Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN ANALISIS

PENDIDIKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH:
Nama : Mohamad Nur Alfin
Nim : SK121024
Prodi : S1 Keperawatan
Mata kuliah : Pancasila
Dosen pengampu : Andriyani M, N.,S.Kep. Ns. M. H

UJIAN TENGAH SEMESTER


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahuwata‟alaataskarunia, hidayah dan nikmatnya


penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan pancasila ini. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan. Makalah ini ditulis dari hasil
ungkapan pemikiran saya sendiri yang bersumberdari internet dan buku sebagai
referensi, tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada pengajar mata kuliah
Pendidikan Pancasila atas bimbingan dan arah anda dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.Penulis berharap, dengan membaca makalah ini
dapat member manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai arti pentingnya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa kita
dan semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. Sebagai
calon pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna
serta kedudukan dan peranan Pancasila, dan khususnya bagi penulis. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menujuarah yang lebih baik.Demikan
makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga,menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.

SELASA, 9 NOVEMBER 2021

MOHAMAD NUR ALFIN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

PENDAHULUAN...................................................................................................... 4

a) Latar belakang............................................................................................ 4
b) Tujuan........................................................................................................ 6

PEMBAHASAN........................................................................................................ 7

KESIMPULAN........................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 53

3
PENDAHULUAN

⦁ LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan


Mempunyai sifat yang universal, yaitu Pancasila. Dalam perjalanan sejarah
Indonesia, telah disepakati bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Sebagai upaya membentuk karakter bangsa, tentu tidak terlepas dari
Pendidikan karena Pendidikan merupakan usaha mengembangkan potensi dan
kreativitas dirinya, yaitu nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia. Seperti
yang diatur pada UU No 20 tahun 2013 tentang system Pendidikan nasional. Bab
1 ayat (2) “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila
dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tangga pterhadap tuntutan
perubahan zaman”. Pancasila memiliki peranan yang sangat penting untuk
membentuk karakter bangsa Indonesia.

⦁ TUJUAN

Tujuan penerapan pendidikan tinggi dalam bidang pancasila adalah:

• Memperkuat Pancasila dari landasan filosofi dan ideologi yang ada di negara
dalam menghidupkan sebagai dasar dari nilai-nilai dalam norma masyarakat dan
nasional.

• Memberikan siswa pada negara Republik Indonesia dan memberikan


pemahaman untuk jiwa dan nilai-nilai dasar, dengan menerapkan pada bangsa
dan negara.

• Mempersiapkan siswa untuk dapat melakukan analisis dan solusi dari berbagai
masalah dan kehidupan di masyarakat melalui sistem berpikir pada nilai-nilai
Pancasila.

4
• Membentuk sikap mental dan moral para siswa yang mampu menghargai nilai-
nilai kemanusiaan dalam persatuan nasional serta dapat memperkuat
masyarakat sipil, yang berdasarkan Pancasila. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan.

a. Mengidentifikasi pengertian korupsi

b. Mengetahui penyebab – penyebab terjadinya korupsi di Indonesia

c. Mengetahui berbagai dampak korupsi di Indonesia dari berbagai bidang

d. Mengetahui keterkaitan antara korupsi dlam bidang pendidikan antikorupsi


Indonesia dengan mentalitas kebudayaan.

Latar belakang dinamika sebagai dasar pancasila

Pancasila dalam penerapannya sebagai dasar negara maupun pandangan hidup


bangsa tentu mengalami berbagai dinamika. Dinamika tersebut sangat beragam,
baik dari cara penerapan, penafsiran dan keberterimaan masyarakat terhadap
sila-silanya. Perubahan pun selalu terjadi dari masa ke masa, dan ikut
menyumbang dalam dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa. Apa saja yang telah terjadi selama ini dalam penerapan
Pancasila sebagai dasar negara? Bagaimana publik atau masyarakat memaknai
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa? Berikut adalah berbagai uraian dan
pemaparan yang akan menjadi jawabnya.

Tujuan

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah
disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya
banyak sekali mengalami dinamika atau pasang surut. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah melalui berbagai
pengalaman sejarah yang memiliki tujuan akhir mengubah Pancasila sebagai
dasar negara.

5
Bahkan, sejarah bangsa telah mencatat bahwa pernah ada upaya untuk
menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa oleh
ideologi lain. Upaya ini dapat digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Meskipun
demikian, tidak berarti ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah
berakhir.

Latar belakang pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia

Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara sejak 1 Juni 1945, walaupun hal
tersebut baru disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Negara yang berdasarkan
Pancasila itu ingin mencapai masyarakat yang adil dan makmur dan ikut
membangun perdamaian dunia. Pancasila tidak secara statis sebagai dasar
Negara tetapi juga sebagai ideologi bangsa yang selalu diperjuangkan dengan
sekuat tenaga. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara dan sebagai falsafah
hidup bangsa karena Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia

Tujuan

Pancasila sebagai Ideologi Negara merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia


yang diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur baik secara material maupun spiritual

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PANCASILA

Dalam Bahasa Sansekerta, Pancasila terdiri atas kata Panca yang artinya lima dan
sila/syila yang berarti batu sendiataudasar. Kata sila yang berasaldari kata Susila,
yaitu tingkah laku yang baik (Wreksosuhardjo dalam Muhdi dkk, 2011:1336).
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dari dasar negara
kita, Negara Republik Indonesia. Nama Pancasila itu sendiri sebenarnya tidak
terdapat baik di dalam pembukaan UUD 1945 maupun didalam batang tubuh
UUD 1945. Namun, setelah jelas bahwa Pancasila yang dimaksud adalah lima

6
dasar negara Indonesia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, yaitu :

1. Ketuhanan Yang MahaEsa

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam


permusyawaratanperwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno pada
sidang pertama BPUPKI “Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia” pada tanggal 1 Juni 1945. Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila
merupakan philosofichegronslag, suatu fundamen, gagasan yang mendalam,
merupakan landasan atau dasar bagi negara yang akan didirikan. Selanjutnya
ditemukan pula disamping Pancasila yang berfungsi sebagai bintang pemandu
atau laitstar, sebagai ideologi negara, sebagai pandangan hidupbangsa, sebagai
filsafat, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.

Secara yuridis konstitusional, Pancasila adalah dasar negara. Namun secara multi
dimensional, Pancasila memiliki berbagai sebutan yang sesuai dengan esensi dan
eksitensinya sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Karena itu Pancasila sering disebut dan dipahami sebagai :

1. Jiwa Bangsa Indonesia

2. Kepribadian Bangsa Indonesia

3. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

4. Dasar Negara RI

7
5. Sumber Hukum bagi Negara Indonesia

6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia

7. Ideologi Bangsa Indonesia

8. Filsafat Hukum yang mempersatukan Bangsa Indonesia

2. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

a. LandasanHistoris

Terbentuknya bangsa Indonesia melalui proes sejarah dari masa Kutai-Sriwijaya-


Majapahit-masa penjajahan dan kemudian mencapai kemerdekaan. Di dalam
kehidupan bangsa Indonesia tersebut prinsip hidup yang tersimpul di dalam
pandangan hidup atau fisafat hidup bangsa (jatidiri) yang oleh para pendiri
bangsa/negara dirumuskan dalam rumusan sederhana namun mendalam yang
meliputi 5 prinsip, yaitu Pancasila

b. LandasanKultural

Bangsa Indonesia memiliki kepribadian tersendiri yang tercermin di dalam nilai-


nilai budaya yang telah lama ada yang dirumuskan dalam Pancasila. Nilai-nilai
budaya sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsa dan bernegara dirumuskan
dalam Pancasila.

c. Landasan Yuridis

• Dirjen Dikti mengeluarkan keputusan No. 356/Dikti/kep/1995 tentang


kurikulum inti mata kuliah umum Pendidikan Pancasila pada perguruan tinggi di
Indonesia.

• Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan


Nasional, peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan
tinggi.

8
• Keputusan Dirjen Diktinomor 265 tahun 2000 mengatur tentang perlunya
mata kuliah Pendidikan Pancasila.

d. Landasan Filosofis

Secara Filosofis bangsa Indonesia sebelum bernegara adalah bangsa yang ber
keTuhanan dan ber keperikemanusiaan sehingga hal ini merupakan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan. Nilai-nilai Pancasila merupakan
dasar filsafat Negara, maka dalam aspek penyelenggaraannya Negara harus
bersumber pada nilai-nilai Pancasila system perundang-undangan di Indonesia.

e. Dasar sosiologi Pendidikan Pancasila

Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih 300 suku bangsa
yang tersebar di Indonesia lebihdari 17.000 pulau. Pancasila sebagai dasar yang
mengikat semua warga negara umtuk taat pada nilai-nilai instrumental berupa
norma atau hukum tertulis maupun tidak tertulis seperti adat istiadat,
kesepakatan, dan konfensi.

3. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

a. Tujuan Pancasila

Menghadapi era globalisasi ekonomi, ancaman, bahaya, laten terorisme,


komunisme dan fundamentalis memerupakan sebuah tantangan tersendiri bagi
bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini bangsa Indonesia patut mewaspadai
pengelompokkan sukubangsa di Indonesia yang kini semakin kuat, yaitu Ketika
bangsaini Kembali dicoba oleh pengaruhasinguntukdikotak-kotakkan. Tidaksaja
oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap KeTuhanan yang
MahaEsa.

Pancasila mempunyai tiga tujuan pokok yang mencakup :

• Tujuan Nasional

9
• Tujuan Pendidikan Nasional

• Tujuan Pendidikan Pancasila

b. Tujuan Nasional

Tujuan nasional bangsa Indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945 :

1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Memajukan kesejahteraan umum atau Bersama

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Ikut berperanaktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia


yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

c. Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan nasionaladalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD


negara Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia serta tangga terhadap tuntutan perubahan zaman.

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut di selenggarakan pembangunan


nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, dan ber
kesinambungan. Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan masyarakat adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

d. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional dan juga
termuat dalam SK DirjenDikti. No. 38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan bahwa tujuan

10
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, kebudayaan, dan beranekaragam kepentingan,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan Bersama
diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
diarahkan pada perilaku yang mendukung upayaterwujudnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

e. Metode pembelajaran Pendidikan Pancasila

Metode pendekatan student active learning inimeliputi :

1. Studi kasus : mahasiswa diberikan kasus yang perlu dicari pemecahan


masalahnya sesuai dengan pokok bahasa yang dibahas.

2. Diskusi: Mahasiswa ditugaskan membahas dan bertukar pemahaman


pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk memperoleh
pemahaman bersama yang lebih jelas dan teliti.

3. Seminar : Mahasiswa diminta mempersiapkan makalah, kemudian


mempersentasikan didepan mahasiswa lainya untuk memperoleh masukan dan
pertanyaan, baik dari mahasiswanya sendiri atau dari staff pengajar

4. Debat : Mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap


kelompok terdiri 4 orang. Didalam kelompok tersebut mahasiswa melakukan
perdebatan tentang topik tertentu.

5. Kerja lapangan : Mahasiswa langsung dibawa kepada obyek atau pokok


bahasan yang akan dipelajari diluar kelas.

11
4. PENDIDIKAN KARAKTER PANCASILA

Implementasi kebijakan pembangunan bidang sumber daya manusia di Indonesia


sudah berjalan dengan cukup baik, contohnya dengan pengadaan beberapa
kebijakan dan bantuan pemerintah kepada masyarakat yang belum mampu
melangsungkan kepentingan pendidikan seperti Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Namun, di lain hal, pembangunan di bidang SDM ini masih memiliki
beberapa kekurangan seperti belum meratanya akses pendidikan ke seluruh
pelosok wilayah Indonesia. Pernyataan tersebut juga ditunjang oleh laporan
Human Development Report tahun 2019, IPM Indonesia memiliki peringkat
kualitas hidup ke-111 dari 189 negara menurut laporan Indeks Pembangunan
Manusia yang dikeluarkan PBB. IPM sendiri merupakan ukuran standar yang
telah ditetapkan oleh United Nations dengan tujuan supaya capaian
pembangunan sumber daya manusia dapat dibandingkan. IPM terdiri dari 3 (tiga)
indikator utama yang meliputi dimensi kesehatan seperti ukuran angka harapan
hidup, dimensi pendidikan seperti ratarata lama sekolah, dan dimensi ekonomi
sebagai ukuran hidup layak.

Dengan masih tergolong rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia


sekaligus menunjukkan rendahnya kemampuan kompetisi dan survival dikaitkan
dengan tantangan dan dinamika global (Poespowardojo dan Hardjatno, 2010).
Salah satu contoh yang menyebabkan persoalan tersebut adalah ketika
implementasi dari nilai Pancasila sebagai pendidikan karakter sekaligus
parameter kualitas SDM tidak ada dalam kehidupan bermasyarakat. Terbukti
dengan lemahnya pemahaman nilai Pancasila pada tiap individu sehingga
melahirkan generasi yang rentan akan SARA, lemahnya teladan diri yang
berujung pada korupsi, serta kebebasan berekspresi tanpa etika dan aturan.

Dalam hal ini, pendidikan karakter dalam membentuk kepribadian peserta didik
sangat penting adanya. Dengan adanya pendidikan karakter, peserta didik dapat
mempelajari dan memahami bagaimana menggunakan kebebasan berpendapat

12
mereka dan merefleksikan karakter yang baik dalam setiap sikap dan
aktivitasnya. Menurut Abidin (2012) pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

Sehingga, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya pada


pendidikan karakter, nilai nilai Pancasila hendaknya diresapi dan
diimplementasikan secara nyata. Setiap sila yang terkandung dalam Pancasila
merupakan modal dasar pendidikan karakter. Nilai-nilai yang dapat diambil dari
Pancasila untuk menguatkan pendidikan karakter adalah:

Pada sila ke-1 ada nilai toleransi beragama dalam pendidikan karakter peserta
didik

Pada sila ke-2 yaitu nilai memahami dan menghargai sesama manusia sehingga
membentuk karakter yang beradab

Pada sila ke-3 dapat memahami nilai persatuan dan cinta tanah air sehingga
pendidikan selalu mengutamakan keragaman budaya di Indonesia

Pada sila ke-4 menjadi nilai penting untuk memahami kehidupan demokrasi yang
sesuai dengan hati nurani, serta adanya keharusan taat pada hukum sehingga
menjadi pribadi yang disiplin

Pada sila ke-5 mengandung nilai memperjuangkan kepentingan bersama dalam


kehidupan bersosialisasi, sehingga keadilan sosial selalu ada dalam kehidupan
sehari-hari.

Kemudian, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM juga harus


bersumber pada nilai Pancasila, sehingga nantinya praktik KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme) di Indonesia sudah hilang adanya dan output dari kebijakan
pemerintah bidang SDM dapat terlaksana dengan maksimal. Peningkatan

13
kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dicapai dengan adanya bantuan
dan dukungan dari pemerintah seperti adanya kemajuan dalam bidang teknologi,
industri sehingga menghasilkan kecerdasan, kreativitas, dan inovasi dari sumber
daya manusia yang berkompetensi tinggi.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari ke-lima sila Pancasila yaitu nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Di era modern saat ini, Pancasila tetap harus menjadi pedoman utama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apabila nilai-nilai tersebut
diterapkan oleh seluruh elemen bangsa maka dapat menyelamatkan bangsa dari
konflik serta membangun karakter kuat yang dapat menyatukan seluruh
masyarakat Indonesia. Kemudian, dengan adanya sinergi antara kebijakan
pemerintah dan implementasi pendidikan karakter bersumber pada nilai
Pancasila, maka kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat ditingkatkan
sekaligus taraf hidup masyarakat Indonesia yang lebih baik.

PENGERTIAN KORUPSI

Kata Korupsi pertama kali disebutkan oleh Lord Acton dalam Dani Krisnawati
dkk., sebagai berikut: “ Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely ”. Yang berarti kekuasaan cenderung untuk Korupsi dan kekuasaan
yang absolute cenderung korupsi yang absolute. Ungkapan tersebut dapat jadi
pengingat kita bahwa kekuasaan sangat rentan terhadapterjadinya tindak pedina
korupsi dan bisa terjadi di belahan dunia mana pun tanpa mengenal usia
pelakunya.Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni
berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya
(Azhar, 2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere,
yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang
dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).Korupsi adalah
penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10).
Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada

14
serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.Dalam
Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi didefinisikan
sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas
publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas yang
dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).Definisi lengkap
korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan
perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan
atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka
ditempatkan. Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan
atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan
umum. Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang
melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,
menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma
yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau
amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri,
keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima, merugikan
pihak lain, baik masyarakat maupun negara.Menurut perspektif hukum, definisi
korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat

15
dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam
jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-
20). Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap,
illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi adalah suatu tingkah laku yang
meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk
memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan
pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian korupsi yang
diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara.
Pengertian Korupsi menurut The Lexicon Webster Dictionary, Korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.Pengertian Korupsi menurut Gunnar Myrdal, korupsi adalah suatu
masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan penyuapan dan
ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan
penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan pemberantasan korupsi biasanya
dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer. Menurut Mubyarto, Pengertian
Korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari pada ekonomi yang menyentuh
keabsahan (legitimasi) pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik
dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang ditimbulkan dari korupsi ini ialah
berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi
dan kabupaten.

