Anda di halaman 1dari 43

Konsep Dasar Kebutuhan aktivitas dan latihan dan Kasus Askep

Fraktur femur

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I

Disusun Oleh kelompok IV:

1. MUH. AGIM IBNU KHALIK (S.0021.P.016)

2. RAHMAWATI A. (S.0021.P.021)

3. NURWATI (S.0021.P.018)

4. PUTRI (S.0021.P.019)

5. PUTRI A. MAHI (S.0021.P.020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III dalam bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Fraktur”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Penulis sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca juga kami sebagai penulis, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................4
LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................4
KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.................................4
A. Definisi Kebutuhan Aktivitas....................................................................................4

B. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas........................................4

C. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas..........................................................................6

D. Masalah Kebutuhan Aktivitas...................................................................................8

E. Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan pada Masalah kebutuhan......................9

Mobilitas dan Imobilitas.................................................................................................9

F. Diagnosis/Masalah Keperawatan.............................................................................13

G. Perencanaan Keperawatan......................................................................................14

BAB 2..............................................................................................................................15
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR.....................................................................15
A. Definisi...................................................................................................................15

B. Etiologi...................................................................................................................15

C. Manifestasi Klinis..................................................................................................17

D. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................18

E. Penatalaksanaan......................................................................................................18

F. Masalah yang Lazim Muncul..................................................................................19

G. Discharge Planning..................................................................................................19

H. Patofisiologi.............................................................................................................9

BAB III............................................................................................................................11
LAPORAN KASUS.........................................................................................................11
LAPORAN KASUS FRAKTUR FEMUR DEXTRA......................................................11

ii
A. Pengkajian Pre-op..................................................................................................11

B. Analisa Data...........................................................................................................15

C. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................17

D. Perencanaan Keperawatan......................................................................................18

E. Rencana Tindakan Keperawatan..............................................................................18

F. Implementasi Keperawatan......................................................................................21

G. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................24

BAB IV............................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
A. Kesimpulan............................................................................................................31

B. Saran...........................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

ii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Definisi Kebutuhan Aktivitas


Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989). Kebutuhan Aktivitas
(Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


1. Tulang.
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai
otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan
fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat

4
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung
organorgan dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala
dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan
tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya
berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung
tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis,
metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung
tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan
menyatu pada masa dewasa.
1. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
2. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
3. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap
saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti
pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah
yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop
hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.

5
4. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa
jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung
tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis,
sinkondrosis dan simpisis.

C. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas


Kebutuhan Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak


secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis Mobilitas

 Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak


secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
 Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan control motorik dan sensorik.

6
 Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal,
contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
 Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible. Contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang
belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.

Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

 Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang


karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
 Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena
dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang
menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstremitas bagian bawah.
 Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya,
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan
budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
 Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang
cukup.
 Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada
tingkat usia yang berbeda.

Kebutuhan Imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak


dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

7
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
1. Jenis imobilitas

 Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengubah tekanan.
 Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan
otak akibat suatu penyakit.

 Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan


secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
 Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas

Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh.


Seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem
musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil),
dan perubahan perilaku.

D. Masalah Kebutuhan Aktivitas


1. Gangguan mobilitas fisik

8
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat
beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya.
Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat bergerak dengan bebas apabila tidak
ada gangguan/ batasan pada pergerakannya.
1. Defisit perawatan diri
Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu
bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang
cukup. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Pasien
mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena intoleransi
aktivitasnya.
2. Koping individu tidak efektif
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak
mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy
yang cukup. pasien tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan atau
perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu
pekerjaan

3. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah
melakukan aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan
lelah karena penyakitnya.

E. Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan pada Masalah kebutuhan

Mobilitas dan Imobilitas


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas
adalah sebagai berikut:
2. Riwayat Keperawatan Sekarang

9
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
3. Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dll.
4. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan
atau spatis.

2. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

10
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan.

6. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki

Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal

Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas
kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh. 180

Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas 150
menuju bahu.

Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan 80-90
bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh 70-90
mungkin
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika 0-20
tangan menghadap ke atas.
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak
tangan menghadap ke atas.

