OLEH:
CI KLINIK CI AKADEMIK
( ) ( )
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan
Lokakarya mini pertama praktek klinik manajemen keperawatan dengan judul “Lokakarya
Mini Praktek Klinik Manajemen Keperawatan di Ruangan 1 Rumah Sakit Tentara
Bukittinggi”
Dalam menyelesaikan Lokakarya mini pertama ini kelompok telah berusaha untuk
mencapai hasil yang semaksimal mungkin, tetapi dengan keterbatasan wawasan,
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kelompok miliki, kelompok menyadarai
bahwa masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya Lokakrya mini ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini kelompok ingin menyampaikan terimakasih kepada :
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan Lokakarya ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
sempurnanya laporan akhir kelompok yang akan datang sehingga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PENULISAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Konsep Manajemen...................................................................................5
1. Pengertian manajemen........................................................................5
2. Pengertian manajemen keperawatan...................................................5
B. Konsep filosofi dan tujuan manajemen keperawatan................................6
1. Konsep dasar manajemen keperawatan...............................................6
2. Filosofi manajemen keperawatan........................................................7
3. Tujuan manajemen keperawatan.........................................................7
C. Lingkup manajemen keperawatan.............................................................8
1. Prinsip manajemen keperawatan.........................................................8
2. Unsur-unsurmanajemen keperawatan.................................................9
D. Siste model asuhan keperawatan...............................................................10
E. Jenis model asuhan keperawatan profesional............................................10
F. Fungsi manajerial pada metode tim..........................................................11
1. Kepala ruangan ...................................................................................11
2. Kepala tim...........................................................................................14
3. Perawat pelaksana...............................................................................15
G. Pedoman perhitungan ketenagaan ruang rawat inap.................................17
H. Analisa Kebutuhan ketenagaan ................................................................17
I. Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat di ruangan..........................18
J. System model asuhan keperawatan professional dengan metode tim.......21
K. Pedoman pre dan post conference ............................................................23
L. Overan.......................................................................................................31
ii
A. Kajian situasi rumah sakit..............................................................................44
1. Visi RS.....................................................................................................44
2. Missi RS...................................................................................................44
3. Motto RS..................................................................................................44
4. Landasan nilai RS....................................................................................44
B. Ruang rawatan RST.......................................................................................44
1. Kapasitas Unit ruangan ...........................................................................44
2. Analisa terhadap klien.............................................................................45
3. Analisa situasi..........................................................................................46
4. Karakteristik responden ..........................................................................47
ANALISA SWOT....................................................................................................51
ANALISA DATA.....................................................................................................54
PRIORITAS MASALAH........................................................................................55
PERUMUSAN MASALAH....................................................................................57
PLAN OF ACTION.................................................................................................58
IMPLEMENTASI....................................................................................................59
EVALUASI...............................................................................................................63
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................65
A. Pembahasan...................................................................................................65
B. Rencana Tindak Lanjut..................................................................................67
BAB V PENUTUP...................................................................................................69
A. Kesimpulan....................................................................................................69
B. Saran..............................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................71
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik yang sakit
maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan yang dimiliki.Sehingga individu tersebut dapat melakukan kegiatan sehari-
hari secara mandiri dan optimal.Sedangkan pelayanan keperawatan professional
dilaksanakan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, menjangkau seluruh golongan dan
lapisan masyarakat yang memerlukan, baik di tatanan pelayanan kesehatan di
masyarakat, maupun di tatanan pelayanan rumah sakit (Kusnanto, 2009).
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengelola dan
mengkoordinasi sumberdaya manusia dan material, dan para manajer bertanggung jawab
untuk pelaksanaan organisasinya, baik untuk hasil sekarang maupun untuk potensi masa
mendatang.Manajemen memasukkan unsur kepemimpinan di samping penerapan
berbagai keahlian teknis seperti keterampilan pengambilan keputusan dan perencanaan.
Dalam konteks lingkungan luar subsistem organisasi, para manajer melaksanakan fungsi-
fungsi dasar dan mempertahankan keseimbangan dinamis (Siswanto,2005).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu keperawatan. Pelayanan tersebut
berupa pelayanan yang komprehensif ,bio-psiko-sosio-spiritual ditujukan kepada
perorangan, dan masyarakat yang mencakup seluruh proses manusia (WHO,2000).
Manajemen keperawatan merupakan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana,
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. Sehingga manajemen sangat penting dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit, karena tanpa adanya manajemen yang baik maka pelayanan
tidak dapat dijalankan secara optimal. Karena itu dibutuhkan seorang manajer agar
tujuan dan kepentingan tiap perawat didalamnya sesuai dengan visi dan misi yang dituju
(Kusnanto,2009).
Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas utama
dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam berbagai aspek
1
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan
berkesinambungan.Oleh karena itu manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas
masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Manajemen
keperawatan di Indonesia jika diperhatikan pelayanan keperawatan sebagai mana yang
berlangsung dibanyak rumah sakit di Indonesia saat ini, secara jujur haruslah diakui
bahwa manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan profesi yang mandiri, 70%
belum dilakukan sepenuh hati. Dari pengamatan dari banyak rumah sakit, dapat kesan
bahwa perawat belum diberi kesempatan menegakkan diagnosis keperawatan
sendiri.Pada saat ini pengelolaan pelayanan keperawatan medis, dan oleh karena itu tidak
mengerankan jika otonomi pelayanan keperawatan belum ditemukan.
Manajemen keperawatan Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas utama
dalam mengemabngkan proses keperawatan. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantungan, saling mempengaruhi dan
berkesinambungan.Oleh karena itu manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas
masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah focus pada sumber daya
manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen keperawatan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan, untuk kepuasan
pasien melalui peningkatan produktivitas dan kualitas kerja perawat (Nursalam,2000).
Rumah Sakit Tk IV 01.07.05 Bukittinggi adalah sebuah rumah sakit pemerintah
yang dikelola oleh TNI AD terletak pada Jl. Jenderal Sudirman No. 37, Bukittinggi,
provinsi Sumatera Barat, Indonesia.Rumah sakit ini berdiri pada kawasan cagar budaya
yang sebelumnya merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda. Rumah Sakit Tk IV
01.07.05 Bukittinggi disusun berdasarkan surat perintah Kasad Nomor : Sprin / 124 / V /
2006 tanggal 9 Mei 2006 dan surat perintah Pangdam I/BB Nomor : Sprin / 1030 / VI /
2006 tanggal 23 Juni 2006 serta izin operasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 02/BUK/DKK/XII/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang
pemberian izin penyelenggaraan kepada Markas besar TNI-AD Jln. Merdeka No. 2
Jakarta Pusat untuk menyelenggarakan
Rumah sakit umum dengan nama “Rumkit Tk IV Bukittinggi” Jln. Sudirman No. 37
Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Rumah Sakit Tk IV 01.07.05 Bukittinggi
2
merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang memiliki manajemen sendiri
dibawah pengawasan Detasemen Kesehatan wilayah 01.04.04 Padang dan Kesdam I/BB
sesuai dengan izin operasional tetap berdasarkan keputusan Kadinkes Kota Bukittinggi
Nomor : 445 – 53 / K / II / 2015 tanggal 18 Pebruari 2015 selama 5 Tahun.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
4
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola
atau mengurus. Managemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan management keperawatanadalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan
Keperawatan secara professional (Nursalam,2014).
Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian manajemen dari sudut
pandang yang berbeda, antara lain Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
2. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh
pengelola.keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengrahkan
serta.menggawasi sumber-sumber yng ada baik sumber daya manusia, alat maupun
dana, sehingga.dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada
pasien keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2011).
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat,
(Menurut Suyanto, 2008).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan yang utama untuk seluruh aktivitas
yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran
atau Konsep nyata yang sering dilaksanakan.Dalam penulisan, meskipun banyak
orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab
dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg,
2012). Manajemen (Hersey dan Blanchard, 2005) adalah suatu proses melakukan
kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan
orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan
pembuatan keputusan, pengorganisasian, pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan
pada sumber daya organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik, dan informasi yang
bertujuan untuk mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif).
5
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta menggawasi sumber-sumber yng
ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien keluarga maupun keluarga.
6
Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang
mengarahkan setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada pencapaian
tujuan bersama. Filosofi manajemen keperawatan merupakan keyakinan yang dimiliki
oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi, dan evaluasi. Dalam manajemen
keperawatan, filosofi dapat diaktualisasikan dengan menyakini bahwa mengerjakan
hari ini lebih baik dari esok.Manajemen keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan.Peningkatan mutu kinerja perawat berarti peningkatan pengetahuan
keperawatan bagi pelaksana yang merupakan tanggung jawab bidang keperawatan.
