Anda di halaman 1dari 7

No. 020, Januari 2021 Penyunting : Tonny K.

Moekasan, Laksminiwati
Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi
(Tanggal diunggah 26 Januari 2021)
Redaksi Pelaksana : Fauzi Haidar

ELIMINASI PENYAKIT SISTEMIK VIRUS PADA TANAMAN KENTANG


(Solanum tuberosum L)

Asih K.Karjadi
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl. Tangkuban perahu No. 517 Lembang Kab. Bandung Barat
Email . asihkk@yahoo.com

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sayuran umbi yang kaya akan vitamin C
dan kalium . Komoditi ini mendapat prioritas untuk pengembangan di Indonesia karena
kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat non beras dan berpotensi dalam
diversifikasi pangan.
Pada tanaman kentang yang diperbanyak secara vegetatif , penyakit sistemik virus
merupakan penyakit penting yang perlu dipecahkan (Walkey.et.al 1987). Penyakit virus yang
sudah menginfeksi akan terus berkembang secara turun temurun. Salah satu cara untuk
mengeliminasi penyakit tersebut ialah dengan penanaman jaringan meristematik secara in
vitro atau kultur jaringan. Teknik kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik penumbuhan
bagian tanaman berupa potongan jaringan tanaman atau organ tanaman yang dipisahkan dari
lingkungan alami dalam suatu media buatan secara aseptik dan terkontrol. Prinsip dasar
dalam kultur jaringan adalah teori sel yang dikembangkan oleh Scheiden dan Schwann (1839
– 1939). Sel merupkan bagian terkecil yang dapat melakukan aktivitas reproduksi dan
tumbuh (Bidwell 1979, Wattimena et al. 2011)
Teknik perbanyakan in vitro/kultur jaringan memberikan alternatif dalam eliminasi
virus dengan melalui kultur meristem, direkomendasikan untuk dikombinasi dengan

1
perlakuan chemoteraphy dan heatheraphy (pemanasan) . Menurut Kusumaningrum (2007)
eksplan berupa jaringan meristem sering dipergunakan, karena memiliki kestabilan genetik
tinggi. Media tumbuh yang digunakan pada teknik kultur jaringan terdiri dari unsur makro,
mikro, asam amino, vitamin dan senyawa organik lainya seperti sumber karbohidrat, zat
pengatur tumbuh (Gamborg et al . 1976; Seif 2011).
Di Indonesia ada tiga penyakit sistemik virus yang menyerang tanaman kentang
yaitu PVY (Potato Virus Y) yang menyebabkan nekrosis pada daun tanaman . PLRV (Potato
Leaf Roll Virus) yang menyebabkan daun menggulung, klorosis, nekrosis floem, stunting
pada tanaman dan PVX (Potato Virus X) yang menimbulkan gejala klorosis dan mosaik.
Di lapangan umumnya serangan virus pada tanaman terjadi kombinasi dari ketiga virus ini.
Metode pengujian penyakit sistemik virus atau deteksi yang sensitif, akurat dan
aplikatif adalah metode serologi DAS ELISA. Kelebihan dari metode ini antara lain ialah
dapat mendeteksi virus meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah, hanya
membutuhkan sedikit antibodi serta , pengujian dapat dilakukan pada sap kasar tanaman.
Pengujian dengan DAS ELISA dapat dilakukan secara massal, serta dapat dilakukan pengujian
secara kuantitatif dengan menggunakan Elisa Reader ( Dijkstra & Jagerep. 1998).

TEKNIK KULTUR MERISTEM

Kultur meristem adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan eksplan