11
Tangan dan Jari
Fleksi: Buat Kepalan Tangan 90

Ekstensi: Luruskan Jari 90


Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh 30
mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan 20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi. 20
7. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas aktivitas terhadap perubahan
system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
8. Kekuatan otot dan gangguan koordinas
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
8. Kekuatan otot dan gangguan koordinas
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:

12
9. Perubahan psikologi
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, perubahan dalam mekanisme koping,dll.

F. Diagnosis/Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan
lainlain.
1. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
2. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
3. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
4. Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
5. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
6. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
7. Gangguan eliminasi akibat imobilitas
8. Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
9. Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
10. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu
makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik
usus.
11. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan
(intake)
12. Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
13. Gangguan konsep diri akibat imobilitas

G. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
a. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
a. Meningkatkan fungsi kardiovaskuler

13
b. Meningkatkan fungsi respirasi
c. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
d. Meningkatkan fungsi system perkemihan
e. Memperbaiki gangguan psikologis
Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien


Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat
disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim,
trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.
b. Melakukan latihan ROM pasif dan aktif.

14
BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006)

B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur: (Chairuddin)
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau
penyakit yang menyebabkan Kelemahan pada tulang (infeksi, tumor,
kelainan bawaan)dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jaringan
sekali ditemukan pada anggota gerak atas
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit
3. Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union non-union,
infeksi tulang
Klasifikas Radiologis
1. Lokalisasi : Diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi

15
2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.SPIRAL, f.z, f. segmental,
F.komunitif (lebih dari deafragmen), F.baji biasa pada vertebra karena
trauma, F.AVULSE, F.defresi, F.pecas, F.epifisis
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle,atau torus, F.garis
rambut, F.green stick
4. Menurut hubungan atara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak
bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-
riding,implikasi)
Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yatu:
Derajat I :
- Luka <1cm
- Kerusakan jaringan lunank sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Komtaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi >1cm
- Kerusakan jarinagn lunak,tidak luas, flap / avulsi
- Fraktur komunitif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler sertan kontaminasi derajat tinggi

Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Jumlah garis
a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : Lebih ari sat ugaris fraktura
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah
menjadi fragmen kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total

16
b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : Garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen
a. Green stick : Retak pada sebelah sisi dari tulang (sering
pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen mering
d. Fraktur spinal : Fraktur fragmen melingkar

C. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh
dikamar mandi pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa

Lokalisasi Waktu penyembuhan

Falang/metacarfal/metatarsal/kosta 3-6 minggu

Distal radius 6 minggu

Diafisis ulna dan radius 12 minggu

Humerus 10-12 minggu

Klavikula 6 minggu

Panggul 10-12 minggu

Femur 12-16 minggu

Kondilus femur/tibia 8-10 minngu

17
Tibia/fibula 12-16 minggu

Vertebra 12 minggu
Sumber : Pengantar ilmu bedah ortopedi hal: 371

D. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan;peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kritinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
atau cedera hati

E. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur
1. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungmya saling berhubungan)
dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya
traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan
waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah selama 3 bulan.

18
F. Masalah yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerak fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefekstifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
kejaringan
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
5. Resiko infeksi b.d trauma, imuitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive (pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)

G. Discharge Planning
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4. Control sesuai jadwal
5. Minum obat seperti yang telah diresepkan dan segera periksa jika ada
keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Aktifitas sedang dapa dilakukan untuk mencegah keletihan karena
mengalami kesulitan nafas
8. Hindari trauma ulang

19
H. Patofisiologi

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Nyeri akut
Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang

Kerusakan
Perubfrakme
jaringan
tulang
sekitar

Tek sumsum tulg lebih


Pergeseran frakmen tulang Spame otot tinggi dari kapitel

Peningkatan tek kapitel


Deformitas Melepaskan katekolamin

Ggn fungsi ekstremitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Hambatan mobilisasi fisik Protein plasma hilang Bergabung dgn trombosit


9
Edema Emboli
Laserasi kulit

Penekanan pembuluh darah Emboli

Putus vena/arteri Kerusakan integritas kulit Ketidakefektifan fungsi


Resiko infelksi jaaringan perifer

Putus vena/arteri Kehilangan volume cairan Resiko syok


(hipervolemik)