Selain itu, tim keperawatan harus mempercayai bahwa pendidikan berkelanjutan
dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan
merupakan tanggung jawab bidang keperawatan. Tim keperawatan bertanggung
jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan pada
kliennya.Tim perawat harus menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan
asuhan keperawatan yang bermutu.Perawat adalah advokasi pasien yang
berpartisipasi melalui fungsi komunikasi dan koordinasi segala tindakan
keperawatan.Selain itu, perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal.
3. Tujuan Manajemen Keperawatan
Menurut nursalam 2000 tujuan manajemen keperawatan pada umumnya
ditentukan oleh bidang keperawatan meliputi:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan
mendidik perawat agar mempunyai sikap profesional dan bertanggung jawab
terhadap perkerjaan
c. Meningkatkan hubungan dengan pasien, kelurga dan masyarkat
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan
kenyaman pasien
e. Meningkatkan komunikasi atas staf
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas staf keperawatan
C. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang
7
paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai
akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan
yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang
terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
8
adalah makhluk kerja- Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
b. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besarkecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang heredar dalarn perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
c. Methods
Dalam pelaksanaan manajemen diperlukan metode-metode kerja_ Suatu tata cara
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan
berbagai pertimbangan-pertimbangan dari sasamn, fasilitas-fasilitas yang tersedia
dan penggunaan waktu. serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalarn manajemen tetap manusia itu sendiri.
d. Material
Material terdiri dari bahan setengah judi (raw mulerial) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk menenpati hasil Yang lebih baik. selain manusia Yang ahli
dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
e. Marketing
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting
sebab bila barang Yang diproduksi tidak laku. maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya. proses keda tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
9
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsurnen.
D. Sistem Model Asuhan Keperawatan
System model asuhan keperawatan professional merupakan suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system
model asuhan keperawatan professional.Dimana keberhasilan suatu asuhan keperawatan
pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan professional.
Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
E. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
10
isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2007).
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1984).
11
fungsi-fungsi manajemen keperawatan agar menghasilkan mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi.
a. Perencanaan
- Menunjuk katim yang bertugas diruangan masing-masing.
- Mengkikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan
pulang bersama katim.
- Mengidentifikasi jumlah perawata yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama katim, mengatur peugasan/penjadwalan.
- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawawatan.
- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi patfisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan,dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
a. Membimbing pelaksanaan askep
b. Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep
c. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
- Membantu pengembangan staf: pendidikan, latihan dll.
- Merencanakan bimbingan terhadap peserta di keperawatan.
b. Pengorganisasian
- Merumuskan metode atau sistem penugasan yang digunakan
- Merumuskan tujuan/sistem metode
- Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas
- Membuat rentang kendali: karu membawahi 2 katim, dan katim membawahi 2
– 3 orang perawat
- Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
- Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat kepada katim
- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
- Mengatur penugasan jadwal pos /pekarya
c. Pengarahan
12
- Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
- Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap anggota Tim
- Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
- Membimbing bawahan
- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
- Melakukan supervisi
- Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep
diruangan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim
maupu pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengatasi kelemahan/kendala
yang terjadi saat itu juga
- Pengawasan tidak langsung mengecek daftar hadir katim , membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan, mendengarakn laporan katim tentang
pelaksanaan tugas
e. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi kinerja katim.
- Memberikan umpan balik pada kinerja katim.
- Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut.
- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
2. Katim
- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikanoleh karu.
- Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
- Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
13
- Mengembangkan kemampuan anggota.
- Menyelenggarakan konferensi.
Peran katim dalam :
a. Perencanaan
- Bersama karu mengadakan serah terima tugas setiap pergantian dinas
- Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
- Menyusun rencana askep
- Menyiapkan keperluan untuk melaksankan askep
- Mengikuti visite dokter
- Menciptakan kerjasama yang harmonis antar tim dan antar anggota tim
- Memberi pertolongan segera pada klien dengan kedaruratan
- Membuat laporan pasien
- Melakukan ronde keperawatan bersama karu
- Mengorientasikan pasien baru
b. Pengorganisasian
- Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
- Melakukan pembagian tugas bersama karu sesuai dnegan perencanaan terhadap
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
- Pembagian kerja sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
- Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim kesehatan
lain
- Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
- Mendelegasikan pelaksanaan proses askep kepada anggota tim dan pelimpahan
wewenang: pengambilan keputusan dan penggunaan sumber daya.
- Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian askep, kerjasama
anggota dan antar tim.
c. Pengarahan
- Memberikan pengarahan kepada anggota tim
- Memberikan bimbingan pada anggota tim
- Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
- Mengawasi proses pemberian askep
- Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
14
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Pengawasan
- Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat
pelaksana dalam memberi askep
- Melalui Supervisi: melihat/mengawasi proses askep yang dilaksanakan oleh
anggota tim dan melihat catatan yang dibuat selama proses keperawatan serta
mendengar laporan secara lisan tentang tugas yang dilakukan.
e. Pengarahan
- Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim.
- Memberi petunjuk kepada anggota tim dalam melaksnakan askep
- Memberi teguran, pengarahan kepada anggota tim yang melalaikan tugasnya
atua membuat kesalahan
- Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugasnya dengan baik:
tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional, dan sesuai kebutuhan pasien.
f. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi asuhan keperawatan
- Memberikan umpan balik pada pelaksana
- Memperhatikan aspek legal dan etik
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
3. Perawat Pelaksana (PP)
Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas Perawat Pelaksana:
- Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
- Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.
- Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
- Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons pasien pada
catatan perawatan.
Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab, misal:
- Pemberian obat.
- Pemeriksaan laboratorium.
15
- Persiapan pasien yang akan dioperasi.
Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien. Peran Perawat Pelaksana
a. Pengkajian
Mengkaji kesiapan pasien dan diri sendiri untuk melaksanakan suhan
keperawatan.
b. Perencanaan
- Bersama Karu mengadakan serah terima tugas.
- Menerima pembagian tugas dari katim.
- Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.
- Mengikuti ronde keperawatan.
- Menerima pasien baru.
c. Implementasi
Fungsi Pengorganisasian:
- Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim.
- Menerima pembagian tugas.
- Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim.
- Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
- Menyesuiakn waktu istirahat dengan anggota tim lainnya.
- Melaksanakan asuhan keperawatan.
- Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Fungsi pengarahan:
- Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim.
- Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan
askepdengan etik dan legal.
- Memahami pemahaman yang telah dicapai.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
G. Pedoman Perhitungan Ketenagaan Ruangan Rawat Inap
Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah-langkah merencanakan tenaga
sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sesuai standar keperawatan (Junaiti 1995).
16
Langkah — langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut dructe dan gillies,
1994 adalah :
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang diberikan
2. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan
3. Menentukan jumlah masing — masing kategori perawat yang dibutuhkan
4. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada
5. Melakukan seleksi calon yang ada
6. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya
7. Memberikan tanggungjawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan
(sesuai uraian tugas)
H. Analisa Kebutuhan Tenaga
Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan untuk
meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja dari personal yang
bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu dinegara-negara maju, analisa
kebutuhan tenaga harus dilakukan secara cermat agar tidak berulang-ulang
menghitungnya. Ada beberapa situasi yang perlu dipertimbangkan :
1. Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada penambahan tempat tidur,
hal ini akan berdampak pada rasio tenaga perawat.
2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak pada peningkatan
BOR, akhirnya perlu tenaga.
3. Adanyapenurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang terlambat, pekerjaan
terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja
yang ketat dan beban kerja yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa
penambahan tenaga.
4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima, perlu analisa
penyebabnya apa saja. Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif
maka dalam menyusun perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :
a. Faktor Pasien
1) Tingkat ketergantungan pasien
2) Rata-rata lama tindakan keperawatan
3) Jumlah rata-rata pasien dirawat dan lama hari rawatan
4) Sosial budaya
17
5) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan
b. Faktor keperawatan
1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja
2) Etika
3) Motivasi kerja
4) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja
c. Faktor lingkungan
1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau berjauhan
3) Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan-bahannya apakah terbatas atau
tidak
d. Faktor organisasi
1) Metode penugasan apa yang dipakai ?
2) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?
3) Sistem pelayanan penunjang
4) Kemampuan Rumah Sakit
I. Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit
1. Cara rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini sesuai SK
Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS, mudah digunakan dan
sangat sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan dan sumber daya perencanaan
personal terbatas, namun tidak dapat mengetahui produktifitas SDM tersebut.
