KLHS-Landscape Environmental Safeguard 14 Okt 2021
KLHS-Landscape Environmental Safeguard 14 Okt 2021
• Keselamatan, Mutu
Hidup dan
PASAR EKSPOR
Kesejahteraan
Masyarakat
LANDSCAPE: Sistem Socio-Ekologi (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan,
dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman yang dipengaruhi oleh proses and
aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area. HUTAN bagian Tidak terpisahakan dari Suatau Landscape
Sistem Socio-Ekologi dalam Suatu Landscape
3 Keselamatan, Mutu Hidup dan Kesejahteraan EKOSISTEM (Ecological System)
Masyarakat Jasa KONDISI EKOSISTEM:
KONDISI KUALITAS
HIDUP MANUSIA Lingkungan STRUKTUR DAN FUNGSI
(the Standard of Living) Hidup ALIRAN ENERGI
(Energy Flow)
PERUBAHAN-PERUBAHAN ALAMI
INTERAKSI SOSIAL (People-to-people Pressures)
(Naturally-caused environmental changes)
KOOPERASI KOLABORASI, KOMPETISI,
KONFLIK
Iklim, tanah (edafis), topografi, geologi, physiografi
Sumber: Primiantoro (2000):Konsep tersebut dimodifikasi dari konsep yang terdapat dalam buku “Strategies for National Sustainable
Development” (Carew-Reid et all 1994) dan Buku Holistik Managemet (Savory, 1998), A Major Paper for MES at York University, Toronto
1999 2018 2021
Perbaikan 2010 2012 2016 PP OSS
PP Baru
PP Nomor
(PP Nomor 27 revitalisasi 27 tahun 24/2018
PP
tahun 1999) 2012 Izin
46/2016
1993 Lingkungan
(KLHS & KLHS
Pengembangan RDTR)
(PP Nomor 51 tahun 1993
1986
tonggak awal
(PP Nomor 29
2020
tahun 1986) UU PPLH 32/2009
& UU CK 11/20
2009
UU 32/2009
1997
UU 23/1997
1982
UU 4/1982 4
PEMANFAATAN PEMELIHARAAN PENEGAKAN HUKUM
6 P di UU Atur dan Awasi
(ADA)
32/2009
PPLH D3TLH & • Konservasi SDA
Atur Diri Sendiri
• Pencadangan (ADS)
PERENCANAAN RPPLH PENGENDALIAN • Pelestarian fungsi PENGAWASAN
Atmosfir Financial
a. INVENTARISASI LH; Approach
b. PENETAPAN WILAYAH EKOREGION
PEMULIHAN
c. PENYUSUNAN RPPLH
PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
KPHL
,
• KLHS tata ruang, baku KPHP KPHK
mutu LH, baku kerusakan
LH, AMDAL, UKL-UPL,
PASAR EKSPOR
Persetujuan LH
• Instrumen Ekonomi LH
• Analisis resiko LH, audit LH,
anggaran berbasis LH,
regulasi, dll.
2 1 9
Landscape Sustainability Usaha dan/atau Kegiatan
3 (Proyek)
1
4 5
9 7
Project Sustainability 8
6
Environmental Indicators:
Environmental Indicators: Daya Dukung • Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML) Indeks Pencemaran LH
dan Daya Tampung Lingkungan Hidup • Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL) i.e. Tanah, Mangrove, Lamun,
(D3TLH) Terumbu karang;
Environmental and Social Safeguard Framework
Landscape
Sustainability
RTR Pulau/Kepulauan;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota;
Nasional; Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
Rencana Tata Ruang Laut Nasional;
Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil beserta Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Kabupaten/Kota;
rencana rincinya;
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Untuk Pulau- Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
Pulau Kecil Terluar; merupakan bagian wilayah kabupaten;
Sumber: Pasal 2- Pasal 3 PP 46/2016 dan Pasal 4 Peraturan Menteri LHK P. 69/2017
KLHS dalam UU PPLH No. 32/2009, PP 46/2016 dan UU CK 11/2011
UU NO. 32 TAHUN 2009 tentang PPLH UU NO. 26/2007 JO UU NO. 11/2020
• UU No. 11 Tahun 2020 tidak mengubah, menghapus
dan membuat pengaturan baru terkait dengan Pasal 17 UU CK No 11/2020: Beberapa ketentuan
ketentuan terkait KLHS yang tercantum di dalam dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7
ketentuan Pasal 15 s/d Pasal 19 UU No. 32 Tahun 2009; tentang Penataan diubah sebagai berikut:
• Pasal 15 UU No. 32/2009 pada dasarnya menyebutkan • Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (5) pada
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib dasarnya menyebutkan bahwa perencanaan tata ruang
melaksanakan KLHS dalam penyusunan atau evaluasi dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata
RTRW BESERTA RENCANA RINCI, RPJP, RPJM dan KRP ruang dan rencana rinci tata ruang.
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko • Salah satu rencana rinci tata ruang adalah Rencana
lingkungan hidup; Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.
• Pasal 19 UU No. 32/2009: setiap perencanaan tata • Pasal 14A ayat (1) huruf a juga menegaskan bahwa
ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya
PP NO. 46 TAHUN 2016 TATA CARA PENYELENGGARAN KLHS tampung lingkungan hidup dan kajian lingkungan
Pasal 2 (ayat (2) PP 46/2016: KLHS wajib dilaksanakan ke hidup strategis (KLHS).
dalam penyusunan atau evaluasi: • Pasal 14A ayat (2) UU 11 Tahun 2021 menyebutkan
• RTRW BESERTA RENCANA RINCINYA, RPJP, RPJM dan; bahwa Penyusunan KLHS sebagaimana dimaksud
• KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau apada ayat (1) huruf a dilakukan dalam penyusunan
risiko lingkungan hidup rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang Berdasarkan PP No. 21 Tahun 2021
Penyusunan rencana umum tata Penyusunan rencana rinci tata
ruang meliputi: ruang meliputi:
a. penyusunan Rencana Tata a. penyusunan RTR pulau/
Ruang Wilayah Nasional; kepulauan;
b. penyusunan rencana tata b. penyusunan RTR KSN;
ruang wilayah provinsi; c. penyusunan RZ KAW;
c. penyusunan rencana tata d. penyusunan RZ KSNT;
ruang wilayah kabupaten;
dan e. penyusunan RDTR KPN; dan
d. penyusunan rencana tata f. penyusunan RDTR
ruang wilayah kota. kabupaten/ kota.
