Anda di halaman 1dari 8

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIRARC DAN SAFETY


POLICY
(Studi Kasus Proyek Konstruksi Gedung Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB )

Eko Wahyu Abryandoko

Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Universitas Bojonegoro


Korespondensi: abryandoko@gmail.com

ABSTRACT

Occupational Safety and Health is an important part of the company, especially in construction work,
because the main factor for a company to achieve the desired goal is employee productivity, supported by a
sense of security and comfort.. This study has developed this procedure based on observations with reference
to the OHSAS 18001: 2007 standard certification of HIRARC method of applying SMK3 based on HIRARC
preparation on job implementation. After the risk analysis is done based on HIRADC and Risk of Risk then
there should be risk control. Efforts made to control by considering the hierarchy of elimination, substitution,
technical control, administrative and equipment supply K3 namely by adjusting the completion time of the
TJBTB Main Office Construction project

Keywords: Factor Analysis, K3, HIRARC Method, Construction project

1. PENDAHULUAN Situasi ini timbul karena lokasi proyek


Menghadapi persaingan pasar bebas, pembangunan Konstruksi Gedung Ruang
perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif Tunggu Kantor Induk TJBTB yang panas
yang harus dipersiapkan oleh sehingga rasa emosional akan muncul dan
perusahaan-perusahaan jasa konstruksi, baik membentuk karakter yang “keras” dengan
swasta maupun BUMN yang ada di Indonesia kegiatannya yang terlihat sangat kompleks dan
dengan melakukan berbagai macam perbaikan sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina
guna meningkatkan kualitas kinerja yang prima dari para pekerja.
manajemen, sehingga dapat menghasilkan Kesehatan kerja merupakan suatu unsur
suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan
yang ideal [6]. kerja dan pekerjaan, yang secara langsung
Salah satu fasilitas untuk memenuhi maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
pelayanan publik adalah dengan membuat efisiensi dan produktivitas kerja. Sedangkan,
ruang tunggu yang nyaman dan aman. TJBTB keselamatan kerja merupakan suatu sarana
(Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali) utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan
adalah Badan Usaha Milik Negara yang kerja yang dapat menimbulkan kerugian berupa
berbentuk Persero, TJBTB berkewajiban untuk luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan harta benda, kerusakan peralatan atau mesin
umum dengan tetap memperhatikan tujuan dan kerusakan lingkungan secara luas [9].
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan PT. Bangun Kreasi Artha berdiri sejak
sesuai dengan Undang-Undang No.19/2000. tahun 2013 dan telah berpengalaman di
Pekerjaan konstruksi Gedung Ruang berbagai proyek, dalam pekerjaan Proyek
Tunggu Kantor Induk TJBTB adalah salah satu konstruksi Gedung Ruang Tunggu Kantor
pekerjaan yang mempunyai resiko cukup Induk TJBTB perusahaan melibatkan berbagai
tinggi. Hal terebut menyebabkan catatan buruk disiplin ilmu di bidang bangunan gedung,
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). bangunan sipil dan interior, tidak terbatas

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 50


dalam aspek fungsi dan estetika saja, melainkan K3 ini adalah dengan mengatur administratif,
lebih jauh lagi ke dalam aspek struktur, yaitu pembuatan prosedur terkait K3.
kelistrikan, perpipaan, tata udara, tata cahaya Pembuatan prosedur ini berdasarkan dari hasil
dan automasi bangunan pengamatan dengan mengacu pada sertifikasi
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, standar OHSAS 18001:2007 yaitu metoda
maka rumusan masalah dalam penelitian ini, HIRARC, sehingga diharapkan dapat
adalah sebagai berikut: meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
1. Risiko keselamatan dan kesehatan pada proyek tersebut, serta dapat mengurangi
kerja apa saja yang terjadi pada insiden kecelakaan pada pekerja
pekerjaan proyek Konstruksi Gedung
Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB? 2. METODE PENELITIAN
2. Bagaimana tingkat risiko keselamatan 2.1 Tahapan Penelitian
kerja dengan metode HIRARC pada
pekerjaan proyek Konstruksi Gedung
Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB?
3. Bagaimana tindakan pengendalian
risiko yang terjadi pada pekerjaan
proyek Konstruksi Gedung Ruang
Tunggu Kantor Induk TJBTB?
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya
mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan
secara komprehensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen
risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko
yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan [10].
Tujuan dari manajemen risiko adalah
minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat
terjadinya kerugian dengan teori accident
model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat
memotong mata rantai kejadian kerugian
tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun “accident”.
Mengelola risiko harus dilakukan secara
komprehensif melalui pendekatan manajemen
risiko sebagaimana terlihat dalam Risk
Management Standard AS/NZS 4360 [1] yang
meliputi: Penentuan konteks kegiatan yang
akan dikelola risikonya, Identifikasi risiko,
Analisis risiko, Evaluasi risiko, Pengendalian
risiko, Pemantauan dan tinjau ulang,
Koordinasi dan komunikasi.
Penelitian ini bertujuan memperoleh
hasil dari potensi bahaya apa saja yang akan
terjadi pada pekerjaan Konstruksi Gedung
Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB yang di
kerjakan oleh PT Bangun Kreasi Artha. Setelah Gambar 1. Diagram alir penelitian
itu akan diidentifikasi bagaimana cara
mengendalikan bahaya tersebut. Salah satu
solusi yang di tawarkan dalam pengendalian

