03 Sulsel-Review Pedoman RDTR Dan PZ
03 Sulsel-Review Pedoman RDTR Dan PZ
Muatan RDTR
Beberapa Catatan
Perda tentang RDTRK dan PZ dapat berdiri sendiri atau digabung (PP No. 15/2010), tetapi Permen
PU No. 20/PRT/M/2011 mengatur untuk digabung
NORMA
PERATURAN Muatan peraturan RDTR untuk setiap SWK (sub wilayah kota) harus seragam, terdiri dari
1
tujuan penataan SWK, rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, Sub-SWK yang
DAERAH diprioritaskan, dan ketentuan pemanfaatan ruang
RDTRK DAN
Jaringan prasarana harus menjadi satu kesatuan, tidak terpisah oleh batas SWK
PERATURAN
ZONASI
Satu wilayah administrasi kota memiliki hanya satu peraturan zonasi:
• Keseragaman aturan zonasi (zoning text/legal text)
• Peta zonasi (zoning map) dapat berdasarkan tiap SWK
RDTRK dan PZ harus sudah operasional (bukan lagi arahan) untuk rencana pembangunan
NORMA (lokasi, luas, aturan, dll), perizinan, insenitf/disinsentif, dan sanksi
PERATURAN
DAERAH Harus dilampiri peta RDTRK yang memadai (pola ruang, jaringan prasarana, sub-SWK
prioritas, dll), program pemanfaatan ruang, kelengkapan peraturan zonasi, dan lampiran lain
RDTRK DAN yang diperlukan (standar sarpras, standar minimum)
PERATURAN
ZONASI Zonasi pada RDTRK harus sesuai dengan zonasi pada Peraturan Zonasi
Tantangan Penyusunan RDTR
Bagaimana merumuskan
substansi RDTR untuk Bagaimana merumuskan Bagaimana merumuskan
menghadapi persoalan pola ruang/zona yang masih substansi PZ sebagai
perkembangan di lapangan sesuai dengan RTRW? perangkat operasional
yang tidak sesuai dengan Sejauh mana zona dalam pengendalian sekaligus
RTRW/Pola ruang? Apa yang RDTR bisa berbeda dengan ‘adaptif’ terhadap
harus diputuskan dalam kawasan dalam RTRW? persoalan di lapangan?
RDTR?
• • Plain, datar (jangka waktu 20 tahun tidak
Ketentuan ‘Bermain •
punya arti)
• Akomodatif terhadap fakta di lapangan.
dalam
Peraturan
Perundangan
Aman’ •
• Rencana hanya di area belum terbangun
• Tidak ada inovasi
•
Perkembangan
yang terjadi di
lapangan
[RTRW,
Rencana • • Rencana didasarkan pada gambaran masa
depan yang ingin di capai
•
Prediktif]
sebagai • Kuat dalam tujuan dan prinsip perencanaan
• Membuat ATURAN MAIN (Proses dan
RDTR dan •
Antisipatif
Gap antara
•
‘Memperpendek’ jangkauan masa rencana
Inovatif
RDTR Operasional
Rencana dan • Inovasi dalam pengaturan/ pengendalian
Fakta di lapangan
• Inovasi dalam mewujudakan tujuan dan
prinsip
dan PZ
•Membuat ATURAN Main (Proses dan
Administrasi Prosedur) yang mampu menjawab setiap Dapat
pelaksanaan Persoalan yang terjadi dan akan terjadi.