Sumber: Pasal 24 ayat (1) PP No 21/2021
Sumber: Pasal 9 ayat (1) PP No 21/2021
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021
Proses Penyusunan
Proses Penyusunan Proses Penyusunan Proses Penyusunan
RTRW Kabupaten
RTRWN RTRW Provinsi RTRW Kota
a. Persiapan
a. Persiapan a. Persiapan a. Persiapan
Penyusunan;
Penyusunan; Penyusunan; Penyusunan;
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data b. Pengumpulan data b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data dan
c. Pengolahan data dan c. Pengolahan data dan c. Pengolahan data dan
analisis → D3TLH
analisis → D3TLH analisis → D3TLH analisis → D3TLH
terintegrasi dalam
terintegrasi dalam terintegrasi dalam terintegrasi dalam
KLHS;
KLHS; KLHS; KLHS;
d. Perumusan Konsepsi
d. Perumusan Konsepsi d. Perumusan Konsepsi d. Perumusan Konsepsi
RTRW Kabupaten;
RTRWN; RTRWP; RTRW Kota;
e. Penyusunan
e. Penyusunan e. Penyusunan e. Penyusunan
Rancangan Peraturan
Rancangan PP tentang Rancangan Peraturan Rancangan Peraturan
tentang RTRW
RTRWN tentang RTRWP tentang RTRW Kota
Kabupaten
Sumber: Pasal 12 ayat (2) Sumber: Pasal 16 ayat (2) Sumber: Pasal 23 ayat (2)
Sumber: Pasal 19 ayat (2)
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021 - Bagian Pertama
Proses Penyusunan RTR
Proses Penyusunan RTR Proses Penyusunan RZ Proses Penyusunan RZ
Pulau/Kepulauan
KSN KAW; KSNT
a. Persiapan
a. Persiapan a. Pengumpulan & a. Pengumpulan &
Penyusunan;
Penyusunan; Pengolahan data Pengolahan data
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data b. Penyusunan Dokumen b. Penyusunan Dokumen
c. Pengolahan data dan
c. Pengolahan data dan Awal RZ KAW; Awal RZ KSNT;
analisis → D3TLH
analisis → D3TLH c. Konsultasi Publik c. Konsultasi Publik
terintegrasi dalam
terintegrasi dalam Pertama; Pertama;
KLHS;
KLHS; d. Penyusunan Dokumen d. Penyusunan Dokumen
d. Perumusan Konsepsi
d. Perumusan Konsepsi Antara RZ KAW; Antara RZ KSNT
RTR Pulau/Kepulauan
RTR KSN e. Konsultasi Publik e. Konsultasi Publik
e. Penyusunan
e. Penyusunan kedua; kedua;
Rancangan Perpres
Rancangan Perpres f. Penyusunan Dokumen f. Penyusunan Dokumen
tentang RTR
tentang RTR KSN final RZ KAW final RZ KSNT
Pulau/Kepulauan
Sumber: Pasal 36 ayat (2) Sumber: Pasal 39 Sumber: Pasal 45
Sumber: Pasal 27 ayat (2)
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021 - Bagian Kedua
Proses Penyusunan RDTR
Proses Penyusunan RDTR Kawasan
Kabupaten/Kota
Perbatasan Negara (KPN)
a. Persiapan Penyusunan;
a. Persiapan Penyusunan;
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data dan analisis →
c. Pengolahan data dan analisis →
D3TLH;
D3TLH;
d. Perumusan Konsepsi RDTR
d. Perumusan Konsepsi RDTR KPN
Kabupaten/Kota
e. Penyusunan Rancangan Perpres
e. Penyusunan Rancangan Peraturan
tentang RDTR KPN
tentang RDTR Kabupaten/Kota
Sumber: Pasal 52 ayat (2)
Sumber: Pasal 57 ayat (2)
Kesimpulan Ketentuan KLHS dalam Penyusunan RDTR
• Berdasarkan analisis Yuridis yang dilakukan oleh Dit. PDLKWS KLHK:
• ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf a UU No. 32/2009, Pasal 17 UU CK No 11/2020 terkait denggan
perubahan Pasal 14 dan Pasal 14A ayat (1) huruf a, Pasal 2 ayat (2) huruf a PP No. 46 Tahun 2016, KLHS
wajib dibuat dan dilaksanakan dalam penyusunan RDTR, walaupun ketentuan di Pasal 52 ayat (2) dan
Pasal 57 ayat (2) PP No. 21/2021 yang merupakan peraturan pelaksanaan UU No. 11/2020 tidak
menyebutkan ketentuan KLHS terkait dengan Penyusunan RDTR;
• Berdasarkan tata urutan PUU, UU No. 32 Tahun 2009 dan UU No. 11/2020 memiliki kedudukan lebih
tinggi dari pada PP No. 21/2021;
• Berdasarkan hasil Rapat virtual Koodinasi Kemenko Perekonomian pada tanggal 22 Maret 2021 yang
diselenggarakan secara virtual ditegaskan bahwa Kemenko, Kemensekneg dan kemenseskab serta
Kemenkumham akan menentukan/memutuskan terkait dengan aspek yuridis/legal ketentuan persyaratan
KLHS dalam penyusunan RDTR:
• Berdasarkan Rapat virtual Kemenko Ekon tanggal 29 Maret 2021: KLHS tetap dilakukan dalam Penyusunan
RDTR. Perlu dirumusakan mekanisme teknis/operasional integrasi proses KLHS ke dalam Proses RDTR;
• Rapat Kemenko Ekon tanggal 31 Maret 2021 di Hotel Pullman: Membahas mekanisme teknis/operasional
integrasi proses KLHS ke dalam Proses RDTR
Strategi Percepatan: Integrasi Penyelenggaraan KLHS dan Proses RDTR
a. Penjaminan Kualitas KLHS
Tahapan Penyelengggaraan KLHS b. Pendokumentasian KLHS;
c. Validasi KLHS
Penyusunan
Identifikasi Isu-Isu Identifikasi Kajian Pengaruh Perumusan
Persiapan Strategis PB RDTR thd LH Alternatif
Rekomendasi
Muatan RDTR + PZ Perbaikan
Penyusunan &
Pengumpulan Data & Pengolahan & Perumusan Konsep Pembahasan
Persiapan Analisis Data RDTR & Muatan PZ Ranperda RDTR &
Informasi
Muatan PZ
a. NA;;
a. Tim Penyusun; Untuk Konsep RDTR; b. Penyusunan
a. Data Primier; a. Alternatif konsep rencana; Ranperda;
b. Kajian awal; a. Penyusunan RDTR;
b. Data Sekunder b. Pemilihan konsep; c. Pembahasan
c. Delineasi awal BWP’ b. Penyusunan
d. Teknis pelaksanaan; muatan PZ c. Perumusan rencana terpilih; Ranperda
e. Pemeberitan ke
Publik Muatan PZ: Proses KLHS RDTR
a. Peta pola ruang + kode terintegrasi dengan
pengaturan zonasi;
Proses RDTR
b. Aturan dasar./Teknik pengaturan
zonasi
Penetapan RTRWP
Penetapan
RZWP3K
Kondisi Kedepan: Integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K
• Dari aspek perlindungan dan Kajian Teknis Terpadu Berdasarkan Pendekatan
pengelolaan Lingkungan Hidup Ekosistem (Coastal-Watershed: ICZM-IWM) Tim Teknis
(PPLH), ruang darat dan ruang
pesisir-laut pada dasarnya adalah Satu KLHS terintegrasi dengan batas Matek dan
satu kesatuan ruang yang Ekologis Coastal-Watershed Tim Pokja
teritegrasi secara ekologis; (integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K) KLHS
• Kajian lingkungan (Environmental
Assessment) seperti KLHS/SEA Integrasi Materi Teknis RTRWP & RZWP3K
harus dilakukan secara terintegrasi
antara perencanaan ruang di darat
dengan perencanaan ruang di
perairan pesisir-laut dengan
menggunakan batas ekologis
berupa Coastal-Watershed; Penetapan
• KLHS didayagunakan untuk RTWP &
memperkuat aspek perlindungan LH RZWP3K
(Environmental Safeguard) terkait Terintegrasi
dengan perencanaan, pemanfaatan
dan pengendelaian ruang
Pelaksanaan KLHS terkait dengan Integrasi RTRWP dan RZWP3K
Ketentuan Pasal 29 PP No. 46/2016:
1) Masa berlaku KLHS yang telah mendapat persetujuan validasi sama
dengan masa berlakunya dokumen kebijkan, rencana dan/atau Beberapa skema pelaksanaan KLHS terkait dengan Integrasi
program (KRP); RTRWP dan RZWP3K:
2) Dalam hal terdapat PERUBAHAN terhadap KRP, terhadap KLHS
dilakukan PENINJAUAN KEMBALI bersamaan dengan Perubahaan KRP 1) KLHS RTRWP dan KLHS RZWP3 sudah divalidasi dan tidak
ada Perubahan KRP dalam RTRWP dan RZWP3K → KLHS
yang sudah divalidasi dapat digunakan langsung untuk
KLHS RZWP3K KLHS RTRWP Integrasi RTRWP dan RZWP3K (KLHS Tetap Berlaku)
2) KLHS RTRWP dan RZWP3K sudah disusun dan divalidasi
Materi Teknis & Materi Teknis dan Perda (akan ada KRP RTRW dan RZWP3K Berubah) → Satu KLHS
Perda RZWP3K RTRWP terintegrasi dengan batas Ekologis Coastal-Watershed
(integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K) → (KLHS Baru
teritegrasi)
3) Salah satu KLHS yaitu KLHS RTRWP atau KLHS RZWP3K
belum disusun dan/atau belum divalidasi → KLHS disusun
dengan cara mengintegrasikan muatan-muatan KLHS yang
telah disusun dan divalidasi ke dalam KLHS yang sedang
disusun sehingga menjadi satu kesatuan KLHS terintegrasi
(KLHS Baru teritegrasi)
PP 23/2021: KLHS terkait dengan Pelepasan Kawasan Hutan
Pasal 55: Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan secara parsial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf
a dilakukan melalui Pelepasan Kawasan Hutan
Sumber: Pasal 55, 58, 59, 60 dan 62 PP No. 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
PP 23/2021: KLHS terkait dengan Perubahan Fungsi dan
Peruntukan Kawasan Hutan Skala Provinsi
Perubahan Fungsi
Pasal 73 ayat (6): KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP Kawasan Hutan dan
STRATEGIS dalam rangka Perubahan Fungsi Kawasan Perubahan Peruntukkan
Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
pada skala provinsi yang merupakan bagian dari proses Kawasan Hutan Skala
reviu rencana tata ruang wilayah provinsi, menggunakan Provinsi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RENCANA
TATA RUANG WILAYAH PROVINSI yang disusun oleh
pemrakarsa kegiatan
PP 23/2021: KLHS terkait dengan KHKP
Pasal 115 ayat (1): Lokus KHKP di
Kawasan Hutan Lindung dan
Kawasan Hutan Produksi
• Pasal 114 ayat ayat (5) huruf a dan c dan dan Pasal 483 ayat (4) huruf a Permenlhk Mempertimbangkan:
No. 7/2021 : Pernyataan komitment kesanggupan penyelesaian Master Plan • Luas kawasan hutan untuk
Pengelolaan KHKP dan persetujuan Lingkungan KHKP
• Kecukupan Luas Kawasan
• Pasal 114 ayat (6) huruf a dan Pasal 483 ayat (4) huruf a Permenlhk No. 7/2021:
Hutan;
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai salah satu dari empat
persyaratan Teknis • Hasil KLHS
Sumber: Pasal 114-115 PP 23/2021 dan Pasal 483 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf a Peraturan MENLHK NO. 7/2021
Ketentuan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Food Estate
Pasal 485 Pasal 486
1) Penyediaan Kawasan Hutan Penyediaan Kawasan Hutan untuk pembangunan Food
untuk pembangunan Food Estate dalam mendukung Ketahanan Pangan sebagaimana
Estate dengan mekanisme dimaksud dalam Pasal 485 dapat dilakukan untuk AREAL
penetapan KHKP YANG BERTUTUPAN BUKAN HUTAN pada Kawasan Hutan:
sebagaimana dimaksud a. yang telah dibebani hak pengelolaan oleh badan usaha
dalam Pasal 484 dilakukan milik negara bidang Kehutanan dan dikeluarkan dari
pada: areal hak pengelolaan;
a. Kawasan Hutan b. yang telah dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Lindung; dan/atau Hutan, dengan luasan paling banyak seluas 10%
b. Kawasan Hutan sepuluh perseratus) dari Areal Kerjanya, dan dikeluarkan
Produksi; dari Areal Kerjanya;
2) Kawasan Hutan Lindung c. yang tidak dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan
sebagaimana dimaksud Hutan, dengan luasan paling banyak seluas 10%
pada ayat (1) huruf a yang (sepuluh perseratus) dari areal pengelolaan KPH; dan
sudah tidak sepenuhnya d. yang telah dicadangkan atau telah dibebani Persetujuan
berfungsi lindung sesuai Pengelolaan Perhutanan Sosial atau telah dicadangkan
dengan ketentuan untuk TORA dengan menyesuaikan program yang
peraturan perundang- berorientasi pada rakyat dan reforma agraria.