16
Pengertian korupsi yang diungkapkan Mubyarto yaitu menyoroti korupsi dari segi
politik dan ekonomi. atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas yang
dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain). Definisi lengkap
korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan
perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan
atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka
ditempatkan. Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan
atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan
umum. Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang
melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,
menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma
yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau
amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri,
keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima, merugikan
pihak lain, baik masyarakat maupun negara. Menurut perspektif hukum, definisi
korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat
dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam
jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-
20). Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,

17
atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap,
illegal profit, secret, transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi adalah suatu tingkah laku yang
meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk
memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan
pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian korupsi yang
diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara.
Pengertian Korupsi menurut The Lexicon Webster Dictionary, Korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah. Pengertian Korupsi menurut Gunnar Myrdal, korupsi adalah suatu
masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan penyuapan dan
ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan
penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan pemberantasan korupsi biasanya
dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer. Menurut Mubyarto, Pengertian
Korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari pada ekonomi yang menyentuh
keabsahan (legitimasi) pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik
dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang ditimbulkan dari korupsi ini ialah

berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi


dan kabupaten. Pengertian korupsi yang diungkapkan Mubyarto yaitu menyoroti
korupsi dari segi politik dan ekonomi.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi

• Tidak Menerapkan ajaran Agama

Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, bahkan Indonesia merupakan negara


yang memiliki ragam agama terbanyak, yakni 6 agama. 6 agama tersebut

18
meliputi : Islam, kristen, katolik, hindu, budha, dan konghuchu. Tentunya dalam
ajaran masing masing agama akan melarang tindak korupsi dalam bentuk
apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur
di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama
kurang diterapkan dalam kehidupan.

• Kurang Memiliki Keteladanan Pimpinan

Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai


pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi
keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka
kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasannya. Setiap perilaku perilaku atasan akan dicontoh oleh bawahannya.
Pemimpin yang baik akan menjadikan rakyat yang baik juga, begitu juga
sebaliknya.

• Manajemen Cendrung Menutupi Korupsi di Organisasi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang


dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi, ini yang membuat para oknum
korupsi merasa aman karna terlindunggi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran
korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.

• Aspek peraturan perundang-undangan

Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang


undangan kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang
disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak
konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi
peraturan perundang-undangan. Pada intinya peraturan perundang –undangan
yang tidak nyata pada lapangan.

• Aspek Individu Pelaku

19
Sifat Tamak Manusia Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena
orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah
cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur
penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu
sifat tamak dan rakus. Faktor utama penyebab sifat manusia yang demikian
adalah kurangnya rasa bersyukur. Manusia yang kurang bersyukur akan selalu
merasa kurang terhadap apa yang ia miliki.

• Moral yang Kurang Kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau
pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk berniatan korupsi.
Pembentukan moral yang tidak sempurna dari keluarga bisa menjadi faktor
utama dalam hal ini.

• Kebutuhan Hidup yang Mendesak

Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi


terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas

diantaranya dengan melakukan korupsi. Misalnya kurang dalam hal ekonomi,


sedangkan ia harus tetap membiaya kehidupan keluarga, sehingga muncul niatan
untuk melakukan korupsi demi menafkahi keluarga.

• Gaya Hidup yang Konsumtif

Kehidupan di kota-kota besar seringkali mendorong gaya hidup seseorang


konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
tindakan korupsi untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi dan lagi
sebagai bentuk pemenuhan keinginan.

20
• Malas atau Tidak Mau Bekerja

Banyak orang yang ingin mendapat penghasilan banyak namun mereka tidak
mau berusaha dengan cara yang susah, tidak ingin banyak mengeluarkan
keringan, ini merupakan contoh orang malas dan tidak mau bekerja. Sifat
semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara
mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.

C. Dampak Masif Terjadinya Korupsi

Beberapa tahun terakhir, sejumlah studi komprehensif mengenai berbagai


dampak korupsi terhadap variabel-variabel ekonomi secara ekstensif telah
dilakukan. Usaha rintisan telah dimulai oleh Mauro (1995) yang menegaskan
bahwa korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya,
kajian Tanzi dan Davoodi (1997) yang lebih elaboratif melaporkan bahwa korupsi
mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui
berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan raya.Namun ternyata korupsi tidak
hanya berdampak dalam satu aspek kehidupan saja seperti diterangkan dalam
penelitian-penelitian. Korupsi telah menimbulkan efek domino yang meluas
terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu
negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa, harga barang-barang
menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan
dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, citra
pemerintahan yang buruk di mata internasional akan menggoyahkan sendi-sendi
kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi menjadi berkepanjangan,
negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.Indonesia sendiri,
berdasarkan Laporan Bank Dunia, dikategorikan sebagai negara yang utangnya
parah, berpenghasilan rendah, dan termasuk dalam kategori negara-negara

termiskin di dunia seperti Mali dan Ethiopia. Berbagai dampak masif korupsi
telah merongrong berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara seperti
diuraikan dalam poin-poin berikut ini.Dampak Korupsi terhadap Ekonomi The

21
price of corruption is poverty. –David PeckKorupsi memiliki berbagai efek
penghancuran yang hebat (an enermous destruction effects) terhadap orang
miskin, dengan dua dampak yang saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak
langsung yang dirasakan oleh orang miskin yakni semakin mahalnya harga jasa
berbagai pelayanan publik, rendahnya kualitas pelayanan, dan juga sering
terjadinya pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan vital seperti air,
kesehatan, dan pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang
miskin yakni pengalihan sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi dan
kelompok, yang seharusnya diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan
orang miskin, melalui pembatasan pembangunan. Dampak yang tidak langsung
ini umumnya memiliki pengaruh atas langgengnya sebuah kemiskinan.

Secara sederhana penduduk miskin di wilayah Indonesia dapat dikategorikan


dalam dua kategori, yakni

1. Kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktural yang bersifat


terus menerus;

2. Kemiskinan sementara (transient poverty), yaitu kemiskinan yang indikasinya


adalah menurunnya pendapatan (income) masyarakat untuk sementara waktu
akibat perubahan yang terjadi, semisal terjadinya krisis moneter. Mengingat
adanya kemiskinan struktural, maka adalah naif jika kita beranggapan bahwa
virus kemiskinan yang menjangkit di tubuh masyarakat adalah buah dari budaya
malas dan etos kerja yang rendah (culture of poverty). William Ryan, seorang
sosiolog ahli kemiskinan, menyatakan bahwa kemiskinan bukanlah akibat dari
berkurangnya semangat wiraswasta, tidak memiliki hasrat berprestasi, fatalis.
Pendekatan ini dapat disebut sebagai blaming the victim (menyalahkan
korban).Pada tahun 2000-2001, the Partnership for Governanve Reform in
Indonesia and the World Bank telah melaksanakan proyek “Corruption and the
Porr”. Proyek ini memotret wilayah permukiman kumuh di Makassar,
Yogyakarta, dan Jakarta. Tujuannya ingin menjelaskan bagaimana korupsi

22
mempengaruhi kemiskinan kota. Dengan mengaplikasikan suatu metode the
Participatory Corruption assessment (PCA), di setiap lokasi penelitian, tim proyek
melakukan diskusi bersama 30-40 orang miskin mengenai pengalaman mereka
bersentuhan dengan korupsi. Kegiatan ini juga diikuti dengan wawancara
perseorangan secara mendalam untuk mengetahui dimana dan bagaimana
korupsi memiliki pengaruh atas diri mereka.Sebuah wawasan dan pemahaman
yang holistik tentang pengaruh korupsi terhadap kehidupan sosial orang miskin
pun didapat. Para partisipan program PCA ini mengidentifikasi empat risiko tinggi
korupsi, yakni :

1. Ongkos finansial (financial cost)

Korupsi telah menggerogoti budget ketat yang tersedia dan meletakkan beban
yang lebih berat ke pundak orang miskin dibandingkan dengan si kaya.

2. Modal manusia (human capital)

Korupsi merintangi akses pada efektivitas jasa pelayanan sosial termasuk


sekolah, pelayanan kesehatan, skema subsidi makanan, pengumpulan sampah,
yang kesemuanya berpengaruh pada kesehatan orang miskin dan keahliannya.

