4.2.1 dan tabel
4.2.6 sampai 4.2.10. Kemudian Δh0 (kehilangan energi di sadap) sama seperti
asumsi subbab sebelumnya (Δh0=0).
Contoh : Bangunan B B5

P = 18.56 ; h = 0.533; Ia = 0.0012; L = 1170 m

 Mengitung V dengan V = 0.18*ho;

Contoh Perhitungan pada B B5: V = 0.18*0.533 = 0.0096 m

 Menghitung P + V ; contoh pada B B5: P + V = 18.560 + 0.0096 = 18.656 m

 Menghitung Ia.L + Mar; Contoh pada B B4:

Ia.L+Δh0+Mar= 0.0004*1200 + 0 + Mar B5 (18.656) = 19.154 m


Sedikit keterangan: Ia.L+Δh0+Mar di B B5 di-set = 0 dengan anggapan tidak
ada kelebihan air mengalir pada ruas R B6 (ruas setelah R B5)
Kemudian Mar adalah muka air saluran sekunder pada bangunan setelah,
misal pada perhitungan Ia.L+Δh0+Mar (B B4) menggunakan nilai MAR dari
B B5
 Bandingkan nilai P+V dan Ia.L+Δh0+Mar. Nilai terbesar diambil menjadi
MAR Contoh: P+V (B B4)=21.167 > Ia.L+Δh0+Mar (B B4=19.154;
MAR (B B4) = 21.167 m.

 STA peroleh dari tabel stasioning sebelumnya, yakni tabel 4.2.2 sampai 4.2.5

 Elevasi adalah elevasi bangunan diperoleh dari elevasi bangunan (P hilir)


tabel 4.2.2 sampai 4.2.5.

 Plot kurva MAR dengan STA dan kurva elevasi dengan STA untuk tiap
muara saluran sekunder sampai ke bangunan primer in-take.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 58


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.12 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Bunga Mas
Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi
B BM1 17,46 17,674 0,309 17,769 0 17,769 8210 16,000
B BM2 17,56 16,271 0,286 17,846 17,769 17,846 7280 16,000
B BM3 17,46 3,869 0,068 17,528 17,846 17,769 5250 15,800
B BM4 17,56 15,635 0,275 17,835 17,769 17,846 3710 15,800
B PG4 17,06 6,432 0,110 17,170 17,846 17,769 0 15,300

Grafik 4.2.6 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Bunga Mas

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 59


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.13 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Selingsingan
Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi
B SS1 17,56 20,738 0,364 17,924 0 17,924 6370 16,000
B SS2 17,46 19,515 0,341 17,801 17,970 17,801 5890 16,000
B SS3 17,46 4,621 0,081 17,541 17,801 17,970 4500 15,800
B SS4 17,46 19,106 0,334 17,794 18,020 18,020 4150 15,700
B SS5 17,46 19,147 0,334 17,794 18,020 18,020 4000 15,700
B SS6 17,46 18,841 0,329 17,789 18,070 18,020 3600 15,500
B SS7 17,46 16,813 0,294 17,754 18,020 18,070 2500 15,500
B SS8 17,51 16,875 0,295 17,805 18,112 18,020 1800 15,400
B BM4 17,56 13,145 0,231 17,791 18,020 18,112 0 15,400

Grafik 4.2.7 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Selingsingan

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 60


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.14 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Puguk

Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi


B PG1 17,21 8,083 0,139 17,349 0 17,349 8210 16,000
B PG2 17,16 6,664 0,114 17,274 17,349 17,349 7280 15,600
B PG3 17,06 7,065 0,121 17,181 17,308 17,349 5250 15,500
B PG4 15,60 6,432 0,100 15,700 17,349 17,308 3710 15,300
B BM4 17,56 13,145 0,231 17,791 17,308 17,308 0 15,300

Grafik 4.2.8 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Puguk

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 61


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.15 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Pandan

Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi


B PN1 17,21 12,774 0,220 17,430 0 17,430 6100 15,900
B PN2 17,16 10,966 0,188 17,348 17,430 17,348 6050 15,600
B PN3 17,06 10,902 0,186 17,246 17,348 17,430 5100 15,500
B PN4 16,96 9,839 0,167 17,127 17,430 17,348 4210 15,300
B LL1 17,16 13,145 0,226 17,386 17,348 17,430 0 15,700

Grafik 4.2.9 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Pandan

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 62


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.2.16 Tabel MAR, Elevasi, dan Stationing Saluran Sekunder Lubuk
Lintang

Bangunan P h V P +V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi


B LL1 17,26 0,995 0,017 17,277 0 17,277 6080 15,800
B LL2 17,21 1,179 0,020 17,230 17,277 17,230 6050 15,700
B LL3 17,16 1,210 0,021 17,181 17,230 17,277 5100 15,600
B LL4 17,01 1,003 0,017 17,027 17,277 17,230 4210 15,400
B SS5 17,41 10,096 0,176 17,586 17,230 17,277 0 15,800

Grafik 4.2.10 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Sekunder Lubuk Lintang

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 63


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.3 Perancangan Saluran Primer