undangan.
Sumber: Pasal 485-486 Peraturan Menteri LHK No 7/2021
RDTR, KLHS dan Pengecualian Amdal
Tahap
Perencanaan Tahap Pra- Tahap Tahap
Tahap KRP:
Usaha Konstruksi Konstruksi Operasi
RDTR dan/atau RTRKS dan/atau
Kab/Kota Kegitan Pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Usaha
(Project) dan/atau Kegiatan
Pasal 10 Pasal 11
KLHS
Environment
(Planet)
PUU terkait dengan Proses Perizinan Berusaha 6 PUU terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan penaatan 7
lingkungan (pengawasan dan penegakan hukum)
4
PUU terkait dengan Berbagai Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup i.e. kewajiban penyedian tools, peralatan dan infrastruktur
PUU terkait dengan pemetaan dan 5
proses pengambilan contoh dan
perlindungan lingkungan (Pencegahan, Penanggulangan/Tanggap Darurat dan
analisisnya
Pemulihan fungsi LH)
Pendekatan KLHS/SEA Approach
Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
3. Scoping: • EIA scoping procedure can be adapted to the different types of proposal subject to SEA.
Identify the important • An early, transparent and systematic process should be followed to focus on the impacts that matter for
issues and impacts that decision-making and set terms of reference for further study.
need to examined • Modified EIA methods, such as matrices, overlays, and case comparisons can be used to scope the
(PP 46/2017: Identifikasi environmental dimensions of specific plans and programmes, e.g. to identify inconsistencies in their
Isu-Isu Pembangunan objectives, issues that require attention and/or the potential impact of implementing the proposal.
Berkelanjutan) • Where environmental considerations are generalised and less immediate (e.g. proposed immigration,
fiscal or trade policies), appraisal methods can be used, such as environmental scanning to clarify the
implications, and/or issue tracking to a stage when key impacts become clarified (e.g. immigration
projections linked to housing demand,nationally or regionally).
4. Information: • The general content of information to be gathered in an SEA can be specified in legislation or procedure.
Assemble The data that need to be gathered for a specific proposal will be clarified during screening and scoping.
environmental • SEA is carried out against a baseline or profile, typically a description or characterisation of the
Information affected environment or media (e.g. air or water quality).
(PP 46/2017: Identifikasi • Useful sources of background information include state of the environment reports and country
Isu-Isu Pembangunan environmental profiles.
Berkelanjutan) • For plans and programmes with a spatial dimension, the baseline can be recorded as environmental
stock and critical natural assets.
• Key indicators are used to measure change in terms of global sustainability, natural resource
management and local environmental quality. Appropriate indicators for sector-specific proposals will
depend on the key environmental impacts (e.g. emissions-based air quality indicators for energy,
transport Strategies)
• strategies).
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
5. Consideration • Formulation of alternatives in the SEA process is central to integrating environment considerations into
of alternatives: sector policy and plan-making.
Identify and compare the • A first step is to identify the range of alternatives that meet the objectives of the proposal, and
range of alternatives, summarize their economic, social, and environmental aspects.
including a best • The alternatives should include a do nothing alternative and best practicable environmental option
practicable (BPEO).
environmental Option • Where potentially a large number of alternatives are open, methods used to systematically compare
(PP 46/2017: Materi them include environmental benefit cost analysis and multi-criteria evaluation (e.g. formulation of
Muatan KRP dan national energy or water policy).
Alternatifnya) • The BPEO helps clarify the environmental trade-offs that are at stake, and the basis for choice.
• Objectives-led SEA is critical for this purpose, and also can empower risk and benefit negotiation (e.g. to
reduce Nox emissions as part of transport strategy).
6. Impact analysis: • Usually, there is greater uncertainty to contend with in SEA compared to EIA of projects. Often, the
Identify, predict and relationship of policy-level proposals to environmental effects is indirect or difficult to locate in time or
evaluate the effects of space, mediated by intervening factors.
the proposal and the • Indicator-based methods can show ‘direction of movement’ for an impact, e.g. increase in habitat loss,
main alternatives reduction in volume of hazardous waste.
(PP 46/2017: Analisis • Projection methods that are used to deal with uncertainty include trend extrapolation and scenario
Pengaruh KRP) development. For plans and programmes that initiate projects, environmental impacts are more
readily identified and predicted.
• EIA methods that are used with varying modification include impact matrices, GIS and comparative risk
assessment. No single method is likely to be sufficient to cover the range of impacts in such cases
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
7. Significance: • To determine significance, predicted and residual impacts (that cannot be mitigated) are
Determine the evaluated against selected environmental criteria and objectives.
importance of the • As in EIA, this test gives decision makers a key proxy of the environmental acceptability of a
residual impacts, and proposal. If appropriate, a balance sheet of gains and losses from a proposal also can be
if appropriate, relate drawn up, e.g. in monetary or descriptive terms, to show their distribution among groups,
these to other and/or to illustrate the range of uncertainty (worst/best case).
benefits and Costs • If major policy options or critical outcomes are at stake, sensitivity analysis can be used to
(PP 46/2017: Analisis test the effect of changed assumptions and the robustness of assessment. Alternatively, this
Pengaruh KRP) test can be based on expert judgement and case comparison with similar actions.
8. Mitigation: • The EIA mitigation hierarchy should be followed in SEA but with eye to the greater
Identify measures to opportunities for its creative application. So first avoid, then reduce, and next offset adverse
avoid, reduce and impacts, using specific measures and actions that are appropriate to their significance and
offset the main specificity.
impacts Identified • A precautionary approach should be taken when information is incomplete but analysis
(PP 46/2017: Perumusan indicates the risk or possibility of large scale, serious or irreversible environmental change.
Alternatif KRP dan • This may entail not going ahead with certain proposals or replacing them with no regrets
Penyusunan alternatives. For low-threat situations standard mitigation measures can be used to
Rekomendasi Perbaikan
minimize an impact to “as low as reasonably practicable” (ALARP level), e.g. using “best
KRP)
available technology not entailing excessive cost” (BATNEEC) or contingency policies and
plans to cope with low probability but highly damaging risks.
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
12. Monitoring: • Monitoring the implementation of a policy, bill or plan can be a simple check to see if
Check to see environmental objectives are being met, or a systematic programme to measure its impact.
implementation is • Information tracking systems can be used to monitor issues and progress, and to focus and
Environmentally sound
streamline any subsequent SEA or EIA process.
and in accordance with
Approvals • Cumulative effects monitoring may be appropriate for plans and programmes that will
(PP 46/2016: Pemantaun initiate regional-scale change in environmental stock or critical natural assets.