10
BAB III

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS FRAKTUR FEMUR DEXTRA

A. Pengkajian Pre-op
Tanggal pengkajian : 20 September 2017
Jam pengkajian : 16:50 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra

1. Identitas
a) pasien
Nama : Tn. D
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Patebon, Kendal
Pekerjaan :-
b) Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Patebon, Kendal
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien

11
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh
pada tanggal 18 Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan
kaki pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit
(UGD) dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter
mengatakan pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os.
Femur dextra. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi
pemasangan pen pada area frakturnya tanggal 19 Agustus 2017, dan
jenis operasinya tertutup (close-surgery). Di rumah sakit, pasien
mendapat perawatan luka post-op. Pasien rawat inap selama tiga hari
dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien mengatakan setelah pulang dari
rawat inap di rumah sakit tanggal 30 Agustus 2017, pasien sangat sulit
bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan duduk karena balutan luka
jahitan bekas operasi pada femur kanannya belum dibuka. Pada
tanggal 6 September 2017 setelah balutan luka jahitannya dibuka,
pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena kakinya belum
bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug. Pasien
mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat mendesak
saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat kakinya
ditekuk atau diregangkan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien
juga tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3. Pola Aktivitas dan Kemandirian
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang
fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut

12
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
4. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/100 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
3) Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
4) Suhu : 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal :
70Kg IMT : 20,7
4. Kepala : Bulat simetris, tidak ada luka
1) Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
2) Mata : Mampu melihat jelas pada jarak
normal (6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap
cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada
sekret pada mata.
3) Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi,
tidak ada sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada
nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan oksigen
4) Telinga : Mampu mendengar dengan jelas
pada jarak yang normal, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga,
tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
5) Mulut : Selaput mukosa lembab dan
berwarna merah muda, bersih, gigi utuh, agak kuning, dan
bersih, gusi tidak bengkak, tidak ada bau mulut, bibir lembab
dan berwarna merah kehitaman

13
6) Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada
benjolan pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada
nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena
jugularis tidak menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
7) Ekspresi wajah : Tidak menunjukkan ekspresi wajah
nyeri, tetapi saat kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah
pasien tampak meringis/mengernyit menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan
simetris dan sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan
1. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada
luka, tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
taktil fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
2. Jantung
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding
jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 &
S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
3. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak teraba massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani

14
6. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
1) Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
2) Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
3) Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua
ekstremitas
8. Kulit : Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis,
tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di
femur kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
5. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak
fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi
dan aligment kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft
tisue swelling
b. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi

B. Analisa Data
Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang

15
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan

TGL/JAM Data Fokus Masalah Etiologi


20-09-2017 DS: Hambatan Gangguan
16.50 WIB a. Klien mengatakan Mobilitas Fisik muskuloskeletal
sulit bergerak
karena fraktur pada
femur kanannya
b. Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif

16
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
posisi
20-09-2017 DS: Klien mengatakan Resiko Jatuh Penggunaan alat
16.50 WIB takut jatuh karena bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musku
loskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)

D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Prioritas Rasional
Hambatan mobilitas Prioritas Sedang Masalah tersebut yang

17
paling mengganggu
klien dan menghambat
penyembuhan klien, jika
fisik berhubungan tidak teratasi maka klien
dengan gangguan akan terganggu
muskuloskeletal ditandai pergerakan dan
dengan klien kesulitan aktivitasnya, masalah
bergerak tersebut jika tidak
teratasi maka masalah
lain juga tidak bisa
teratasi
Resiko jatuh akan
Resiko jatuh teratasi dengan
berhubungan dengan sendirinya jika masalah
Prioritas Rendah
penggunaan alat bantu dengan prioritas sedang
(krug) (hambatan mobilitas
fisik) teratasi