berupa jaringan-jaringan meristematik (Gunawan 1987, Bitter et al. 1989; Faccioli &
Colalongo.2002). Jaringan meristematik yang digunakan dapat berupa meristem pucuk
terminal atau meristem tunas aksilar. Pada tanaman kentang dapat diambil dari jaringan
meristem tunas ujung, tunas ketiak maupun tunas umbi. Dalam kultur meristem ini
perkembangan dari jaringan diarahkan untuk mendapatkan tanaman berkadar virus rendah
atau bebas virus. Metode kultur meristem ini dikembangkan untuk membebaskan atau
membersihkan tanaman dari satu atau lebih jenis virus yang pelaksanaannya dikombinasikan
dengan pemanasan , dan perlakuan kemoterapi.
Meristem adalah bagian ujung tanaman yang masih aktif melakukan pembelahan sel,
berukuran diameter 0,1 mm dan panjangnya kurang lebih 0,25 mm. Agar meristem dapat
tumbuh dengan baik pada umumnya meristem diambil dengan satu atau dua daun primordial
( Mori et al. 1969 ; Gopal & Garg. 2011). Teknik kultur meristem pada tanaman kentang
pertama kali dilaksanakan oleh Norris pada tahun 1954, dengan menggunakan media White
ditambah suplemen sukrose, vitamin, zat pengatur tumbuh 2,4 D dan NAA. Selanjutnya
2
Mellor dan Smith (1967) mengemukakan bahwa faktor yang menambah ketahanan hidup dan
perakaran adalah komposisi media , pH media, varietas, sub kultur menjelang pertumbuhan .
Menurut Quak (1972) dan Zaitlin et al . (2000), keberhasilan kultur meristem ini tergantung
pada kebutuhan unsur hara yang bervariasi dari spesies ke spesies bahkan kadang-kadang dari
varietas ke varietas. Selain itu dalam menumbuhkan jaringan meristem, keadaan fisiologis
eksplan mempengaruhi terjadinya morfogenesis atau tidak. Ketidak berhasilan eksplan
mengadakan pembelahan dan berdeferensiasi disebabkan oleh sel-sel dari eksplant tersebut
tidak bersifat totipoten.
Kegagalan jaringan untuk tumbuh dan berkembang dapat diakibatkan oleh kurang
cermatnya dalam pengambilan eksplan atau terlalu kecilnya ukuran dari eksplan tersebut.
Menurut Goodwin (1980) serta Naik dan Chandra (1993) rata-rata panjang kubah meristem
apikal sampai dasar 0,25 – 1,10 mm. Eksplan yang berukuran lebih kecil dari 0,25 mm akan
sulit berkembang ketika dikulturkan. Selain ukuran dari meristem, ketepatan dalam jumlah
senyawa zat pengatur tumbuh yang digunakan juga sangat berpengaruh dalam perkembangan
jaringan meristem.
Telah disebutkan di atas bahwa ukuran meristem sangat penting, karena ukuran
meristem akan menentukan kemampuannya untuk bertahan dalam media hara. Jika meristem
diisolasi bersama dengan daun primordia, daya tumbuhnya akan lebih besar. Untuk
perbanyakan tanaman umumnya dianjurkan mengambil jaringan meristem bersama beberapa
daun primordia. Tetapi sebaliknya jika tujuannya untuk menghilangkan penyakit sistemik
seperti virus, jaringan meristem harus bebas dari daun primordia dan ukurannya tidak boleh
melampaui 0,5 mm.
Cara mengisolasi atau pengambilan jaringan meristem adalah sebagai berikut, bagian
tanaman yang akan diambil meristemnya diambil sepanjang 2 cm untuk tunas ujung dan 1 cm
untuk tunas ketiak. Tunas-tunas tersebut dibilas dengan alkohol 70 % , kemudian direndam
dalam larutan sodium hypochlorite (Clorox) 25% selama 10 – 15 menit.Selanjutnya dibilas
beberapa kali dengan aquadest steril (minimal 3 – 4 kali) dan ditiriskan pada petridish steril
yang dilapisi kertas saring. Pengambilan jaringan meristem dilakukan di lingkungan steril
(Laminer airflow cabinet) di bawah binokuler dengan pembesaran 25 – 40 kali. (Badoni &
Chaukam.2010). Primordia daun yang menutupi jaringan meristem dibuang dengan
menggunakan jarum atau piset. Kemudian bagian ujung jaringan dipotong 0,2 – 0,5 mm
dengan menggunakan jarum/pisau scalpel dan ditanam/diinokulasikan di media tumbuh.