dan Evaluasi KLHS) • Methods and indicators for this purpose are not well Developed
Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Tahapan dan Keterkaitan antara KRP dan Proses KLHS
Penyelenggaraan KLHS berdasarkan
PP 46/2016
1. Penapisan KLHS;
2. Identifikasi Materi Muatan KRP yang berpotensi
menimbulkan pengaruhnya terhadap kondisi LH
→ KRP dengan berbagai alternatif KRP;
3. Identifikasi Isu-Isu Pembangunan
Berkelanjutan→Isu-Isu Strategis;
4. Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi
Lingkungan Hidup
5. Perumusan Alternatif KRP dan Perumusan
Rekomendasi;
6. Pendokumentasian dan Validasi KLHS;
7. Pemantauan dan evaluasi KLHS
Sumber: Maria Rosário Partidário, IAIA Traing Manual - Course Manual STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT (SEA) current practices, future
demands and capacity-building needs
Proses KLHS Menurut UNECE 1992) dan PP 46/2016
Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS berdasarkan
PP 46/2016
• Melaksanaan identifikasi dan perumusan isu
pembangunan berkelanjutan (Pasal 6 huruf a, Pasal 7
huruf a, Pasal 8 dan Pasal 9);
• Melaksanakan Identifikasi Materi Muatan KRP yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
lingkungan hidup (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf b dan Pasal
10)
Validasi KLHS
Sumber: UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Perbandingan Muatan Informasi dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS/SEA)
No European Commission (2001/42/EC) directive on assessment of the effects of certain plans and PP 46/2017 Tata Cara Penyelenggaraan KLHS (Indonesia)
programmes on the Environment: Summary of information required under the European
Commission SEA Directive (EU)
1. An outline of the contents, main objectives of the plan or programme and relationship with other Melaksanakan Identifikasi Materi Muatan KRP yang berpotensi
relevant plans and programmes; menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup (Pasal
6 huruf a, Pasal 7 huruf b dan Pasal 10)
2. the relevant aspects of the current state of the environment and the likely evolution thereof Melaksanaan identifikasi dan perumusan isu pembangunan
without implementation of the plan or programme; berkelanjutan (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf a, Pasal 8 dan Pasal
9);
3. the environmental characteristics of areas likely to be significantly affected;
4. any existing environmental problems which are relevant to the plan or programme including, in
particular, those relating to any areas of a particular environmental importance,
5. the environmental protection objectives, established at international, Community or Member State
level, which are relevant to the plan or programme and the way those objectives and any
environmental considerations have been taken into account during its preparation;
6. the likely significant effects on the environment, including on issues such as biodiversity, Menganalisis pengaruh materi muatan KRP terhadap kondisi
population, human health, fauna, flora, soil, water, air, climatic factors, material assets, cultural lingkungan hidup/isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan
heritage including architectural and archaeological heritage, landscape and the interrelationship (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf c, Pasal 11-Pasal 14)
between the above factors
7. the measures envisaged to prevent, reduce and as fully as possible offset any significant adverse • Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP (Pasal 6 huruf b
effects on the environment of implementing the plan or programme; dan Pasal 15)
• Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan
8. an outline of the reasons for selecting the alternatives dealt with, and a description of how the
Keputusan KRP (Pasal 6 huruf c dan Pasal 16)
assessment was undertaken including any difficulties (such as technical deficiencies or lack of know-
how) encountered in compiling the required information;
9. a description of the measures envisaged concerning monitoring
10. a non-technical summary of the information provided under the above headings.
Bisnis Proses Penyelenggaraan KLHS dan Para Pihak Terkait
PENYUSUN KRP Lembaga • Ketepan Keahlian PENYUSUN KLHS - PENYUSUN MENTERI (DIRJEN) atau
Pelatihan sesuai isu yang
dikaji; Standar Kompetensi KRP GUBERNUR (KADIS)
KLHS (i.e.
Proses • Pengalaman di Bid.
Kurikulem dan Penyusunan KLHS
Penapisan Modul, serta atau Kajian LH
KLHS Fasilitor) sejenis
PAKAR POKJA KLHS Tim Validasi KLHS
Pemeriksaan Penerbitan
Pengajuan Pelaksanaan Pengumuman
Kelengkapan Surat
Permohonan Telaah Teknis Persetujuan
Permohonan Validasi Persetujuan
Validasi KLHS Validasi KLHS Validasi KLHS
KLHS Validasi KLHS
Durasi waktu:
Persyaratan : • Validasi terhadap hasil paling lama 7 hari kerja
Persyaratan :
penjaminan kualitas • Kesesuaian hasil sejak diterbitkan Surat
1. Surat permohonan 1. Surat permohonan KLHS (Lampiran VII KLHS dengan Validasi KLHS
2. Rancangan KRP draft 2. Rancangan KRP draft Permenlhk P Penjaminan
terakhir; terakhir; 69/2017); Kualitas (Lampiran
3. Laporan KLHS (lengkap); 3. Laporan KLHS (lengkap); • Kriteria Pokok Validasi VII Permenlhk P
4. Bukti pemenuhan standar 4. Bukti pemenuhan standar KLHS sesuai dengan 69/2017); dan
kompetensi Penyusun Lampiran IX
kompetensi Penyusun
Permenlhk P. 69/2017) • Rekomendasi
KLHS; KLHS;
5. Penjaminan Kualitas. 5. Penjaminan Kualitas.
IGT Referensi PDLKWS
Sumber: Pasal 25-Pasal 31 PP No. 46/2016 dan Pasal 36-Pasal 40 Peraturan Menteri LHK No. P16/2017;
Pasal 6 - Pasal 16 PP 46/2016: Bisnis Proses Pembuatan & Pelaksanaan KLHS
Pengkajian Pengaruh KRP Terhadap Kondisi LH Alternatif Rekomendasi
(Pasal 7 PP 46/2016)
Muatan KRP yang Lingkup, metode, teknik 1. Perubahan tujuan/target KRP;
2. Perubahan strategi pencapaian
KRP
BERPOTENSI dan kedalaman analisis
menimbulkan target;
berdasarkan 5 Aspek
3. Perubahan/penyesuaian Untuk
pengaruh terhadap (Pasal 10 PP 46/2016)
Analisis terkait INTERAKSI ukuran, skala, dan lokasi yang Pengambilan
kondisi Lingkungan
antara Materi Muatan KRP lebih memenhu pertimbangan Keputusan KRP
Hidup Batas Adm PB;
dengan Isu Strategis PB
10 Kriteria + Wilayah
Muatan KRP: Direct Penyusunan
Driver(s) of change
Perencanaan Analisis pengaruh KRP Perumusan alternatif Rekomendasi
KRP
terhadap Kondisi LH penyempurnaan KRP Perbaikan
Batas (Pasal 11-13 PP 46/2016) (Pasal 15 PP No. 46/2016) (Pasal 16 PP
1. DDL/DTL; Ekologis 46/2016)
2. Dampak dan risiko
LH; Isu-Isu Strategis Pelaksanaan Analisis memperhatikan: 4. Perubahan/ penyesuaian
3. Kinerja Jasling; 1. PUU; proses, metode dan adaptasi
Pembangunan 2. Pedoman, acuan, standar & best Muatannya:
4. BENCANA; perkembangan Iptek
5. Status mutu dan Berkelanjutan practice;
5. Penundaan, perbaikan
1. Perbaikan KRP;
3. Hasil penelitian; 2. Informasi jenis usaha
(Pasal 8-9 PP 46/2016)
ketersedian SDA; 4. Kesepakatan antar ahli urutan atau perubahan dan/atau kegiatan
6. KEHATI prioritas pelaksanaannya; yang telah
7. Kerentanan & Dasar Pertimbangan a.l.: Paling sedikit MEMUAT KAJIAN (ANALIS 6. Pemberian arahan atau melampaui DDL/DTL
1. Karekteristik wilayah PENGARUH DILIHAT DARI ASPEK): rambu-rambu untuk dan tidak
kapasitas adptasi (Environmental Baseline/Setting); 1. Efisiensi pemanfaatan SDA; mempertahakankan atau diperbolehkan lagi
Perubahn Iklim; 2. Tingkat pentingnya potensi
2. Dampak dan risiko LH; meningkatan fungsi
8. Penduduk miskin; dampak;
3. Tingkat ketahanan dan potensi kehati
3. Keterkaitan antar isu strategis; ekosistem;
9. Kesmas 4. Kinerja jasa ekosistem 7. Pemberian arahan atau
4. Keterkaitan dengan materi muatan
10.Ancaman 5. Kapasitas DDL/DTL; • Avoid
KRP; rambu-rambu mitigasi
perlindungan 5. RPPLH 6. Tingkat kerentanan dan adaptasi dampak dan risiko LH
• Minimize
kawasan tertentu 6. Hasil KLHS KRP terkait Perubahan Iklim; • Restore
Wilayah Perencanaan KRP: Integrasi Batas Administrasi dan
Batas Ekologis
Perencanaan
KRP
Wilayah calon lokasi IKN dan Wilayah fungsional Kajian pelaksanaan dan pembuatan KLHS IKN
• Keberlanjutan IKN sangat
dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi kondisi
lingkungan yang ada di
wilayah sekitarnya
• Berdasarkan hal ini dengan
mempertimbangkan peta
ecoregion, peta batas daerah
aliran sungai (DAS), peta
cekungan air tanah (CAT) dan
batas wilayah ekosistem
pesisir dan laut (RZWP3K,
maka delineasi batas
fungsional (ekologis) wilayah
yang mempengaruhi
keberlanjutan IKN adalah
seperti tercantum di dalam
peta pada gambar 1.
• Batas fungsional (ekologis) ini
menjadi batas wilayah kajian
pelaksanaan dan pembuatan
KLHS IKN.
