Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mutawakkil Ibnu Arif

Nim : 1011420086
Kelas/sem :H/3
Mata Kuliah : Kriminologi/Viktimologi

Pengertian Kriminologi dan Viktimologi

Kriminologi
Kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan, yang lazimnya mencari sebab-
sebab hingga timbulnya kejahatan dan cara menghadapi kejahatan dan tindakan/perasaan yang
diperlukan.
Ilmu pengetahuan itu bertemu dalam fokus kejahatan pada kejahatan, dengan prinsip-
prinsip yang berbeda karena objek dan tujuannya.
Ilmu hukum pidana mempunyai objek pada aturan hukum tentang kejahatan dengan
pidana yang sebaik-baiknya guna mencapai keadilan hukum.

Sedangkan kriminologi mempunyai objek manusia penjahat dibelakang peraturan hukum


pidana dan tujuannya memperoleh pengertian tentang sebab kejahatan untuk memberikan pidana
atau tindakan yang tepat agar tidak melakukan lagi kejahatan. Geran Hukum Art dan rekan
berpendapat bahwa etimologis, kriminologi berasal dari kata ormen yang berarti kejahatan dan
logis yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan.

Viktimologi
Arif Grosita memberikan penjelasan mengenai Arti Viktimologi, menyebutkan bahwa
viktimologi adalah suatu pengetahuan ilmiah atau studi yang mempelajari viktimologi (criminal)
sebagai suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan social.
Viktimologi berasal dari kata lain victima yang berarti korban atau logis yang berarti
pengetahuan ilmiah atau studi.
J.E Sahetapy menjelaskan bahwa viktimologi merupakan istilah yang berasal dari bahasa
latin “victima” yang berarti korban dan “logis” yang berarti ilmu, merupakan suatu bidang ilmu
yang mengkaji permasalahan korban beserta aspeknya.
Teori Kriminologi dan Viktimologi
Teori Kriminologi
Di dalam kriminologi juga dikenal adanya beberapa teori yaitu:
1. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif biologi dan psikologis
2. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif sosiologis
3. Teori-teori yang menjelaskan dari perspektif lainnya.
Teori tertua tentang sebab-sebab kejahatan teori roti jahat seperti yang dikatakan oleh
R.stesilo (1985:20), mengemukakan bahwa “pendapat ini adalah yang tertua yang menyatakan,
bahwa orang-orang menjadi “jahat karena pengaruh-pengaruh roh jahat.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori tentang sebab-
musibah kejahatan semakin berkembang pada pola pikir masyarakat semakin meningkat tentang
hal tersebut, pengerah perkembangan pola pikir, adapun teori-teori kriminologi adalah sebagai
berikut:
a. Teori-teori yang mencari sebab kejahatan dari ciri-ciri aspek fisik (biologi kriminal)
Usaha-usaha mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis pelopori oleh ahli-ahli
frenologi seperti goti,spurzalmi yang mencari hubungan antara bentuk tengkorak kepala
dengan tingkah laku ajaran biologi kriminal.
b. Teori-teori kejahatan faktor psikologis dan psikalris (psikologi kriminal) psikologis
eliminal mencari sebab-sebab dari faktor psikis termasuk agak baru, seperti halnya para
penjahat di daratan anggapan bahwa penjahat merupakan orang-orang yang mempunyai
ciri-ciri psikis yang berbeda dengan orang-orang yang bukan penjahat, dan ciri-ciri psikis
tersebut terletak pada intelegansinya yang rendah.
Psikologi criminal adalah mempelajari psikologis dari para pelaku kejahatan yang sehat,
artinya sehat dalam pengertian psikologis, mengingat konsep tentang jiwa yang sehat
sulit dirumuskan dan kalaupun ada maka perumusannya sangat luas dan masih belum
adanya perundang-undangan yang mewajibkan para hakim untuk melakukan
pemeriksaan psikologis/psikis sehingga masih sepenuhnya diserahkan kepada psikologi.
c. Teori-teori kejahatan dari faktor 8150-kultural (sosiologi kriminal) obyek utama sosiologi
criminal adalah mempelajari hubungan antara masyarakat dengan anggotanya antara
kelompok baik karena hubungan tempat atau etnis dengan anggotanya antar kelompok
dengan kelompok , sepanjang hubungan itu dapat menimbulkan kejahatan.
Menurut secipto paterjo (2000:47), teori-teori kejahatan dari aspek sosiologi terdiri dari:
Terjadinya suatu kejahatan sangatlah berhubungan dengan kemiskinan, pendidikan,
pengangguran dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya utamanya pada negara berkembang,
dimana pelanggaran norma dilatar belakangi oleh hal-hal tersebut ( ninik widyawanti dan
yulius waskuta , 1987:62).
Pernyataan bahwa faktor-faktor ekonomi banyak mempengaruhi terjadinya sesuatu
kejahatan didukung oleh pemulihan clinard diliganda menyebutkan bahwa kejahatan
terhadap harta benda akan terlihat naik dengan sangat pada negara-negara berkembang,
kenaikan ini mengikuti pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, hal ini disebabkan adanya
“increasing demand for pretigo astelos for contifocus consumfion” (sahetapy dan mardjono
reskodiputro, 1989 : 94)
Disamping faktor ekonomi, faktor yang berperan dalam menyebabkan kejahatan adalah
faktor pendidikan yang dapat juga bermakna ketidak tahuan dari orang yang melakukan
kejahatan terhadap akhibat-akibat perbuatannya, hal ini diungkapkan oleh goddarat dengan
teorinya metal testor Hicory) berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan oleh
orang tua menurut hukum-hukum kebenaran dari mental/ menyebabkan orang-orang yang
bersangkutan tidak mampu menilai akibat tingkah lakunya dan tidak bisa menghargai
undang-undang sebagaimana mustinya (ninik widyanti dan yulius weskala,1987:54)
Faktor yang lebih dominan adalah faktor lingkungan, Bonger (R.susilo, 1955:28) dalam
“in leiding kot the criminologre” berusaha menjelaskan betapa pentingnya faktor lingkungan
sebagai penyebab kejahatan, sehingga dengan demikian hal tersebut diatas, bahwa faktor
ekonomi, faktor pendidikan dan faktor lingkungan merupakan faktor-faktor yang lebih
dominan khususnya kondisi kehidupan manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Teori Viktimologi
Teori terpaan gaya hidup
Hiderlekeng, hotfodson dan crafofode menjelaskan mengenai bagaimana antara satu
kelompok sehat dengan kelompok sosial lainnya memiliki perikatan dalam resiko untuk
menjadi korban kejahatan akibat perbedaan gaya hidup dari status sosial yang dimiliki.

