Anda di halaman 1dari 176

Ketentuan PUU Cipta Kerja terkait dengan PDLKWS:

KLHS - Kajian Lingkungan Hidup Strategis


Sebagai Landscape Environmental Safeguard untuk
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Erik Teguh Primiantoro, S.Hut., MES


Direktur PDLKWS

Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor


Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan@14 Oktober 2021
Konsep Dasar Lansekap dan Keberlanjutan Lingkungan & Social
Composisi landscape Struktur landscape (LANDSCAPE Batas landscape (LANDSCAPE BOUNDARIES):
(LANDSCAPE COMPOSITION): STRUCTURE): Bergantung pada tujuan pengelolaan para pemangku
campuran penutupan lahan dan pengaturan spasial berbagai penutupan lahan dan kepentingan, batas lanskap mungkin terpisah atau tidak jelas,
penggunaan lahan seperti vegetasi penggunan lahan (LULC) yang berbeda-beda dan mungkin sesuai dengan batas daerah aliran sungai, fitur
alami, lahan pertanian, permukiman, beserta berbagai norma dan tata Kelola yang lahan yang berbeda, dan / atau batas yurisdiksi, atau
area pedesaaan dan area perkotaan berkontribusi terhadap karakter landscape memotong garis demarkasi tersebut

PASAL 12 AYAT (2) UU


32/2009 PPLH:
• Keberlanjutan KPHL

proses, fungsi dan


KPHP
produktivitas LH KPHK

• Keselamatan, Mutu
Hidup dan
PASAR EKSPOR

Kesejahteraan
Masyarakat

Luas Landscape (LANDSCAPE


SIZE): Sebuah lanskap dapat
mencakup area dari ratusan hingga
puluhan ribu kilometer persegi

LANDSCAPE: Sistem Socio-Ekologi (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan,
dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman yang dipengaruhi oleh proses and
aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area. HUTAN bagian Tidak terpisahakan dari Suatau Landscape
Sistem Socio-Ekologi dalam Suatu Landscape
3 Keselamatan, Mutu Hidup dan Kesejahteraan EKOSISTEM (Ecological System)
Masyarakat Jasa KONDISI EKOSISTEM:
KONDISI KUALITAS
HIDUP MANUSIA Lingkungan STRUKTUR DAN FUNGSI
(the Standard of Living) Hidup ALIRAN ENERGI
(Energy Flow)

RESPON MANUSIA (Human Responses)


TATA NILAI
(Values) SIKLUS
MATERI
(Mineral
Cycles)
TEKANAN
MANUSIA SIKLUS AIR
TEKNOLOGI PENGETAHUAN TERHADP (Water Cycle)
(Technology) (Knowledge) EKOSISTEM

KELEMBAGAAN DINAMIKA KOMUNITAS


(Institutions) (Community Dynamics)

PERUBAHAN-PERUBAHAN ALAMI
INTERAKSI SOSIAL (People-to-people Pressures)
(Naturally-caused environmental changes)
KOOPERASI KOLABORASI, KOMPETISI,
KONFLIK
Iklim, tanah (edafis), topografi, geologi, physiografi

SISTEM-SISTEM SOSIAL MANUSIA


(Human Social Systems) • 1 Keberlanjutan proses dan fungsi LH
•2 Keberlanjutan produktivitas LH

Sumber: Primiantoro (2000):Konsep tersebut dimodifikasi dari konsep yang terdapat dalam buku “Strategies for National Sustainable
Development” (Carew-Reid et all 1994) dan Buku Holistik Managemet (Savory, 1998), A Major Paper for MES at York University, Toronto
1999 2018 2021
Perbaikan 2010 2012 2016 PP OSS
PP Baru
PP Nomor
(PP Nomor 27 revitalisasi 27 tahun 24/2018
PP
tahun 1999) 2012 Izin
46/2016
1993 Lingkungan
(KLHS & KLHS
Pengembangan RDTR)
(PP Nomor 51 tahun 1993

