Anda di halaman 1dari 9

Makalah Sejarah Peradaban Islam

PENGANGKATAN USTMAN BIN AFFAN

SEBAGAI KHALIFAH III


Dosen pengampu : Dr.H.Herman M.Pd.I

Disusun Oleh :

Nurhalisa / 2021010108022

Ayu Rahmadani / 2021010108023

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN KENDARI)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kemudahan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Sejarah
Peradaban Islam Pada 'Proses Pengangkatan Ustman bin Affan Sebagai Khalifah III.'

Makalah ini di diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam program
studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari. Makalah ini disusun
untuk membantu mahasiswa dimasa sekarang agar lebih memahami dan mengetahui sejarah
peradaban islam khususnya pada proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah III
dimasa Rasulullah.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan banyak informasi, manfaat, pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas kepada
para pembaca bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kendari, 7 September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Pengumpulan Data

BAB II. PEMBAHASAN TEORI

A. Mengenal Ustman bin Affan


B. Proses Pengangkatan Ustman bin Affan
C. Peranan Khalifah Ustman Dalam Pengembangan Agama islam
D. Sebab Berakhirnya Kekhalifahan Ustman bin Affan

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW. dalam membangun peradaban islam didunia kemudian ditambah
dengan kegemilangan generasi para sahabat didalam memegang tongkat kepemimpinan
setelahnya merupakan sejarah yang perlu dicatat dengan tinta emas. Khulafaturrasyyidin
adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai luhur yang dibangun oleh nabi kita
Muhammad SAW. wafatnya nabi tidak serta merta menjadikan umat islam tidak serta merta
kehilangan marcusuar paradabannya, kita sebagai umat muslim sudah seharusnya mengetahui
sejarah Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya seperti Khalifah Ustman bin Affan.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat digantikan oleh
siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pemimpin kaum muslimin mesti segera
digantikan. Orang itulah yang dinamakan 'Khalifah' artinya kepemimpinan yang menggantikan
Nabi SAW menjadi kepala kaum muslimin (pemimpin komunitas islam) dalam memberikan
petunjuk jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum agama islam. Dialah yang
menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran. Maka pemerintah islam dilarang
secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sosok dan Kepribadian Ustman bin Affan ?
2. Bagaimana peroses pengangkatan Ustman bin Affan Sebagai Khalifah III ?
3. Bagaiamana Masa Kekhalifahan Ustman bin Affan ?
4. Bagaimana betul peranan Ustman bin Affan pada masa Kekhalifahan ?
5. Apa penyebab berakhirnya Kekhalifahan Ustman bin Affan ?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini kami susun bertujuan agar menjadi daya rangsang guna menggali dan mengkaji
makna kebijakan dari perjalanan Kekhalifahan Ustman bin Affan. Sehingga, siapapun bisa
mengambil hikmah dari kepemimpinan beliau untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. apalagi sejarah yang kita
selami ini adalah tapak perjalanan pribadi yang agung yang langsung berinteraksi dengan
Rasulullah SAW. Mereka adalah orang-orang pertama kali merasakan manisnya cucuran
hidayah yang kemudian berbuah perilaku yang baik dan elegan.
Tujuan lain dalam penyusunan makalah ini adalah untuk menganalisis tentang proses
pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah; menganalisis usaha khalifah Utsman bin Affan
dalam mengembangkan ajaran-ajaran agama Islam; serta menganalisis tindakan khalifah
Utsman bin Affan dalam penyebaran agama Islam

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
dibutuhkan, Kami menggunakan metode studi pustaka (library serch). Metode studi pustaka
atau literatur ini dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang bersumber dari
buku-buku kajian islam, referensi dari berbagai pihak, dan berbagai artikel dari internet yang
menurut kami dapat mendukung dan bersifat membangun dalam penyusunan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. Mengenal Ustman bin Affan


Ustman bin Affan (579 – 17 Juni 656 M/12 Dzulhijjah 35 H) yang lahir pada 574 Masehi dari
golongan Bani Umayyah. Beliau adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai
656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama seperti dua
pendahulunya, 'Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad. Pernikahannya
berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad membuatnya mendapat julukan Dzun
Nurrain (pemilik dua cahaya).

Terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera, 'Utsman dikenal sebagai pribadi yang lembut
dan murah hati. Sumbangsihnya yang paling menonjol dan sangat melekat padanya adalah
kedermawanan dalam memberikan harta. Saat Perang Tabuk meletus, 'Utsman turut serta
menyumbangkan ratusan unta dan kuda selain uang sejumlah ribuan dirham.