Hubungan Kriminologi dan Viktimologi

Hubungan antara kriminologi dan viktimologi sudah tidak dapat dipergunakan lagi,
dikarenakan dari satu sisi kriminologi membahas secara luas mengenal pelaku dari suatu
kejahatan, sedangkan vitimologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang korban dari suatu
kejahatan.
Dalam buku urgensi perlindungsn korban kejahatan, karangan m. Arief mansur ditelaah
lebih dalam, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa viktimologi merupakan bagian yang
hilang dari kriminologi atau dengan kalimat lain, viktimologi akan membalas bagian-bagian
yang tidak tercapai dalam kajian kriminologi.
Bahan Viktimologi lahir karena minatnya desakan pastinya masalah korban dibahas
secara tersindir atau berpisah namun, akan tetapi mengenal pentingnya dibentuk viktimologi
secara terpisah dari ilmu kriminologi.
Ada beberapa pendapat,sebagai berikut: mereka yang berpendapat bahwa viktimologi
tidak terpisahkan dari kriminologi diantaranya adalan van honting H. Manshosm dan paul cornil.
Mereka mengartikan bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang menganalisis
tentang kejahatan dengan segala ospeknya, termasuk korban. Dengan demikian, melalui
pemilihannya kriminologi akan dapat menjelaskan peranan korban dalam kejahatan dan berbagai
persoalan yang mencakupnya.
Mereka yang menginginkan Viktimologi terpisah dari kriminologi, diantara adalah
mendelsohn, mengatakan bahwa viktimologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempunyai
teori dalam kriminologi, tetapi dalam membahas persoalan korban, viktimologi juga tidak dapat
hanya berfokus pada korban itu sendiri.
Namun khususnya menganl huubungan antara kriminologi dan hukum pidana dibedakan
bahwa keduanya merupakan pasangan atau dwi tunggal yang saling melengkapi karena orang
akan mengerti dengan baik tentang penggunaan hukum terhadap penjahat maupun pengertian
mengenal timbulnya kejahatan dan cara-cara pemberantasannya sehingga memudahkan
penentuan adanya kejahatan dan pelaku dan kejahatannya.

Anda mungkin juga menyukai