1986
tonggak awal
(PP Nomor 29
2020
tahun 1986) UU PPLH 32/2009
& UU CK 11/20

2009
UU 32/2009
1997
UU 23/1997

1982
UU 4/1982 4
PEMANFAATAN PEMELIHARAAN PENEGAKAN HUKUM
6 P di UU Atur dan Awasi
(ADA)
32/2009
PPLH D3TLH & • Konservasi SDA
Atur Diri Sendiri
• Pencadangan (ADS)
PERENCANAAN RPPLH PENGENDALIAN • Pelestarian fungsi PENGAWASAN
Atmosfir Financial
a. INVENTARISASI LH; Approach
b. PENETAPAN WILAYAH EKOREGION
PEMULIHAN
c. PENYUSUNAN RPPLH

PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
KPHL

,
• KLHS tata ruang, baku KPHP KPHK
mutu LH, baku kerusakan
LH, AMDAL, UKL-UPL,
PASAR EKSPOR
Persetujuan LH
• Instrumen Ekonomi LH
• Analisis resiko LH, audit LH,
anggaran berbasis LH,
regulasi, dll.

1. Kawasan Hutan: HL, HP, HK


2. Pengelola Tapak: KPHP, KPHL, KPHK, dan TN
3. Integrasi Hulu-Hilir-Pasar
POSISI KLHS, AMDAL dan UKL-UPL DALAM PENDEKATAN
LANDSCAPE: INTEGRASI INSTRUMEN LH & INSTRUMEN KEHUTANAN
Posisi Instrumen PPLH dalam Kaitannya dengan Pelaksanaan PUU Cipta Kerja
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (IELH) i.e. NSDA-LH/PDRB, KIJL/PJLH, SF
Neraca Sumber Daya Alam
Rencana Perlindungan
dan Lingkungan Hidup
& Pengelolaan
Lingkungan Hidup Landscape Level
(RPPLH)
KLHS
Hasil Kebijakan, Rencana &
Inventarisasi a. National;
Program (KRP): i.e.
SDA & LH b. Provinsi; Rencana Tata Ruang dan
c. Kabupaten/ Kota (Kajian Lingkungan
Rencana Pembangunan
Hidup Strategis)
IGT sebagai Daya Dukung & Daya PUU
SISTEM Referensi Tampung LH serta
INFORMASI PPLH Cadangan SDA Cipta
untuk Kerja
Mendukung AMDAL USAHA
Sistem Tata Inventarisasi LH Inventarisasi LH dan/atau KEGIATAN
Kelola a. Nasional ditingkat Wilayah UKL-UPL & Pembangunan i.e.
Terintegrasi b. Pulau/Kepulauan Ekoregion (c) PERIZINAN Pertambangan, Migas,
secara Infrastruktur,
Elektronik
BERUSAHA Perkebunan
Berbasis
EKOREGION
EKOREGION Site/Project Level
Jasa Lingkungan Hidup
“DNA” PPLH = HITS
Bisnis Proses Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Perizinan Berusaha
Penilaian Amdal oleh TIM UJI Penyusunan Amdal:
• RPPLH Shifting Environmental
Safeguard dan KELAYAKAN LH (Unsur Pemerintah & Sertikasi Penyusun Pelibatan
• D3TLH Pengecualian Amdal Ahli Bersertifikat) yang dibentuk oleh
LEMBAGA UJI KELAYAKAN
Amdal (LSP→ Masyarakat
LPK_LSK)
• EKOREGION
KLHS Resiko Tinggi Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup
Perizinan
AMDAL
SKKL
Berusaha : Penegakan
• Izin
RENCANA TATA Resiko Menengah
• Sertifikat Hukum:
Pengawasan
RUANG UKL-UPL Standar
(Psl. 63, UU CK)
• Administrasi
• Pidana
• RTRW/RDTR PKPLH • NIB
• Perdata
• RZWP3K Resiko Rendah Persetujuan
NIB Pemerintah • Gubernur dan Bupati/Walikota berhak melakukan pengawasan
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Rencana Usaha Dokumen LH & Persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha;
dan/atau Kegiatan Perizinan Berusaha • Menteri berhak melakukan pengawasan jika dianggap terjadi
Persetujuan LH pelanggaran serius terhadap Perizinan yang seharusnya dilakukan
pengawasan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
• Pemerintah Pusat menerapkan sanksi administratif kepada
Integrasi ke dalam Dokumen Lingkungan Hidup penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, jika hasil pengawasan
Pengelonaan B3, LB3 & Pengelolaan Air Limbah, Emisi
Baku Mutu Kriteria Baku ditemukan pelanggaran terhadap Perizinan Berusaha.
(Persetujuan Teknis + SLO) & Kajian Dampak Lalu Lintas (Psl. 72 & 76, UU CK)
(Persetujuan Teknis) LH Kerusakan LH
Environmental and Social Safeguards for Landscape & Project Sustanaibility
KLHS: Environmental & Social Safeguard KLHS harus dapat memberikan arahan kajian
(ESS) untuk KRP (Landscape) LH lebih detail pada skala Proyek (Amdal &
UKL-UPL)
Intervensi Kebijakan PDLKWS Amdal atau UKL-UPL &
Persetujuan Lingkungan:
1. Rencana Tata Ruang: i.e. RTRW, RDTR, RZWP3K Landscape Sustainability: ESS untuk Proyek
• Keberlanjutan proses dan fungsi LH
2. Rencanan Pembangunan: i.e. RPJPD, RPJMD • Keberlanjutan produktivitas LH
3. KRP Lain yang berpotensi menimbulkan dampak • Keselamatan, Mutu Hidup dan
& risiko LH Kesejahteraan Masyarakat