3. Kehancuran moral (moral decay)

Korupsi merupakan pengingkaran dan pelanggaran atas hukum yang berlaku (the
rule law) untuk meneguhkan suatu budaya korupsi (culture of corruption)

4. Hancurnya modal sosial (loss of social capital)

Korupsi mengikis kepercayaan dan memberangus hubungan serta


memporakporandakan kohesifitas komunitas. Dampak SosialKorupsi, tidak
diragukan, menyuburkan berbagai jenis kejahatan dalam masyarakat. Menurut
Alatas, melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau penjahat perseorangan
dapat leluasa

23
melanggar hukum, menyusupi berbagai oraganisasi negara dan mencapai
kehormatan. Di India, para penyelundup yang populer sukses menyusup ke
dalam tubuh partai dan memangku jabatan penting. Bahkan, di Amerika Serikat,
melalui suap, polisi korup menyediakan proteksi kepada organisasi-organisasi
kejahatan dengan pemerintahan yang korup. Semakin tinggi tingkat korupsi,
semakin besar pula kejahatan. Menurut Transparensy International, terdapat
pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika
angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Jadi
bisa dikatakan, mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung)
mengurangi kejahatan lain dalam masyarakat. Soerjono Soekanto menyatakan
bahwa penegakan hukum di suatu negara selain tergantung dari hukum itu
sendiri, profesionalisme aparat, sarana dan prasarana, juga tergantung pada
kesadaran hukum masyarakat. Memang secara ideal, angka kejahatan akan
berkurang jika timbul kesadaran masyarakat (marginal detterence). Kondisi ini
hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan kesejahteraan masyarakat
sudah memadai. Dampak terhadap Demokrasi Negara kita sering disebut
bureaucratic polity. Birokrasi pemerintah merupakan sebuah kekuatan besar
yang sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Selain itu, birokrasi pemerintah juga merupakan garda depan yang
berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Namun di sisi lain,
birokrasi sebagai pelaku roda pemerintahan merupakan kelompok yang rentan
terhadap jerat korupsi. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung
negara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa birokrasi di tanah air seolah
menjunjung tinggi pameo “jika bisa dibuat sulit, mengapa harus dipermudah”.
Semakin tidak efisien birokrasi bekerja, semakin besar pembiayaan tidak sah atas
institusi negara ini. Sikap masa bodoh birokrat pun akan melahirkan berbagai
masalah yang tidak terhitung banyaknya. Singkatnya, korupsi menumbuhkan

24
ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi. Korupsi dalam birokrasi
dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum : yang menjangkiti
masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka sendiri. Korupsi tidak saja

terbatas pada transaksi yang korup yang dilakukan dengan sengaja oleh dua
pihak atau lebih, melainkan juga meliputi berbagai akibat dari perilaku yang
korup, homo venalis.Transparency International (TI), sebagai lembaga
internasional yang bergerak dalam upaya antikorupsi, membagi kegiatan korupsi
di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu

1. Korupsi administratif

Secara administratif, korupsi bisa dilakukan “sesuai dengan hukum”, yaitu


meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan, serta
korupsi yang “bertentangan dengan hukum” yaitu meminta imbalan uang untuk
melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan. Di tanah air,
jenis korupsi administratif berwujud uang pelicin dalam mengurus berbagai
surat-surat, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM),
akte lahir, dan paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal, seharusnya tanpa
uang pelicin surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat.

2. Korupsi politik

jenis korupsi politik muncul dalam bentuk “uang damai”. Misalnya, uang yang
diberikan dalam kasus pelanggaran lalu lintas agar si pelanggar tidak perlu ke
pengadilan. Manajemen kerja birokrasi yang efisien sungguh merupakan barang
yang langka di tanah air. Menurut HS. Dillon, birokrasi hanya dapat digerakkan
oleh politikus yang berkeahlian dalam bidangnya. Bukan sekedar pejabat yang
direkrut dari kalangan profesi atau akademikus tanpa pengalaman dan
pemahaman tentang kerumitan birokrasi. Dampak terhadap Fungsi
Pemerintahan Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap
kinerja suatu sistem politik atau pemerintahan. Pertama, korupsi mengganggu

25
kinerja sistem politik yang berlaku. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering
bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi
tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas
organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat
bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial sering bersifat samar,
dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih
nyata.Kedua, publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga
yang diduga terkait dengan tindak korupsi.Ketiga, lembaga politik diperalat untuk

menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan kelompok. Ini


mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang
sempit (vested interest). Sering terdengar tuduhan umum dari kalangan anti-
neoliberalis bahwa lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), IF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis dan
para hegemoni global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa.
Tuduhan seperti ini sangat mungkin menimpa pejabat publik yang memperalat
suatu lembaga politik untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dalam kasus
seperti ini, kehadiran masyarkat sipil yang berdaya dan supremasi hukum yang
kuat dapat meminimalisir terjadinya praktik korupsi yang merajalela di
masyarakat. Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya
fungsi pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan
sebagai berikut :

1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,

2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,

3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas


ekonomi dan politik.

Dengan demikian, suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan


mengabaikan tuntutan

26
pemerintahan yang layak. Menurut Wang An Shih, koruptor sering mengabaikan
kewajibannya oleh karena perhatiannya tergerus untuk kegiatan korupsi semata-
mata. Hal ini dapat mencapai titik yang membuat orang tersebut kehilangan
sensitifitasnya dan akhirnya menimbulkan bencana bagi rakyat.

Dampak terhadap Akhlak dan Moral Korupsi yang merajalela di lingkungan


pemerintah akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Ia
meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai tindakan pemerintah.

Jika suatu pemerintah tidak lagi mampu memberi pelayanan terbaik bagi
warganya, maka rasa hormat rakyat dengan sendirinya akan luntur. Jika
pemerintahan justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur
hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintahan.Karenanya,
praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan masyarakat.
Korupsi yang menjangkiti kalangan elit turut memaksa masyarakat menganut

berbagai praktik di bawah meja demi mempertahankan diri. Mereka pun


terpaksa melakukan korupsi agar mendapat bagian yang wajar, bukan untuk
mencapai berbagai keuntungan luar biasa. Inilah lingkaran setan yang klasik.
Singkatnya, demoralisasi terhadap perilaku koruptif kalangan elit pemerintah,
juga sering menyuburkan perilaku koruptif di kalangan masyarakat.Aspek
demoralisasi juga mempengaruhi lembaga internasional dalam menetapkan

kebijakan untuk membantu negara-negara berkembang. Lembaga internasional


menolak membantu negara-negara yang korup. Sementara pada gradasi
tertentu, praktik korupsi akan memunculkan antipati dan mendorong sumber-
sumber resistensi yang luar biasa di kalangan warga masyarakat. Akibatnya
kemudian adalah terjadinya delegitimasi aparat dan lembaga pemerintahan, oleh
karena mereka dianggap warga masyarakat tidak kredibel. Menurut Sun Yan
Said, korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan
politik. (blog.kampuskeuangan).

27
D. Korupsi dan Mentalitas Kebudayaan

Korupsi berasal dari kata corrupti(Latin) yang berarti busuk, rusak atau dalam
bentuk kata kerja corrumpere yang berarti menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur perbuatan melawan hokum, penyalahgunaan
kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri orang lain atau
korporasi, merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara, penggelapan
dalam jabatan, dan pemerasan dalam jabatan. Fenomena korupsi telah menjadi
persoalan yang berkepanjangan di negara Indonesia. Bahkan negara kita
memiliki rating yang tinggi di antara negara-negara lain dalam hal tindakan
korupsi. Perilaku korupsi di Indonesia dalam sejarahnya sudah menjadi kebiasaan
(budaya) yang sulit untuk diberantas, karena banyaknya permasalahan-
permasalahan diberbagai aspek yang mendukung terjadinya korupsi.
Kompleksitas korupsi ini seolah-olah tidak menjadi permasalahan prioritas yang
harus diselesaikan secara bersama-sama namun lebih kepada korupsi dijadikan
alat bagi penguasa yang mempunyai wewenang dan otoritas untuk memberikan
kesempatan serta peluang untuk dirinya sendiri dan kelompoknya
(partai).Budaya korupsi akan menjadi cermin dari kepribadian bangsa yang
bobrok dan sungguh membuat negara ini miskin karena kekayaan-kekayaan
negara dicuri untuk kepentingan segelintir orang tanpa memperdulikan bahwa
dengan tindakannya akan membuat sengsara berjuta-juta rakyat ini Korupsi yang
telah terjadi di Indonesia berlangsung sejak masa pemerintahan Soeharto atau
bahkan pada masa pemerintahan Soekarno. Sekarang korupsi tidak berkurang
meskipun sebuah generasi baru muncul(reformasi) bahkan korupsi di era
refomasi semakin besar. Boleh dikatakan korupsi merupakan warisan
kebudayaan orde baru yang terus melekat dalam generasi reformasi sekarang
ini.Keinginan untuk memeroleh kehidupan pribadi seorang koruptor dengan
menjalankan tindakan korupsi merupakan sebuah unsur budaya yang kurang
sehat. Sebab pada dasarnya perilaku korupsi bisa menghancurkan masyarakat