Data dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Berbasis Jasa Lingkungan Hidup Untuk Penentuan Wilayah
Pencegahan Dampak Lingkungan: Studi Kasus Areal Eks-PLG dan Wilayah Sekitarnya yang Memiliki Interkoneksi
dengan Areal Eks-PLG
IGT BIODIVERSITY
IGT EKOREGION
KLATENG IGT Batas IGT BATAS IGT Lokus/wilayah
Fungsional/Ekologis EKOLOGIS/WILAYAH Rencana Pengembangan
Pencegahan Dampak FUNGSIONAL DAN PETA Lahan Pertanian Andalan
Lingkungan Lokus KRP Nasional di Kalteng
Proses Delienasi Areal Food Estate dan Batas Ekologi/Fungsional KLHS
Informasi Geospastial Hasil Delineasi:
Tematik yang digunakan: a. Areal pengembangan Lahan Pangan Nasional (Food Estate) di Sumut;
1) Batas Daerah Aliran b. Wilayah sekitar areal food estate yang memiliki interaksi dengan areal food
Sungai 1;50.000; estate (wilayah fungsional/ekologis) Pelaksanaan Kajian KLHS
2) Sungai 1:50.000;
3) Digital Elevation Model Areal Food
Estate blok
(DEM) - SRTM Utara
FLEG:
40,44 ha
Tutupan
Lahan KH:
Tidak
Berhutan
Tutupan
Lahan KH:
Berhutan
Alternatif-1: AOI Food Estate Ketapang Alternatif-2: AOI Food Estate Ketapang
•
•
Minimize: Tubuh Air
Restore: Belukar rawa yang di luar avoid
Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan • Utilization: Di luar Avoid, minimize, dan rstore, ditambah RKTN atau
Kawasan untuk Perlindungan Hutan Alam dan Lahan Gambut dengan
dengan Mengeluarkan PIAPS dengan Memasukaan PIAPS tutupan lahan pertambangan
Berdasarkan Berdasarkan
Persyaratan Lokasi Persyaratan Lokasi: Ketegorisasi AOI
dengan PIAPS AOI untuk FE
dikeluarkan dari FE. Kabupaten FE Ketapang
AOI untuk FE Kabupaten Ketapang seluas
Ketapang seluas 15,256.46 ha
10.489.59 ha melalui melalui pelepasan
pelepasan HPK dan HPK dan Penetapan
Penetapan KHKP KHKP
KRP NCICID
KRP NCICD
PUU (i.e. D3TLH, BML, KBKL, tingkat penting dampak) dan Pedoman teknis DPSIR, pedoman teknis/referensi terkait dengan metodologi
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis
masukan Masyarakat & Pemangku Analisis hasil sintesa 1. Jumlah penduduk
Sintesa isu-isu PB dan Keterkaitan antara isu
Kepentingan (Hasil Konsultasi Publik) isu-isu PB dengan 7 terkena dampak;
PB (i.e. DPSIR) 2. Luas wilayah
(tujuh) kriteria
tingkat penting penyebaran dampak;
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis dampak untuk 3. Intensitas & lamanya
tipologi dampak dan/atau risiko LH Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis data- dampak berlangsung;
infomasi Karekteristik Wilayah (IGT/spasial menentukan Isu-Isu
yang terkait dengan KRP yang akan 4. Banyaknya komponen
dan atribut) antara lain: Strategis PB yang kan LH lain terkena dampak;
dikaji dari berbagai referensi dikaji lebih lanjut
• Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup; 5. Sifat kumulatif dampak;
• Kondisi Ekosistem + Tingkat pelayanannya; dalam Analisis 6. Berbalik atau tidak
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis • Kondisi SDA; Pengaruh KRP berbaliknya dampak;
dari Laporan KLHS, Dokumen RPPLH, • Pola aktivitas Sosekbud; terhadap Kondisi LH 7. Kriteria lain
KRP Lain yang relevan • kelembagaan pengelolaannya
Dampak Lingkungan Hidup
Dampak Lingkungan Hidup:
1. Perubahan Parameter LH
a. Bio-geo-fisik dan kimia:
i.e.Udara, Tanah, Air,
Ekosistem/habitat
b. Sosial-ekonomi: i.e. pendapatan
masyarakat, konflik sosial
c. Kesmas:
2. Disebabkan oleh adanya Aktivitas i.e.
konstruksi
3. Yang terjadi pada Periode waktu
tertentu &
4. Area (Ruang) yang tertentu
Tipologi Dampak Lingkungan
Katergori Dampak Lingkungan Tipe Damppak Lingkungan
No
(Category of Impacts) (Types of Impacts)
1. type biophysical, social, health or economic
2. nature direct or indirect, cumulative, etc.
3. magnitude or severity high, moderate, low
4. extent local, regional, transboundary or global
5. timing immediate/long term
6. duration temporary/permanent
7. uncertainty low likelihood/high probability
8. reversibility reversible/irreversible
9. significance* unimportant/important
*Impact significance is not necessarily related to the impact magnitude. Sometimes very small impacts, such as the disturbance of the nest of a pair of
endangered birds, may be significant. When determining the significance of the potential impacts of a proposal, all of the above factors should be taken
into consideration.
Sumber: The United Nations University, RMIT University, and the United Nations Environment Programme (UNEP) under a Creative Commons License 2007
Konsep tentang Risiko (1)
Risiko: Unsur-Unsur Risiko
• “Kemungkinan
terjadinya sesuatu yang 1
akan mempunyai Peristiwa
(events)
dampak terhadap
3
tujuan” (AS/NZS 4360 :
Dampak
2004)
Peristiwa
(Impact or
Risk
• Kombinasi dari Consequnces)
kemungkinan atau 2
frekuensi terjadinya suatu Probabilitas
terjadinya
bahaya dan tingkat (likehood/probability)
konsekuensi yang
ditimbulkannya
Konsep tentang Risiko (2)
Risiko (RISK) Kemungkinan konsekuensi yang membahayakan
akan terjadi sebagai akibat dari suatu aksi atau
kondisi. Evaluasi kombinasi antara BAHAYA (Hazard)
dan PAPARAN (Exposure).
Bahaya (HAZARD) Potensi agen, stressor atau sumber (fisika, kimia atau
biologi) yang dapat menyebabkan dampak negatif
yang membahayakan bagi receptor
1 Kriteria Baku
Kerusakan
c Kerusakan LH-
Kebakaran 2 Kriteria Baku
Kerusakan Akibat
Hutan/Lahan
Ekosistem Perubahan Iklim
g Kerusakan •Kenaikan suhu
Karst •SLR
f Kerusakan gambut
•Badai
a Kerusakan Tanah h Kerusakan ekosistem •Kekeringan
untuk Produksi lainnya sesuai iptek
Biomassa
d Kerusakan
Mangrove
e Kerusakan
Lamun b Kerusakan Terumbu
Sumber: Pasal 21 UU 32/2009
Karang
Landscape, D3TLH dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup & Sosial
PETA JASA LINGKUNGAN PENGATUR TATA AIR
Domestik yang
Didistribusikan
PASAR EKSPOR
secara
Spasial dalam Grid 1 Km2
https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210499.pdf
Tipologi Dampak Lingkungan Usaha dan/atau Kegiatan – IFC WB
Environmental, Health, and Safety Guidelines – IFC WB
https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics_ext_content/ifc_external_corporate_site/sustainability-at-ifc/policies-standards/ehs-guidelines
Environmental, Health, and Safety Guidelines – IFC WB
https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics
_ext_content/ifc_external_corporate_site/sust
ainability-at-ifc/policies-standards/ehs-
guidelines
Tipe dan Tipologi Dampak Lingkungan Hidup Penambangan
(Peraturan MENLH No. 23/2008)
Dampak Negatif
Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan:
• Destroys the living
environment;
• Destroys
riverbanks, and
pollutes river
water;
• Tailings piles, pits,
and quicksands;
• Mine Accidents;
• Wastes Mineral
Resources;
• Anarchy;
• Social Unrest
Contoh: Identifikasi dan Perumusan Isu-
Isu PB/Isu-Isu Strategis dari KLHS yang
relevan
Beberapa Referensi yang dapat digunakan untuk Identifikasi dan Perumusan Isu-
Isu Pembangunan Berkelanjutan dalam Rangka Penyusunan KLHS
Identifikasi dan Perumusan Isu-Isu PB dari Dokumen Visi Indonesia 2045
Isu PB: Isu Kesmas dan New-Normal (Pandemi Covid) dan Rencana Tata Ruang
Karakteristik Wilayah Perencanaan KRP WPR dan
Wilayah Sekitarnya (Wilayah Fungsional/Ekologis)
KARAKTERISTIK WILAYAH
(Wilayah Perencanaan KRP Delineasi Batas
dan Wilayah Ekologisnya): dan Wilayah
• Kondisi Kualitas Lingkungan Ekologis?