2. Cara gillies (1994)
Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari | pengelola
perawatan bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan tenaga profesional
( perawat ahli ) dan non profesional (perawat terampil ) yang dibutuhkan adalah :
1) Untuk ruang rawat intensif =1:1
2) Kebidanan, bedah, anak, jiwa =2:1
Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah mengkategorikan
pasien menurut kebutuhan asuhan yang diberikan oleh perawat yaitu :
a. Minimal care
18
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, perawat
hanya menyediakan alat-alat seperti perangkat mandi dll
b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan
dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka, kateter, pasien pasca operasi
dalam tahap penyembuhan, sedangkan aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai
baju dll dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan
c. Total care
Pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri ' dan memerlukan
observasi secara ketat, aktifitas seperti makan, eliminasi dll dilakukan ditempat
tidur dengan memakai tindakan atau alat khusus misal kateterisasi, NGT, pasien
membutuhkan perhatian secara teratur tapi tidak terus menerus perhatian yang
diperlukan adalah terhadap pola kesadaran pasien dan kemampuan pasien untuk
mengikuti petunjuk
d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus misal pada
pasien cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor jantung, monitor
haemodinamik, adanya tanda — tanda shock, aspiksia, coma dll
Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk perawatan
lansung dan tidak lansung seperti :
1) Perawatan lansung Rata — rata waktu yang dibutuhkan adalah 4-5 jam per pasien
per hari, dengan rincian sbb :
- Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
- Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam
- Perawatan total 1 - ½ x 4 jam= 4-6 jam
- Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam
2) Perawatan tidak lansung
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana keperawatan,
konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan membuat catatan kesehatan,
rata-rata waktu yang dipakai menurut gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut
wolf young dalam gillies adalah 60 menit.
3) Penyuluhan atau pendidikan kesehatan
19
Rata-rata waktu yang dipakai adalah 15 menit/pasien, kegiatannya antara lain
penyuluhan terhadap aktifitas sehari-hari pasien, obat-obatan, kelanjutan perawatan
pasien.
3. Cara Douglas (1984)
Perhitungan tenaga berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap
keperawatan, klasifikasi itu dibagi 3 tingkat yaitu :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 — 2 jam / hr, kriteria
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan, minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda vital dilakukan tiap sift dinas
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Tindakan pengobatan biasanya simpel
20
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
Dst
21
g. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari
anggota tim
h. Menjadi guru pengajar
i. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif
3. Keuntungan Ketua Tim
a. Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat Karena pasien merasa di
perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang
lebih mengenal dan memahami kebutuhanya
b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual
c. Karena perawatanya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sangat
memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat pasien secara
holistic
d. Perawat akan memperlihatkan kinerja lebih produktif melalui kemampuan
bekerja sama dengan berkomunikasi dengan klien Hal ini akan mempermudah
dalam mengenali kemampuan anggota tim yang dapat di manfaatkan secara
optimal.
4. Kerugian Metode Tim
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim di tiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung ke pada anggota tim yang mampu atau ketua tim
d. Akomodasi dalam tim kabur
K. Pedoman Pre Dan Post Confrence
1. Confrence
a. Pengertian conference
Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari, konfrensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Conference sebaiknya dilakukan
ditempat sendiri, sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar, ( Menurut Sain
I, 2010).
22
Menurut Suarli dkk (2002), Conferencece adalah diskusi kelompok tentang
penyusunan asuhan keperawatan dengan tujuan untuk mempertahankan asuhan
keperawatan agar tetap terbaru dan dapat di pergunakan secara konstan.
Menurut Jeanet Al (1973), Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa
aspek klinik dan kegiatan konsultasi yang di lakukan sebelum dan sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Menurut Sain, ( 2010 ).
Conference merupakan pertemuan tim yang di lakukan setiap hari. Conference di
lakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawat pelaksana.
Menurut Sitorus,R ( 2006 ), Adapun panduan bagi perawat pelaksana dalam
melakukan conference adalah Sebagai berikut Conference dilakukan setiap hari
segera setelah di lakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal
perawat pelaksana, conference di hadiri oleh perawat pelaksana dalam tim nya
masing – masing, Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang di laporkan dinas malam.
b. Tujuan Conference
Tujuan conference Menurut (Suarli dkk, 2002) yaitu :
1) Merencanakan asuhan pasien secara individual. Conferencece akan membahas
bentuk asuhan klien secara individual dan komprehensif setiap staf yang
terlibat dapat memberikan masukan.
2) Mengkoordinasi semua pelayanan yang sesuai. Hal ini bertujuan agar
kelompok menjadi lebih mengerti tentang pelayanan yang di berikan kepada
pasien agar dapat di gunakan secara maksimal.
3) Meningkatkan semangat kooperatif. Selama Conferencece staf dapat berkerja
sama dan belajar lebih banyak serta terlibat dalam perencanaan dan pemberian
asuhan keperawatan. Hal ini bertujuan agar masing – masing anggota mampu
bekerja dengan baik sehingga akan meningkatkan semangat kooperatif.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf keperawatan dalam
Conference semua hal tentang klien di diskusikan bersama sehingga tergambar
peran dari masing – masing komponen yang terlibat dalam asuhan klien.
Semua instruksi dan informasi serta etika dalam menjaga kerahasiaan
informasi tentang klien di bicarakan dalam conference.
c. Pedoman Confrence
23
1) Sebelum di mulai tujuan conference harus di jelaskan
2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa
mendiminasi dan memberi umpan balik. Pemimpin harus merencanakan
topik yang penting secara periodic
4) Waktu yang di gunakan 20 – 30 menit
5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukungperan serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat
yang berbeda.
6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang di lakukan oleh dinas malam.
8) Perawat primer mendiskusikan dan mengarahkan perawat pelaksana
tentang masalah yang terkait dengan keperawatan klien
9) Mengingatkan kembali standar prosedur yang di tetapkan
10) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing – masing perawat pelaksana.
11) Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak dapat di
selesaika
12) Pada saat menyimpulkan Conference ringkasan di berikan oleh pimpinan
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan.
2. Pre Confrence
a. Pengertian
Menurut Modul MPKP (2006), Pre conference adalah komunikasi katim dan
perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang
dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim. Sedangkan Post conference adalah komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
24
Menurut Syahputra C, (2016). Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik
sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, sementara Post
Conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
Menurut Sugiharto dkk, (2012). Kemampuan berkomunikasi dapat dilihat dari
kualitas post conference dan operan setiap pergantian sif. Post conference
merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana
mengenai kegiatan selama sif sebelum dilakukan operan sif berikutnya. Kegiatan
post conference sangat diperlukan dalam pemberian pelayanan keperawatan
karena ketua tim dan anggotanya harus mampu mendiskusikan pengalaman klinik
yang baru dilakukan, menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan antara masalah
dengan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah, menyampaikan dan
membangun system pendukung antar perawat, dalam bentuk diskusi formal dan
professional. Proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan strategi
yang efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan
kegiatan pada pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat berkesinambungan.
Sedangkan menurut Kelliat, (2006). Pre conference adalah rencana setiap perawat
( rencana harian) dan rencana tambahan dari ketua tim atau penanggung jawab
tim. yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung kepada klien/pasien
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi yang berdasarkan ilmu
keperawatan, bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalh yang dihadapi klien,dan asuhan keperawatan ini pun
merupakan sebuah inti dari pelayan /praktik keperawatan yang berupaya untuk
membantu mencapai kebutuhan dasar mlalui bentuk-bentuk tindakan
keperawatan, menggunakan ilmu kiat keperawatan dalam tindakan dan
memanfaatkan potensi dari berbagai sumber ( Asmuji, 2011).
Hasil penelitian Amalia E dkk, (2015). Meneliti tentang hubungan pre dan post
conference keperawatan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD DR.
Achmad Mochtar Bukit tinggi, dari pelaksanaan asuhan keperawatan oleh ketua
tim dan supervise keperawatan oleh kepala ruangan akan lebih efektif bila
kegiatan pre post conference terlaksana dengan baik. Perawat pada sift
25
selanjutnya akan lebih mengerti rencana asuhan keperawatan yang akan di
berikan.
Hasil penelitian Permatasari, D dkk, (2014). Meneliti tentang Efektifitas post
conference terhadap operan sift di ruang rawat inap RSUD Ungarang, Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara post conference dengan
operan sif. Post conference apabila dilakukan dengan baik maka akan
berpengaruh terhadap operan sif, operan sif yang akan di berikan akan berjalan
dengan maksimal dan informasi akan tersampaikan dengan baik. Menurut
Nursalam, (2002).
26
Pengertian Menurut Modul MPKP, (2016) Post conference adalah komunikasi katim
dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim.
Menurut Carpenito & Duesphol 1985 dalamKeliat dkk., (2013) kegiatan pre dan post
Conference dilaksanakan oleh ketua TIM dan perawat pelaksana dalam MPKP. Setiap
perawat harus menyadari peran mereka sebagai partisipan aktif, seperti
mempertahankan pilihan intervensi keperawatan, mengklarifikasi pendapat, menggali
alternative pemecahan masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan
keputusan klinik.