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 51


2.2 Identifikasi Bahaya (Hazard
Identification) Tabel 4. Form peringkat sumber bahaya
Bahaya adalah sesuatu yang dapat Bag Sumber Penilaian Resiko ∑ %
menyebabkan cedera pada manusia atau ian Bahaya
kerusakan pada alat atau lingkungan. Rendah Sedang Tinggi
Macam-macam kategori hazard [5] adalah
bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik,
bahaya elektrik, bahaya ergonomi, bahaya
kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi,
dan bahaya psikologi.

Tabel 1. Form identifikasi bahaya (hazard Perhitungan Peringkat Risiko dari peringkat
identification) sumber bahaya didapatkan peringkat risiko
Bagian Sumber Identifikasi sebagai berikut :
Bahaya Bahaya
Tabel 5. Form peringkat risiko
No Sumber Bahaya Peringkat Resiko Jumlah

Dari hasil identifikasi bahaya, didapatkan


jumlah bahaya berdasarkan sumbernya sebagai
berikut :

Tabel 2. Form jumlah bahaya berdasarkan


sumbernya
No Sumber Bahaya Jumlah presentase Evaluasi risiko adalah temuan potensi
Bahaya bahaya dengan cara mengelompokkan skor
risiko tersebut ke dalam kategori-kategori
risiko yang tersedia ke dalam tabel Matriks
Risiko yang ditunjukkan pada tabel 3.
Pengendalian risiko dilakukan berdasarkan
2.3 Penilaian risiko evaluasi risiko. Pengendalian ini dalam bentuk
Penilaian risiko untuk mengetahui tindakan (action) yang bisa dilakukan untuk
tingkat bahaya dari pekerjaan tersebut. segera mengantisipasi sumber hazard. Setelah
Melakukan penilaian risiko meliputi penentuan pengendalian risiko dilakukan berdasarkan
probabilitas terjadinya suatu risiko (likelihood) kategori risiko, maka rekomendasi dapat
dan penentuan tingkat keparahan jika risiko diberikan untuk Perbaikan sumber bahaya yang
tersebut menjelma menjadi kecelakaan kerja memiliki kategori risiko rendah, tinggi,
(severity). Penentuan likelihood dan severity ekstrim.
dilakukan dengan cara wawancara (data
kualitatif) untuk memperoleh nilai likelihood. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumus peringkat risiko adalah risiko = 3.1 Identifikasi Bahaya (Hazard
Likelihood x Severity. Identification)
Pada pekerjaan proyek Konstruksi
Tabel 3. Form penilaian risiko Gedung Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB
Bag Sumber Bahaya L S L Penilaian yang di kerjakan oleh PT Bangun Kreasi Artha
ian Bahaya yang x Resiko mempunyai beberapa identifikasi bahaya pada
Timbul S masing-masing pekerjaannya yaitu pekerjaan
pasangan bata ringan, pekerjaan dinding lapis
plester dan aci, pekerjaan dinding partisi
gypsum, pekerjaan tangga.