Sepeninggal 'Umar, 'Utsman menggantikannya sebagai khalifah pada saat usianya sudah
menginjak sekitar 64 atau 65 tahun, menjadikannya sebagai salah satu khalifah tertua saat
berkuasa. Berbeda dengan 'Umar yang memusatkan segala urusan negara dalam kendali kuat
khalifah, 'Utsman cenderung memberikan hak otonomi yang lebih longgar pada bawahannya.
Hal ini menjadikan perluasan wilayah kekhalifahan dapat dilangsungkan secara lebih mandiri,
sehingga dapat mencapai wilayah yang lebih jauh. Pada masanya, kekhalifahan sudah mencapai
Khorasan Raya (kawasan Asia Tengah) di batas timur. Di masanya, masyarakat Muslim dan non-
Muslim menjadi lebih makmur dalam masalah ekonomi dan menikmati kebebasan yang lebih
besar di bidang politik. Terlepas dari segala capaian dan sumbangsih yang telah dilakukan,
'Utsman dikritik keras atas beberapa kebijakannya, yang utama terkait keluarga besarnya yang
dipandang lebih dikedepankan untuk menempati berbagai kedudukan penting. Kelonggaran
yang diberikan 'Utsman juga menjadi jalan bagi pihak oposisi untuk melakukan demonstrasi
besar hingga berujung pada upaya pemberontakan dan pengepungan kediamannya pada tahun
656.

B. Proses Pengangkatan Ustman bin Affan Sebagai Khalifah III


Dalam sebuah riwayat yang valid, bahwa sebelum terbunuhnya Umar bin al-Khattab saat
melaksanakan salat Subuh, ia menunjuk enam orang untuk menentukan pengganti (khalifah)
berikutnya. Setelah tiga hari Umar bin Khattab Ra. wafat, maka tim 6 bertugas untuk menunjuk
pemimpin berikutnya. Al-Suyuthi menyebut mereka dengan ahlu syura (mereka yang
bermusyawarah) untuk memilih khalifah.

Perlu ditekankan di sini, bahwa para ulama fikih siyasah Islam seperti al-Mawardi, al-Ghazali,
Ibnu Taimiyah menyandarkan adanya pembentukan tim ini merupakan asal-usul dari konsep
ahlu al-Hall wa al-Aqd (tim penentu kebijakan dan bersifat mengikat). Sebagaimana arti kata
dari al-Hall adalah mencari solusi dari sebuah permasalahan dan al-‘Aqd yang berarti ikatan,
mengikat secara keputusan. Al-Suyuthi menceritakan dalam tarikh al-Khulafa’ bahwa
pengangkatan Utsman bin Affan terdiri dari 6 orang sahabat Nabi. Mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Talhah, Said, dan Zubair. Mereka telah ditunjuk oleh Umar bin
Khattab sebagai tim penentuan khalifah setelah dirinya wafat. Setelah Umar bi Khatab wafat,
tim formatur mengadakan wafat. Empat orang anggota mengundurkan diri menjadi calon
khalifah sehingga tinggal dua orang yaitu Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Proses
pemilihan menghadapi kesulitan, karena berdasarkan pendapat umum bahwa masyarakat
menginginkan Ustman bin Affan menjadi khalifah, sedangkan diantara calon pengganti Umar
bin Khatab terjadi perbedaan pendapat. Dimana Abdurrahman bin 'Auf cenderung mendukung
Ustman bin Affan sedangkan Sa'ad bin Abi Waqqas ke Ali bin Abi Thalib.

Dengan demikian, hasil kesepakatan dan persetujuan umat islam maka diangkatlah Ustman bin
Affan Sebagai Khalifah III pengganti Umar bin Khatab. Beliau diangkat diusia ke-70 tahun, dan
beliau menjadi khalifah selama 12 tahun. Pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah saat
itu berimbas pada penggantian beberapa pejabat daerah seperti Kufah dan berbagai daerah
Negara muslim lainnya. Penggantian kepala daerah, atau yang disebut amir merupakan
kebijakan Usman bin Affan yang cukup kontroversial. Pasalnya, beberapa pejabat daerah
diangkat dari sanak keluarganya.