•Perangkat-perangkat dalam mewujudkan
diwujudkan
1 Definisi istilah
2 Prinsip: RDTRK harus lebih rinci dari RTRWK, penjabaran dari RTRWK
6 Proses survey PZ
7 Outline laporan
ISU dalam PEDOMAN RDTRK/PZ
• Inkonsistensi istilah SWK (Sub Wilayah Kota) dalam Permen PU No. 17/PRT/M/2009
menjadi BWP (Bagian Wilayah Perkotaan) dalam Permen PU No. 20/PRT/M/2011
• Permen PU No. 20/PRT/M/2011 TIDAK mengatur struktur ruang pada jenjang BWP
(hanya mengatur jaringan prasarana)
• Permen ATR 16/2018 Pengatur tentang Stuktur Ruang
• Program pemanfaatan ruang (ketentuan pemanfaatan ruang), terdiri dari:
perwujudan rencana pola ruang, perwujudan rencana jaringan prasarana,
perwujudan sub-BWP yang diprioritaskan, yang sebelumnya tidak mencantumkan
perwujudan struktur ruang
• Masa berlaku perda 20 tahun, atau sampai akhir tahun berlakunya perda RTRWK,
atau sampai dengan diubah/dicabut.
Isu dalam pedoman penyusunan RDTR/PZ
– Kebutuhan data dan output RDTR/PZ: Umumnya data/informasi tidak mencukupi (tidak
cukup detail/rinci) untuk keluaran yang dibutuhkan dalam RDTR dan PZ
– Struktur ruang RDTRK: tingkat PL dan pusat
– Jaringan prasarana : kelengkapan dan kedalaman, kewenangan
– Pola ruang RDTRK: zonasi, peta zonasi vs peta tata guna lahan
– Sub-BWP prioritas: seringkali Sub-BWP tidak sejalan dengan deliniasi batasan ‘kawasan’ yang
perlu diprioritaskan
– Ketentuan pemanfaatan ruang: tk kerincian program, jangka waktu
– Peraturan zonasi: proses pembahasan
Tidak semua kota dan kawasan perkotaan
mempunyai struktur internal dalam RTRWnya.
12
Standar Pelayanan (jiwa)
Pusat Pelayanan Jumlah WIlayah
penduduk
Pusat Pelayanan Kota 1.000.000 Kota
Subpusat Pelayanan Kota 480.000 BWP-
120.000 Kecamatan
30.000 Kelurahan
Pusat Lingkungan
2500 RW
250 RT
Page 14
Neighborhood concept
Neighborhood concept
RENCANA DETAIL TATA RUANG
Apabila rencana rinci yang akan disusun adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten, maka
RDTR disusun apabila :
a. RTRW kabupaten/kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat ketelitian petanya belum mencapai 1:5.000;
dan/atau
b. RTRW kabupaten/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya.
Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka peraturan zonasi tetap dapat dibuat, tanpa disertai dengan
penyusunan RDTR yang lengkap.
Bentuk alternatif rencana rinci dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dapat dilihat dari cakupan wilayah
perencanaannya.
Berikut akan ditunjukkan ilustrasi wilayah perencanaan RDTR sebagai salah satu acuan dalam memilih
alternatif bentuk rencana rinci dari dokumen jenis RDTR.
1
Lingkup wilayah RDTR berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan dalam Wilayah Kota
2
Lingkup wilayah RDTR berdasarkan Bagian dari Wilayah Kabupaten yang Memiliki Ciri Perkotaan
3
Lingkup wilayah RDTR berdasarkan Wilayah Fungsional seperti Bagian wilayah kota/subwilayah Kota
4
Lingkup wilayah RDTR berdasarkan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota yang Memiliki ciri Kawasan Perkotaan
5
Lingkup wilayah RDTR berdasarkan Bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota yang berupa Kawasan Perdesaan dan
Direncanakan Menjadi Kawasan Perkotaan
Jaringan prasarana:
kelengkapan dan kedalaman, kewenangan
Standar substansi dalam peta rencana pengembangan jaringan
Jaringan saat ini
Rencana jaringan baru
Rencana peningkatan kualitas, pemeliharaan dsb
Jenis, jumlah, sebaran/lokasi prasarana penunjang jaringan:
Listrik: Gardu induk, gardu transmisi, gardu distribusi sebelum masuk ke
rumah-rumah.
Air kotor: Manhole (pergantiaan pipa/ukuran pipa)
Bagaimana analisisnya?
Yang mana jaringan jalan baru?