Perancangan saluran primer kurang lebih mengikuti konsep desain
yang sama pada perancangan saluran-saluran sebelumnya. Akan tetapi,
stasioning pada subbab sebelumnya digabungkan dengan titik nol berada
pada bendung.
4.3.1 Perancangan Dimensi Saluran
Langkah-langkah desain mengikuti langkah perhitungan di subbab
sebelumnya (subbab 4.1 dan 4.2.3).
Debit (Q) diperoleh dari tabel 4.2.2 sampai tabel 4.2.5 dengan Q di
ruas menyediakan air cukup bagi saluran yang mengambil air dari hilir
tiap ruas saluran primer (bangunan). Pada perhitungan sebelummnya.
Debit saluran sekunder pada bangunan saluran primer sudah diolah
menjadi debit saluran primer dengan membagi debit saluran sekunder
dengan 0.9 (90%).
Tabel 4.3.1 Debit Ruas Saluran Sekunder

No Saluran Jenis Q Ia
1 R BM1 Primer 0,62 0,00001
2 R BM2 Primer 0,62 0,00001
3 R BM3 Primer 0,65 0,00001
4 R BM4 Primer 0,60 0,00001

Misal: Ruas R K2 harus menyediakan air bagi Saluran Sekunder Tegal


dan R K3, sehingga Q(R K2) = Q(R K2)Supply Sekunder Tegal + Q(R K3) =

6.19 +5.52 = 11.70 m3/s


Nilai m,n,K, didapat dari tabel 4.1.1, misal: pada R K2(Q=10.87

m3/s) m = 2; n = 4.2; K = 45. Langkah subbab 4.1 atau 4.2.3


digunakan kembali:
1. Menentukan kemiringan saluran. Oleh karena, saluran primer
dibuat sejajar kontur, maka kemiringan I o = 0.001
2. Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi,
setelah itu ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek”
hingga didapat h0-h1 = 0
3. Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler
4. Menentukan luas basahan saluran

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 64


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

5. Menentukan h1
6. Lakukan goalseek sehingga ditemukan h1-h0 = 0 dengan
mengganti nilai h0
7. Lebar bawah 𝑏 = 𝑛ℎ0
8. Tinggi freeboard (F) mengikuti tabel 4.1.2
9. Tinggi saluran 𝐻 = ℎ0 + 𝐹
10. Lebar Atas 𝐵 = 𝑏 + 2. 𝑚. ℎ 0
Hasil desain ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.3.2 Desain Saluran Primer
No Saluran Jenis Q m n(b/h) K Ho(m) Bo(m) R (m) Ia V'(m/s) Ao H1 H1-Ho b F H B
1 R BM1 Primer 0,62 1 1 0,35 29,902 29,902 0,263 0,00001 0,0003 1788,246 29,902 0 29,902 0,35 30,252 60,304
2 R BM2 Primer 0,62 1 1 0,35 25,188 25,188 0,440 0,00001 0,0005 1268,906 25,188 0 25,188 0,35 25,538 50,877
3 R BM3 Primer 0,65 1 1 0,35 25,386 25,386 0,440 0,00001 0,0005 1288,847 25,386 0 25,386 0,35 25,736 51,271
4 R BM4 Primer 0,60 1 1 0,35 23,008 23,008 0,568 0,00001 0,0006 1058,765 23,008 0 23,008 0,35 23,358 46,517

4.3.2 Muka Air Saluran Primer

Langkah-langkah pengerjaan subbab ini kurang lebih sama seperti


pada subbab 4.2.4.

1. Tinggi muka air awal (P) diperoleh dari tabel muka air awal atau tabel
MAR, Elevasi dan Stasioning Saluran Sekunder. Tinggi aliran pada
saluran (h) diperoleh dari tabel sebelumnya
2. Hitung V = 0.18 h kemudian jumlah kan P dan V.
3. Stasioning (STA) didapat dari pengukuran panjang saluran desain di
peta dengan titik nol di bendung
4. Elevasi diperoleh dari informasi kontur peta utamanya dicari elevasi
di bangunan-bangunan
5. Ia.L + Δh0 + Mar dihitung dengan ketentuan yang sama seperti pada
subbab 4.2.4
6. MAR ditentukan dengan membandingkan antara P+V dengan
Ia.L+Δh0+Mar. Nilai terbesar diambil sebagai MAR.
7. Plot MAR dan Elevasi Saluran Primer terhadap stasioning.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 65


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.3.3 Tabel MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Primer Bunga Mas

Bangunan P H V P+V Ia.L+Δho+Mar MAR STA Elevasi


B BM1 17,46 29,902 0,522087 17,98 17,98860934 17,982087 8210 16
B BM2 17,56 25,188 0,4423074 18,00 17,99489873 17,988609 7280 16
B BM3 17,46 25,386 0,4432309 17,90 18,00172333 17,994899 5250 15,8
B BM4 17,41 23,008 0,4005747 17,81 18,00740797 18,001723 3710 15,8
Bendung 18,007408 0 15,7