Dari hasil penilaian risiko didapatkan ruangan


produksi berisiko, sebagai berikut :

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 52


Tabel 6. Identifikasi bahaya (hazard identification) pada pekerjaan proyek konstruksi gedung
ruang tunggu kantor induk TJBTB
Bagian Sumber Bahaya Identifikasi Bahaya
Terjatuh dari ketinggian
Pekerjaan Pasangan Bata Pasang / Bongkar
Tertimpa material scaffolding
Ringan Scaffolding
Terjepit scaffolding
Tergores besi
Pemasangan Kolom Terjepit besi
Praktis Terpukul palu
Tertusuk kawat
Kejatuhan material
Pemasangan Bata Iritasi pada kulit akibat terkena bahan mortar
Tertimpa bekisting
Pengecoran Terkena tumpahan material
Kejatuhan besi
Pekerjaan Dinding Lapis Pemasangan Jidar Tergores besi
Plester dan Aci Iritasi pada kulit akibat terkena bahan mortar
Pelaksanaan Plesteran
Terluka akibat alat bor
Pekerjaan Dinding Partisi Pemasangan Rangka Tersengat listrik
Gypsum Kejatuhan besi
Terluka akibat alat bor
Penutupan Gypsum
Gangguan pernapasan (bau menyengat cat)
Pengecatan Gypsum Luka bakar (uap painting meletup di titik nyala 50°c)
Iritasi mata
Terjatuh dari ketinggian
Pekerjaan Tangga Pasang / Bongkar
Tertimpa material scaffolding
Scaffolding Kejatuhan material
Pasang / Bongkar Bekisting
Terluka akibat alat pemotong/ gergaji
Terbentur besi
Pembesian
Terluka akibat bar cutter
Terluka akibat bar bender
Tertusuk kawat
Terluka akibat concrete vibrator
Pengecoran
Terbentur bucket cor
Terbentur pipa tremi
Iritasi kulit akibat terkena tumpahan material
Tertimpa material scaffolding

3.2 Penilaian Risiko Setiap pekerjaan Bongkar Scaffolding pekerjaan tangga yang
Konstruksi mencapai 17,31 %.
Dari hasil identifikasi bahaya tabel 6, Hasil penilaian risiko didapatkan Pada
didapatkan jumlah Sumber bahaya ada 12 di pekerjaan proyek Konstruksi Gedung Ruang
antaranya adalah Pasang / Bongkar Scaffolding, Tunggu Kantor Induk TJBTB yang di kerjakan
Pemasangan Kolom Praktis, Pemasangan Bata, oleh PT Bangun Kreasi Artha mempunyai
Pengecoran, Pemasangan Jidar, Pelaksanaan beberapa identifikasi bahaya pada
Plesteran, Pemasangan Rangka, Penutupan masing-masing pekerjaannya yaitu pekerjaan
Gypsum, Pengecatan Gypsum, Pasang / pasangan bata ringan, pekerjaan dinding lapis
Bongkar Scaffolding pekerjaan tangga, plester dan aci, pekerjaan dinding partisi
Pembesian, Pengecoran dengan total Jumlah gypsum, pekerjaan tangga. Dengan penilaian
bahaya 52 dengan presentasi tertinggi adalah resiko sebagai berikut :
sumber bahaya dari pekerjaan Pasang /

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 53


Tabel 7. Penilaian risiko ruangan pada pekerjaan proyek konstruksi gedung ruang tunggu kantor induk
TJBTB
L S LXS Penilaian
Bagian Sumber Bahaya Identifikasi Bahaya
Resiko
Pasang / Bongkar
Terjatuh dari ketinggian 1 3 3 Rendah
Pekerjaan
Pasangan Bata Scaffolding
Tertimpa material scaffolding 3 2 6 Sedang