C. Peranan Khalifah Ustman dalam Pengembangan Agama Islam


Pasca Nabi Muhammad wafat, misi dalam siar ajaran Agama Islam dilanjutkan oleh khalifah Abu
Bakar As Shidiq dan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam masanya untuk
menegakan pilar-pilar ajaran agama Islam, bahwa kedua khalifah tersebut telah berhasil dalam
mengembangkan ajaran agama Islam. Pasca kedua khalifah ini telah wafat, misi dalam siar
ajaran agama Islam telah dilanjutkan oleh khalifah ketiga, khalifah Utsman bin Affan. Pasca
terpilihnya Utsman bin Affan sebagai khalifah, bahwa beliau telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap perkembangan Agama Islam. Salah satu prestasinya dalam memajukan
perkembangan ajaran Agama Islam adalah, dalam sistem pembukuan Al-Qur’an (kodifikasi Al-
Qur’an) yang menjadikan sebuah mahakaryanya yang sangat fenomenal. Selain prestasinya
dalam hal sistem pembukuan Al-Qur’an, khalifah Utsman bin Affan juga telah menunjukan
prestasinya yang lain dalam safari dakwah Agama Islam.

Kepemimpinan Utsman bin Affan yang berjalan selama 12 tahun memiliki peran penting dalam
kemajuan umat Islam. Bidang pemerintahan pada masa Utsman dijalankan secara baik, hal
tersebut bisa dilihat dari kejayaan pemerintahan Islam. Masa Pemerintahan Utsman Bin Affan
memiliki peran dalam mengembangkan kekuasaan Islam. Politik ekspansi dilaksanakan Utsman
ke daerah-daerah seperti Azerbaijan (24 H/645 M), Ar-Ray (24 H/645 M), Alexandria (25 H/646
M), Tunisia (25 H/646 M), Tabaristan (30 H/651 M), dan Cyprus (27 H). Daerah tersebut menjadi
kekuasaan Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan memperlihatkan kejayaan Islam.
D. Berakhirnya Masa Kekhalifahan Ustman bin Affan
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun
pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan
masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik,
seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara.Tuduhan pemborosan uang
Negara karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan
kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-
pejabat yang merupakan kerabatnya.Padahal tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak
semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri,
jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum
dan memecatnya.

Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa
Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan
yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah
yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman
terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan
rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk
mencegah kekacauan yang lebih lanjut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam Pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwakan. Untuk itu dibutuhkan seorang Khalifah (pemimpin) yang dapat menunjukkan jalan
yang benar. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat
digantikan oleh siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pemimpin kaum
muslimin mesti segera digantikan. Orang itulah yang dinamakan 'Khalifah' artinya
kepemimpinan yang menggantikan Nabi SAW menjadi kepala kaum muslimin (pemimpin
komunitas islam) dalam memberikan petunjuk jalan yang benar dan melestarikan hukum-
hukum agama islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran.
Maka pemerintah islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman
bin Affan dan Ali bin Abi Tholib.
Ustman bin Affan menjadi khalifah ketiga(23 H/644M-35 H/656M) dipilih oleh sekelompok
oarang yang terdiri dari 6 orang yang ditentukan Umar sebelum wafat. Pasca wafatnya Umar,
keenam orang tersebut berkumpul untuk bermusyawarah. Atas inisiatif Abdurrahman bin Auf,
terjadilah permusyawarahan yang akhirnya sepakat memilih Ustman bin Affan sebagai
pengganti Umar bin Khatab dengan pertimbangan lebih tua dan lebih lunak sifatnya.

Ciri yang menonjol dari sitem pemerintahan pada masalah Khalifahan terletak pada mekanisme
musyawarah bukan dari turun temurun. Tidak ada satupun dari 4 khalifah yang menurunkan
kekuasaannya pada sanak kerabatnya. Musyawarah menjadi cara yang ditempuh dalam
menjalankan kekuasaan sesuai apa yang diajarkan Rasulullah SAW.

B. Saran
Penulis berharap, seharusnya kita sebagai seorang muslim mengetahui sejarah Nabi SAW dan
para sahabatnya seperti Ustman bin Affan. Ironisnya umat islam pada masa sekarang lebih
banyak mengenal figur-figur yang tidak pantas untuk dicontoh. Kita sudah seharusnya lebih
banyak mengenal sejarah dan kepribadian akan kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat-sahabatnya. Semoga kita semua dapat mengikuti kepribadian Rasulullah SAW yang
sesuai dengan tuntunan Al-quran dan hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ibrahim. Tarik al-islam : Sejarah Kebudayaan Islam I. terj. H.A.Baharuddin. jakarta :
Kalam Mulia 2001.

Raja Hasan, Muhammad. Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Terj. Nurhasan Humaedi, dkk.
Jakarta : Zaman, 2001

WWW.Goggle searching. Com

Anda mungkin juga menyukai