Grafik 4.3.1 MAR, Elevasi dan Stationing Saluran Primer Bunga Mas

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 66


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

4.3.3 Stasioning Keseluruhan


Stasioning per daerah saluran sekunder digabungkan dengan
stasioning saluran primer, sehingga titik nol stasioning saluran sekunder
digeser dari bangunan saluran primer bukan lagi ke bendung.
1. Adanya pergeseran titik nol menyebabkan perhitungna stasioning total
daerah saluran sekunder cuku gampang, yakni perhitungan cukup
dilakukan dengan menambah nilai stasioning tiap titik bangunan dengan
nilai stasioning bangunan saluran primer dari bendung.
Contoh : STA(B B1) = 1470 + STA(B K3) = 1470 + 2850 = 4320
STA(B B2) = 2700 + STA (B K3) = 2700 + 2850 = 5550 dst.
2. STA dihitung dengan cara diatas dan hasil perhitungan (dalam tabel)
di-plotkan ke dalam kurva MAR dan elevasi terhadap Stasioning untuk
tiap saluran sekunder muara.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 67


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.3.4 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Selingsingan

Bangunan MAR STA Elevasi


B SS1 17,92417 6370 16
B SS2 17,80072 5890 16
B SS3 17,96955 4500 15,8
B SS4 18,01969 4150 15,7
B SS5 18,01969 4000 15,7
B SS6 18,01969 3600 15,5
B SS7 18,06972 2500 15,5
B SS8 18,01969 1800 15,4
Bendung 18,00741 0 15,7

Grafik 4.3.2 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Selingsingan

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 68


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.3.5 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Puguk

Bangunan MAR STA Elevasi


B PG1 17,34911 8210 16
B PG2 17,34911 7280 15,6
B PG3 17,34911 5250 15,5
B PG4 17,30800 3710 15,3
Bendung 18,00741 0 15,7

Grafik 4.3.3 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Puguk

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 69


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.3.6 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Pandan

Bangunan MAR STA Elevasi


B PN1 17,42983 6100 15,9
B PN2 17,34817 6050 15,6
B PN3 17,42983 5100 15,5
B PN4 17,34817 4210 15,3
Bendung 18,00741 0 15,7

Grafik 4.3.4 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Pandan

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 70


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 4.3.7 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Lubuk Lintang

Bangunan MAR STA Elevasi


B LL1 17,27717 6080 15,8
B LL2 17,23029 6050 15,7
B LL3 17,27717 5100 15,6
B LL4 17,23029 4210 15,4
Bendung 18,00741 0 15,7

Grafik 4.3.5 MAR, Elevasi dan Stationing Total S.S. Lubuk Lintang

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 71


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB V
PERENCANAAN SALURAN BUANG

5.1 Modulus Drainase


5.1.1 Data Curah Hujan Maksimum 3 Hari Periode Ulang 5 Tahun

Dalam perancangan saluran drainase, data hujan harian maksimum dengan


periode ulang 5 tahun selama 10 tahun dibutuhkan. Akan tetapi, dalam pengerjaan
laporan ini, data hujan maksimum harian tidak tersedia, sehingga asumsi hujan
bulanan diubah menjadi hujan harian kemudian diolah menjadi hujan 3 harian
diperbolehkan dan digunakan. Untuk mengubah hujan bulanan menjadi hujan
harian, hujan bulanan dibagi jumlah hari dalam 1 bulan(asumsi hujan terjadi
setiap hari). Kemudian 3 data hujan harian tertinggi setiap tahunnya diambil.
Data-data tersebut kemudian diurutkan (per kolom) dari terbesar ke terkecil dan
diolah menjadi hujan harian periode ulang 5 tahun dengan metoda Weibul.

Tabel 5.1.1 Data Curah Hujan Harian selama 9 Tahun

Tahun Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010 10,16 16,29 12,84 9,63 8,26 4,83 4,97 2,48 14,40 10,87 4,20 7,58
2011 9,16 23,71 22,52 6,30 4,45 4,73 6,10 2,06 8,17 5,74 3,27 6,10
2012 11,77 3,79 5,39 4,47 10,52 3,10 3,71 8,19 7,00 5,39 10,73 3,29
2013 12,10 12,71 15,42 5,20 5,03 8,53 8,26 8,19 15,13 13,58 10,70 4,90
2014 11,77 8,36 14,71 8,90 5,32 5,50 4,68 14,71 10,50 5,74 4,77 8,58
2015 6,71 4,39 9,81 12,23 8,55 8,83 4,97 6,87 4,40 12,19 4,27 6,84
2016 5,90 7,62 11,48 9,63 11,48 15,57 9,97 10,45 5,13 5,39 8,43 4,71
2017 5,68 13,11 6,90 5,50 5,39 14,70 9,26 3,16 3,33 4,97 5,87 3,77
2018 12,48 13,82 8,55 4,93 6,71 14,47 4,68 2,90 7,10 10,35 11,50 6,06