Hidup;
• Kondisi Ekosistem + Tingkat
pelayanannya;
• Kondisi SDA;
• Pola aktivitas Sosekbud;
• kelembagaan
pengelolaannya;
Didukung oleh berbagai data dan Berdasarkan hasil analisis dari berbagai data-informasi karakteristik wilayah dapat
informasi Geospasial Tematik (IGT) diidentifikasi dan dirumuskan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang factual
dan data-informasi atribute dan relevan dengan kondisi wilayah perencanaan KRP dan wilayah sekitarnya
Contoh Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan: Status Saat ini, Trend Ke Depan dan
Target Pembangunan Berkelanjutan
1. Kualitas udara
a. Sebagai akibat dari pembakaran BBF dari sumber bergerak;
b. Sebagai akibat dari emisi proses produksi (sumber tidak 1. Status saat ini?
bergerak);
2. Kualitas dan kuantitas air 2. Trend status LH ke depan
a. Kualitas air permukaan;
b. Kualitas air tanah; (i.e. 20 tahun ke depan)?
c. Ancaman terhadap mata air dan sumber air minum;
d. Regim aliran air; 3. Target Pembangunan
3. Kualitas tanah Berkelanjutan yang akan
a. Pencemaran tanah i.e. dari penyimpanan, penggunaan dan
pelepasan B3; dicapai selama 20 tahun
b. Kerusakan tanah; kedepan i.e. Status Mutu Air
4. Perubahan iklim
a. Emisi GRK; Sungai sesuai dengan Kriteria
5. Flora dan fauna
a. Ancaman terhadap biodiversity – jumlah species tumbuhan;
Mutu Air Kelas I
b. Ancaman terhadap biodiversity – jumlah species satwa;
Contoh Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan: Status Saat ini, Trend Ke Depan dan Target PB
6. Habitat
a. Ancaman terhadap habitat, terutama yang dilindungi;
7. Kawasan lindung 1. Status saat ini?
a. Keberadaan aset di kawasan lindung;
b. Ancaman terhadap kawasan lindung berkelas dunia (ramsar site, 2. Trend status LH ke depan (i.e.
cagar biosfer dll); 20 tahun ke depan)?
8. Gangguan
a. Ancamanan terhadap kebisingan dan getaran; 3. Target Pembangunan
b. Ancaman pencemaran cahaya, panas dan radiasi; Berkelanjutan yang akan
9. Populasi dan kesehatan
a. Perubahan jumlah dan struktur penduduk; dicapai selama 20 tahun
b. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat; kedepan i.e. Habitat
10. Perubahan permukiman dan demografi Mangrove tetap utuh dan
a. Perubahan dalam hal struktur permukiman dan penggunaan lahan;
b. Akses terhadap area publik; sehat (Indeks Kehatinya ?)
c. Perubahan kualitas hidup;
11. Aset Budaya dan Sejarah
a. Keberadaan aset-aset cagar budaya;
12. Infrastruktur, industri dan fasilitas lainnya Sumber:Ivanovic, Sabina et al. 2015. Guide to
13. Elemen-elemen lainnya: Strategic Environmental Assessment in Urban
a. Peningkatan jumlah sampah (limbah padat) domestik, LB3; Planning. Belgrade: Ambero Consulting
b. Penggunaan B3 yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan; Representative Office and GTZ
Data-Informasi Karekteristik Wilayah untuk Identifikasi Isu-Isu PB dalam KLHS
5 2 Identifikasi & petakan
Identifikasi & Pasal 9 huruf h Muatan ILH:
para pihak atau
Petakan dan huruf i Pasal 6 ayat (2)
kelompok masyarakat
tingkat PP KLHS 46/2017 UU PPLH
(stakeholder) yang
Kerentanan & Ruang/Kawasan 32/2009
terkait dengan
Kapasitas penghidupan • Bentuk
pemanfaatan Jasa LH
Adaptasi • Tipe-Tipe Ekosistem (i.e. hutan primer, mangrove); masyarakat local Penguasaan
tersebut (i.e. masyarakat
Perubahan • Jasa LH (ecosystem services) yang dihasilkan; (livelihood) SDA;
local, pelaku usaha)
• Pengetahuan
Iklim 1
Pengelolaan
4 Identifikasi & Identifikasi & Petakan SDA 3 SDA;
Identifikasi & Petakan SDA yang yang berfungsi sebagai Identifikasi & petakan Pasal 9 huruf b, • Konflik &
Petakan berfungsi sebagai Infrastruktur ekologi yang Status dan Kondisi c, d, h, i dan j PP pnyebab
Wilayah pengerak laju bernilai penting bagi Ekosistem KLHS 46/2017 konflik SDA
Rawan pertumbuhan keberlanjutan kehidupan • Cemar-Rusak; • Dampak &
Bencana Alam ekonomi (WILAYAH DENGAN JASA • Kinerja Jasa LH; risiko;
(ENGINE OF GROWT] LH TINGGI/PENTING] • D3TLH; • Kinerja Jasa
• Ancaman ruang LH; Muatan ILH:
penghidupan • D3TLH; Pasal 6 ayat (2)
Pasal 9 huruf d dan g PP
Pasal 9 huruf e, f, dan c PP KLHS 46/2016 masyarakat; • Ancaman UU PPLH
KLHS 46/2016
• Status mutu & ketersedian SDA (e); • Ancaman terhadap Keberlanjutan 32/2009
• Bencana alam;
• Ketahanan dan potensi kehati (f); Kawasan tertentu penghidupan • Bentuk
• Adaptasi PI
• Kinerja Jasa LH (c). masyarakat & MHA; masyarakat; kerusakan
• Risiko Kesehatan & • Ancaman SDA
Muatan ILH: Pasal 6 ayat Kawasan
keselamatan • Konflik &
(2) UU PPLH 32/2009 masyarakat &
Muatan ILH: Pasal 6 ayat (2) UU PPLH 32/2009 masyarakat; penyebab
• Bentuk kerusakan SDA; MHA;
• Potensi dan Ketersedian SDA; • Emisi GRK konflik SDA
• Pengetahuan • Resiko kesmas
• Jenis SDA yang dimanfaatkan
Pengelolaan SDA
Contoh Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang dapat didayagunakan untuk Mengambarkan
Karakteristik Wilayah Perencanaan KRP dan Wilayah Sekitarnya (Wilayah Fungsional/Ekologis)
Wilayah Pelaksanaan Kajian Lingkungan (Environmental Pemanfaatan/ Perizinan SDA i.e. PIPIB, IUPHHK, IPPKH,
Kawasan Hutan Assessment): Batas Ekologis (Pendekatan Ekosistem) →
wilayah/areal yang memiliki interkoneksi secara ekologis dan social TORA, HUTSOS, IU Perkebunan, Hutan Adat dan Ruang
dengan wilayah perencanaan KRP Penghidupan/Livelihood Masyarakat Lokal
Penutupan Lahan 2
Wilayah Administrasi i.e. Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan,
Informasi SDH Desa (PODES)
DASAR PENETAPAN
DASAR PENENTUAN a. Ketersedian Air v.s.
Inventarisasi LH Pemanfaatan Air; dan ASPEK YANG DIPERHATIKAN
b. Kecendrungan perubahan a. Keberlanjutan proses & fungsi LH;
di Wil. Ekoregion kinerja Jasa LH pengatur air b. Keberlanjutan produktivitas LH;
a. Jumlah Populasi; 1996-2016 c. Keselamatan, mutu hidup &
b. Potensi & ketersedian SDA; kesejahteraan masyarakat
MENTERI LHK
c. Bentuk Pemanfaatan SDA
(pertanian, perikanan,
perkebunan& permukiman/lahan Daya a. Indikasi Status: Pulau/Kepulauan & Provinsi;
terbangun) Dukung dan b. Data dan informasi Spasial: Peta skala l 1:
Daya 500.000;
a. Gubernur: daya dukung & daya Tampung Air c. Data dan informasi Non-spasial (atribut):
tampung Air provinsi dan Nasional angka dan tabel;
ecoregion lintas kab/kota
(1:250.000); a. Penggunaan: sampai RPPLH Prov dan
b. Bupati/Walikota: daya dukung & kab/kota tersusun;
TINDAK LANJUT
daya tampung Air kab/kota dan b. Evaluasi Nasional: minimal 1 kali
(Pemerintah Daerah)
dalam 5 tahun
ecoregion kab/kota (1:50.000);
https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210538.pdf
Status Daya Dukung-Daya Tampung Air Nasional Jawa – Bali
https://www.menlhk.go.id//s
ite/download_file?file=16092
10538.pdf
https://www.menlhk.go.id//site/
download_file?file=1609210499.