Menurut Kerr, 2002, Lardner, 1996, dalam Sugiharto,dkk (2012) Kegiatan post
conference berpengaruh terhadap operan. Post conference dilakukan untuk
mendiskusikan mengenai masalahmasalah yang terjadi pada pasien. Apabila post
conference dilakukan dengan tidak baik, maka informasi yang diberikan pada saat
operan tidak akan efektif. Operan merupakan komunikasi antar perawat yang berisi
tentang laporan kegiatan dan rencana kegiatan yang dilakukan kepada pasien selama
sif. Komunikasi harus efektif dan akurat agar tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh
perawat selanjutnya berjalan dengan.
Menurut Sugiharto,dkk (2012) Kemampuan berkomunikasi dapat dilihat dari kualitas
post conference dan operan setiap pergantian sif. Post conference merupakan kegiatan
diskusi yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai kegiatan
selama sif sebelum dilakukan operan sif berikutnya. Kegiatan post conference sangat
diperlukan dalam pemberian pelayanan keperawatan karena ketua tim dan anggotanya
harus mampu mendiskusikan pengalaman klinik yang baru dilakukan, menganalisis,
mengklarifikasi keterkaitan antara masalah dengan situasi yang ada, mengidentifikasi
masalah, menyampaikan dan membangun system pendukung antar perawat, dalam
bentuk diskusi formal dan professional. Proses diskusi pada post conference dapat
menghasilkan strategi yang efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk
merencanakan kegiatan pada pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat
berkesinambungan.
a. Tujuan Post Confrence
27
Menurut Nursalam, (2002) Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. Pre
conferencece yang di lakukan adalah :
1) Menentukan waktu post conference
2) Mendiskusikan mengenai penyelesaian masalah klien
3) Mendiskusikan kesenjangan yang di temukan antara perencanaan dan
pelaksanaan tindakan keperawatan
4) Mendiskusikan dan menetapkan rencana tindakan selanjutnya.
b. Langkah-Langkah pelaksanaan Pre conference
1) Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.
2) Tempat : Meja masing–masing tim.
3) Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
Kemamuan berkomunikasi dapat di lihat dari kualitas pre dan post conference
dan operan setiap pergantian sif. Pre dan post conference merupakan kegiatan
diskusi yang di lakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai
kegiatan selama sif sebelum di lakukan operan sif berikutnya yang di pimpin
oleh kepala ruangan. Kegian pre dan post conference sangat di perlukan dalam
pemberian pelayanan keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus
mampu mendiskusikan pengalaman klinik yang baru di lakukan, menganalisis,
mengidentifikasi keterkaitan antara masalah dengan situasi yang ada,
mengidentifikasi masalah, menyampaikan dan membangun system pendukung
antar perawat dalam bentuk diskusi formal dan professional. Kegiatan pre dan
post conference berpengaruh terhadap operan, Apabila pre dan post conference
dilakukan dengan tidak baik maka informasi yang di berikan akan tidak baik,
maka informasi yang di berikan pada saat operan tidak akan efektif.
4. Syarat Pre Dan Post Confrence
Syarat pre dan post confrence menurut Somantri (2011) yaitu :
28
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Jumlah anggota harus cukup
e. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
5. Tuntutan Yang Harus Dipenuhi Dalam Pelaksana Pre Dan Post Confrence
Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference menurut
Swanburg (2012), yaitu :
a. Tujuan yang telah dibuat dalam conference seharusnya dikonfirmasikan terlebih
dahulu
b. Diskusikan yang dilakukan seharusnya merefleksikan prinsipprinsip kelompok
yang dinamis
c. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berpegang
kepada fokus yang dibicarakan, tanpa mendomisilinya dan memberikan umpan
balik yang diperlukan secara tepat
d. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada poin-poin penting
selama diskusi berlangsung
e. Suasana diskusi seharusnya mendukung agar kelompok partisipasi aktif, mau
memberikan respon dan menerima pendapat atau pandangan yang berbeda agar
dapat disepakati bersama
f. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung (face to face)
g. Pada kesimpulan akhir dari comfrence ringkasan dan kesimpulan seharusnya
berikan oleh instruktur klinis atau siswa dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran dan sifat applicability pada situasi dan kondisi yang lain
6. Kegiatan Ketua Tim Pada Fse Pre Dan Post Confrence
Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post conference menurut Somantri (2011) yaitu :
a. Fase pre conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksanaan
29
3) Ketua tim atau pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
4) Ketua tim atau pj tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim atau pj tim menutup acara
b. Fase post conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
3) Ketua tim atau pj tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya
4) Ketua tim atau pj tim menutup acara
7. Hal – Hal Yang Disampaikan Ketua Tim
Hal-Hal yang disampaikan oleh ketua tim menurut Somantri (2011) yaitu
a. Ketua tim mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang
terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat/injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasian
7) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
b. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing-masing perawat asosiet
c. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
Hal - Hal Yang Disampaikan Oleh Perawat Pelaksana Dalam Confrence:
Hal-Hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana dalam conference Somantri
(2011), yaitu :
a. Data utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
30
d. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru
e. Masalah keperawatan
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis
L. Overan
1. Pengertian Overan
Operandalam bahasa inggris dikenal dengan istilah handover, dalam istilah lain
operan/timbang terima memiliki beberpa istilah yaitu handover, handoffs, shift report,
signout, signover, cross coverage,overhand, report nursing,(Triwibowo, 2013;
Nursalam, 2015; Putra, 2016).
Perawat melakukan operan atau timbang terima bersama dengan perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara
akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada harus nmengahabiskan
31
waktu orang lain sekedar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu
juga akan membantu perawat dalam menerima operan atau timbnag terima secara
nyata (Nursalam2015). Handoveradalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift(Putra, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien secara akurat lengkap dan jelas oleh perawat secara langsung pada
pergantian shift yang dilakukan tidak hanya di nurse station tetapi dengan berkeliling
ke setiap pasien tanpa membedakan kebutuhan pasien.
2. Tujuan Overan
Operan memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang
tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan
dalam keselamatan pasien dan keefektifan dalam bekerja (Putra,2016).
Sedangkan menurut Nursalam (2015) Secara umum tujuan timbang terima yaitu
mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Sedangkan tujuan khusus timbang terima yaitu:
a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (datafokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Menurut Australian Healthcare dan Hospitals As-sociationatau AHHA (2009)
Tujuan Nasional Clinical Intiative Handoveradalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan serah terima klinis dalam berbagai pengaturan
kesehatan.
3. Manfaat Overan
Manfaat operan bagiperawat yaitu : Meningkatkan kemampuan komunikasi
antarperawat, Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat,
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan secara
berkesinambungan, Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
Sedangkan manfaat bagi pasien yaitu : pasien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap(Nursalam, 2015).
32
Manfaat lain operan yaitu:
a. Kunci dari operan (handove)yaitu kualitas asuhan keperawatan selanjutnya.
Misalnya penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang
dapat membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, operan (handover) juga merupakan sebuah
ritual atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Handover mengandung unsur-
unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu handover juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan selanjutnya.
c. Operan (Handover) juga memberikan manfaat katarsis, karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa
diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian shift dan tidak dibawa
pulang. Dengan kata lain, proses handoverdapat mengurangi kecemasan yang
terjadi pada perawat.
d. Operan (Handover) memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu
perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat, dan perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, operan (handover) memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,
handover dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif (Australian Healthcare dan Hospitals As-sociation atau AHHA,
2009).
4. Fungsi Operan
33
Sekecil apapun kegiatan yang akan dilakukan pasti memiliki tujuan dan fungsi
maupun kegunaan, begitu juga operan/timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi
utama yaitu:
a. Sebagai forum untuk bertukar pendapat dan mengekspersikan perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan (Putra, 2016).
5. Langkah-Langkah Dalam Operan
Melaksanakan suatu kegiatan tentunya memiliki beberapa langkah yang harus
dilewati agar kegiatan yang dilakukan bisa terlaksana secara sistematis, adapun
langkah dalam pelaksanaanoperan/timbang terima (handover) menurut (Nursalam,
2011) yaitu :
a. Kedua kelompok shiftdalam keadaan sudah siap.
b. Shiftyang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa
yang akan disampaiakan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift yang selanjutnya
meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama secara langsung melihat
keadaan pasien.
