DI SUSUN OLEH :
WIDIA : (S.0021.P.029)
S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2021
KATA
PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
Luka”,
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kuliah PRAKTIK KLINIK
Besar harapan penulis dengan makalah ini dapat memberi pengetahuan serta acuan
untuk para penulis lainnya dalam menganalisis lebih lanjut makalah ini. Penulis mengetahui
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kelebihan dari makalah ini dapat dilihat dari segi
pemaparannya, sedangkan kekurangannya adalah hanya ditinjau secara global dan penulis
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….......... 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................... 7
B. Etiologi....................................................................................................... 7
C. Jenis-jenis Luka.......................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................. 24
B. Saran.................................................... .................................................. 24
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh
terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan
penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi
sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon
yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan
berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka
stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat.,
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah,
apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada
tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering
dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap
obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering
kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan
luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi
dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap
4
sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak
dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka
dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.
Praktik perawatan luka dalam bidang pelayanan di rumah sakit sudah banyak
dilakukan perawat, namun teknik perawatan luka yang dilakukanM umumnya masih
bersifat konvensional. Sementara saat ini sudah berkembang teknik perawatan luka
guna maka luka dapat disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang relative lebih
singkat (2x lebih singkat), tidak menimbulkan nyeri, balutan nyaman, menghilangkan bau
tak sedap, cost efektif, dan mengurangi kecacatan klien akibatpertumbuhan jaringan parut
atau amputasi yang tidak diinginkan. Untuk mencapai perubahan teknik perawatan luka
dari teknik konvensional menjadi teknik modern membutuhkan pelatihan khusus dalam
bidang perawatan luka agar dicapai proses penyembuhan luka yang optimal.
B. Rumusan Masalah
5
3. Mengetahui bagaimana jenis-jenis luka
BAB II
6
PEMBAHASAN
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel
Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.
yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
1. Trauma
4. Tekanan
6. Immunodefisiensi
7. Malignansi
7
11. Kerusakan psikososial
C. Jenis-jenis Luka
1. Berdasarkan Kategori
a. Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
b. Luka Bedah
a. Luka terbuka
b. Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
3. Berdasarkan Descriptors
a. Aberasi
b. Puncture
8
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit.
c. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi.
d. Kontusio
a. Luka bersih
b. Bersih terkontaminasi
risiko infeksi.
c. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko
tinggi infeksi.
d. Infeksi
Klasifikasi luka
a. Berdasarkan penyebab
1) Superficial
9
Hanya jaringan epidermis
2) Partial thickness
3) Full thickness
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan
lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang
normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang
merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui
dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik
mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini.
Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient
centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase
penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang
Hemostasis
Inflamasi
10
1. Hemostasis
proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh
darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap
injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif
jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga
melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan
fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya
terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor
pembekuan.
2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”.
Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan.
awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah
11
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan
kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah
epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya
berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara
klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan
mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih
dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya
satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang
kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi.
Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari
kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut
untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit
sesudah perlukaan.
12
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Analogi
Fase Sel-sel yang
Waktu membangun
penyembuhan berperan
rumah
Hemostasis Segera Platelets Capping off
Unskilled laborers
Neurocytes Plumber
Electrician
tahun
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi
dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah
pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan
repair adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair
13
merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi
1. Intension primer
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase
granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan
dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi
selama 3 – 5 hari.
menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang
darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
2. Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang
cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar
14
3. Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa
granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka
dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka
primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan
kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan
medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam
based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan
secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka
akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan
parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan
luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan
semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik,
”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin
digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika
15
kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera
harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya
pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri
yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik
dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka. Dari metode
perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi
meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis
balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan
luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode
mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome
devitalisasi/yang mati
f. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang
tipis
16
g. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan
dibutuhkan.
1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit.
Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur
tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi
bengkak, hangat dan nyeri. Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
c. Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke
sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
17
3. Dehiscence dan Eviscerasi
4. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose),
Tujuan :
c. Mengabsorbsi drainase.
Indikasi :
a. Menyiapkan alat
b. Menyiapkan pasien
18
c. Perkenalkan diri
d. Jelaskan tujuan
f. Persetujuan pasien
Tekhnis pelaksanaanPeralatan :
a. Gunting pembalut
b. Plaster
d. Pembalut
e. Alkohol 70 %
f. Betadine 10 %
g. Bensin/ Aseton
i. NaCl 0,9 %
j. Pincet anatomi 1
k. Pinchet chirurgie 1
m. Kapas Lidi
n. Kasa Steril
Prosedur Pelaksanaan :
19
b. Tempatkan alat yang sesuai.
c. Cuci tangan.
e. Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
f. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
h. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
j. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril
l. Rapikan pasien.
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh
Tujuan :
20
a. Menyiapkan alat
b. Menyiapkan pasien
c. Perkenalkan diri
d. Jelaskan tujuan
f. Persetujuan pasien
g. Tekhnis pelaksanaan
Peralatan :
a. Gunting pembalut
b. Plaster
d. Pembalut
e. Alkohol 70 %
f. Betadine 2 %
g. H2O2, savlon
h. Bensin/ Aseton
j. NaCl 0,9 %
k. Pincet anatomi 1
l. Pinchet chirurgie 2
n. Kapas Lidi
o. Kasa Steril
21
q. Sarung Tangan
Prosedur Pelaksanaan :
c. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang
berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari
cairan tubuh.
d. Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
e. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
g. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
j. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril.
l. Rapikan pasien.
22
q. Peka terhadap privasi pasien.
r. Saat melepas atau memasang balutan, perhatikan tidak merubah posisi drain atau
menarik luka.
s. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembalutan, dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap
saraf dan mencegah risiko terjadinya luka ini kembali. Sebelum kita melakukan
intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian terlebih dahulu.
Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan
dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari bapak demi sempurnanya
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Black, Joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Surgical Nursing, (Edisi. 8),.
aji Parama
3. Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2. Jakarta : EGC
4. Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya
J. Morison, 2003).
25