Ringan Terjepit scaffolding 2 2 4 Rendah


Tergores besi 2 2 4 Rendah
Pemasangan Kolom
Terjepit besi 2 2 4 Rendah
Praktis Terpukul palu 2 2 4 Rendah
Tertusuk kawat 1 2 2 Rendah
Kejatuhan material 2 3 6 Sedang
Pemasangan Bata
Iritasi pada kulit akibat terkena bahan 1 2 2 Rendah
mortar
Tertimpa bekisting 1 2 2 Rendah
Pengecoran
Terkena tumpahan material
1 2 2 Rendah
Kejatuhan besi 1 2 2 Rendah
Pekerjaan Pemasangan Jidar
Tergores besi 1 2 2 Rendah
Dinding Lapis Iritasi pada kulit akibat terkena bahan
Pelaksanaan mortar
Plester dan Aci 1 2 2 Rendah
Plesteran
Terluka akibat alat bor 2 3 6 Sedang
Pekerjaan Pemasangan
Tersengat listrik 2 2 4
Dinding Partisi Rangka Rendah
Kejatuhan besi 2 3 6 Rendah
Gypsum Terluka akibat alat bor
Penutupan Gypsum 2 3 6 Sedang
Gangguan pernapasan (bau
Pengecatan menyengat cat)
2 3 6 Sedang
Gypsum Luka bakar (uap painting meletup di
2 3 6 Sedang
titik nyala 50°c)
Iritasi mata 2 3 6 Sedang
Terjatuh dari ketinggian 2 3 12 Tinggi
Pekerjaan Pasang / Bongkar
Tertimpa material scaffolding 2 3 6 Sedang
Tangga Scaffolding Kejatuhan material 3 3 9 Sedang
Pasang / Bongkar Bekisting 3 4 12 Tinggi
Terluka akibat alat pemotong/ gergaji 3 3 9 Tinggi
Terbentur besi 2 3 6 Sedang
Pembesian
Terluka akibat bar cutter 2 3 6 Sedang
Terluka akibat bar bender 2 3 6 Sedang
Tertusuk kawat 2 3 6 Sedang
Terluka akibat concrete vibrator 2 2 4 Rendah
Pengecoran
Terbentur bucket cor 2 2 4 Rendah
Terbentur pipa tremi 2 2 4 Rendah
Iritasi kulit akibat terkena tumpahan 2 2
material
4 Rendah
Tertimpa material scaffolding 2 2 4 Rendah
Nilai Rata-Rata 5
1-4 Rendah
Kategori Level 5-11 Sedang
12-16 Tinggi

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 54


Tabel 8. Peringkat sumber bahaya Peringkat sumber bahaya yang paling
tinggi adalah pekerjaan Pasang / Bongkar
No Sumber Bahaya ∑ % Scaffolding pekerjaan tangga berdasarkan
analisis penilaian resiko memiliki penilaian 7
Peringkat 1 penilaian sedang dan 2 penilaian tinggi dengan
1 Pasang / Bongkar jumlah penilaian 9 resiko dan memiliki jumlah
9 17,31
Scaffolding pekerjaan tangga presentase 17,31.
Peringkat 2 Peringkat sumber bahaya yang kedua
2 Pembesian 7 13,46 adalah pekerjaan Pengecoran pekerjaaan
3 Pengecoran pekerjaaan Tangga berdasarkan dan Pembersihan
7
Tangga 13,46 berdasarkan analisis penilaian resiko memiliki
Peringkat 3 jumlah penilaian 7, penilaian ini pada penilaian
4 Pengecatan Gypsum 5 9,62
resiko sedang dan memiliki jumlah presentase
Peringkat 4
5,77.
5 Pemasangan Kolom Praktis 4 7,69
6 Pemasangan Rangka 4 7,69
Peringkat sumber bahaya yang ketiga
Peringkat 5
adalah pekerjaan Pengecatan Gypsum
7 Pasang / Bongkar berdasarkan analisis penilaian resiko memiliki
3 jumlah penilaian 5, penilaian ini pada penilaian
Scaffolding 5,77
8 Penutupan Gypsum 3 5,77 resiko sedang dan memiliki jumlah presentase
9 Pemasangan Bata 3 5,77 7,69.
10 Pengecoran Pekerjaan Peringkat sumber bahaya yang keempat
3
Pasangan Bata Ringan 5,77 adalah pekerjaan Pemasangan Kolom Praktis,
Peringkat 6 Pemasangan Rangka yang memiliki nilai resiko
11 Pemasangan Jidar 2 3,85 total 4. Peringkat sumber bahaya yang kelima
12 Pelaksanaan Plesteran 2 3,85 adalah pekerjaan Pasang / Bongkar Scaffolding,
Jumlah 52 100 % Penutupan Gypsum, Pemasangan Bata,
Presentase 100 % Pengecoran Pekerjaan Pasangan Bata Ringan
yang memiliki penilaian resiko 3 dan yang
Dari data sumber dan aktivitas bahaya terakhir Peringkat sumber bahaya yang
(Hazard) pada tabel 7 kemudian disusun keempat adalah pekerjaan Pemasangan Jidar,
peringkat Resiko dan Peringkat sumber bahaya. Pelaksanaan Plesteran yang memiliki nilai
resiko total 2.
3.3 Peringkat Risiko
Peringkat resiko ini dilihat dari hasil 3.5 Tindakan Pengendalian Risiko
penilaian Resiko, jika dilihat pada tabel 7 pada Setelah dilakukan analisis risiko
peringkat 1 (pertama) didapatkan 3 inditifikasi berdasarkan HIRADC dan Perengkingan
bahaya yang paling tinggi yaitu pada pekerjaan Resiko maka selanjutnya harus dilakukan
Tangga pada sumber bahaya pasang/Bongkar pengendalian risiko. Upaya yang dilakukan
Scaffolding dengan inditifikasi bahaya Terjatuh untuk pengendalian dengan
dari ketinggian, Pasang / Bongkar Bekisting, mempertimbangkan hierarki yaitu eliminasi,
Terluka akibat alat pemotong/ gergaji. subtitusi, pengendalian teknis, administratif dan
Peringkat 2 (kedua) yaitu kategori penyediaan alat keselamatan dan kesehatan
Sedang didapatkan 13 Identifikasi Bahaya. kerja yaitu dengan menyesuaikan waktu
Peringkat 3 (ketiga) yaitu kategori Rendah, penyelesaian pekerjaan proyek Konstruksi
kategori ini ada 19 inditifikasi bahaya. Gedung Ruang Tunggu Kantor Induk TJBTB
Rata-rata dari keseluruhan inditifikasi bahaya yang di kerjakan oleh PT Bangun Kreasi Artha,
masih sedang kondisi organisasi perusahaan, ketersediaan
biaya operasional dan lingkungan.
3.4 Peringkat Sumber Bahaya Perbaikan yang untuk menanggulangi
Peringkat sumber resiko dinilai dari potensi bahaya yang disebabkan oleh sumber
jumlah keseluruhan penilaian resiko mulai dari bahaya, yaitu:
terendah sampai tertinggi kemudian di 1. Pembuatan instruksi kerja yang terpasang
presentase jumlah sumber bahaya yang di lokasi area, SOP, pemakaian hand
terbanyak. gloves, Pemakaian safety shoes