Tabel 5.1.2 Data Hujan Harian selama Maksimum Selama 9 Tahun


mm/hari
2010 16,29 14,40 12,84
2011 23,71 22,52 9,16
2012 11,77 10,73 10,52
2013 15,42 15,13 13,58
2014 14,71 14,71 11,77
2015 12,23 12,19 9,81
2016 15,57 11,48 11,48
2017 14,70 13,11 9,26
2018 14,47 13,82 12,48

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 72


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Tabel 5.1.3 Data Hujan Harian selama Maksimum dengan Periode Ulang
Curah Hujan Harian (mm) Periode
1 23,71 22,52 13,58 10,00
2 16,29 15,13 12,84 5,00
3 15,57 14,71 12,48 3,33
4 15,42 14,40 11,77 2,50
5 14,71 13,82 11,48 2,00
6 14,70 13,11 10,52 1,67
7 14,47 12,19 9,81 1,43
8 12,23 11,48 9,26 1,25
9 11,77 10,73 9,16 1,11

Periode ulang dihitung dengan menggunakan peluang (P) dengan Periode (T)
𝑚 1 n+1
𝑝= T= =
𝑛+1 p m

untuk memperoleh data curah hujan harian periode 5 tahun, maka forecast
dilakukan pada data dengan periode ulang 5 tahun dengan cara interpolasikan

Tabel 5.1.4 Data Curah Hujan Maksimum 3 Hari dan 3 Harian (T=5 Tahun)

Curah Hujan Harian(mm) Periode


23,71 22,51613 13,58 5
Curah Hujan Max 3 Harian
59,81106

3 data curah hujan harian yang diperoleh dari forecast, kemudian dijumlahkan
untuk mendapatkan curah hujan 3 harian. Setelah data curah hujan maksimum 3
harian, Modulud Drainase dapat ditentukan.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 73


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Grafik 5.1.1 Grafik Curah Hujan Maksimum Periode Ulang 5 tahun

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 74


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

5.1.2 Menentukan Modulus Drainase


Nilai modulus drainase(Dm) dihitung dengan
𝑙
𝐷 (3) 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐷𝑚 = ( )
3 𝑥 8,64 ℎ𝑎
dan D(3) adalah
𝐷(3) = 𝑅(3)5 + 3(𝐼𝑅 − 𝐸𝑇 − 𝑃) − 𝑆
dengan:
Curah hujan maksimum 3 harian:
 Debit buangan dari saluran irigasi:
 𝐼𝑅 = 0 𝑚𝑚
(saluran beri didesain tidak berhungan saluran drainase, sehingga tidak ada
air dari saluran beri yang dibuang langsung ke drainase)
Perkolasi:
𝑃 = 0 (𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
(diasumsikan P=0 untuk dataran rendah<200m dari permukaan laut dan P=3
untuk dataran tinggi)
𝐸𝑇 = 4.48𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
 ET = Evapotranspirasi harian rata-rata daerah sawah

Grafik 5.1.2 Kurna R(3)5, Δs, ET dan D(3)

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 75


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

5.2 Perancangan Saluran Buang Tersier


Perancangan saluran buang, kurang lebih mengikuti langkah perhitungan
yang sama dengan perancangan saluran beri, kecuali perhitungan debit saluran.
Debit saluran drainase dirumuskan sebagai:
Qd = 1,62 x Dm x A0,92
Contoh perhitungan:
Saluran buang tersier pada petak B3 ka (A= 58.5 ha)
Kemudian, perancangan dimensi saluran melalui langkah-langkah ini:
1. Menentukan kemiringan saluran(I) diukur langsung dengan membagi beda
tinggi hulu dan hilir saluran dengan panjang saluran
2. Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi, setelah
itu ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek” hingga didapat h0-
h1=0
3. Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler
Vo = kR2/3I1/2
4. Menentukan luas basahan saluran
𝑄
𝐴𝑜 =
𝑉𝑜
5. menetukan h1
𝐴𝑜
𝐻1 = √
𝑚+𝑛
6. Lakukan goalseek sehingga ditemukan h1-h0 = 0 dengan mengganti nilai h0
7. Lebar bawah 𝑏 = 𝑛ℎ0
8. Tinggi freeboard (F) mengikuti tabel 4.1.2
9. Tinggi saluran 𝐻 = ℎ0 + 𝐹
10. Lebar Atas 𝐵 = 𝑏 + 2. 𝑚. ℎ0

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 76


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Hasil rancangan saluran buang tersier ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5.1.5 Desain Saluran Buang Tersier