2 1 9
Landscape Sustainability Usaha dan/atau Kegiatan
3 (Proyek)
1
4 5

9 7
Project Sustainability 8
6

Environmental Indicators:
Environmental Indicators: Daya Dukung • Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML) Indeks Pencemaran LH
dan Daya Tampung Lingkungan Hidup • Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL) i.e. Tanah, Mangrove, Lamun,
(D3TLH) Terumbu karang;
Environmental and Social Safeguard Framework
Landscape
Sustainability

International Instrumen Perlindungan & KLHS/SEA


Environmental Pengelolaan Lingkungan
and Social Hidup Indonesia
Frameworks (UU 32/2009 dan UU CK
i..e. ESS-WB, No 11/2020 + PUU
IFC, SPS-ADB terkait) AMDAL/EIA
Project/Site
Sustainability

ESMF Organisasi Lain di


Indonesia i.e. PT SMI,
IIF, BPLHD
Filosofi Kajian Dampak Lingkungan: Environmental & Social Safeguard
Kajian Dampak Lingkungan (KLHS, Amdal, UKL-UPL):
1) Instrumen Good Environmental Governance (i.e. Transparansi, Terkait dengan Amanah Pasal 33 ayat (4)
partisipasi dan akuntabiltas); UUD 1945: kegiatan perekonomian yang
2) berfungsi untuk mengendalikan KRP yang disusun dan Rencana
berkelanjutan dan berwawaan
Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan lingkungan
3) Dalam rangka Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(aspek geobiofisiki kimia dan sosekbud dan kesmas) → Terkait dengan Amanah Pasal 28 H ayat (1)
Environmental & Social Safeguard UUD 1945:
1. kualitas lingkungan hidup yang baik dan
a. Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup sehat yang diindikasikan antara lain
i. Kelangsungan daya dukung; oleh
ii. Kelangsungan daya tampung a. kualitas udara, lahan/tanah dan air
b. Pencegahan: yang bersih dan sehat, serta
i. Pencemaran Lingkungan Hidup (Standar: Baku Mutu b. kualitas ekosistem (i.e. hutan, karst,
Lingkungan-BML) dan/atau gambut, mangrove, pada lamun
ii. Kerusakan Lingkungan Hidup (Standar: Kriteria Baku
dan terumbu karang) yang baik dan
Kerusakan Lingkungan-KBKL);
c. Pemenuhan Hak-hak masyarakat atas LH yang baik dan sehat
sehat serta perperan dalam PPLH (concern masyarakat) 2. Hak Masyarakat untuk mendapatkan
Kualitas LH yang baik dan sehat
Pembagian Perananan Sistem Pengaman Lingkungan
(Environmental and Social Safeguard)
Instrumen lingkungan hidup BEBAN harus dibagi secara PROPORSIONAL antara Amdal,
yang berperan sebagai sistem UKL-UPL dan Izin Lingkungan serta SPPL sebagai sistem
pengaman lingkungan
(Environmental and Social
pengaman lingkungan di hilir dengan KLHS beserta RPPLH
Safeguard) sesuai dengan dan Kajian DDL/DTL sebagai sistem pengaman lingkungan di
ketentuan UU No. 32 Tahun hulu.
2009 tentang PPLH
Kedepan : Pengembangan dan penguatan sistem
1. Sistem Pengaman pengamanan lingkungan yang berada di hulu, yaitu RPPLH,
Lingkungan di Hulu: KLHS DDL/DTL dan KLHS.
yang didukung oleh RPPLH
dan Kajian DDL/DTL; dan