Mana jalan yg ditingkatkan kapasitas/kualitasnya? dll
Pola ruang RDTRK:
1. Kawasan vs zona/sub zona?
2. Peta zonasi vs peta tata guna lahan: Apa yang membedakan Pola Ruang RDTR
dan Zoning Map di Peraturan Zonasi?
Overlay Zoning:
-Ketentuan Nasional (misalnya KSN)
-Ketentuan Provinsi (KSP)
-Ketentuan Sektor
Peraturan Zonasi:
Proses pembahasan
Peraturan zonasi dalam proses perumusannya selalu dikonfirmasikan ke masyarakat, sehingga masyarakat tahu
ketentuan yang berlaku di tempat tinggalnya.
Integrasi aturan/ketentuan nasional, provinsi dalam peraturan zonasi:
Integrasi di dalam peraturan zonasi dalam bentuk Teknik Peraturan Zonasi, dalam bentuk overlay
zoning/pertampalan (mengingat ada dasar hokum tersndiri terkait ketentuan nasional dan provinsi tersebut:
Misalnya: mengoverlaykan?menampalkan ketentuan KKOP Kementerian Perhubungan; Perda Provinsi Jawa Barat No
1/2008 tentang kawasan Bandung Utara sebagai TPZ di PZ Kota Bandung: mengoverlaykan perda cagar budaya,
Ripparda kota/kabupetan dalam PZ Kota/Kabupaten
Aturan Wajib dan aturan pilihan
Peraturan zonasi selalu mempunyai aturan dasar (disebut sebagai aturan wajib dalam permenpu 20/2011) dan
teknik pengaturan zonasi (Teknik Pengaturan Zonasi ini disebut sebagai aturan pilihan (dalam Permenpu 20/2011)
Membuat aturan dasar saja (aturan wajib) akan menyebbkan aturannya kaku tidak fleksibel.
Teknik pengaturan zonasi (aturan pilihan) tidak untuk diterpakn diseluruh kawasan akan fleksibel sekeli aturannya.
Rencana peningkatan kualitas, pemeliharaan dsb
Penerapan teknik pengaturan zonasi memungkinkan PZ lebih fleksibel, mempertimbangan
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH/KOTA, dan KARAKTERISTIK/KONDISI SETEMPAT
PERATURAN Zoning Text/ Aturan Dasar = aturan pada setiap jenis zona [definisi zona,
Statement kualitas lokal minimum zona, ketentuan pemanfaatan ruang,
ZONASI Intensitas, tata bangunan, prasarana minimal, khusus, standar]
Produk:
Pendekatan/Metode: - Perangkat Pendekatan/Metode:
- Ekonomi pengendalian. - Dampak.
- Sosial Produk: - Ketentuan - Kesesuaian/kompati-
- Fisik. - Perwujudan pola pemanfaatan bilitas guna lahan
- Sistem Internal & ruang (alokasi pola ruang. dan kegiatan
Eksternal ruang) - Dampak - dll
Pembangunan dll
3 REVISI PEDOMAN
PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
Pertimbangan:
1. Beberapa kendala implementasi Permen PU 20/2011 yang dirasakan oleh Pemerintah Daerah,
antara lain:
• Kesulitan menyusun RDTR/PZ di kawasan perkotaan yang berada di wilayah kabupaten (dari
skala 1:50.000 ke skala 1:5.000);
• Di beberapa daerah, nomenklatur zona/subzona kurang tepat diterapkan;
• Belum terdapat muatan yang lebih detail mengenai Teknik Pengaturan Zonasi.
2. Dalam rangka integrasi tata ruang dengan pertanahan, maka perlu dimuat/dipertimbangkan
aspek penguasaan tanah dalam Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.
3. Terbitnya Permen ATR/Ka.BPN 16/2018 membuat substansi Pedoman RDTR dan PZ juga perlu
ditinjau kembali agar sinergis.
4. Kebutuhan pusat dan daerah saat ini terkait penyusunan RDTR sebagai acuan perizinan. Hal
ini semakin didorong oleh PP 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
Perubahan Muatan RDTR
LAMA BARU
(PermenPU 20/PRT/M/2011) (Permen ATR/BPN 16/2018)