Ruas di Debit Saluran n V՚


No Nama Petak Tersier Saluran Luas (Ha) Dm (l/s/ha) m Ho (m) Bo (m) R (m) K I Ao (m^2) H1(m) H1-H0 b(m) F(m) H(m) B(m)
Sekunder (b/h) (m/s)
l/s m^3/s
1 BM1 Ki dR L 1 d1 Tersier 42 0,28 96,30 0,10 1 1 0,30 0,30 0,18 35 0,0023 0,54 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
2 BM2 Ki dR L 2 d1 Tersier 45,5 0,28 104,33 0,10 1 1 0,32 0,32 0,15 35 0,0028 0,52 0,20 0,32 0 0,32 0,40 0,72 0,95
3 BM3 Ki dR L 3 d1 Tersier 50 0,28 114,64 0,11 1 1 0,31 0,31 0,20 35 0,0023 0,58 0,20 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,94
4 BM4 Ki dR L 4 d1 Tersier 42,4 0,28 97,22 0,10 1 1 0,28 0,28 0,20 35 0,0028 0,63 0,15 0,28 0 0,28 0,40 0,68 0,83
5 BM4a Ki dR L 1 d1 Tersier 42,6 0,28 48,84 0,05 1 1 0,18 0,18 0,24 35 0,0035 0,79 0,06 0,18 0 0,18 0,40 0,58 0,53
6 BM1a Ki dR L 4 d1 Tersier 42,6 0,28 48,84 0,05 1 1 0,18 0,18 0,21 35 0,0035 0,72 0,07 0,18 0 0,18 0,40 0,58 0,55
R1
7 BM1 Ka dR L 2 d1 Tersier 45,2 0,28 51,82 0,05 1 1 0,20 0,20 0,19 35 0,0035 0,68 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
8 BM2 Ka dR L 2 d1 Tersier 45,2 0,28 51,82 0,05 1 1 0,20 0,20 0,17 35 0,0035 0,64 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,60
9 BM3 Ka dR L 3 d1 Tersier 42,8 0,28 98,14 0,10 1 1 0,27 0,27 0,19 35 0,0035 0,69 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
10 BM3a Ka dR L 3 d1 Tersier 42,8 0,28 98,14 0,10 1 1 0,29 0,29 0,15 35 0,0035 0,58 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,88
11 BM4 Ka dR L 4 d1 Tersier 40,4 0,28 92,63 0,09 1 1 0,27 0,27 0,17 35 0,0035 0,64 0,15 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,81
12 BM2a Ka dR L 4 d1 Tersier 40,4 0,28 46,32 0,05 1 1 0,20 0,20 0,14 35 0,0035 0,56 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,61
13 SS1 Ki dR M 1 d2 Tersier 41 0,28 31,34 0,03 1 1 0,16 0,16 0,19 35 0,0027 0,60 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,49
14 SS2 Ki dR M 2 d2 Tersier 45,2 0,28 51,82 0,05 1 1 0,22 0,22 0,16 35 0,0027 0,53 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
15 SS3 Ki dR M 3 d2 Tersier 46 0,28 105,47 0,11 1 1 0,31 0,31 0,17 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,92
16 SS4 Ki dR M 4 d2 Tersier 46,6 0,28 106,85 0,11 1 1 0,31 0,31 0,17 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
17 SS4a Ki dR M 5 d2 Tersier 47 0,28 107,77 0,11 1 1 0,30 0,30 0,18 35 0,0027 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
18 SS5 Ki dR M 6 d2 Tersier 49 0,28 112,35 0,11 1 1 0,31 0,31 0,19 35 0,0027 0,59 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
19 SS6 Ki dR M 7 d2 Tersier 41,2 0,28 47,23 0,05 1 1 0,18 0,18 0,24 35 0,0027 0,69 0,07 0,18 0 0,18 0,40 0,58 0,55
20 SS6a Ki dR M 8 d2 Tersier 45 0,28 51,59 0,05 1 1 0,19 0,19 0,25 35 0,0027 0,72 0,07 0,19 0 0,19 0,40 0,59 0,57
R2
21 SS1 Ka dR M 1 d2 Tersier 41 0,28 94,01 0,09 1 1 0,27 0,27 0,21 35 0,0028 0,65 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
22 SS2 Ka dR M 2 d2 Tersier 45,2 0,28 103,64 0,10 1 1 0,30 0,30 0,17 35 0,0028 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
23 SS3 Ka dR M 3 d2 Tersier 46 0,28 105,47 0,11 1 1 0,29 0,29 0,19 35 0,0028 0,62 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
24 SS3a Ka dR M 4 d2 Tersier 46,6 0,28 106,85 0,11 1 1 0,30 0,30 0,18 35 0,0028 0,59 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
25 SS3b Ka dR M 5 d2 Tersier 47 0,28 107,77 0,11 1 1 0,30 0,30 0,19 35 0,0028 0,61 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