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 55


2. Membuat Worksheet penggunaan APD di menghasilkan produktivitas yang baik
area kerja, agar para pekerja dapat bagi perusahaan.
membaca potensi bahaya yang akan 2. Berdasarkan hasil penelitian pada proyek
dialami ketika melakukan suatu pekerjaan Konstruksi Gedung Ruang Tunggu Kantor
dan APD yang harus dipakai untuk Induk TJBTB yang dikerjakan oleh PT
mengurangi risiko terkena akibat dari Bangun Kreasi Artha tingkat risiko yang
potensi bahaya yang mungkin akan timbul terjadi pada pekerjaan pembekistingan,
ketika mereka bekerja. pembesian, dan pengecoran jika di
3. Untuk mengendalikan berjalannya rata-rata termasuk dalam kategori
program K3 di perusahaan, pihak sedang, walapun ketiga pekerjaan
manajemen perlu mengadakan Safety Talk tersebut memiliki tingkat risiko bahaya
setiap 1 minggu sekali yang dihadiri oleh
yang cukup tinggi, nilai tingkat risiko
beberapa petinggi unit kerja dan
pada 3 item pekerjaan yang tinggi
didalamnya membahas tentang
diamati yaitu sebagai berikut.
pelaksanaan K3 di perusahaan, prosedur
kerja, kondisi peralatan safety, dan reward a. Pada pekerjaan Pasang / Bongkar
and punishment bagi pekerja yang Bekisting nilai rata – rata risiko
mematuhi atau melanggar peraturan kecelakaan kerja mencapai 12 maka
(Assunah, 2010). Kegiatan Safety Talk pekerjaan ini masuk dalam kategori
dipimpin oleh pihak manajemen dan risiko level Tinggi.
pesertanya hanya terdiri dari perwakilan b. Pada pekerjaan Pasang / Bongkar
petinggi dari dari masing-masing Bekisting dengan resiko Terjatuh dari
pelaksana proyek. ketinggian nilai rata – rata risiko
Salah satu aspek pengendalian terhadap kecelakaan kerja mencapai 12 maka
pekerja yaitu dengan memakai APD (helm, pekerjaan ini masuk dalam kategori
rompi, sarung tangan, kacamata, sepatu safety risiko level Tinggi.
dan body harness), penyediaan prosedur c. Pada pekerjaan pengecoran dengan
pelaksanaan pekerjaan, serta sertifikasi pekerja, resiko Terjatuh dari ketinggian nilai
sedangkan untuk aspek komunikasi, harus rata – rata risiko kecelakaan kerja
diadakan briefing safety talk, safety induction, mencapai 12 maka pekerjaan ini
safety patrol, evaluasi HSE meeting, toolbox masuk dalam kategori risiko level
meeting, dan penyediaan rambu dan yang Tinggi.
terakhir untuk aspek alat dan lokasi kerja di 3. Tindakan pengendalian risiko yang terjadi
lakukan pengendalian pengamanan letak kabel, pada proyek Konstruksi Gedung Ruang
pemantauan kebersihan lokasi, maintenance Tunggu Kantor Induk TJBTB dilakukan
alat, tes kelayakan tower crane, penyediaan pada aktivitas mendorong dan aktivitas
APAR dan panel box. pemasangan terjadi. Pengendalian yang
bisa dilakukan segera untuk menghadapi
4. KESIMPULAN DAN SARAN sumber bahaya aktivitas mendorong
4.1 Kesimpulan adalah:
1. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan a. Pembuatan instruksi kerja yang
Kerja (K3) yang dijalankan Departement terpasang di lokasi area, SOP kerja
Health Safety and The Environment aman pemakaian sarung tangan
(HSE) PT Bangun Kreasi Artha pada (Safety gloves) dan pemakaian safety
proyek Konstruksi Gedung Ruang Tunggu shoes.
Kantor Induk TJBTB terbilang cukup b. Beban kerja sesuai kemampuan.
baik, sehingga mampu meminimalisir c. Sosialisasi pemakaian Safety gloves
kecelakaan kerja pada pekerjaan proyek (alat pelindung) Pengendalian yang
tersebut. Penerapan SMK3 yang baik bisa dilakukan segera untuk
pada proyek Konstruksi Gedung Ruang menghadapi sumber bahaya aktivitas
Tunggu Kantor Induk TJBTB dalam pekerjaan proyek yang terbilang
proses pengerjaan pembekistingan, beresiko tinggi.
pembesian, pengecoran dapat