2. Sistem Pengaman Selama ini : pengaman lingkungan (environmental safeguard)


Lingkungan di Hilir: Amdal, dibebankan sepenuhnya pada Amdal. Amdal dianggap sebagai alat
UKL-UPL dan Izin Lingkungan, serbaguna sistem pengaman lingkungan yang dapat menyelesaikan
dan SPPL. segala persoalan lingkungan hidup.
Jenis KRP yang wajib KLHS
RTRW Nasional; Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

RTR Pulau/Kepulauan;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota;
Nasional; Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
Rencana Tata Ruang Laut Nasional;
Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil beserta Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Kabupaten/Kota;
rencana rincinya;

Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Untuk Pulau- Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
Pulau Kecil Terluar; merupakan bagian wilayah kabupaten;

Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi;
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Rencana Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kabupaten/Kota;
Nasional;
Rencana Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Tingkat
Provinsi;
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Rencana Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Tingkat
Kabupaten/Kota; dan
Provinsi; dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang berpotensi
Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang berpotensi dampak Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang berpotensi dampak
dan/atau risiko Lingkungan Hidup lainnya di tingkat provinsi, atau dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup lainnya di
dan/atau risiko Lingkungan Hidup lainnya di tingkat nasional atau tingkat kabupaten/kota
lintas provinsi. lintas kabupaten/kota