28
baik secara ekonomi, politik, sosial maupun budayanya. Negara Indonesia
mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan, moralitas para politisi yang
kurang baik dan lain-lain. Korupsi sebagai Budaya? Franz Magnis-Suseno
mengemukakan hubungan antara korupsi dan nilai-nilai kebudayaan. Korupsi
dapat dicari penyebabnya dalam nilai-nilai budaya tradisonal yang berkembang
di masyarakat atau negara itu. Selanjutnya dia memberikan dua nilai budaya
yang menunjang terjadinya korupsi yaitu personalistik dan rasa kekeluargaan,
dan pengaruh feodalisme. Nilai personalistik dan feodalisme tertanam kuat
dalam kebudayaan masyarakat tertentu maka konsekuensinya korupsi yang ada
dalam masyarakat itu akan tertanam kuat juga dan sulit untuk dihilangkan. Nilai
kekeluargaan dan kekerabatan yang menjadi nilai yang sungguh kental dalam
masyarakat Indonesia. Rasa kekeluargaan yang tinggi melahirkan perilaku
korupsi di Indonesia seperti perilaku Soeharto dan keluarganya. Meskipun pada
akhirnya Magnis-Suseno juga membantah pendapatnya sendiri bahwa
pengembalian korupsi pada nilai-nilai budaya korupsi merupakan sebuah bentuk
rasionalisasi. Sebab korupsi juga terjadi di zaman modern ini(nilainilai modern
telah berkembang). Namun Ia menganggap nilai-nilai tradisional hanya
menentukan bentuk dan pola dari korupsi itu. Kebudayaan juga bercirikan turun-
temurun dari satu generasi ke generasi(pengertian kebudayaan bagian keempat
di atas). Kebudayaan adalah hasil bersama yang melibatkan banyak generasi
sebagai pendukung dan pengembangnya. Korupsi yang telah terjadi di Indonesia
berlangsung sejak masa pemerintahan Soeharto atau bahkan pada masa
pemerintahan Soekarno. Sekarang korupsi tidak berkurang meskipun sebuah
generasi baru muncul(reformasi) bahkan korupsi di era refomasi semakin besar.
Boleh dikatakan korupsi merupakan warisan kebudayaan orde baru yang terus
melekat dalam generasi reformasi sekarang ini. Soejanto Poespowardojo
mengatakan bentuk-bentuk kebudayaan memiliki nilai relatif bukan hanya
mengandung hal-hal

29
yang sehat dan membangun hidup manusia tetapi juga mengandung unsur-unsur
yang menghambat dan bahkan menghancurkan kehidupan masyarakat itu.
Keinginan untuk memeroleh kehidupan pribadi seorang koruptor dengan
menjalankan tindakan korupsi merupakan sebuah unsur budaya yang kurang
sehat. Sebab pada dasarnya perilaku korupsi bisa menghancurkan masyarakat
baik secara ekonomi, politik, sosial maupun budayanya. Negara Indonesia
mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan, moralitas para politisi yang
kurang baik dan lain-lain. Selain itu kebudayaan juga memiliki nilai yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Misalnya sebuah barang peninggalan budaya
masa lampau akan tetap terpelihara dalam masyarakat sekarang ini jika nilai
kebudayaan itu menunjang kehidupan mereka. Korupsi didasarkan pada sebuah
mentalitas untuk memeroleh kekayaan yang berlimpah dengan mudah dan
dalam waktu yang cepat. Mentalitas instan seperti ini merupakan produk dari
kebudayaan modern. Manusia memeroleh segala sesuatu dengan mudah dan
cepat. Boleh dikatakan bahwa korupsi merupakan sebuah produk dari
kebudayaan modern. Namun jika kita melihat pengertian kebudayaan dalam
pemahaman filosofis sangat berbeda. Soejanto Poespowardojo mengatakan
kebudayaan pada hakikatnya adalah humanisasi yaitu proses peningkatan hidup
yang lebih baik dalam lingkungan masyarakat yang manusiawi. Oleh karena itu
nilai-nilai manusiawi menjadi dasar dan ukuran untuk langkah-langkah
perkembangan dan pembangungan.Jika pemahaman filosofis ini membedah
perilaku korupsi sebagai sebuah budaya tidak akan menemukan benang merah
yang jelas dan pasti. Korupsi merupakan sebuah perilaku yang melanggar
tatanan nilai yang ada dalam masyarakat misalnya nilai kejujuran, keadilan,
kebaikan, kedamaian dan lainlain. Nilai kejujuran yang telah berkembang dalam
masyarakat bangsa Indonesia telah digantikan oleh sikap baru yaitu berbohong
dan lain-lain. Nilai keadilan yang juteru menjadi salah satu dasar dari kelima sila
Pancasila telah digantikan sikap baru yaitu mengutamakan kepentingan pribadi
dan kelompok tertentu dan mengabaikan kepentingan umum. Sikap-sikap

30
ketidakjujuran, egoistik adalah sebuah tindakan yang telah menghancurkan nilai-
nilai kebudayaan nasional bangsa Indonesia.Namun jika kita menelisik motif dari
perilaku korupsi maka akan menemukan hubungannya meskipun secara tidak
langsung. Korupsi pada dasarnya sebuah tindakan kriminal baik terhadap hukum
maupun terhadap nilai yang ada dalam masyarakat. Sedangkan kebudayaan
adalah sebuah nilai etis untuk membangun kehidupan manusia yang lebih baik.
Dengan demikian tindakan korupsi dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat
bertolak belakang. Pada umumnya setiap orang yang melakukan korupsi
dilatarbelakangi oleh keinginan personal atau kelompok tertentu untuk
memeroleh bahagiaan(Bandingkan dengan pengertian dan motif korupsi di atas).
Kebahagiaan yang merupakan nilai diperjuangkan dan dicita-citakan oleh setiap
orang agar ia memeroleh hidup yang layak sebagai seorang manusia. Maka
korupsi merupakan instrumen untuk mengejar nilai kebahagiaan itu. Keinginan
untuk melakukan korupsi salah satu sarana untuk merealisasikan cita-cita
kebahagiaan hidupnya meskipun jalan yang ditempuh justru melanggar norma
atau nilai yang ada dalam masyarakat itu. Jika kita menyimak motif korupsi ini
maka kita akan menemukan unsur-unsur kebudayaan itu sendiri. Unsur-unsur itu
adalah nilai kebahagiaan yang justeru melekat dalam diri manusia itu sendiri dan
adanya usaha untuk merealisasikan cita-cita kebahagiaan hidup. Korupsi juga
telah melanggar etika politik itu sendiri. Etika politik merupakan salah satu segi
nilai kebudayaan yang patut dikembangkan dalam sebuah negara. Jika para
pejabat negara tidak mampu mencitptakan sebuah kebudayaan

politik yang baik maka kebudayaan politik akan menjadi rusak. Sebuah cita-cita
politik yang etis harus mampu menciptakan sebuah masyarakat yang sejahtera.
Kesejahteraan bukan hanya monopoli orang-orang tertentu, kelompok atau etnis
tertentu tetapi seluruh rakyat. Korupsi sebagai salah satu bentuk penyelewengan
terhadap cita-cita sebuah masyarakat yang sejahtera dan merata. Sebab korupsi
menciptakan penumpukkan kekayaan pada pribadi, kelompok tertentu. Hanya
pihak-pihak atau orang tertentulah yang mampu menikmati kelimpahan

31
kekayaan.Selain itu mentalitas korupsi yang mendarah daging bukanlah sifat
hakiki yang ada dalam manusia. Mentalitas korupsi pada dasarnya tercipta oleh
mentalitas modern seperti budaya konsumtif, easy going, tidak mau bekerja
keras dan lain-lain. Sebagai sebuah mentalitas yang ditambahkan korupsi bisa
dihilangkan dengan mengembangkan sebuah budaya tandingan seperti nilai-nilai
agama. Setiap agama pasti mengembangkan nilai-nilai kerja keras, tanggung
jawab, rasa bersalah dan lain-lain. Setiap orang harus mengusahakan nilai kerja
keras untuk memeroleh kebahagiaan. Setiap orang akan merasa bahagia jika ia
bisa menikmati hasil jerih payah yang merupakan buah dari kerja kerasnya
sendiri.

