Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DESMIRA NATALIA BORU TARIGAN

NIM : 312019216
TUGAS HK KEPAILITAN B

(Meringkas Seminar Nasional “Perkembangan Hukum Kepailitan dalam Teori dan Praktik”)

• Materi 1 oleh Dr. Sarmauli Simangunsong, S.H.,LL.M. (Partner pada Kantor Hukum Nindyo &
Associates)

Membahas tentang Restrukturisasi dan perdamaian melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU). PKPU adalah masa negosiasi atau restrukturisasi hutang secara massal melalui
Pengadilan Niaga yang di fasilitasi oleh Pengurus PKPU dan Hakim Pengawas. Restrukturisasi hutang
di dalam proses PKPU ini melibatkan semua kreditur (kreditr separatis dan Kreditur konkuren) dan jika
berhasil mencapai perdamaian sesuai syarat di UU Kepailitan maka Perdamiaan tersebut akan di sahkan
oleh Pengadilan dan mengikat terhadap semua kreditur, walaupun ada yang tidak hadir. Tujuannya agar
tercapai perdamaian terkait pembayaran sebagian atau seluruh utang Debitor kepada para kreditornya.
Restrukturisasi Utang dibutuhkan pada saat; → Keuangan sehat + tidak ada kesulitan pembayaran
utang = Perusahaan Sehat = Tidak perlu RU, → Keuangan sehat + kesulitan pembayaran utang = perlu
penjadwalan ulang dan/atau tambahan pembiayaan,→Keuangan tidak sehat + tidak kesulitan
pembayaran utang = perlu pembiayaan tambahan / perlu penambahan ekuitas, → dan Keuangan debitor
tidak sehat + kesulitan pembayaran utang = perlu RU.

Jika terjadi Utang gagal bayar maka dapat dilakukan dengan cara Debitor mencari investor baru
yang melakukan M/A, Penjualan utang kepada pihak ketiga, Pailit ➔ Penjualan asset ➔ likuidasi
perusahaan, dan Restrukturisasi utang; a. Bilateral, b. Keseluruhan (melalui PKPU). Bentuk
Permohonan PKPU → Permohonan PKPU sukarela oleh Debitor; a. Permohonan PKPU oleh Debitor
sebagai reaksi adanya Permohonan Pailit yang diajukan oleh kreditor; b. Permohonan PKPU oleh
Kreditor; dan c. Permohonan PKPU pihak tertentu.

• Materi 2 oleh Jamaslin James Purba, S.H., M.H. (Managing Partners Law Firm James Purba &
Partners).

Membahas tentang Sejarah Undang-Undang Kepailitan di Indonesia dimana berasal dari UU


Kepailitan yang berlaku di Belanda pada tahun 1893 berdasarkan asas konkordansi sampai Indonesia
merdeka peraturan itu tetap berlaku berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Gejolak moneter
pada pertengahan tahun 1997 menjadi latar belakang lahirnya perubahan besar Undang-Undang
Kepailitan yang mana sangat berpengaruh kepada dunia usaha dalam memenuhi kewajiban kepada
kreditor sehingga diterbitkan Perpu No. 1 Tahun 1998 → Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 →
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
salah satu tujuannya adalah memberi kesempatan kepada kreditor dan debitur untuk mengupayakan
penyelesaian yang adil, juga menghadirkan Pengadilan Niaga dan memperkenalkan Kurator dan
Pengurus swasta (selain BHP) sehubungan dengan tugas dan kewenangan untuk melakukan pengurusan
dan pemberesan harta pailit, ataupun pengurusan debitor dalam PKPU.
Kemudian Membahas tentang Sejarah Pengadilan Niaga di Indonesia dan Kewenangan
Pengadilan Niaga, Akibat dari Putusan Pernyataan Pailit, dan membahas tentang Tugas dan Peran
Kurator dan syaratnya Pengangkatan dan Pemberhentian Kurator, cara Membuat Daftar Perhitungan
dan Pertanggungjawaban Pengurusan dan Pemberesan Kepailitan kepada Hakim Pengawas, Hubungan
Kurator dengan Pihak-pihak dalam Kepailitan baik dengan debitur pailit, kreditor, dan hakim
pengawas.

• Materi 3 oleh DR. Marihot Janpieter Hutajulu, S.H.,M.Hum

Membahas tentang kepailitan di masa pandemi Covid-19 dimana karena wabah ini
menyebabkan kondisi keuangan sejumlah perusahaan mengalami pemerosotan bahkan bisa sampai
pailit. Beberapa permohonan pailit diajukan pada saat kekayaan debitor masih cukup besar
mencerminkan gampangnya di Indonesia mengajukan permohonan pailit tanpa mempertimbangkan
dampak negatifnya. Kemudian membahas tentang permohonan kepailitan dan dampak yang
ditimbulkan dimana hakikat pailit adalah ketidakmampuan membayar utang. Syarat mengajukan
permohonan kepailitan di Indonesia relatif mudah dan pembuktiannya dilakukan secara sederhana serta
proses pengajuan dan putusan jauh lebih singkat dibandingkan dengan proses perdata biasa. Sistem
hukum kepailitan Indonesia yang memudahkan pengajuan permohonan kepailitan memberi dampak
yang besar kepada debitur terutama saat pandemi ini. Tidak seperti Indonesia di sejumlah negara lain
(AS dan Uni Eropa) mensyaratkan adanya insolvency test sebelum putusan pailit dijatuhkan maka perlu
diadakannya perbaikan peraturan pengajuan pailit di Indonesia sebagai contoh menambahkan
mekanisme insolvency test walaupun bertentangan dengan konsep pembuktian sederhana namun
bermanfaat untuk mencegah itikad tidak baik dari permohonan kepailitan yang secara serampangan
mengajukan permohonan pailit. Maka pandemi Covid-19 ini memberikan pelajaran berharga bagi
upaya pengembangan hukum kepailitan yang lebih berkeadilan diantaranya dengan meninjau kembali
ketentuan mengenai persyaratan pengajuan permohonan kepailitan.

• Materi 4 oleh DR. Tri Budiyono,S.H.,M.Hum


Membahas tentang Embrio Lembaga Kepailitan, akibat dari tidak membayarnya hutang oleh
debitur kepada kreditur antara lain: 1). Menjadi debt slavery, 2). Hukuman penjara/pengasingan, 3).
Kematian debitur, 4). Tubuhnya potong secara proporsional untuk para krediturnya, 5). Debitur diberi
peluang 30 (grace period) untuk membayar hutang tetapi jika tidak mampu akan menjadi budak
kemudian membahas tentang Tonggak Perkembangan Hukum Romawi → The Twelve Table 450 BC
dan Corpus Juris Civilis (529-534 AD) durasi waktu 1 Milinium mengalami perkembangan yang dapat
dilihat dari perkembangan dari person debitur dan perkembangan dari properti debitur.

Anda mungkin juga menyukai