Sumber: Pasal 2- Pasal 3 PP 46/2016 dan Pasal 4 Peraturan Menteri LHK P. 69/2017
KLHS dalam UU PPLH No. 32/2009, PP 46/2016 dan UU CK 11/2011
UU NO. 32 TAHUN 2009 tentang PPLH UU NO. 26/2007 JO UU NO. 11/2020
• UU No. 11 Tahun 2020 tidak mengubah, menghapus
dan membuat pengaturan baru terkait dengan Pasal 17 UU CK No 11/2020: Beberapa ketentuan
ketentuan terkait KLHS yang tercantum di dalam dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7
ketentuan Pasal 15 s/d Pasal 19 UU No. 32 Tahun 2009; tentang Penataan diubah sebagai berikut:
• Pasal 15 UU No. 32/2009 pada dasarnya menyebutkan • Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (5) pada
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib dasarnya menyebutkan bahwa perencanaan tata ruang
melaksanakan KLHS dalam penyusunan atau evaluasi dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata
RTRW BESERTA RENCANA RINCI, RPJP, RPJM dan KRP ruang dan rencana rinci tata ruang.
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko • Salah satu rencana rinci tata ruang adalah Rencana
lingkungan hidup; Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.
• Pasal 19 UU No. 32/2009: setiap perencanaan tata • Pasal 14A ayat (1) huruf a juga menegaskan bahwa
ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya
PP NO. 46 TAHUN 2016 TATA CARA PENYELENGGARAN KLHS tampung lingkungan hidup dan kajian lingkungan
Pasal 2 (ayat (2) PP 46/2016: KLHS wajib dilaksanakan ke hidup strategis (KLHS).
dalam penyusunan atau evaluasi: • Pasal 14A ayat (2) UU 11 Tahun 2021 menyebutkan
• RTRW BESERTA RENCANA RINCINYA, RPJP, RPJM dan; bahwa Penyusunan KLHS sebagaimana dimaksud
• KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau apada ayat (1) huruf a dilakukan dalam penyusunan
risiko lingkungan hidup rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang Berdasarkan PP No. 21 Tahun 2021
Penyusunan rencana umum tata Penyusunan rencana rinci tata
ruang meliputi: ruang meliputi:
a. penyusunan Rencana Tata a. penyusunan RTR pulau/
Ruang Wilayah Nasional; kepulauan;
b. penyusunan rencana tata b. penyusunan RTR KSN;
ruang wilayah provinsi; c. penyusunan RZ KAW;
c. penyusunan rencana tata d. penyusunan RZ KSNT;
ruang wilayah kabupaten;
dan e. penyusunan RDTR KPN; dan
d. penyusunan rencana tata f. penyusunan RDTR
ruang wilayah kota. kabupaten/ kota.
Sumber: Pasal 24 ayat (1) PP No 21/2021
Sumber: Pasal 9 ayat (1) PP No 21/2021
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021
Proses Penyusunan
Proses Penyusunan Proses Penyusunan Proses Penyusunan
RTRW Kabupaten
RTRWN RTRW Provinsi RTRW Kota
a. Persiapan
a. Persiapan a. Persiapan a. Persiapan
Penyusunan;
Penyusunan; Penyusunan; Penyusunan;
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data b. Pengumpulan data b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data dan
c. Pengolahan data dan c. Pengolahan data dan c. Pengolahan data dan
analisis → D3TLH
analisis → D3TLH analisis → D3TLH analisis → D3TLH
terintegrasi dalam
terintegrasi dalam terintegrasi dalam terintegrasi dalam
KLHS;
KLHS; KLHS; KLHS;
d. Perumusan Konsepsi
d. Perumusan Konsepsi d. Perumusan Konsepsi d. Perumusan Konsepsi
RTRW Kabupaten;
RTRWN; RTRWP; RTRW Kota;
e. Penyusunan
e. Penyusunan e. Penyusunan e. Penyusunan
Rancangan Peraturan
Rancangan PP tentang Rancangan Peraturan Rancangan Peraturan
tentang RTRW
RTRWN tentang RTRWP tentang RTRW Kota