DINAMIKA PANCASILA

● Terjadinnya pasang surut pelaksanaan nilai nilai Pancasila dalam sejarah


bangsa Indonesia

● Pada era Orde Lama (Era Soekarno). Sebagai penggali dan perumus Pancasila,
Soekarno memahami Pancasila sebagai ideologi negara, tetapi dalam perjalanan
pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena di campur
dengan dengan ideologi komunis dalam konsep NASAKOM

● Pada masa Orde Baru (Era Soeharto). Pancasila sebagai ideologi diletakkan
pada kedudukan sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang
Pemasyarakatan P-4. pada masa ini Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua
Orpol maupun Ormas. Namun implikasinya, memunculkan hegemoni kekuasaan
yang sangat kuat terhadap kebebasan berfikir masyarakat

● Pada masa Era Reformasi, mengalami pasang surut dengan ditandai beberapa
hal, seperti keengganan penyelenggara negara mewacanakan Pancasila, sampai
hilangnya Pancasila dari kurikulum nasional

32
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA

Sejarah konsep ideologi -1

Sejarah konsep ideologi dapat di telusuri jauh sebelum istilah ideologi digunakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke 18

● Nicollo Machiavelli (1460 – 1520) merupakan filusuf yang menjadi pelopor


yang membicarakan persoalan secara langsung berkaitan dengan ideologi

● Meskipun tidak menggunakan istilah Ideologi, pembahasan Machiavelli


mengenai konsep ideologi didasarkan atas pengamatan secara langsung
terhadap :

– praktik politik para pangeran

– mengamati tingkah laku manusia dalam poltik

● Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas Machiavelli yaitu :

– Agama

– Kekuasaan

– dominasi

● Machiavelli melihat bahwa orang orang sezamannya lebih dahulu memperoleh

kebebasan, hal itu karena adanya perbedaan yang terletak dalam pendidikan
yang didasarkan pada perbedaan konsepsi keagamaan 4

sejarah konsep ideologi – 2

Machiavelli menghubungkan antara ideologi dan pertimbangan mengenai


penggunaan kekuatan dan tipu daya untuk mendapatkan serta mempertahankan
kekuasaan

33
● Para penguasa (pangeran) harus belajar mempraktikkan tipuan, karena
kekuatan fisik saja tidak pernah mencukupi.

● Hampir tidak ada orang yang berbudi yang memperoleh kekuasaan besar
hanya dengan menggunakan kekuatan yang terbuka dan tidak berkedok
“kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya dengan tipun”.

● Meskipun menjalankan kekuasaan memerlukan kualifikasi yang baik seperti


menepati janji, belas kasihan, tulus ikhlas dan sebagainya. Penguasa tidak perlu
memiliki semua persyaratan itu, tetapi harus tampak secara meyakinkan
memiliki kesemuanya itu. Yang kemudian di kenal dengan adigum “kekuasaan
menghalalkan segala macam cara”

Sejarah Konsep ideologi – 3

Konsep ideologi Machiavelli yang menonjolkan perbedaan antara penampilan


dan realitas tersebut dilanjutkan dan dikembangkan oleh Karl Marx

● Bagi Karl Marx, ideologi tidak timbul sebagai penemuan yang memutarbalikkan
realita, dan juga tidak sebagai hasil dari realita yang secara obyektif gelap yang
menipu kesadaran pasif

● Menurut Karl Marx, bahwa kesadaran tidak menentukan realita, tetapi realita
material lah yang menentukan kesadaran. Realita material itu adalah “cara cara
produksi barang dalam kegiatan kerja”

● Karl Marx mengajarkan bahwa dari dialektika materialis yang


dikembangkannya adalah masyarakat agraris yang di dalamnya kaum feodal
pemilik tanah sebagai kelas penguasa dan petani penggarap sebagai kelas yang
tertindas

● Antitesisnya : masyarakat kapitalis, didalamnya modal di kuasai oleh kaum


borjuis penguasa, sedangkan pekerja/proletar aalah kelas yang tertindas

● Sintesisnya : di dalam masyarakat komunis, tidak ada lagi kelas penguasa

34
(feodal/borjuis) dan yang di kuasasi (pekerja/proletar)

Sejarah konsep ideologi – 4

Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep ideologi erat hubungannya


denganperjuangan pembebasan borjuis dari cengekeraman feodal dan
mencerminkan sikap pemikiran modern baru yang kritis

● Destutt de Tracy menyebut ideologi sebagai science of idea, yaitu suatu


program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi
masyarakat Perancis.

Definisi ideologi - 1

Sastrapratedja : Ideologi adalah seperangkat gagasan pemikiran yang


berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur

● Soerjanto : ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya


menjaga jarak dengan dunia kehidupannya

● Mubyrto : ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol simbol


sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan
pedoman kerja atau perjuangan untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa
itu

● Martin Seliger : ideologi adalah sekumpulan kepercayaan dan penolakan


yangdiungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai yang di rancang untuk
melayani dasar-dasar permanen yang bersifat relatif bagi sekelompok orang.
(ideologi sebagai sistem kepercayaan) – Ideologi dipergunakan untuk
membenarkan kepercayaan yang didasarkan atas norma norma moral dan
sejumlah kecil pembuktian faktual

Definisi ideologi – 2

Alvin Gouldner : Ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara

35
dalam wacana politis. (ideologi sebagai proyeksi nasional)

– Ideologi harus dipisahkan dari kesadaran mistis dan religiu, sebab ideologi itu
merupakan suatu tindakan yang di dukung nilai nilai logis dan dibuktikan
berdasarkan kepentingan sosial.

● Paul Hirst : ideologi merupakan suatu sistem gagasan politik yang dapat
digunakan dalam perhitungan politis. (Ideologi sebagai relasi sosial)

– Penggunaan istilah ideologi mengacu kepada kompleks tidak adanya kesatuan


praktik sosial dan sistem perwakilan yang mengandung konsekuensi dan arti
politis

Corak ideologi

Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi dasar pegangan kehidupan
sosial politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara

● Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta

mengutamakan nilai tertentu yang memperngaruhi kehidupan sosial, politik dan


budaya

● Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagi ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi
pembangunan

● Berbagai aliran pemikirann yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi


pedoman gerakan suatu kelompok

Fungsi ideologi

Struktur kognitif keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan untuk


memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian kejadian di lingkungan sekitar

● Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta


menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia

36
● Norma norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak

● Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya

● Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk


menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan

● Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati


serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma norma
yang terkandung di dalamnya.

KESIMPULAN

Selanjutnya ditemukan pula disamping Pancasila yang berfungsi


sebagai bintang pemandu atau laitstar, sebagai ideologi negara,
sebagai pandangan hidupbangsa, sebagai filsafat, sebagai perekat
atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita nasional. Di dalam kehidupan bangsa
Indonesia tersebut prinsip hidup yang tersimpul di dalam pandangan
hidup atau fisafat hidup bangsa (jatidiri) yang oleh para pendiri
bangsa/negara dirumuskan dalam rumusan sederhana namun
mendalam yang meliputi 5 prinsip, yaitu Pancasila b.
LandasanKultural Bangsa Indonesia memiliki kepribadian
tersendiri yang tercermin di dalam nilai-nilai budaya yang telah lama
ada yang dirumuskan dalam Pancasila.

c. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan nasionaladalah


Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD negara Indonesia
tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

37
Indonesia serta tangga terhadap tuntutan perubahan zaman. Adapun
tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat
adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib,
dan damai. 38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan
Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama,
kebudayaan, dan beranekaragam kepentingan, perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan Bersama
diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran diarahkan pada perilaku yang mendukung
upayaterwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terbukti dengan lemahnya pemahaman nilai Pancasila pada tiap
individu sehingga melahirkan generasi yang rentan akan SARA,
lemahnya teladan diri yang berujung pada korupsi, serta kebebasan
berekspresi tanpa etika dan aturan. Dengan adanya pendidikan
karakter, peserta didik dapat mempelajari dan memahami bagaimana
menggunakan kebebasan berpendapat mereka dan merefleksikan
karakter yang baik dalam setiap sikap dan aktivitasnya. Menurut
Abidin (2012) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang

38
mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Pancasila
untuk menguatkan pendidikan karakter adalah: Pada sila ke-1 ada
nilai toleransi beragama dalam pendidikan karakter peserta didik
Pada sila ke-2 yaitu nilai memahami dan menghargai sesama manusia
sehingga membentuk karakter yang beradab Pada sila ke-3 dapat
memahami nilai persatuan dan cinta tanah air sehingga pendidikan
selalu mengutamakan keragaman budaya di Indonesia Pada sila ke-4
menjadi nilai penting untuk memahami kehidupan demokrasi yang
sesuai dengan hati nurani, serta adanya keharusan taat pada hukum
sehingga menjadi pribadi yang disiplin Pada sila ke-5 mengandung
nilai memperjuangkan kepentingan bersama dalam kehidupan
bersosialisasi, sehingga keadilan sosial selalu ada dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas SDM juga harus bersumber pada nilai Pancasila, sehingga
nantinya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di Indonesia
sudah hilang adanya dan output dari kebijakan pemerintah bidang
SDM dapat terlaksana dengan maksimal. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia tersebut dapat dicapai dengan adanya bantuan
dan dukungan dari pemerintah seperti adanya kemajuan dalam
bidang teknologi, industri sehingga menghasilkan kecerdasan,
kreativitas, dan inovasi dari sumber daya manusia yang