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan & PaR
Dx. Kep. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil af
Hambatan Setelah Kaji kemampuan Sebagai data dasar
mobilitas dilakukan pasien dalam untuk melakukan
fisik tindakan mobilisasi intervensi
berhubunga keperawatan selanjutnya
n dengan selama 3 x 1 Mun
gangguan pertemuan, Bantu klien untuk Memudahkan a
muskuloske diharapkan menggunakan pasien dalam
letal hambatan tongkat saat mobilisasi
ditandai mobilitas fisik berjalan dan
dengan klien dapat cegah terhadap

18
teratasi, cedera
dengan kriteria
hasil : Ajarkan pasien Menambah
a. Klien tentang teknik pengetahuan pasien
mampu ambulasi dan pasien dapat
meningkat kooperatif
dalam
aktivitas Ajarkan pasien Agar menambah
fisik bagaimana pengetahuan pasien
b. Klien merubah posisi dan pasien dapat
klien mampu dan berikan kooperatif
kesulitan berjalan bantuan jika
bergerak dengan diperlukan
langkah
yang
efektif
dengan alat
bantu
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
Resiko Setelah Identifikasi Mengetahui
jatuh dilakukan perilaku dan seberapa besar
berhubunga tindakan faktor yang resiko pasien akan
n dengan keperawatan mempengaruhi mengalami jatuh
penggunaan selama 3 x 1 risiko jatuh
alat bantu pertemuan, Menghindari atau
(krug) diharapkan Identifikasi meminimalisir
klien tidak karakteristik faktor lingkungan

19
beresiko jatuh, lingkungan yang yang dapat
dengan kriteria dapat meningkatkan
hasil : meningkatkan potensi pasien jatuh
a. Perilaku potensi untuk
penecgaha jatuh Menurunkan resiko
n jatuh: jatuh klien
tindakan Sarankan
individu perubahan dalam
atau gaya berjalan Menambah
pemberi pasien pengetahuan
asuhan anggota keluarga
untuk Didik anggota pasien dan anggota
meminimal keluarga tentang keluarga pasien
kan faktor faktor risiko yang dapat kooperatif
resiko yang berkontribusi
dapat terhadap jatuh
memicu dan bagaimana
jatuh di mereka dapat
lingkungan menurunkan
individu resiko tersebut
b. Tidak ada
kejadian
jatuh

F. Implementasi Keperawatan
No.
Dx. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Kep.
1 27-09-17 Mengkaji kemampuan S: Pasien mengatakan

20
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
dari duduk ke berdiri
16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya
S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya latihan
berjalan, dan pasien
Mengidentifikasi menggunakan dinding
27-09-17 perilaku dan faktor sebagai pegangannya
2 16.10 yang mempengaruhi selain dari alat bantu
WIB risiko jatuh jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak tidak
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh
2 27-09-17 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan
16.20 karakteristik sering hampir jatuh
WIB lingkungan yang dapat saat dirinya berjalan

21
menggunakan alat
bantu karena lantai
rumah yang agak
licin, terkhusus di
meningkatkan potensi kamar mandi
untuk jatuh O: Lantai rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko
jatuh pasien
S: Pasien mengatakan
paham dan
mengetahui setelah
28-09-17 diajarkan materi
Mengajarkan pasien
1 16.30 tersebut
tentang teknik ambulasi
WIB O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan
S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien
28-09-17 terhadap apa yang
bagaimana merubah
1 16.45 disampaikan
posisi dan berikan
WIB O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan
mengikuti apa yang
diajarkan
1 28-09-17 Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan
17.00 menggunakan tongkat dirinya dirumah sudah
WIB saat berjalan dan cegah mencoba
terhadap cedera menggunakan tongkat
pembantu (krug)

22
untuk berjalan
O: Pasien dapat
menggunakan alat
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar
S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
yang telah disarankan
29-09-17 Menyarankan
O: Gaya berjalan
2 16.30 perubahan dalam gaya
pasien masih tampak
WIB berjalan pasien
sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan
S: Pasien mengatakan
sudah bisa berjalan
menggunakan alat
bantu dengan mudah
Membantu klien untuk dan tidak sesulit
29-09-17 menggunakan tongkat kemarin
1
16.35 saat berjalan dan cegah O: Pasien tampak
terhadap cedera berjalan menggunakan
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif
2 29-09-17 Mendidik anggota S: Anggota keluarga
16.45 keluarga tentang faktor mengetahui dan
WIB risiko yang paham terhadap apa
berkontribusi terhadap