Kabupaten
Sumber: Pasal 12 ayat (2) Sumber: Pasal 16 ayat (2) Sumber: Pasal 23 ayat (2)
Sumber: Pasal 19 ayat (2)
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021 - Bagian Pertama
Proses Penyusunan RTR
Proses Penyusunan RTR Proses Penyusunan RZ Proses Penyusunan RZ
Pulau/Kepulauan
KSN KAW; KSNT
a. Persiapan
a. Persiapan a. Pengumpulan & a. Pengumpulan &
Penyusunan;
Penyusunan; Pengolahan data Pengolahan data
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data b. Penyusunan Dokumen b. Penyusunan Dokumen
c. Pengolahan data dan
c. Pengolahan data dan Awal RZ KAW; Awal RZ KSNT;
analisis → D3TLH
analisis → D3TLH c. Konsultasi Publik c. Konsultasi Publik
terintegrasi dalam
terintegrasi dalam Pertama; Pertama;
KLHS;
KLHS; d. Penyusunan Dokumen d. Penyusunan Dokumen
d. Perumusan Konsepsi
d. Perumusan Konsepsi Antara RZ KAW; Antara RZ KSNT
RTR Pulau/Kepulauan
RTR KSN e. Konsultasi Publik e. Konsultasi Publik
e. Penyusunan
e. Penyusunan kedua; kedua;
Rancangan Perpres
Rancangan Perpres f. Penyusunan Dokumen f. Penyusunan Dokumen
tentang RTR
tentang RTR KSN final RZ KAW final RZ KSNT
Pulau/Kepulauan
Sumber: Pasal 36 ayat (2) Sumber: Pasal 39 Sumber: Pasal 45
Sumber: Pasal 27 ayat (2)
Posisi KLHS dalam Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Berdasarkan PP 21 Tahun 2021 - Bagian Kedua
Proses Penyusunan RDTR
Proses Penyusunan RDTR Kawasan
Kabupaten/Kota
Perbatasan Negara (KPN)
a. Persiapan Penyusunan;
a. Persiapan Penyusunan;
b. Pengumpulan data
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data dan analisis →
c. Pengolahan data dan analisis →
D3TLH;
D3TLH;
d. Perumusan Konsepsi RDTR
d. Perumusan Konsepsi RDTR KPN
Kabupaten/Kota
e. Penyusunan Rancangan Perpres
e. Penyusunan Rancangan Peraturan
tentang RDTR KPN
tentang RDTR Kabupaten/Kota
Sumber: Pasal 52 ayat (2)
Sumber: Pasal 57 ayat (2)
Kesimpulan Ketentuan KLHS dalam Penyusunan RDTR
• Berdasarkan analisis Yuridis yang dilakukan oleh Dit. PDLKWS KLHK:
• ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf a UU No. 32/2009, Pasal 17 UU CK No 11/2020 terkait denggan
perubahan Pasal 14 dan Pasal 14A ayat (1) huruf a, Pasal 2 ayat (2) huruf a PP No. 46 Tahun 2016, KLHS
wajib dibuat dan dilaksanakan dalam penyusunan RDTR, walaupun ketentuan di Pasal 52 ayat (2) dan
Pasal 57 ayat (2) PP No. 21/2021 yang merupakan peraturan pelaksanaan UU No. 11/2020 tidak
menyebutkan ketentuan KLHS terkait dengan Penyusunan RDTR;
• Berdasarkan tata urutan PUU, UU No. 32 Tahun 2009 dan UU No. 11/2020 memiliki kedudukan lebih
tinggi dari pada PP No. 21/2021;
• Berdasarkan hasil Rapat virtual Koodinasi Kemenko Perekonomian pada tanggal 22 Maret 2021 yang
diselenggarakan secara virtual ditegaskan bahwa Kemenko, Kemensekneg dan kemenseskab serta
Kemenkumham akan menentukan/memutuskan terkait dengan aspek yuridis/legal ketentuan persyaratan
KLHS dalam penyusunan RDTR:
• Berdasarkan Rapat virtual Kemenko Ekon tanggal 29 Maret 2021: KLHS tetap dilakukan dalam Penyusunan
RDTR. Perlu dirumusakan mekanisme teknis/operasional integrasi proses KLHS ke dalam Proses RDTR;
• Rapat Kemenko Ekon tanggal 31 Maret 2021 di Hotel Pullman: Membahas mekanisme teknis/operasional
integrasi proses KLHS ke dalam Proses RDTR
Strategi Percepatan: Integrasi Penyelenggaraan KLHS dan Proses RDTR
a. Penjaminan Kualitas KLHS
Tahapan Penyelengggaraan KLHS b. Pendokumentasian KLHS;
c. Validasi KLHS