26 SS4 Ka dR M 6 d2 Tersier 49 0,28 112,35 0,11 1 1 0,29 0,29 0,22 35 0,0028 0,68 0,16 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,86
27 SS5 Ka dR M 7 d2 Tersier 41,2 0,28 94,47 0,09 1 1 0,26 0,26 0,22 35 0,0028 0,68 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
28 SS6 Ka dR M 8 d2 Tersier 45 0,28 51,59 0,05 1 1 0,20 0,20 0,20 35 0,0028 0,64 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,60
29 PG1 Ki dR M 1 d3 Tersier 43 0,28 49,30 0,05 1 1 0,22 0,22 0,12 35 0,0034 0,50 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
30 PG2 Ki dR M 2 d3 Tersier 44,5 0,28 51,02 0,05 1 1 0,20 0,20 0,16 35 0,0043 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
31 PG3 Ki dR M 3 d3 Tersier 58,3 0,28 133,67 0,13 1 1 0,33 0,33 0,17 35 0,0034 0,63 0,21 0,33 0 0,33 0,40 0,73 0,98
32 PG4 Ki dR M 4 d3 Tersier 54 0,28 41,27 0,04 1 1 0,16 0,16 0,22 35 0,0043 0,82 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,48
33 PG1 Ka dR M 1 d3 Tersier 53 0,28 60,76 0,06 1 1 0,22 0,22 0,18 35 0,0034 0,65 0,09 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,65
34 PG2 Ka dR M 2 d3 Tersier 44,5 0,28 102,03 0,10 1 1 0,25 0,25 0,21 35 0,0043 0,80 0,13 0,25 0 0,25 0,40 0,65 0,76
35 PG3 Ka dR M 3 d3 Tersier 51 0,28 116,94 0,12 1 1 0,29 0,29 0,20 35 0,0034 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
36 PG4 Ka dR M 4 d3 Tersier 52 0,28 119,23 0,12 1 1 0,29 0,29 0,17 35 0,0043 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
37 PN1 Ki dR M 1 d3 Tersier 45 0,28 103,18 0,10 1 1 0,28 0,28 0,19 35 0,0034 0,67 0,15 0,28 0 0,28 0,40 0,68 0,83
38 PN2 Ki dR M 2 d3 Tersier 58,9 0,28 135,05 0,14 1 1 0,30 0,30 0,19 35 0,0043 0,76 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
39 PN3 Ki dR M 3 d3 Tersier 56,2 0,28 128,86 0,13 1 1 0,32 0,32 0,17 35 0,0034 0,63 0,20 0,32 0 0,32 0,40 0,72 0,96
40 PN4 Ki dR M 4 d3 R3 Tersier 54,6 0,28 125,19 0,13 1 1 0,26 0,26 0,27 35 0,0043 0,94 0,13 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,77
41 PN1 Ka dR M 1 d3 Tersier 55,2 0,28 126,57 0,13 1 1 0,30 0,30 0,20 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
42 PN2 Ka dR M 2 d3 Tersier 48,6 0,28 111,43 0,11 1 1 0,27 0,27 0,20 35 0,0043 0,79 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
43 PN3 Ka dR M 3 d3 Tersier 49 0,28 56,18 0,06 1 1 0,20 0,20 0,19 35 0,0034 0,68 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,61
44 PN4 Ka dR M 4 d3 Tersier 44 0,28 100,89 0,10 1 1 0,27 0,27 0,17 35 0,0043 0,70 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,81
45 LL1 Ki dR M 1 d3 Tersier 56,5 0,28 64,77 0,06 1 1 0,23 0,23 0,17 35 0,0034 0,63 0,10 0,23 0 0,23 0,40 0,63 0,68
46 LL3 Ki dR M 2 d3 Tersier 59 0,28 135,28 0,14 1 1 0,29 0,29 0,20 35 0,0043 0,78 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,88
47 LL4 Ki dR M 3 d3 Tersier 45,5 0,28 52,16 0,05 1 1 0,20 0,20 0,19 35 0,0034 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
48 LL1 Ka dR M 4 d3 Tersier 52,6 0,28 120,61 0,12 1 1 0,30 0,30 0,17 35 0,0043 0,69 0,17 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
49 LL2 Ka dR M 2 d3 Tersier 54,8 0,28 125,65 0,13 1 1 0,30 0,30 0,20 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
50 LL3 Ka dR M 3 d3 Tersier 56 0,28 128,40 0,13 1 1 0,26 0,26 0,26 35 0,0043 0,93 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
51 LL4 Ka dR M 4 d3 Tersier 48 0,28 110,06 0,11 1 1 0,29 0,29 0,18 35 0,0034 0,65 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 77