pdf
Pemprov = 3,6 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,5 Juta Ton CO2e
Alokasi Indikatif Target Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan pada
Provinsi dan Swasta
Pemprov = 42,98 Juta Ton CO2e
Swasta. = 52,40 Juta Ton CO2e
Pemprov = 9,37 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,74 Juta Ton CO2e Pemprov = 1,01 Juta Ton CO2e
Pemprov = 17,76 Juta Ton CO2e Swasta. = 1,86 Juta Ton CO2e Swasta. = -
Swasta. = 26,42 Juta Ton CO2e Swasta. = 39,51 Juta Ton CO2e
Pemprov = 16,03 Juta Ton CO2e Pemprov = 13,73 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,94 Juta Ton CO2e
Swasta. = 8,90 Juta Ton CO2e Swasta. = 22,52 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,08 Juta Ton CO2e
ACEH
Pemprov = 1,21 Juta Ton CO2e KALIMANTAN UTARA Pemprov = 0,06 Ton CO2e
Pemprov = 0,03 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,16 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,33 Juta Ton CO2e
Swasta. = -
SUMATERA UTARA
Pemprov = 0,16 Juta Ton CO2e
KALIMANTAN BARAT SULAWESI UTARA Swasta. = -
RIAU
KALIMANTAN TIMUR
Pemprov = -
KEPULAUAN RIAU GORONTALO Pemprov = 23,55 Juta Ton CO2e
Swasta. = 3,13 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,15 Juta Ton CO2e
SULAWESI BARAT
PAPUA BARAT
(0,02 Ton CO2e)
(0,01 Ton CO2e)
SUMATERA BARAT
(0,07 Ton CO2e)
BENGKULU JAKARTA
(0,03 Ton CO2e) (0,29 Ton CO2e)
JAMBI KALIMANTAN SELATAN
(0,06 Ton CO2e) SULAWESI TENGGARA
(0,05 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)
SULAWESI SELATAN
(0,12 Ton CO2e)
LAMPUNG
(0,12 Ton CO2e)
MALUKU
JAWA BARAT (0,02 Ton CO2e)
(0,96 Ton CO2e) NUSA TENGGARA TIMUR
JOGJAKARTA (0,07 Ton CO2e)
BANTEN (0,07 Ton CO2e)
SUMATERA SELATAN (0,25 Ton CO2e) NUSA TENGGARA BARAT
(0,13 Ton CO2e) JAWA TENGAH JAWA TIMUR (0,08 Ton CO2e) PAPUA
(0,60 Ton CO2e) (0,7 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)
BALI
(0,07 Ton CO2e)
Peta Isu Lingkungan di Kawasan Strategis Pantura
Natural processes
STATE AND TRENDS Step 1
ENVIRONMENT
Step 2 What are the consequences for the environment and humanity?
Materi Muatan
KRP yang Materi Muatan KRP yang harus dianalisis
Materi Muatan KRP yang TIDAK berpengaruh pengaruhnya terhadap Kondisi Lingkungan
berpengaruh terhadap kondisi LH terhadap kondisi Hidup
LH
Materi Muatan KRP Yang Berpotensi Menimbulkan Pengaruh terhadap
Kondisi Lingkungan Hidup
KRP yang termasuk dalam Kondisi Lingkungan Hidup
Kategori dibawah ini berpotensi 1. DDL/DTL;
menimbulkan pengaruh 2. Dampak & risiko LH
terhadap kondisi LH: 3. Kinerja layanan jasa ekosistem;
a. Perubahan penggunaan dan 4. Bencana i.e. banjir, longsor,
KRP tutupan lahan (LULC); kekeringan;
[Kebijakan, b. Fragmentasi dan Isolasi; 5. Mutu dan ketersedian SDA;
c. Ekstraksi, pemanenan dan 6. Ketahanan dan potensi Kehati;
Rencana
removal spesies; 7. Adaptasi PI
dan
d. External input: emisi, 8. Penduduk miskin dan
Program] effluent dan bahan-bahan penghidupan masyarakat;
kimia; 9. Risiko kesehatan dan
e. Ganguan; keselamatan masyaralat;
f. Introduksi spesias asing, 10. Ancaman perlindungan terhadap
invasive dan/atau GMOs; kawasan tertentu
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): Koridor Ekonomi Utara Jawa
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): Koridor Ekonomi Utara Jawa
Materi Muatan KRP di dalam Wilayah Perencanaan (RDTR)
KRP: RDTR (jangka waktu 20 Tahun) Ilustrasi Pembagian Subzona di dalam Blok dan Subblok pada Satu Sub BWP
1. Tujuan penataan BWP (Tema BWP);
2. Rencana Pola Ruang (Lindung & Budidaya); Garis Kuning =
3. Rencana jaringan prasarana Batas BWP/Zona
4. Penetapan Sub-BWP yang diprioritaskan; Peruntukan
Garis Unggu =
5. Ketentuan pemanfaatan Ruang Batas Sub-
6. Peraturan Zonasi BWP/Sub-Zona
Peruntukan Wilayah
Perencanaan
Wilayah Sudah Wilayah belum RDTR
Terbangun Terbangun
Batas Wilayah
Perencanaan KRP
Kawasan Budidaya Eksisting:
1.Jenis kawasan budidaya?
2.Lokasi/Sebarannya?
3.Skala/Besaran?
Catatan: Pengembangan
Kawasan Budidaya dalam RTR yang akan dikembangkan selama masa
implementasi RTR (20 Tahun): Kawasan Budiadaya:
1. Jenis kawasan budidaya yang akan dikembangkan? 1. Perubahan/ Modifikasi;
2. Lokasi/Sebaran setiap jenis Kawasan Budidaya yang akan dikembangkan?
3. Skala/Besaran setiap jenis kawasan budidaya yang akan dilakukan pengembangan; 2. Pembangunan baru
4. Tahapan pengembangan kawasan budidaya
Contoh Ilustrasi Muatan KRP (Tata Ruang): : Pengembangan Kawasan Lindung
dalam Rencana Tata Ruang (RTR)
Implementasi KRP
3
Implementasi KRP untuk Jangka waktu tertentu
Muatan KRP (i.e. 20 tahun) KRP Baru
Interaksi
antara (3)
Perubahan/ Modifikasi
KRP dan (2) di
Pengembangan (pembangunan baru) wilayah (1)
Pengaruh KRP
Wilayah Perencanaan KRP & Wilayah Ekologis terhadap Kondisi
Komponen geo-fisik, kimia, biologi, sosekbud LH
dan kesmas 1 4 Kondisi LH saat
Kondisi LH masa lalu dan saat ini Kondisi LH selama Implementasi KRP dan selesai masa
Target PB/SDGs berlakunya KRP
AIR MERESAP i.e. Trend Perubahan parameter LH,
Isu 2 target kualitas LH yang ingin dicapai,
AIR TDK MERESAP
KLHS
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. (Pasal 1 angka 10 UU
32/2009 PPLH)
Sumber: Pasal 16 UU 32 Tahun 2009
Kerangka Berpikir 6 Muatan Kajian
(Mendukung Pembangunan Berkelanjutan)
Analisis
Pengaruh KRP
terhadap
Kondisi LH
(Isu-Isu
Strategis PB)
Contoh Keterkaitan Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan
Intervensi KRP i.e. RRTR 1) Efisiensi= Pemanfaat SDA secara optimal → tetap lestari;
2) Dampak: perubahan LH (parameter LH);
Risiko = kemungkinan kejadian bahaya;
3) Kehati = keberagaman, keragaman + keberlanjutan SDA;
4) Kinerja Jasa LH= perubahan kapasitas + kualitas layanan
ekosistem (LH) (Kondisi awal v.s. actual) → 4 Jasa LH
Efisiensi Pemanfaatan (MANFAAT)
1 5) D3TLH”i.e. DDDT Air;
SDA 6) Kerentanan API: dampak PI + kemampuan adaptasinya
• Nature dari dampak (e.g., positif, negatif, Nilai yang kita berikan terhadap
sinergistik)
komponen lingkungan yang terkena
• Luasan dan besarannya (Extent and
magnitude) dampak i.e.
• Waktu terjadinya dampak (i.e., kontsruksi, • Ecological importance/sustainability
operasi, penutupan) criteria
• Durasi (i.e., pendek, intermittent)
• Social importance
• Reversibility/irreversibility
• Likelihood (i.e., probability, uncertainty) • Environmental standards
Tingkat Penting Potensi
Tingkat pentingnya potensi dampak antara lain berdasarkan:
1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan/atau
Sumber: Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf b PP 46/2016 tentang KLHS →Pasal 22 ayat (2) UU 32/2009 dan Keputusan
Kepala Bapedal 056/1994
Contoh Review terhadap Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH
(Isu-Isu PB Paling Strategis): Studi Kasus KLHS NCICD
Materi Muatan KRP • Seharusnya Isu-Isu PB Paling Strategis; Analisis Pengaruh KRP terhadap
NCICD yang Berpotensi • Perlu dicross-check Kembali proses identifikasi ISU-ISU PB PALING STRATEGIS
Berpenrauh terhadap dan perumusan Isu-Isu PB untuk menentukan
Lingkungan Hidup Isu-Isu Paling Strategis
Pengaruh
KRP NCICD
terhadap • Prakiraan
Banjir Besaran
dianalisis Pengaruh KRP
dengan 6 terhadap
muatan Kondisi LH (+);
yang • Tingkat
relevan i.e. Pentingnya
Dampak/
Risiko LH,
Perumusan
kapasitas
Alternati KRPf:
Adaptasi PI,
Arahan upaya
Kinerja Jasa
Isu-Isu PB yang terkait dengan mingkatkan/
LH, Kehati, Perumusan Alternati KRP:
Isu-Isu PB Paling Strategis memperkuat
D3TLH Arahan Mitigasi
(Besaran dan Tingkat Pentingnya) dampak positif
Contoh: Review Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH dilihat dari Perspekstif Jangka Waktu Implementasi KRP WPR
Domestik yang
Didistribusikan
PASAR EKSPOR
secara
Spasial dalam Grid 1 Km2
https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210499.pdf
Figure 9. Probability map of deforestation (A) without further Ladia Galaska road extension, and (B) with road
extension.