3
KEGIATAN ELIMINASI PENYAKIT VIRUS DI BALAI PENELITIAN TANAMAN
SAYURAN.
Keberhasilan dalam menggunakan metode kultur jaringan sangat bergantung pada
komposisi media yang digunakan. Media tumbuh ini terdiri dari unsur makro, mikro, sumber
karbohidrat yang umumnya gula atau sukrose. Hasil yang lebih baik akan diperoleh apabila
ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin, asam amino dan zat pengatur tumbuh. Cara
perbanyakan kultur jaringan ini dapat meningkatkan produksi benih baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Dalam kultur jaringan yang bertujuan untuk mengeliminasi virus digunakan
eksplan/bahan tanaman berupa jaringan meristem pucuk atau tunas samping (aksiler),
tunas umbi. Perkembangan jaringan meristem tersebut diarahkan untuk mendapatkan
tanaman sempurna dan bila mungkin sekaligus memperbanyaknya teknik ini disebut
kultur meristem.
Pada penumbuhan jaringan meristem , keadaan fisiologis eksplan mempengaruhi
terjadi atau tidaknya proliferasi. Ketidak berhasilan eksplan mengadakan pembelahan
dan berdifferensiasi disebabkan oleh sel-sel dari eksplan tersebut tidak bersifat totipoten
Kegagalan jaringan meristem untuk tumbuh dan berkembang dapat diakibatkan
oleh kurang cermatnya dalam pengambilan eksplan. Selain ukuran dari jaringan
meristem, ketepatan dalam jumlah senyawa zat pengatur tumbuh yang digunakan juga
sangat penting dan berpengaruh.
Ukuran jaringan meristem sangat penting, karena akan menentukan kemapuan
untuk berkembang dan beregenerasi. Jika jaringan meristem disiolasi bersama-sama dengan
primordia daun maka daya hidupnya akan lebih besar. Untuk perbanyakan umumya
dianjurkan untuk mengambil jaringan meristem bersama daun primordia. Tetapi sebaliknya
jika tujuannya untuk menghilangkan penyakit sistemik terutama virus jaringan meristem
harus bebas dari daun primordial daun dan ukurannya tidak boleh melampaui 0.5 mm.
Cara pengambilan jaringan meristem adalah sebagai berikut bagian tanaman
yang akan diambil jaringan meristemnya disterilisasi dengan larutan khlorox (Sodium
hypoklorit) 25%. Pengambilan jaringan meristem dilakukan dilingkungan steril (Laminer
airflow cabinet) menggunakan binokuler dengan pembesaran 25 – 40 kali.
Daun primordia yang menutupi jaringan meristem dibuang dengan menggunakan
jarum atau pinset. Kemudian jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 0.25 – 0.4 mm
dengan menggunakan jarum/pisau scalpel dan ditanam/diinokulasi di tabung reaksi yang
4
berisi media tumbuh. Sebagai media tumbuh meristem dipergunakan media dengan
komposisi MS (Murashige dan Skoog, 1962) ditambah suplement 0 – 0,25 mg/l BAP; 0
– 0,25 mg/l GA3; 0 – 2 mg/l CaP; 3 % Sukrose; 100 mg/l Myo inositol; 0,5 – 0,65 % agar,
pH 5,6 – 5,7.
Kultur kemudian ditempatkan di ruang inkubasi atau inkubator dengan suhu
20 – 22 o C, dengan photoperiode 16 jam terang 8 jam gelap. Sub kultur dilakukan setelah
jaringan meristem tumbuh/berkembang menjadi plantlet atau tergantung dari keadaan
eksplan dan media tumbuh. Pada umumnya jaringan meristem akan tumbuh menjadi
plantlet setelah 3 – 6 bulan setelah tanam.
Bagan . Eliminasi penyakit sistemik virus (PLRV, PVY dan PVX) pada tanaman kentang

Umbi kentang yang sudah bertunas

Seleksi umbi yang terinfeksi


virus PLRV,PVX dan PVY
DAS ELISA

Kultur meristem
Jaringan meristematik 0.4-0.5 mm,
dikultur secara aseptik pada media
MS + suplement