6. Prosedur Operan
Kegiatan operan (handover) yang dilaksanakan dengan baik dan benar tentunya
memerlukan sebuah prosedur yang jelas agar tercapai tujuan yang diharapkan sesuai
dengan rencana, dengan adanya prosedur yang jelas sehingga tidak menyalahi aturan
yang sudah ada dalam pelaksanaannya, adapun prosedur operan/timbang terima
(handover) menurut (Nursalam, 2002 dalam Putra, 2016) yaitu:
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Dalam penerapannya dilakukan timbang terima kepada masing - masing
penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
34
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
a) Identitas klien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) ntervensi kolaborasi dan dependen
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi atau
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
7. Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Operan
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sebuah tindakan
keperawatan, dalam hal ini salah satunya adalah operan, agaroperandapat berjalan
dengan baik alangkah baiknya perlu diperhatikan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam operan/timbang terima, hal-hal tersebut yaitu:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift. Operan dilaksanakan tepat pada
waktu pergantian sif,yang berarti bahwa operan yang dilaksanakan perawat di
ruang rawat harus sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan operan dapat
dilaksanakan tepat waktu sehingga tidak mengganggu jam pulang perawat yang
35
berdinas di shift sebelumnya serta operan yang diserahkanpun terkesan tidak
terburu-buru dan mengurangi kesalahan dalam operan.
b. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP). Pelaksanakan
operan yang dilaksanakan pada shift pagi dipimpin oleh kepala ruang sedangkan
untuk yang berdinas siang dan malam operan dipimpin oleh perawat penanggung
jawab, dengan hal demikian perawat yang berdinas berperan sesuai tugas dan
tanggung jawabnya sehingga tidak tumpang tindih pembagian tugas dalam
pelaksanaan operan.
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas. Operan yang
dilaksanakn dihadiri oleh semua perawat yang telah dan yang akan berdinas
sehingga operan yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik karena dihadiri
oleh semuaa perawat dikedua belah pihak, dan perawat yang jaga di shift
selanjutnya juga dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah dioperkan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas. Oleh karena itu perawat yang berdinas shift selanjutnya datang
lebih awal sesuai waktu yang ditetapkan, dan perawat yang dinas shift
sebelumnyapun dilarang pulang lebih awal sebelum operan selesai dilakukan
secara bersama.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien. Operan yang
dilakukan harus berorientasi pada permasalahan pasien sehingga perawat yang
jaga pada shift selanjutnya akan mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan, dan operan yang dilakukan tidak
memakan banyak waktu serta operan dapat berjalan dengan baik, singkat dan
efektif.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station (Nursalam, 2015).
36
h. Alur OperanMenurut Nursalam (2015) alur timbang terima meliputi Situantion
(Kondisi terkini yang terjadi pada pasien), sebutkan nama pasien, umur, tanggal
masuk dan hari perawatan, serta dokter yang merawat dan sebutkan diagnosis
medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan.
Kemudian selanjutnya Background (Info penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini) dengan menjelaskan intervensi yang telah dilakukan dan
respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan dan menyebutkan riwayat
alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif dan obat-obatan termasuk
cairan infus yang digunakan. Serta mejelaskan tentang penyakit yang diderita
kepadapasien dan keluarga terhadap diagnosis medis. Selanjutnya Assesment
(hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini) menjelaskan secara lengkap hasil
pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran,
braden, restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan
lain-lain serta menjelaskan informasi klinik lain yang mendukung dan selanjutnya
Recommendation yaitu merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning
dan edukasi pasien dan keluarga.
8. Format Operan dengan SBAR
Handover memiliki beberapa panduan dalam hal penyampaian pelaporan pada
saat pergantian shift, salah satu yang dijabarkan disini adalah yang sudah
direkomendasikan WHO pada tahun 2007 adalah timbang terima dengan metode
SBAR, SBARmerupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S : Situantion (Kondisi terkini yang terjadi pada pasien) meliputi : Sebutkan nama
pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta dokter yang merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan.
B : Background (Info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
meliputi : Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat invasif dan obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.Jelaskan
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assesment (hasil pengkajian dari kondisipasien saat ini) meliputi : Jelaskan secara
lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat
37
kesadaran, braden, restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain – lain. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendationmeliputi : Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planningdan
edukasi pasien dan keluarga, Nursalam (2015).
9. Faktor yang Mempengaruhi Operan
Menurut Huges (2008) dalam Kamil (2011) mengemukakan hasil kajian literatur
berbasis bukti proses operan/serah terima pasien dipengaruhi oleh faktor individu,
kelompok dan organisasi.
Berikut akan faktor yang mempengaruhi tersebut yaitu :
a. Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok.
Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok tersebut mencakup:
1) Komunikasi
Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah terima pasien.
Dialek yang berbeda aksen, dan nuansa dapat disalahpahami atau
disalahtafsirkan oleh perawat menerima laporan.Singkatan dan akronim yang
unik untuk pengaturan pelayanan keperawatan tertentu mungkin
membingungkan bagi seorang perawat yang bekerja dilingkungan yang berbeda
atau khusus.
2) Gangguan
Faktor – faktor situasional selama serah terima pasien yang dapat berkontribusi
sebagai gangguan.
3) Interupsi
Interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan.
4) Kebisingan
Latar belakang suara, seperti ; pager, telepon, handphone, suara peralatan, alarm
dan berbicara, berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk mendengar
laporan dan dapat mengakibatkan tafsiran informasi yang tidak tepat.
5) Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada shift yang
berkepanjangan.
6) Memori
38
Memori jangka pendek dan daya penyimpanan yang terbatas dapat terjadi ketika
sejumlah besar informasi yang dikomunikasikan selama serah terima pasien.
7) Pengetahuan atau pengalaman
Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan yang
berbeda, perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah terima
pasien dan perawat pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang
lebih selama serah terima pasien.
8) Komunikasi tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatanyang tidak terbaca, mungkin akan membuat
kesalahan dalam komunikasi.
9) Variasi dalam proses.
Mungkin ada varians yang luas dalam melakukan cara serah terima pasien yang
dapat menyebabkan kelalaian dari informasi penting dan berkontribusi untuk
kesalahan dalam tindakan dan obat-obatan.
b. Faktor organisasi
Faktor organisasi meliputi :
1) Budaya organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian pada keselamatan
pasien, staf mungkin enggan untuk melaporkan masalah atau mungkin tidak
merasa nyaman mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas saat serah
terima pasien.
2) Hirarki
Masalah struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka.Perawat
mungkin tidak merasa nyaman mengajukan pertanyaan untuk mengkalrifikasi
informasi atau mungkin merasa terintimidasi.
3) Sistem dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan laporan lengkap akan
mengurangi waktu untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat serah
terima pasien.
4) Infrastruktur
Mungkin ada infrastruktur yang tidak memadai untuk kegiatan serah terima
pasien yang efektif.
5) Pengiriman pasien (dalam organisasi perawatan kesehatan)
39
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan meningkatkan kebutuhan untuk
serah terima pasien yang mungkin akan berdampak pada keselamatan pasien.
6) Keterbatasan ruang untuk serah terima pasien
Lingkungan mungkin tidak kondusif untuk melakukan serah terima pasien.
7) Keterbatasan teknologi dan penggunaan catatan dan laporan Manual/ kesulitan
mengakses informasi penting.
8) Budaya organisasi yang berbeda
Masing-masing organisasi mungkin memiliki tujuan, fokus dan sumber daya
yang berbeda.
9) Intra atau ekstra sistem pengiriman pasien
Pengiriman pasien ke fasilitas dalam suatu system pelayanan kesehatan dapat
menciptakan masalah lebih sedikit daripada pengiriman pasien ke penyedia
pelayanan/system perawatan kesehatan yang lain, kemungkinan terdapat
pengggunaan bentuk pengaturan dan teknologi berbeda.
10) Keterbatasan tenaga
Kekurangan tenaga dapat berkontribusi untuk kesenjangan dalam penyampaian
informasi saat serah terima pasien.
11) Kegagalan peralatan
Sejumlah perangkat yang digunakan dalam sebuah pasien dapat saja gagal
berfungsi.Informasi penting tidak dapat disampaiakan jika terjadi kegagalan
pada perangkat elektronik.
12) Garis tanggung jawab
Saat situasi serah terima pasien, mungkin ada staf yang tidak jelas tanggung
jawabnya kepada pasien atau situasi yang sedang berlangsung.
13) Batasan waktu yang ketat
Kendala waktu selama serah terima pasien dapat menyebabkan pembuatan
laporan yang terburu-buru dan tidak lengkap.
14) Situasi darurat atau kegiatan kritis
Serah terima pasien dalam situasi kritis menimbulkan sejumlah masalah.
40
Kode status tidak tercantum dalam laporan serah terima pasien dan tidak
didokumentasikan dalam catatan medis, sehingga informasi tidak dapat diakses.
16) Pasien kritis atau labil
Perawat yang akan menyelesaikan dan yang akan melaksanakan shif, mungkin
dapat memandang situasi pasien secara berbeda, dan situasi pasien dapat terus
berubah selama transisi pergantian shift.
17) Variabel sumber daya setelah selesai shift
Pengiriman atau serah terima pasien setelah jam kerja/shift sering terjadi ketika
sumber daya kurang tersedia, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan
kehilangan informasi.