39
berkompetensi tinggi. Kemudian, dengan adanya sinergi antara
kebijakan pemerintah dan implementasi pendidikan karakter
bersumber pada nilai Pancasila, maka kualitas sumber daya manusia
Indonesia dapat ditingkatkan sekaligus taraf hidup masyarakat
Indonesia yang lebih baik. Yang berarti kekuasaan cenderung untuk
Korupsi dan kekuasaan yang absolute cenderung korupsi yang
absolute. Ungkapan tersebut dapat jadi pengingat kita bahwa
kekuasaan sangat rentan terhadapterjadinya tindak pedina korupsi
dan bisa terjadi di belahan dunia mana pun tanpa mengenal usia
pelakunya.Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus,
yakni berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi
yang sebaliknya (Azhar, 2003:28).

umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau


jabatan publik untuk keuntungan pribadi.Dalam Kamus Lengkap
Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi didefinisikan
sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan
tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan
pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah
penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse
of public office for private gain).Definisi lengkap korupsi menurut
Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku
oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka
sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau
membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan

40
menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan. Dengan
melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi
secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau
amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan
curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. 20
Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,
perekonomian negara. Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi
adalah suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan
status atau uang yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga
dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian Korupsi menurut The
Lexicon Webster Dictionary, Korupsi adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina
atau memfitnah.Pengertian Korupsi menurut Gunnar Myrdal, korupsi
adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan
melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan
membongkar korupsi dan tindakan-tindakan penghukuman terhadap

41
pelanggar. Menurut Mubyarto, Pengertian Korupsi adalah suatu
masalah politik lebih dari pada ekonomi yang menyentuh keabsahan
(legitimasi) pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik
dan para pegawai pada umumnya. Definisi lengkap korupsi menurut
Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku
oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka
sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau
membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan
menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan. Dengan
melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi
secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau
amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa
korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Menurut Robert Klitgaard, Pengertian Korupsi adalah suatu tingkah


laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam
negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status atau uang
yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok
sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut
tingkah laku pribadi.

42
Pengertian Korupsi menurut Gunnar Myrdal, korupsi adalah suatu
masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan
penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi
dan tindakan-tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Menurut
Mubyarto, Pengertian Korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari
pada ekonomi yang menyentuh keabsahan (legitimasi) pemerintah di
mata generasi muda, kaum elite terdidik dan para pegawai pada
umumnya.

• Manajemen Cendrung Menutupi Korupsi di Organisasi Pada


umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi, ini yang membuat
para oknum korupsi merasa aman karna terlindunggi.

• Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul


karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang undangan
kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang
disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang
tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi
dan revisi peraturan perundang-undangan. Perilaku konsumtif
semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai
akan membuka peluang seseorang untuk melakukan tindakan korupsi
untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi dan lagi sebagai
bentuk pemenuhan keinginan.

• Malas atau Tidak Mau Bekerja Banyak orang yang ingin mendapat
penghasilan banyak namun mereka tidak mau berusaha dengan cara

43
yang susah, tidak ingin banyak mengeluarkan keringan, ini
merupakan contoh orang malas dan tidak mau bekerja. Selanjutnya,
kajian Tanzi dan Davoodi (1997) yang lebih elaboratif melaporkan
bahwa korupsi mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas yang
dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan
raya.Namun ternyata korupsi tidak hanya berdampak dalam satu
aspek kehidupan saja seperti diterangkan dalam penelitian-
penelitian. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan
memperburuk kondisi ekonomi bangsa, harga barang-barang menjadi
mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan
dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, citra
pemerintahan yang buruk di mata internasional akan menggoyahkan
sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi menjadi
berkepanjangan, negara pun menjadi semakin terperosok dalam
kemiskinan.Indonesia sendiri, berdasarkan Laporan Bank Dunia,
dikategorikan sebagai negara yang utangnya parah, berpenghasilan
rendah, dan termasuk dalam kategori negara-negara termiskin di
dunia seperti Mali dan Ethiopia. Mengingat adanya kemiskinan
struktural, maka adalah naif jika kita beranggapan bahwa virus
kemiskinan yang menjangkit di tubuh masyarakat adalah buah dari
budaya malas dan etos kerja yang rendah (culture of poverty).
mendalam untuk mengetahui dimana dan bagaimana korupsi
memiliki pengaruh atas diri mereka.Sebuah wawasan dan
pemahaman yang holistik tentang pengaruh korupsi terhadap
kehidupan sosial orang miskin pun didapat. Korupsi dalam birokrasi

44
dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum : yang
menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka
sendiri. Korupsi tidak saja terbatas pada transaksi yang korup yang
dilakukan dengan sengaja oleh dua pihak atau lebih, melainkan juga
meliputi berbagai akibat dari perilaku yang korup, homo
venalis.Transparency International (TI), sebagai lembaga
internasional yang bergerak dalam upaya antikorupsi, membagi
kegiatan korupsi di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu

1. Korupsi administratif Secara administratif, korupsi bisa dilakukan


“sesuai dengan hukum”, yaitu meminta imbalan atas pekerjaan yang
seharusnya memang dilakukan, serta korupsi yang “bertentangan
dengan hukum” yaitu meminta imbalan uang untuk melakukan
pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan. Korupsi yang
berdampak sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan
dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata.Kedua, publik
cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang
diduga terkait dengan tindak korupsi.Ketiga, lembaga politik diperalat
untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan
kelompok. Dalam kasus seperti ini, kehadiran masyarkat sipil yang
berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat meminimalisir
terjadinya praktik korupsi yang merajalela di masyarakat. Dampak
terhadap Akhlak dan Moral Korupsi yang merajalela di lingkungan
pemerintah akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang
berkuasa.

45
Jika pemerintahan justru memakmurkan praktik korupsi, maka
lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat
kepada pemerintahan.Karenanya, praktik korupsi yang kronis
menimbulkan demoralisasi di kalangan masyarakat.

D. Korupsi dan Mentalitas Kebudayaan Korupsi berasal dari kata


corrupti(Latin) yang berarti busuk, rusak atau dalam bentuk kata
kerja corrumpere yang berarti menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara
garis besar mencakup unsur-unsur perbuatan melawan hokum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri orang lain atau korporasi, merugikan
keuangan negara atau perekonomian Negara, penggelapan dalam
jabatan, dan pemerasan dalam jabatan. Perilaku korupsi di Indonesia
dalam sejarahnya sudah menjadi kebiasaan (budaya) yang sulit untuk
diberantas, karena banyaknya permasalahan-permasalahan
diberbagai aspek yang mendukung terjadinya korupsi. Kompleksitas
korupsi ini seolah-olah tidak menjadi permasalahan prioritas yang
harus diselesaikan secara bersama-sama namun lebih kepada korupsi
dijadikan alat bagi penguasa yang mempunyai wewenang dan
otoritas untuk memberikan kesempatan serta peluang untuk dirinya
sendiri dan kelompoknya (partai).Budaya korupsi akan menjadi
cermin dari kepribadian bangsa yang bobrok dan sungguh membuat
negara ini miskin karena kekayaan-kekayaan negara dicuri untuk
kepentingan segelintir orang tanpa memperdulikan bahwa dengan
tindakannya akan membuat sengsara berjuta-juta rakyat ini Korupsi