Plantlet / tanaman in vitro

Perbanyakan in vitro

Plantlet

Uji virus dgn DAS

Plantlet bebas virus Plantlet terinfeksi virus

Stok tanaman Dimusnahkan


in vitro

Perbanyakan tanaman
5
induk in vitro
Gambar . Eliminasi Penyakit sistemik virus

Umbi kentang bahan explant


Tanaman kentang terinfeksi virus

Pengambilan jaringan
meristematik

Pertumbuhan Jaringan meristem kentang

Plantlet kentang / tanaman in vitro hasil dari kultur meristem

6
DAFTAR PUSTAKA

Badoni A and Chaukam J.S. 2010. In vitro sterilization protocol for micropropagation of Solanum
tuberosum , cv. Kufri Himali.Acad. Arena 2 (4) p. 24 – 27 .
Bidwell, R.G.S . 1979. Plant physiology 2 nd (ed) . Mac Millan . Publish. Inc. N.Y.
Bittner H, Schenk G, Schuster G and Kluge S 1989. Elimination by chemotheraphy of potato virus
from potato plants grown in vitro . Potato Res. 32 ; 175 – 179.
Dijkstra J and Jagerep Ja. 1998. Practical virology ; protocol and excercuses . Springer Lab. Manual .
New York.
Faciola G and Colalongo M.C. 2002. Eradication of potato virus Y and leaf roll virus by
chemotheraphy of infection potato stem cuttings. Phytopathol. Mediter 41 ; 76 – 78.
Gamborg O L. et al. 1976. Nutrient requirement of suspension culture of soybean root. Cell
Expt Res. 50 ; 151 – 158
Goodwin P B, Kim Y C and Adisarwanto T . 1980. Propagation of potatoes by shoot tip culture I .
Shoot multiplication . Pot Res. 23 ; 9 – 18.
Gopal J and Garg I D. 2011. An efficient protocol for elimination of potato (Solanum tuberosum L)
virus by meristem tip culture. Ind . Agr. Sci. 544 – 549
Gunawan L W 1987. Teknik kultur jaringan tumbuhan . PAU. IBP Bogor . 252 pp.
Kusumaningrum I.S. 2007. Evaluasi pertumbuhan in vitro dan produksi umbi mikro beberapa klon
kentang (Solanum tuberosum L) . Hasil persilangan kultivar Atlantik dan Granola (Skripsi )
Program Hortikultura Fak. Pert. IPB.
Mellor F.C and Smith S.R. 1977. Eradication virus x thermotheraphy. Phytopathology. 57 ; 674 –
679.
Mori K et al, 1969. Production of virus free plant by means of meristem culture. J. Cent. Agr. Exp.
Sta 13 ; 45 – 110.
Murashige T and Skoog F . 1962. A revised medium for rapid growth and bioassays with tobacco
tissue culture . Physiol Plant 15 ; 473 – 497.
Naik P.S and Chandra R . 1993. Use of tissue culture technique in crop improvement with special
reference to potato. CPRI . Shinka . 10pp.
Quak F . 1977. Meristem culture ad virus free plants : In Applied and fundamental aspects of plant
cell, tissue and organ culture (eds) J. Reinert and Y.P.S Bajaj . pp 598 – 615. Springer- Verlag,
Berlin Germany.
Seif El Nasr, Gadel Hak, Kasein, Yasser JA, Moustafa NM and Asma S Ezaat. 2011. Growth and
cytogenetical properties of micropropagation and successfully acclimatizatiized garlic ( Allium
sativum L) clones with s modified shoot tip culture protocol . J. Hort. SCi and Ornament 3
(2); 115 – 129.
Walkey D.G.A, Webb MJ W . Bold C J, Miller A . 1987. Production of virus free garlic (Allium
sativum L) and Shallot (Allium ascolonicum L) by meristem tip culture . J. Hort Sci. 62 ; 211
– 219.
Wattimena G A, Nurhajati , Armini N M, Purwito A, Efendi D, Purwanto B S dan Khumaida N. 2011.
Biotechnology dalam pemuliaan tanaman . IPB Press Bogor.
Zaitlin M and Palu Kautis . 2000. Advances in understanding plant viruses and virus diseases. Ann.
Rev. Phytophatol. 38 ; 117 – 143.

Anda mungkin juga menyukai