23
yang disampaikan
O: Ekspresi muka
jatuh dan bagaimana
anggota keluarga
mereka dapat
pasien tampak paham
menurunkan resiko
dan tidak
tersebut
menunjukkan
kebingungan

G. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Catatan
Tgl./Jam Paraf
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan
Hambatan Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan
mobilitas fisik dilakukan 16.30 masih kesulitan untuk
berhubungan tindakan WIB bergerak dan berjalan,
dengan keperawatan masih sulit berpindah
gangguan selama 3 x 1 posisi
muskuloskelet pertemuan O: Pasien tampak masih
al ditandai jam, kesulitan untuk
dengan klien diharapkan bergerak, menggunakan
kesulitan hambatan tenaga lebih untuk
bergerak mobilitas fisik menggerakkan kaki
klien dapat kanannya
teratasi, A: Masalah hambatan
dengan kriteria mobilitas fisik belum
hasil : teratasi
a. Klien P: Lanjutkan intervensi:
mampu a. Ajarkan pasien
meningkat tentang teknik
dalam ambulasi
aktivitas b. Ajarkan pasien

24
fisik bagaimana
b. Klien merubah posisi
mampu dan berikan
berjalan bantuan jika
dengan diperlukan
langkah c. Bantu klien
yang untuk
efektif menggunakan
dengan alat tongkat saat
bantu berjalan dan
c. Klien cegah terhadap
mampu cedera
28-09-17 S: Pasien mengatakan
bergerak
17.15 sudah mulai paham
dengan
WIB teknik ambulasi yang
mudah
diajarkan dan mulai
bisa berpindah posisi
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan

25
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
29-09-17 S: Pasien mengatakan
17.00 sudah latihan berjalan
WIB keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
O: Pasien tampak
berjalan dan bergerak
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah

26
terhadap cedera
Resiko jatuh Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan
berhubungan dilakukan 16.30 sering hampir jatuh saat
dengan tindakan WIB latihan karena lantai
penggunaan keperawatan rumahnya yang licin,
alat bantu selama 3 x 1 terkhusus lantai kamar
(krug) pertemuan, mandi
diharapkan O: Pasien tampak tidak
klien tidak seimbang saat berjalan
beresiko jatuh, dan berpotensi untuk
dengan kriteria jatuh jika tidak
hasil : menggunakan alat
c. Perilaku bantu saat berjalan
penecgaha A: Masalah resiko jatuh
n jatuh: belum teratasi
tindakan P: Lanjutkan intervensi:
individu a. Sarankan
atau perubahan
pemberi dalam gaya
asuhan berjalan pasien
untuk b. Didik anggota
meminimal keluarga tentang
kan faktor faktor risiko
resiko yang yang
dapat berkontribusi
memicu terhadap jatuh
jatuh di dan bagaimana
lingkungan mereka dapat
individu menurunkan
d. Tidak ada resiko tersebut

27
kejadian 28-09-17 S: Pasien mengatakan
jatuh 17.15 selama sakit ini belum
WIB pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
berjalannya, dan
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat

28
menurunkan
resiko tersebut
S: Pasien mengatakan
sudah mengetahui dan
paham perilaku/faktor
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
untuk meminimalisir
29-09-17
faktor resiko jatuh
17.00
pasien
WIB
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur merupakan patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Di klasifikasikan
menjadi dua yaitu Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya
perlukaan dikulit dan Fraktur dengan komplikasi, missal malunion,
delayed, union non-union, infeksi tulang.

B. Saran
Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut apa itu Stroke dan bagaimana
asuhan keperawatan Fraktur

30
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU ILMIAH
1. Hardhin,Amri. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2

B. WEBSITE

2. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https:// www.
academia.edu/37578096/ASUHAN_KEPERAWATAN_KLIEN_DENG
AN_FRAKTUR&ved=2ahUKEwjsgPmRgqfiAhUUheYKHa2hAK8QFj
ACegQIBhAI&usg=AOvVaw3ILYxoRV_kw1OhnWXAlYkC

31

Anda mungkin juga menyukai