10. Evaluasi
a. Struktur ( input )
41
Pada overan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain :
catatan overan, status klien dan kelompok shif overan. Kepala ruang
selalumemimpin kegiatan overan yang dilaksanakan pada pergantian shif yaitu
malam kepagi, pagi ke sore. Kegiatan overran pada shif pagi kemalam di pimpin
oleh perawat primer yang bertugas saat itu
b. Proses
Proses overan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh perawat
yang bertugas maupun yang akan mengganti shif. Perawat primer mengoperkan
ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shif. Overan pertama di
lakukan di nurse station kemudian keruang perawatan pasien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi overran mencakup jumlah pasien, diagnose keperawatan,
intervensi yang belum / sudah dilakukan. Setiap pasien tidak lebih dari lima menit
saat klarifikasi ke pasien.
c. Hasil
Overan dapat dilakukan setiap pergantian shif.Setiap perawat dapat mengetahuai
perkembangan pasien, komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
BAB III
ANALISA SITUASIONAL
42
Pengkajian Manajemen keperawatan telah dilakukan pada tanggal 1 sampai 4 November
2021 di ruangan rawat 1 (Interne) Rumah Sakit Tentara Bukittinggi denganmelakukan survey
awa; dam pengumpulan data melalui kusioner, observasi dan wawancara, 10 perawat dan 9
pasien mengenai data umum dan masalah berhubungan dengan manajemen keperawatan di
ruangan rawat 1 Rumah Sakit Tentara Bukittinggi Tahun 2021.
44
3. Analisa Situasi
a. Staffing/sumber daya manusia
1) Sumber daya dan kekuatan kerja
Tabel 3
Jumlah Tenaga Perawat Di ruangan 1 Rumah Sakit Tentara Bukittinggi
Tahun 2021
Tabel 4
Usia Tenaga Perawat Di ruangan 1 Rumah Sakit Tentara Bukittinggi
Tahun 2021
Ruang Umur
20 – 30 31-40 41- 50
Ruangan 1 8 1 1
Persentase 80% 10% 10%
2) Pembagian kerja
Hasil Analisa Situasi Melalui wawancara Di ruangan 1 Rumah Sakit Tentara
Bukittinggi Tahun 2021 yang disepakati oleh satu orang karu, satu orang
wakil karu dan 9 orang perawat pelaksana. Jadwal pembagian shift terbagi
dalam 3 shift yaitu shift pagi dari pukul 7:30 WIB s/d 14:00 WIB, Shift Sore
45
dari pukul 13:30 WIB s/d 20:00 WIB, dan untuk shift malam dari pukul 19:30
WIB s/d 08:00 WIB. Untuk setiap shift nya pagi ada 3 perawat yang terdiri
dari 1 wakil karu dan 2 perawat pelaksana, sedangkan untuk shif sore dan
malam terdiri dari 2 perawat pelaksana.
4. Karakteristik responden
a. Pengkajian Perawat
1) Data Umum
- Karakteristik Perawat
Tabel 5
Distribusi Frekunsi Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Pendidikan,
Palatihan BTCLS, dan Status Kepegawaian Di ruangan 1 (Interne)
Rumah Sakit Tentara Bukittinggi Tahun 2021
Karakteristik perawat n %
Umur
- 20-30 Tahun 8 80
- 31-40 Tahun 1 10
- 41-50 Tahun 1 10
- >50 tahun
Jenis kelamin
- Laki – laki 1 10
- Perempuan 9 90
Masa kerja
- 1-3 Tahun 4 40
- >3-5 Tahun 2 20
- >5 Tahun 4 40
Pendidikan
- D3 Kebidanan 2 20
- D IV Kebidanan
- D3 Keperawatan 5 50
- S1 Ners Keperawatan 3 30
Pertanyaan N %
Perencanaan
1.kepala ruangan merencanakan pelatihan bagi 6 60%
perawat diruang rawat inap
Pengarahan
1.kepala ruangan melakukan meeting morning setiap 6 60%
dinas pagi hari
Pengendalian
1.kepala ruangan melakukan audit dokumentasi 5 50%
proses asuhan keperawatan
3) Wawancara Perawat
Tabel 7
Hasil wawancara mahasiswa profesi ners Universitas Perintis Indonesia
terkait dengan pre dan post conference siklus manajemen dkeperawatan
Pre Post Overan Metode Tim
Conference Conference
n % n % N % N %
Belum dilakukan 10 100% 10 100% 5 50% 10 100%
47
Sudah di lakukan 0 0 0 0 5 50% 0 0
Berdasarkan tabel hasil wawancara dengan wakil karu dan perawat pelaksana
didapatkan hasil bahwa belum melakukan pre dan post conference dan belum
optimalnya overandisebabkan oleh banyaknya perawat melakukan dinas luar
dan tenaga yang ada kurang.
4) Observasi Perawat
Tabel 8
Hasil observasi mahasiswa profesi ners Universitas Perintis Indonesia terkait
dengan pre dan post conference siklus manajemen dkeperawatan
Buku Pre Post Overan Pendokume
Laporan Conference Conference Dinas ntasian
askep
n % N % N % n % N %
Belum 2 20% 10 100% 10 100% 5 50% 0 0
Dilakukan
Sudah 6 80% 0 0 0 0 5 50% 10 100%
Dilakukan
Total 8 100% 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%
Berdasarkan tabel hasil observasi diatas didaptkan hasil bahwa 6 orang perawat
pelaksana sebanyak 80% membaca buku laporan dan status pasien, 10 orang
perawat tidak melakukan pre dan post conferencesetiap pagi dan siang hari, 5
orang perawat sebanyak 50% mengadakan overan dinas baik secara
dokumentasi maupun keruangan pasien masing-masing, 10 orang perawat sudah
melakukan pendokumentasian sebanyak 100%.
b. Pengkajian Pasien
1) Data Umum
- Karakteristik pasien
Tabel 9
Distribusi frekuensi umur, jenis kelamin dan pendidikan pasien di ruang
1 (Interne) Rumah Sakit Tentara Bukittinggi Tahun 2021
Karakteristik N %
pasien
Umur
- 20-30 Tahun 2 22,2
- 31-40 Tahun 1 11,1
- 41-50 Tahun 1 11,1
- >50 tahun 5 55,6
Jenis kelamin
48
- Laki – laki 6 66,7
- Perempuan 3 33,3
Pendidikan
- SD 3 33,3
- SMP 2 22,2
- SMA 3 33,3
- PT 1 11,1
Berdasarkan tabel di atas di dapatkan bahwa distribusi frekuensi umur
pasien di ruangan 1 rumah sakit tentara bukittinggi sebagian besar ber
umur >50 tahun dengan presentasi 55,6 %, kemudian untuk distribusi
jenis kelamin didominasi dengan jenis kelamin laki-laki dengan presentasi
66,7 % dan untuk tingkat pendidikan pasien banyak dengan pendidikan
SD dan SMA dengan 33,3 % untuk SD dan 33,3% untuk SMA.
2) Analisa Kusioner
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Di Ruangan 1 (Interne) Rumah Sakit Tentara
Bukittingi
Kepuasan pasien n %
Puas 4 44,4
Tidak puas 5 55,6
Jumlah 9 100
49
ANALISA DATA
Masalah
No Hasil Kuesioner Hasil Observasi Hasil Wawancara Manajemen
Keperawatan
1 (100%) responden Dari hasil observasi Dari hasil Belum optimalnya
mengatakan belum yang dilakukan dari wawancara yang dilakukan pre dan
optimal melakukan tanggal 1 November dilakukan dengan post conference
pre dan post sampai 4 November perawat, perawat diruangan 1 RST
conference 2021 tidak adanya mengatakan ada Bukittinggi.
dilakukan pre confrence dilakukan tetapi
(50%) responden dan post confrence di tidak dilakukan
mengatakan ruangan 1 RST setiap hari.
perawat pelaksana Bukittinggi.
belum optimal
dalam melaukan
overan setiap shift
2 (50%) responden Dari observasi yang Dari hasil Belum optimalnya
mengatakan overan dilakukan ditemukan wawancara yang overan dinas
dinas tidak perawat belum dilakukan dengan diruangan 1 RST
50
dilakukan secara melakukan overan perawat, perawat Bukittinggi.
langsung keruangan secara optimal, Misalnya mengatakan ada
pasien dalam melakukan beberapa overan
overan keruangan pasien dinas yang dilakuan
(100%) responden secara langsung. langsung keruangan
mengatakan sudah pasien dan ada
melakukan sebagian yang tidak.
pendomentasian
dalam asuhan
keperatan pasien
(80%) responden
mengatakan
membaca buku
laporan dan status
pasien saat
dilakukan overan
51
ANALISA SWOT
shifnya.