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

5.3 Perancangan Saluran Buang Sekunder

Jika suatu petak tidak berada di dekat sungai, maka saluran pembuang tersier
akan membuang airnya ke saluran pembuang sekunder sebelum mencapai
pembuangan utama. Lokasi menjadi faktor utama uang mempengaruhi desain
saluran buang, apakah saluran tersier membuang ke saluran sekunder/primer
sebelum pembuangan utama atau langsung ke sungai. Berikut akan ditunjukkan
peta rancangan sawah dengan saluran buang.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 78


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Berikut adalah Peta Desain Sawah dan Saluran Drainase :

Gambar 5.3.1 Peta Desain Sawah dan Saluran Drainase

Secara jelas, ada 4 saluran pembuang utama, yakni: Saluran Pembuang Utama
Selingsingan (SS), Saluran Pembuang Utama Puguk (PG), Saluran Pembuang Utama
Pandan (PN), Saluran Pembuang Lubuk Lintang (LL) yang kemudian memberi nama
pada saluran-saluran pembuang primer, sekunder dan tersier lainnya.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 79


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Sama seperti dalam desain saluran sekunder, debit saluran perlu dihitung dan
diakumulasikan per ruas saluran sekunder yang melayani sejumlah saluran buang
tersier.

Tabel 5.1.6 Perhitungan Debit Saluran Buang Sekunder dan nilai I tiap Ruas
Saluran Sekunder
Drainase Drainase
No Petak Q (m^3/s) I
Tersier Sekunder
dR
1 SS1 Ki dR M 1 d2 0,03 0,00267
Selingsingan 1 R1
2 SS1 Ka dR M 1 d2 d2 0,09 0,00283
dR
3 SS2 Ki dR M 2 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 2 R2
4 SS2 Ka dR M 2 d2 d2 0,10 0,00283
dR
5 SS3 Ki dR M 3 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 3 R3
6 SS3 Ka dR M 3 d2 d2 0,11 0,00283
dR
7 SS4 Ki dR M 4 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 4 R4
8 SS3a Ka dR M 4 d2 d2 0,11 0,00283
dR
9 SS4a Ki dR M 5 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 5 R5
10 SS3b Ka dR M 5 d2 d2 0,11 0,00283
dR
11 SS5 Ki dR M 6 d2 0,11 0,00267
Selingsingan 6 R6
12 SS4 Ka dR M 6 d2 d2 0,11 0,00283
dR
13 SS6 Ki dR M 7 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 7 R7
14 SS5 Ka dR M 7 d2 d2 0,09 0,00283
dR
15 SS6a Ki dR M 8 d2 0,05 0,00267
Selingsingan 8 R8
16 SS6 Ka dR M 8 d2 d2 0,05 0,00283
17 PG1 Ki dR M 1 d3 0,05 0,00340
dR P uguk 1 d3 R1
18 PG1 Ka dR M 1 d3 0,06 0,00340
19 PG2 Ki dR M 2 d3 0,05 0,00425
dR P uguk 2 d3 R2
20 PG2 Ka dR M 2 d3 0,10 0,00425
21 PG3 Ki dR M 3 d3 0,13 0,00340
dR P uguk 3 d3 R3
22 PG3 Ka dR M 3 d3 0,12 0,00340
23 PG4 Ki dR M 4 d4 0,04 0,00425
dR P uguk 4 d3 R4
24 PG4 Ka dR M 4 d4 0,12 0,00425
25 PN1 Ki dR M 1 d3 dR P andan 1 0,10 0,00340
R1
d3
26 PN1 Ka dR M 1 d3 0,13 0,00340
27 PN2 Ki dR M 2 d3 dR P andan 2 0,14 0,00425
R2
d3
28 PN2 Ka dR M 2 d3 0,11 0,00425
29 PN3 Ki dR M 3 d3 dR P andan 3 0,13 0,00340
R3
d3
30 PN3 Ka dR M 3 d3 0,06 0,00340
31 PN4 Ki dR M 4 d4 dR P andan 4 0,13 0,00425
d3
R4
32 PN4 Ka dR M 4 d4 0,10 0,00425
dR Lubuk
33 LL1 Ki dR M 1 d3 R1 0,06 0,00340
Lintang 1 d3

34 LL3 Ki dR M 2 d3 dR Lubuk 0,14 0,00425


R2
Lintang 2 d3
35 LL2 Ka dR M 2 d3 0,13 0,00340
36 LL4 Ki dR M 3 d3 dR Lubuk 0,05 0,00340
R3
Lintang 3 d3
37 LL3 Ka dR M 3 d3 0,13 0,00425
38 LL1 Ka dR M 4 d4 dR Lubuk 0,12 0,00425
Lintang 4 d3
R4
39 LL4 Ka dR M 4 d4 0,11 0,00340

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 80


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

Perencanaan dimensi saluran buang sekunder mengikuti langkah-langkah yang


sama seperti pada perencanaan saluran lainnya.

Tabel 5.1.7 Desain Saluran Buang Sekunder

Saluran n V՚
Saluran Sekunder Ruas Q (m^3/s) m Ho (m) Bo (m) R (m) K I Ao (m^2) H1(m) H1-H0 b(m) F(m) H(m) B(m)
Primer (b/h) (m/s)