Clements GR, Lynam AJ, Gaveau D, Yap WL, Lhota S, et al. (2014) Where and How Are Roads Endangering Mammals in
Southeast Asia's Forests?. PLoS ONE 9(12): e115376. doi:10.1371/journal.pone.0115376
http://127.0.0.1:8081/plosone/article?id=info:doi/10.1371/journal.pone.0115376
Kajian Pengaruh KRP terhadap Biodiversity
Tiga skenario prakiraan tingkat deforestasi dan penurunan populasi species orang utan pada
tahun 20130 terkait dengan penerapan RED dan pembangunan jalan (David L A Gaveau,
Serge Wich, Justin Epting, Daniel Juhn, Markku Kanninen and Nigel Leader-Williams, 2009)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh Analisis Pengaruh Struktur Ruang terhadap Kondisi LH: Pemilihan Alternatif Rencana Jalur Pipa Migas
Alternatif
Kedua
Alternatif
Pertama
ERI = Ecological Relatif Importance of Habitat, EII = Index of Ecological Impact of the Route
Contoh Pemilihan Alternatif Rencana Jalur Pipa Migas: Hasil Akhir Pemilihan
Alternatif
KRP
Analisis Pengaruh KRP Hasil
adaptasi terhadap perkembangan IPTEK yang lebih
terhadap Kondisi Analisis
memenuhi pertimbangan Pembangunan
Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan
prioritas pelaksanaan
Isu-Isu Strategis
Pembangunan Arahan PPLH
Berkelanjutan implementasi Pemberian arahan atau rambu-rambu utuk
1. Lingkungan Hidup KRP mempertahankan atau meningkatkan fungsi ekosistem
(environmentally sound)
2. Sosial (socially acceptable); Pemberian arahan atau rambu-rambu
3. Ekonomi (economically viable)
mitigasi dampak dan risiko LH
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP: Pengembangan Berbagai Bentuk Mitigasi
Dampak/Pengaruh Negatif dan Meningkatan Benefits KRP (Best Practices)
3 Prinsip Dasar Alternatif KRP
Tinggi
Hindari (avoidance)
Minimisasi (minimisation) • Apakah KRP dan Kegiatan
Prioritas
dibutuhkan?
Restorasi • Apakah KRP dan Kegiatan
Rendah harus dilaksanakan saat ini?
• Apakah ada alternatif
Berbagai opsi restorasi terhadap kondisi
lingkungan yang terpengaruh lokasi?
Berhenti
Proses ke Langkah Selanjutanya
(STOP)
Contoh Arahan Mitigasi Dampak Lingkungan Pembangunan Jalan terhadap Kelestarian Fungsi TN BBS
Arahan Mitigasi
Dampak Pembangunan
Jalan di TN BBS
8 Dukungan Infrastruktur Ramah Lingkungan dalam Pembangunan IKN
Penerapan Eco-road “using eco-friendly functional road materials”
© www.boredpanda.com
© pbs.twimg.com/media
• KONSEP ECO-ROAD menitikberatkan pada perencanaan desain dan konstruksi jalan
yang ramah lingkungan. Pendekatannya yaitu dengan mengintegrasikan fungsi
transportasi dan keberlanjutan ekologis serta tetap menjaga ekosistem sekitarnya.
• Contoh Eco-road salah satunya adalah animal bridges atau wildlife crossing dimana
desain jembatan tidak boleh melengkung lebih dari 1 meter serta menggunakan
tanaman hijau atau vegetasi yang disukai binatang agar tetap terhubung dengan
habitatnya. Hal ini juga diperlukan untuk mengurangi kecelakaan antara hewan liar
dan kendaraan sebagai moda transportasi darat.
• Tujuan IKN memanfaatkan pendekatan ini adalah agar fungsi transportasi yang
direncanakan tidak merusak ekosistem flora dan fauna yang hidup di lokasi
pembangunan.
© arc-solutions.org
Internalisasi LH: Upaya untuk Menjaga Keseimbangan Ekologi, Ekonomi dan Sosil
( win-win solution)
Sumber: D ip a n k a r G h o s e Director -Species & Landscapes Prog. WWF-India
Internalisasi LH: Upaya untuk Menjaga Keseimbangan Ekologi, Ekonomi dan Sosil
( win-win solution)
Sumber:
https://m.medcom.id/foto/ekonomi/5b2XeL2K-melihat-aktivitas-gajah-di-terowongan-tol-pekanbaru-dumai
https://foto.bisnis.com/view/20191217/1182270/terowongan-gajah-tol-pekanbaru-dumai
• Uniknya Tol Permai dilengkapi dengan enam terowongan untuk perlintasan gajah di dalamnya yang terletak di Seksi 2 (Sungai Tekuana) dan Seksi 4 (dekat
Suaka Margasatwa Balai Raja). Terowongan perlintasan gajah ini adalah yang pertama di Indonesia.
• Hutama Karya memastikan bahwa pembangunan Tol Permai tak merusak lingkungan dan ekosistem serta tidak mengganggu habitat asli gajah liar di
sekitarnya.
• Seperti terlihat pada 10 Februari lalu, kawanan gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) melintasi Sungai Tekuana di bawah terowongan gajah yang
dibangun di seksi 2 Tol Permai.
Contoh Mitigasi
Dampak Jalan Tol
terhadap Satwa Liar
Sumber: Pengue, W., Gemmill-Herren, B., Balázs, B., Ortega, E., Viglizzo, E., Acevedo, F., Diaz, D.N., Díaz de Astarloa, D., Fernandez, R., Garibaldi, L.A., Giampetro, M., Goldberg, A., Khosla, A. and Westhoek, H.
(2018). ‘Eco-agri-food Systems’: today’s realities and tomorrow’s challenges. In TEEB for Agriculture & Food: Scientific and Economic Foundations. Geneva: UN Environment. Chapter 3, 57-109.
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)
Rekomendasi Perbaikan
untuk Pengambilan MATERI PERBAIKAN
Keputusan Kebijakan, Kebijakan, Rencana dan
Perumuasan Rencana dan Program Program (KRP)
Alternatif
Penyempurnaan (KRP)
KRP Dasar
Informasi Usaha
dan/atau Kegiatan yang
telah melampaui D3TLH
dan tidak
PENGKAJIAN PENGARUH KRP diperbolehkan lagi
TERHADAP KONDISI LH
Penjaminan Kualitas (Dalam Rangka Self Assessment)
• Penjaminan Kualitas melalui penilaian mandiri oleh Penyusun KRP (Menteri,
menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian terkait, gubernur, atau
bupati walikota yang bertanggung jawab terhadap penyusunan atau evaluasi
KRP)
• Penyusun KRP wajib melakukan penjaminan kualitas KLHS melalui penilaian
mandiri, untuk memastikan bahwa proses KLHS sudah dilaksanakan sesuai
mekanisme;
• Forum Rapat Koordinasi, antara pokja KLHS dengan pokja KRP,
• Hasil Penjaminan Kualitas berisi informasi tentang:
- Kelayakan KLHS dan
- Rekomendasi perbaikan KLHS diikuti dengan Perbaikan KRP
• Hasil nya disahkan (berita acara).
Tata Cara Penjaminan Kualitas
Pemenuhan atas persyaratan dan kriteria penilaian mandiri
1. Desain proses KLHS
2. Laporan KLHS
3. Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis dan Prioritas
4. Analisis KRP dan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
5. Pengkajian
6. Alternatif dan Rekomendasi
7. Dokumentasi Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
8. Integrasi Hasil KLHS/Pengambilan Keputusan
9. Partisipasi Pemangku Kepentingan
Muatan Informasi dalam KLHS
(Summary of information required under the European Commission SEA Directive)
1) An outline of the contents, main objectives of the plan or programme and relationship with other relevant
plans and programmes;
2) the relevant aspects of the current state of the environment and the likely evolution thereof without
implementation of the plan or programme;
3) the environmental characteristics of areas likely to be significantly affected;
4) any existing environmental problems which are relevant to the plan or programme including, in particular,
those relating to any areas of a particular environmental importance,
5) the environmental protection objectives, established at international, Community or Member State level,
which are relevant to the plan or programme and the way those objectives and any environmental
considerations have been taken into account during its preparation;
6) the likely significant effects (1) on the environment, including on issues such as biodiversity, population,
human health, fauna, flora, soil, water, air, climatic factors, material assets, cultural heritage including
architectural and archaeological heritage, landscape and the interrelationship between the above factors;
7) the measures envisaged to prevent, reduce and as fully as possible offset any significant adverse effects on
the environment of implementing the plan or programme;
8) an outline of the reasons for selecting the alternatives dealt with, and a description of how the assessment
was undertaken including any difficulties (such as technical deficiencies or lack of know-how) encountered
in compiling the required information;
9) a description of the measures envisaged concerning monitoring;
10) a non-technical summary of the information provided under the above headings.
Pendokumentasian KLHS dan Digitalisasi KLHS
dasar pertimbangan
Metode dan
Metode dan
metoda, teknik, metoda, teknik, rangkaian
Hasil?
Hasil?
Latar Belakang?
pelaksanaan