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 56


4.2 Saran [4] OHSAS 18001:2007, Occupational Health and
Dari hasil penelitian dapat disarankan Safety Management System – Guideline For
sebagai berikut : The Implementation of OHSAS 18001.
1. Pengendalian risiko sebaiknya [5] Suardi, Rudi. (2010), Sistem Manajemen dan
Keselamatan Kerja. Lembaga Manajemen
dilakukan dengan mengikuti risiko
PPM. Jakarta, Indonesia.
tertinggi karena karyawan berpotensi [6] Sudarto. (2003). Sistem Bisnis Perusahaan
mengalami kecelakaan kerja. yang Ideal yang Mendorong Industri
2. Karyawan diwajibkan memakai APD Konstruksi di Indonesia. Pra Proposal
(alat pelindung diri) meliputi masker, Penelitian Program Doktor Pascasarjana
ear plug, safety shoes, gloves, goggles, Teknik Sipil. Jakarta: Universitas Indonesia.
topi pada saat bekerja. [7] Suma’mur. (2001), Keselamatan Kerja dan
3. Harus ada pengawasan terhadap Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : CV Haji
pemasangan safety sign (pemakaian Masagung.
wajib masker dan ear plug) pada saat [8] Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS.
memasuki area proyek.
[9] Tarwaka. (2014), Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di
5. DAFTAR PUSTAKA Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.
[1] AS/NZS 4360. (2004), 3rd Edition The [10] Ramli, Soehatman. (2010), Sistem Manajemen
Australian And New Zealand Standard on Risk Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
Management, Broadleaf Capital International 18001, Jakarta: PT Dian Rakyat.
Pty Ltd, NSW Australia [11] Ridley, John. (2008), Kesehatan dan
[2] Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2002), Keselamatan Kerja Ikhtisar Edisi Ketiga,
Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Penerbit Penerbit Erlangga, Jakarta.
Refika Aditama [12] Rijanto, Boedi. (2011), Pedoman Pencegahan
[3] Irawan, Sandy, dkk. (2015), Penyusunan Kecelakaan di Industri, Mitra Wacana Media,
Hazard Identification Risk Assessment and Jakarta.
Risk Control (HIRARC) di PT. X, Volume III,
No 1, Januari 2015, hlm. 15-18.

REKAYASA SIPIL / Volume 12, No.1 – 2018 ISSN 1978 - 5658 57

Anda mungkin juga menyukai