sedangkan sumber
51
banyak vokasional
ruangan untuk
pengembangan diri/
peningkatan jenjang
pendidikan ke S1
Ners
2. Belum Optimalnya 50% Perawat Belum adanya buku Adanya mahasiswa Meningkatnya kesadaran
Overan Dinas mngetahui laporan operan yang Perawat yang praktik masyarakat tentang
pekerjaan yang kan
dilakukan melelui dimiliki oleh masing – profesi di ruangan tanggung jawab dan
operan yang selalu masing TIM Sarana dan prasarana tanggung gugat Perawat
di ikuti sebelum Hal yang dioperkan untukoperan cukup sebagai pemberi asuhan
bekerja
lebih fokus kepada tersedia keperawatan
Operan dilakukan
setiap pergantian asuhan medis pasien
shift bukan asuhan
Kepala ruangan
keperawatan
memimpin
kegiatan operan Hal yang di operkan
setiap pagi hanya ditulis pada
Diikuti oleh semua
secarik kertas,
52
Perawat yang telah Perawat pelaksana
dan akan dinas tidak memiliki buku
Kepala ruangan
saku harian untuk
mengevaluasi
kesiapan Perawat menuliskan rencana
yang akan dinas dan tindakan yang
Hal – hal yang
dilakukan kepada
akan dioperkan
jelas dan pasien kelolaannya
dipahamioleh Personil yang kurang
seluruh Perawat
lengkap saat operan
Validasi kepada
pasien dilakukan karena mengikuti
saat operan. kegiatan yang ada di
Rumah Sakit
Sistematika operan
yang belum sesuai
dengan SPO
Pre dan Post Confrens
tidak pernah
dilakukan
53
PRIORITAS MASALAH
Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator yang digunakan yaitu:
1. Prevalences yaitu jumlah suatumasyarakat yang terkena masalah, semakin besar maka
semakin di prioritaskan.
2. Severity yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi serta beberapa jauh akibat yang
ditimbulkan oleh masalah tersebut.
3. Rate Of Increase yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam periode tertentu.
4. Public Concern yaitu menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat terhadap
masasalah tersebut
5. Degree unmide Of Need yaitu adanya keinginan atau dorongan yang benar dari
masyarakat agar masalah segera diselesaikan.
6. Resources availiability yaitu menyangkut ketersediaan sumber daya yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.
7. Importancy yaitu ketersediaan teknologi dalam mengatasi suatu masalah.
8. Public elimate yaitu besarnya dukungan politik dari pemerintah sangat menentukan
besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.
9. Social benefit yaitu sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh dari penyelesaian
masalah tersebut.
55
PRIORITAS MASALAH
Keterangan:
DN: Degree unmide Of Need (Derajat Keinginan Masyarakat yang tidak terpenuhi)
R: Resources availiability
PERUMUSAN MASALAH
Setelah dilakukan anilisa SWOT disepakati prioritas masalah yang dapat diupayaan solusinya
sebagai berikut:
56
POA (PLANING OF ACTION)
Dan telah dilakukan lokakarya mini pada tanggal 9 November 2021 pada pukul 09:00 WIB
dengan di hadiri preceptor akademik, dan preceptor klinik. Berdasarkan hasil lokakarya mini
maka disepakati alternative pemecahan masalah yang disusun berdasarkan planning of action
(POA) dimana setiap kegiatan memiliki penanggung jawab, uraian dan indicator kegiatan.
Kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan POA tersebut adalah:
60
memperkenalkan anggota tim nya. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap terminasi. Begitu
juga saat melakukan overan dari shift sore ke malam maupun malam ke pagi.
3. Kegiatan Kelompok
Selain kedua kegiatan diatas ada pula kegiatan lain yang dilakukan oleh kelompok
berdasarkan POA yang telah disusun, kelompok juga melakuakn kegaiatn lokakarya mini
yang di harapkan dapat memberikan masukan dalam upaya membantu ruangan 1 dalam
memecahkan masalah yang ada
4. Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan oleh maahsiswa profesi ners angkatan
tahun 2021/2022 diruangan 1 Rumah Sakit Tentara (RST) Bukittinggi dari tanggal 1
sampai 21 November 2021, adapun anggota kelompok telah melaksanakan metode tim
dengan bermain peran sebagai kepala ruangan, ketua tim A, ketua tim B dan perawat
pelaksana dengan masing-masing peran sebagai berikut:
Tabel 14
Kegiatan mahasiswa bermain peran dengan menggunakan metode tim di ruangan
1 Rumah Sakit Tentara (RST) Bukittinggi tahun 2021
61
6. Kegiatan Inovasi
Disamping elakukan praktek profesi manajemen keperawatan diruanagn 1 RST
Bukittinggi, kelompok juga membuat inovasi-inovasi yang dapat membantu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan memperlancar kegiatan diruangan serta
terkoordinirnya manajemen ruangan. Inovasi yang telah dilakukan kelompok terlaksana
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan inovasi yang dilakukan antara lain:
- Menetapkan dan meletakkan handscrub di dinding sepanjang lorong sebelum masuk
ke ruangan
- Media peringatan “DILARANG DUDUK DISINI”
EVALUASI
62
Metode roleplay merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam
dunia nyata kedalam suatu permainan peran didalam pembelajaran klinik yang doaat
dilakukan sebagai bahan reflekasi sebagai calon perawat. Adapun peran-peran dalam
roleplay dalam keperawatan diantara nya karu, katim, dan perawat pelaksana. Roleplay
pada hakikatnya untuk menghasilkan perubahan sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencangkup perubahan bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pre dan post conference merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
perencanaan kegiatan dan hasil kegiatan sepanjang shift, dilakukan sebelum dan sesudah
shift berikutnya. Isi pre conference adalah rencana asuhan keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat pelaksana kepada pasien tanggung jawab, sedangkan isi post
conference adalah ahsil askep tiap perawat pelaksana dan hal penting untuk di overkan
(tindak lanjut) keperawat shift selanjutnya. Post conference di pimpin oleh kepala
ruangan atau penanggung jawab tim.
Berdasarkan review pengetahuan yang dilakukan oleh mahasiswa tentang pre dan post
conference serta overan pada tanggal 15 november 2021 kepada perawat ruangan 1 RST
Bukittinggi didapatkan bahwa pre test yang diperoleh dengan titik ukur mean 93
sebanyak 70% perawat pengetahuan kurang baik, permasalahan yang terjadi di topic
overan. kemudian setelah dilakuakn review dengan media leaflet dan di lakukan post test
di dapatkan 100 % perawat memiliki pengetahuan yang baik.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 sampai 17 November 2021, perawat dan
mahasiswa sudah melakukan pre dan post conference dengan baik serta sebagian susdah
mengikuti langkah-langkah pre dan post conference, seperti kedua kelompok shift dalam
keadaan siap, perawat dan mahasiswa hadir tepat waktu dan perawat ada menybut
tindakan asuhan keperawatan yang telah di berikan dan merencakan tindakan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dan juga menyebutkan kendala ataupun
hambatan pada saat memberikan asuhan keperawatan.
2. Evaluasi role play dan review overan
Metode roleplay merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam
dunia nyata kedalam suatu permainan peran didalam pembelajaran klinik yang doaat
dilakukan sebagai bahan reflekasi sebagai calon perawat. Adapun peran-peran dalam
roleplay dalam keperawatan diantara nya karu, katim, dan perawat pelaksana. Roleplay
pada hakikatnya untuk menghasilkan perubahan sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencangkup perubahan bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
63
Handover merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien, serta pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok Pasien,
kepada orang lain atau kelompok profesioanl secara sementara atau permanen.
Berdasarkan review pengetahuan yang dilakukan oleh mahasiswa tentang pre dan post
conference serta overan pada tanggal 15 november 2021 kepada perawat ruangan 1 RST
Bukittinggi didapatkan bahwa pre test yang diperoleh dengan titik ukur mean 93
sebanyak 70% perawat pengetahuan kurang baik, permasalahan yang terjadi di topic
overan. kemudian setelah dilakuakn review dengan media leaflet dan di lakukan post test
di dapatkan 100 % perawat memiliki pengetahuan yang baik.
Berdsarkan hasil observasi pada tanggal 15 sampai 17 November 2021, kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana yang sedang berdinas ketika pelaksanaan role play
overan sudah melakukan sesuai dengan prosedur. Proses pelaksanaan roplay overan
sudah dilaksanakan secara optimal sesuai dengan standar operasional prosedur overan.