dR
dR Bunga R1 0,03 1 1 0,162 0,162 0,189 35 0,0027 0,60 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,49
R1 Selingsingan 1
Mas 1 d1 R2 0,09 1 0,221 0,221 0,158 35 0,0027 0,53 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
d2
dR
R2 0,05 1 0,308 0,308 0,171 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,92
Selingsingan 2
d2 R3 0,10 1 0,309 0,309 0,173 35 0,0027 0,56 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
dR
R3 0,11 1 0,304 0,304 0,183 35 0,0027 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
Selingsingan 3
d2 R4 0,11 1 0,309 0,309 0,186 35 0,0027 0,59 0,19 0,31 0 0,31 0,40 0,71 0,93
dR
R4 0,11 1 0,185 0,185 0,236 35 0,0027 0,69 0,07 0,18 0 0,18 0,40 0,58 0,55
Selingsingan 4
d2 R5 0,11 1 0,190 0,190 0,250 35 0,0027 0,72 0,07 0,19 0 0,19 0,40 0,59 0,57
dR
R5 0,11 1 0,268 0,268 0,208 35 0,0028 0,65 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
Selingsingan 5
d2 R6 0,11 1 0,299 0,299 0,173 35 0,0028 0,58 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
dR
R6 0,11 1 0,292 0,292 0,192 35 0,0028 0,62 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
Selingsingan 6
d2 R7 0,11 1 0,300 0,300 0,179 35 0,0028 0,59 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,90
dR
R7 0,05 1 0,297 0,297 0,187 35 0,0028 0,61 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
Selingsingan 7
d2 R8 0,09 1 0,287 0,287 0,222 35 0,0028 0,68 0,16 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,86
dR
R8 0,05 1 0,264 0,264 0,219 35 0,0028 0,68 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
Selingsingan 8
d2 R1 0,05 1 0,201 0,201 0,201 35 0,0028 0,64 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,60
R1 0,05 1 0,222 0,222 0,122 35 0,0034 0,50 0,10 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,66
dR Puguk 1 d3
R2 0,06 1 0,196 0,196 0,158 35 0,0043 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
R2 0,05 1 0,325 0,325 0,172 35 0,0034 0,63 0,21 0,33 0 0,33 0,40 0,73 0,98
dR Puguk 2 d3
R3 0,10 1 0,159 0,159 0,215 35 0,0043 0,82 0,05 0,16 0 0,16 0,40 0,56 0,48
R3 0,13 1 0,216 0,216 0,179 35 0,0034 0,65 0,09 0,22 0 0,22 0,40 0,62 0,65
dR Puguk 3 d3
R4 0,12 1 0,252 0,252 0,208 35 0,0043 0,80 0,13 0,25 0 0,25 0,40 0,65 0,76
R4 0,04 1 0,288 0,288 0,202 35 0,0034 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
dR Puguk 4 d3
R1 0,12 1 0,291 0,291 0,171 35 0,0043 0,70 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87
dR Pandan 1 R1 0,10 1 0,277 0,277 0,190 35 0,0034 0,67 0,15 0,28 0 0,28 0,40 0,68 0,83
d3
R2 0,13 1 0,298 0,298 0,192 35 0,0043 0,76 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
dR Pandan 2 R2 0,14 1 0,319 0,319 0,172 35 0,0034 0,63 0,20 0,32 0 0,32 0,40 0,72 0,96
d3
R3 0,11 1 0,258 0,258 0,265 35 0,0043 0,94 0,13 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,77
dR Pandan 3 R3 0,13 1 0,302 0,302 0,198 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
d3
R4 0,06 1 0,266 0,266 0,202 35 0,0043 0,79 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,80
dR Pandan 4 R4 0,13 1 0,203 0,203 0,194 35 0,0034 0,68 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,61
d3
R1 0,10 1 0,269 0,269 0,169 35 0,0043 0,70 0,14 0,27 0 0,27 0,40 0,67 0,81
dR Lubuk
Lintang 1 d3
R1 0,06 1 0,227 0,227 0,172 35 0,0034 0,63 0,10 0,23 0 0,23 0,40 0,63 0,68

dR Lubuk R2 0,14 1 0,295 0,295 0,199 35 0,0043 0,78 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,88
Lintang 2 d3
R3 0,13 1 0,197 0,197 0,190 35 0,0034 0,67 0,08 0,20 0 0,20 0,40 0,60 0,59
dR Lubuk R3 0,05 1 0,295 0,295 0,167 35 0,0043 0,69 0,17 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,89
Lintang 3 d3
R3 0,13 1 0,303 0,303 0,195 35 0,0034 0,69 0,18 0,30 0 0,30 0,40 0,70 0,91
dR Lubuk R4 0,12 1 0,263 0,263 0,259 35 0,0043 0,93 0,14 0,26 0 0,26 0,40 0,66 0,79
Lintang 4 d3
R4 0,11 1 0,291 0,291 0,179 35 0,0034 0,65 0,17 0,29 0 0,29 0,40 0,69 0,87

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 81


IRIGASI DAN DRAINASE KELOMPOK 3A

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk
merencanakan daerah irigasi Sungai Air Seluma, Bengkulu, dapat diperoleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Air Seluma, Bengkulu
dan sekitarnya adalah sistem irigasi gravitasi.
2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.
3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 24,281 ha.
4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 51 petak dengan luas
masing-masing petak antara 20 ha hingga 40 Ha.
5. Perencanaan saluran meliputi 1 saluran primer, 4 saluran sekunder dan 51
saluran tersier. Kebutuhan air setiap hektar sebelum disesuaikan dengan
efisiensi tiap saluran direncanakan sebesar 1,411 l/det/ha.
Dimensi saluran dan tinggi muka air untuk tiap saluran dan petak dapat
dilihat di lampiran.

6.2 Saran
Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka
perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat pada
kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di mana semua
kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi secara bersamaan.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
3. Waktu pengerjaan sebaiknya diperpanjang dan perlu diadakan asistensi rutin
di setiap minggu.

NOVIA RAHMADANI [ G1B019003 ] 82

Anda mungkin juga menyukai