46
yang telah terjadi di Indonesia berlangsung sejak masa pemerintahan
Soeharto atau bahkan pada masa pemerintahan Soekarno. Boleh
dikatakan korupsi merupakan warisan kebudayaan orde baru yang
terus melekat dalam generasi reformasi sekarang ini.Keinginan untuk
memeroleh kehidupan pribadi seorang koruptor dengan menjalankan
tindakan korupsi merupakan sebuah unsur budaya yang kurang
sehat. Nilai personalistik dan feodalisme tertanam kuat dalam
kebudayaan masyarakat tertentu maka konsekuensinya korupsi yang
ada dalam masyarakat itu akan tertanam kuat juga dan sulit untuk
dihilangkan. Nilai kekeluargaan dan kekerabatan yang menjadi nilai
yang sungguh kental dalam masyarakat Indonesia. Soejanto
Poespowardojo mengatakan bentuk-bentuk kebudayaan memiliki
nilai relatif bukan hanya mengandung hal-hal yang sehat dan
membangun hidup manusia tetapi juga mengandung unsur-unsur
yang menghambat dan bahkan menghancurkan kehidupan
masyarakat itu. Korupsi didasarkan pada sebuah mentalitas untuk
memeroleh kekayaan yang berlimpah dengan mudah dan dalam
waktu yang cepat. Oleh karena itu nilai-nilai manusiawi menjadi
dasar dan ukuran untuk langkah-langkah perkembangan dan
pembangungan.Jika pemahaman filosofis ini membedah perilaku
korupsi sebagai sebuah budaya tidak akan menemukan benang
merah yang jelas dan pasti. Korupsi merupakan sebuah perilaku yang
melanggar tatanan nilai yang ada dalam masyarakat misalnya nilai
kejujuran, keadilan, kebaikan, kedamaian dan lain lain. Pada
umumnya setiap orang yang melakukan korupsi dilatarbelakangi oleh

47
keinginan personal atau kelompok tertentu untuk memeroleh
bahagiaan(Bandingkan dengan pengertian dan motif korupsi di atas).
Keinginan untuk melakukan korupsi salah satu sarana untuk
merealisasikan cita-cita kebahagiaan hidupnya meskipun jalan yang
ditempuh justru melanggar norma atau nilai yang ada dalam
masyarakat itu. Hanya pihak-pihak atau orang tertentulah yang
mampu menikmati kelimpahan kekayaan.Selain itu mentalitas
korupsi yang mendarah daging bukanlah sifat hakiki yang ada dalam
manusia.

Sebagai penggali dan perumus Pancasila, Soekarno memahami


Pancasila sebagai ideologi negara, tetapi dalam perjalanan
pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena
di campur dengan dengan ideologi komunis dalam konsep NASAKOM
● Pada masa Orde Baru (Era Soeharto).

Sejarah konsep ideologi -1 Sejarah konsep ideologi dapat di telusuri


jauh sebelum istilah ideologi digunakan oleh Destutt de Tracy pada
akhir abad ke 18

● Nicollo Machiavelli (1460 – 1520) merupakan filusuf yang menjadi


pelopor yang membicarakan persoalan secara langsung berkaitan
dengan ideologi

● Meskipun tidak menggunakan istilah Ideologi, pembahasan


Machiavelli mengenai konsep ideologi didasarkan atas pengamatan
secara langsung terhadap : – praktik politik para pangeran –
mengamati tingkah laku manusia dalam poltik

48
● Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas Machiavelli
yaitu : – Agama – Kekuasaan – dominasi

● Machiavelli melihat bahwa orang orang sezamannya lebih dahulu


memperoleh kebebasan, hal itu karena adanya perbedaan yang
terletak dalam pendidikan yang didasarkan pada perbedaan konsepsi
keagamaan 4

sejarah konsep ideologi – 2 Machiavelli menghubungkan antara


ideologi dan pertimbangan mengenai penggunaan kekuatan dan tipu
daya untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan

● Para penguasa (pangeran) harus belajar mempraktikkan tipuan,


karena kekuatan fisik saja tidak pernah mencukupi.

● Hampir tidak ada orang yang berbudi yang memperoleh kekuasaan


besar hanya dengan menggunakan kekuatan yang terbuka dan tidak
berkedok “kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya dengan
tipun”.

Yang kemudian di kenal dengan adigum “kekuasaan menghalalkan


segala macam cara”

Sejarah Konsep ideologi – 3 Konsep ideologi Machiavelli yang


menonjolkan perbedaan antara penampilan dan realitas tersebut
dilanjutkan dan dikembangkan oleh Karl Marx

● Bagi Karl Marx, ideologi tidak timbul sebagai penemuan yang


memutarbalikkan realita, dan juga tidak sebagai hasil dari realita yang
secara obyektif gelap yang menipu kesadaran pasif.

49
● Menurut Karl Marx, bahwa kesadaran tidak menentukan realita,
tetapi realita material lah yang menentukan kesadaran.

Realita material itu adalah “cara cara produksi barang dalam kegiatan
kerja”

● Karl Marx mengajarkan bahwa dari dialektika materialis yang


dikembangkannya adalah masyarakat agraris yang di dalamnya kaum
feodal pemilik tanah sebagai kelas penguasa dan petani penggarap
sebagai kelas yang tertindas

● Antitesisnya : masyarakat kapitalis, didalamnya modal di kuasai


oleh kaum borjuis penguasa, sedangkan pekerja/proletar aalah kelas
yang tertindas

● Sintesisnya : di dalam masyarakat komunis, tidak ada lagi kelas


penguasa (feodal/borjuis) dan yang di kuasasi (pekerja/proletar)
Sejarah konsep ideologi – 4 Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep
ideologi erat hubungannya denganperjuangan pembebasan borjuis
dari cengekeraman feodal dan mencerminkan sikap pemikiran
modern baru yang kritis

● Destutt de Tracy menyebut ideologi sebagai science of idea, yaitu


suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional bagi masyarakat Perancis.

Definisi ideologi - 1 Sastrapratedja : Ideologi adalah seperangkat


gagasan pemikiran yang berorientasi pada tindakan dan diorganisir
menjadi suatu sistem yang teratur

50
● Soerjanto : ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya menjaga jarak dengan dunia kehidupannya

● Mubyrto : ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan


simbol simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang
menjadi pegangan dan pedoman kerja atau perjuangan untuk
mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu

● Martin Seliger : ideologi adalah sekumpulan kepercayaan dan


penolakan yangdiungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai
yang di rancang untuk melayani dasar-dasar permanen yang bersifat
relatif bagi sekelompok orang.

(ideologi sebagai sistem kepercayaan) – Ideologi dipergunakan untuk


membenarkan kepercayaan yang didasarkan atas norma norma
moral dan sejumlah kecil pembuktian faktual Definisi ideologi – 2
Alvin Gouldner : Ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu
cara dalam wacana politis.

(ideologi sebagai proyeksi nasional) – Ideologi harus dipisahkan dari


kesadaran mistis dan religiu, sebab ideologi itu merupakan suatu
tindakan yang di dukung nilai nilai logis dan dibuktikan berdasarkan
kepentingan sosial.

(Ideologi sebagai relasi sosial) – Penggunaan istilah ideologi mengacu


kepada kompleks tidak adanya kesatuan praktik sosial dan sistem
perwakilan yang mengandung konsekuensi dan arti politis Corak
ideologi Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi dasar

51
pegangan kehidupan sosial politik yang diinkorporasikan dalam
dokumen resmi negara .suatu pandangan hidup yang merupakan
cara menafsirkan realitas serta mengutamakan nilai tertentu yang
memperngaruhi kehidupan sosial, politik dan budaya .Suatu model
atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagi ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi
pembangunan .Berbagai aliran pemikirann yang menonjolkan nilai
tertentu yang menjadi pedoman gerakan suatu kelompok Fungsi
ideologi Struktur kognitif keseluruhan pengetahuan yang dapat
menjadi landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia, serta
kejadian kejadian di lingkungan sekitar .Orientasi dasar dengan
membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia .Norma norma yang menjadi
pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak .Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan
identitasnya . Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan
.Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan
orientasi dan norma norma yang terkandung di dalamnya

52
DAFTAR PUSTAKA

Ronny Rahman Nitibaskara, Tegakkan Hukum Gunakan Hukum, PT. Kompas


Media Nusantara, Jakarta, 2000.

Simon Crittle, The Last Good Father, Jakarta : Voila Books.

Soedjono Dirjosisworo, Fungsi Perundang-undangan Pidana Dalam

Penanggulangan Korupsi Di Indonesia, Cv Sinar Baru, Bandung, 1984.

Surastini Fitriasih, Perlindungan Saksi Dan Korban Sebagai Sarana Menuju

Proses Peradilan (Pidana) Yang Jujur Dan Adil, Makalah, MAPPI FH UI,
Jakarta,2002.

WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,


Jakarta,2006.

Yesmil Anwar dan Adang, Pembaharuan Hukum Pidana Reformasi Hukum


Pidana, PT. Gramedia, Jakarta, 2008

https://www.slideshare.net/irvandberutu/makalah-pendidikan-pancasila-kajian-
nilai-nilai-pancasila

https://www.slideshare.net/Niadianaintansari/makalah-pendidikan-pancasila-

penerapan-nilai-pancasila-sebagai-pendidikan-karakter

http://nissabatubar.blogspot.com/2015/03/makalah-nilai-nilai-pancasila.html

53

Anda mungkin juga menyukai