Pada sata overan dipimpin oleh kepala ruangan, kemudian ketua tim menyampaikan
kondisi dan keadaan pasien, lalu perawat yang melakukan overan dapat melakukan
klarifikasi, Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah di overkan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas, setelah itu eprawat ayng
melaksanakn overan mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan,
dan tindakan yang telah atau belum dilakukan serta hal-hal yang penting lainnya selama
masa perawatan, lama overan diruang rawatan untuk masing-masing pasien tidak lebih 5
menit kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit. Selanjutnya
pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format overan yang di tanda
tangani oleh pp pada saat itu dan pp selajutnya diketahui oleh kepala ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
64
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di instalasi rawat inap ruang satu
(interne) RST Bukittinggi, kelompok akan membahas kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di
ruang satu (interne) RST Bukittinggi. dalam pelaksanaan praktek manajemen
keperawatan kelompok membahas tentang belum optimalnya pelaksanaan preconference,
post conference dan overan dengan uraian sebagai berikut:
1. Pre dan post conference
Menurut teori Conference merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek klinik. Sedangkan menurut sain, I (2010) konferensi merupakan
pertemuan tim yang dilakukan setiap hari, konferensi dilakukan sebelum atau setelah
melakukan overan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat
pelaksana.
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:
(Ratna Sitorus, 2006). Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawat pelaksana, konferensi
dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-masing, penyampaian
perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemaren dan kondisi
klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
overan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum overan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk overan (tindak lanjut). Post
conference di pimpin oleh katim atau PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Berdasarkan wawancara terhadap kepala ruangan dan perawat yang ada di
ruangan satu (interne) RST Bukittinggi terkait pelaksanaan pre dan post conference
didapatkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference. Belum
optimalnya pelaksanaan pre dan post conference disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kurangnya tenaga perawat yang ada diruangan dan terdapat sebagian
perawat ruang satu (interne) yang bertugas sebagai nakes di kegiatan-kegiatan yang
65
dilakukan diluar rumah sakit. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan belum
optimalnya pelaksanaan pre dan post conference diruang satu (interne) RST
Bukittinggi. hasil observasi didapatkan bahwa hanya sebagian perawat ruang satu
(interne) yang melakukan pre dan post conference dikarenakan kurangnya manajemen
waktu dan kesibukan perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian Resikiki., et all (2019) didapatkan dokumentasi
asuhan keperawatan adalah 75,2% tidak lengkap dan 24,8% lengkap dalam
dokumentasi asuhan keperawatan.
2. Overan
Operan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah handover, dalam istilah lain
operan/timbang terima memiliki beberpa istilah yaitu handover, handoffs, shift report,
signout, signover, cross coverage,overhand, report nursing,(Triwibowo, 2013;
Nursalam, 2015; Putra, 2016).
Handover merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien, Triwibowo (2013). Handover
merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa
atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok Pasien, kepada orang lain atau
kelompok profesioanl secara sementara atau permanen (AMA, 2006) dalam
Triwibowo, 2013).
Handover harus dilakukan seefektif mungkin secara singkat, jelas, dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat,
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
(Triwibowo, 2013).
Operan pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Pada saat operan atau timbang
terima anatar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan
pasien, intervensi yang sudah dan yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta
respons yang terjadi pada pasien.
Perawat melakukan operan atau timbang terima bersama dengan perawat
lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien
secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada harus
nmengahabiskan waktu orang lain sekedar untuk membaca dokumentasi yang telah
66
kita buat, selain itu juga akan membantu perawat dalam menerima operan atau
timbnag terima secara nyata (Nursalam2015). Handovera dalah komunikasi oral dari
informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift(Putra,
2016).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa operan adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien secara akurat lengkap dan jelas oleh perawat secara langsung pada
pergantian shift yang dilakukan tidak hanya di nurse station tetapi dengan berkeliling
ke setiap pasien tanpa membedakan kebutuhan pasien.
Berdasarkan wawancara terhadap kepala ruangan dan perawat yang ada di
ruangan satu (interne) RST Bukittinggi terkait pelaksanaan overan didapatkan bahwa
belum optimalnya pelaksanaanoveran Belum optimalnya pelaksanaan overan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya manajemen waktu dan
kesibukan perawat pelaksana dan terdapat sebagian perawat ruang satu (interne) yang
bertugas sebagai nakes di kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar rumah sakit.
Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan overan
diruang satu (interne) RST Bukittinggi. hasil observasi didapatkan bahwa hanya
sebagian perawat ruang satu (interne) yang melakukan overan lansung ke ruangan
pasien dikarenakan kurangnya manajemen waktu dan kesibukan perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mairestika., et all. (2021)
didapatkan hasil dari 14 orang responden melakukan timbang terima dengan baik 40%
sedangkan 21 orang responden melakukan timbang terima kurang baik 60%. Hal ini
dikarenakan tidak dilakukannya menyebutkan tanggal masuk pasien, lama hari
rawatan pasien, tidak melaporkan respon pasien dari setiap diagnosa, tidak
menyampaikan cairan infus dan obat-obatan yang telah diberikan kepada pasien, tidak
ada tanda tangan pelimpahan dari shift sebelumnya dengan shift selanjutnya, dan tidak
ditutup dengan kepala ruangan atau ketua tim.
67
2. Pelaksanaan pre dan post conference
Diharapkan kepada kepala ruangan untuk memberikan pengawasan ketat dan
dukungan/ motivasi kepada katim dan perawat pelaksana lainnya untuk melanjutkan
pre dan post conference dengan optimal. Adapun pre dan conference terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat mempengaruhi kelancaran pemberian asuhan
keperawatan karena kurang terorganisasinya pembagian dan perencanaan asuhan
keperawatan. Sehingga pemberian asuhan keperawatan tidak tersusun secara
sistematis. Adapun pengaruh dari pelaksanaan pre dan post conference sangat penting
dalam menentukan kualitas pemberian asuhan keperawatan dan kualitas pelayanan
keperawatan.
3. Pelaksanaan overan
Diharapkan kepada kepala ruangan untuk memberikan pengawasan ketat dan
dukungan/ motivasi kepada katim dan perawat pelaksana lainnya untuk melakukan
overan dengan optimal. Adapun overan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
dapat mempengaruhi kelancaran pemberian asuhan keperawatan karena informasi
yang didapatkan antar shift melalui overan. Sehingga pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dengan lancar. Adapun pengaruh dari pelaksanaan overan sangat
penting dalam menentukan tindakan yang akan diberikan kepada pasien dan jika
overan tidak dilakukan secara optimal bisa menyebabkan kesalahan tindakan yang
akan dilakukan karena kurangnya informasi yang didapat saat overan.
BAB V
A. Kesimpulan
Selama kegiatan praktek manajemen keperawatan mahasiswa di ruangan satu RST
tingkat IV Bukittinggi yang berlangsung selama 3 minggu yaitu dengan hari efektif
selama 21 hari yang dimulai 01 November sampai 20 november 2021 dari senin sampai
68
sabtu dari jam 07.00 sampai 20.00 WIB, dapat disumpulkan masalah yang ditemukan
diruang satu RST tingkat 4 Bukittinggi adalah:
1) Pelaksanaan pre dan post conference belum optimal
2) Pelaksanaan overran belum optimal
Kegiatan yang telah dilakukan untuk masalah yang ditemukan antara lain:
1) memberikan role play dan review tentang pelaksaan pre dan post conference yang
benar
2) memberikan role play dan review tentang pelaksaan overran yang benar
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas disarankan kepada:
1. Rumah Sakit
Perlu adanya penyegaran tentang manajemen keperawatan.
2. Bidang Keperawatan
a. Pelaksanaan pre dan post conference yang benar agar dapat menjadi budaya kerja
yang harus dipertahankan
b. Pelaksanaan overan yang benar agar dapat menjadi budaya kerja yang harus
dipertahankan
c. Memberi reward terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan motivasi
dalam kinerja keperawatan
3. Kepala Ruangan
a. Perlu adanya bimbingan manajemen keperawatan kepada anggota Tim pelaksana
asuhan keperawatan
b. Perlu melibatkan mahasiswa dalam praktek manajemen keperawatan
4. Untuk perawat
a. Diharapkan dapat melaksanakan pre dan post conference secara optimal
b. Diharapkan dapat melaksanakan overan secara optimal
5. Untuk Mahasiswa
Untuk mahasiswa praktek manajemen selanjutnya, dapat dijadikan pedoman sebagai
dasar dalam pengkajian selanjutnya, karena waktu kami yang terbatas mungkin hanya
ini yang sempat terkaji dan mungkin kalau ada praktek manajemen selanjutnya agar
dapat mengkajia masalah manajemen yang lainnya.
69
DAFTAR PUSTAKA
70
La Monika Elaine L (1998), Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, EGC,
Jakarta.
Swansburg, R.C (2000). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan.Terjemahan.Jakarta . EGC
https://laorensia29cute.wordpress.com/2013/07/03/manajemen-keperawatan/
AHHA (Australian Healthcare & Hospitas Association). (2009). Clinical Handover: System
Cange, Leadership and Principles
Amalia, E. et,al. Jurnal hubungan pre dan post conference keperawatan dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan di RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi, 2015
71
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2000. Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.Jakarta : Salemba
Medika.
72