Penyusunan
Identifikasi Isu-Isu Identifikasi Kajian Pengaruh Perumusan
Persiapan Strategis PB RDTR thd LH Alternatif
Rekomendasi
Muatan RDTR + PZ Perbaikan

Penyusunan &
Pengumpulan Data & Pengolahan & Perumusan Konsep Pembahasan
Persiapan Analisis Data RDTR & Muatan PZ Ranperda RDTR &
Informasi
Muatan PZ

a. NA;;
a. Tim Penyusun; Untuk Konsep RDTR; b. Penyusunan
a. Data Primier; a. Alternatif konsep rencana; Ranperda;
b. Kajian awal; a. Penyusunan RDTR;
b. Data Sekunder b. Pemilihan konsep; c. Pembahasan
c. Delineasi awal BWP’ b. Penyusunan
d. Teknis pelaksanaan; muatan PZ c. Perumusan rencana terpilih; Ranperda
e. Pemeberitan ke
Publik Muatan PZ: Proses KLHS RDTR
a. Peta pola ruang + kode terintegrasi dengan
pengaturan zonasi;
Proses RDTR
b. Aturan dasar./Teknik pengaturan
zonasi

Prosedur Penyusunan RDTR dan Muatan PZ


Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
√ PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
Pasal 13 dan Pasal 14 Pasal 16
Penyusunan Materi
Teknis Pengaturan Pengajuan Ranperda
Ruang Darat Pembahasan Ranperda
RTRWP dari Gubernur
di DPRD
ke DPRD
Integrasi Penyepakatan substansi yang
Persyaratan:
akan disampaikan kepada
Penyusunan Materi ✓Validasi KLHS*
Menteri*
Teknis Pengaturan Persetujuan ✓ Rekomendasi peta dasar*
Perairan Pesisir Teknis
(OPD bidang Menteri KKP Penerbitan Penyampaian Ranperda
Pembahasan
kelautan) Persetujuan dari Gubernur kepada
Lintas Sektor
Substansi** Menteri
Persyaratan:
Embended ✓Validasi KLHS
✓ Rekomendasi peta dasar
Penyelengaraan KLHS ✓ Hasil penyepakatan
Intergrasi RZWP3K Kedalam RTRW Persetujuan dengan DPRD
Ex post
Bersama antara Penetapan
Gubernur dengan Perda***
DPRD*

18 Bulan Penyusunan RTRW


Keterangan :
*) jangka waktu paling lama 20 hari Kerja Setelah dokumen diterima lengkap **) jangka waktu paling lama 20 hari (pasal 67) ***) jangka waktu paling lama 2 bulan (Pasal 16)
Kondisi Eksisting: KLHS RTRWP dan RZWP3K
KOORDINASI Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan
Substansi RTRWP & RZWP3K

Tim Teknis Matek Kajian Teknsi Terpadu Berdasarkan Pendekatan


Tim Teknis Matek
dan Tim Pokja KLHS Ekosistem (Coastal-Watershed: ICZM-IWM) dan Tim Pokja KLHS
RZWP3K RTRWP
KLHS RZWP3K KLHS RTRWP

Materi Teknis RZWP3K Materi Teknis RTRWP

Penetapan RTRWP
Penetapan
RZWP3K
Kondisi Kedepan: Integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K
• Dari aspek perlindungan dan Kajian Teknis Terpadu Berdasarkan Pendekatan
pengelolaan Lingkungan Hidup Ekosistem (Coastal-Watershed: ICZM-IWM) Tim Teknis
(PPLH), ruang darat dan ruang
pesisir-laut pada dasarnya adalah Satu KLHS terintegrasi dengan batas Matek dan
satu kesatuan ruang yang Ekologis Coastal-Watershed Tim Pokja
teritegrasi secara ekologis; (integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K) KLHS
• Kajian lingkungan (Environmental
Assessment) seperti KLHS/SEA Integrasi Materi Teknis RTRWP & RZWP3K
harus dilakukan secara terintegrasi
antara perencanaan ruang di darat
dengan perencanaan ruang di
perairan pesisir-laut dengan
menggunakan batas ekologis
berupa Coastal-Watershed; Penetapan
• KLHS didayagunakan untuk RTWP &
memperkuat aspek perlindungan LH RZWP3K
(Environmental Safeguard) terkait Terintegrasi
dengan perencanaan, pemanfaatan
dan pengendelaian ruang
Pelaksanaan KLHS terkait dengan Integrasi RTRWP dan RZWP3K
Ketentuan Pasal 29 PP No. 46/2016:
1) Masa berlaku KLHS yang telah mendapat persetujuan validasi sama
dengan masa berlakunya dokumen kebijkan, rencana dan/atau Beberapa skema pelaksanaan KLHS terkait dengan Integrasi
program (KRP); RTRWP dan RZWP3K:
2) Dalam hal terdapat PERUBAHAN terhadap KRP, terhadap KLHS
dilakukan PENINJAUAN KEMBALI bersamaan dengan Perubahaan KRP 1) KLHS RTRWP dan KLHS RZWP3 sudah divalidasi dan tidak
ada Perubahan KRP dalam RTRWP dan RZWP3K → KLHS
yang sudah divalidasi dapat digunakan langsung untuk
KLHS RZWP3K KLHS RTRWP Integrasi RTRWP dan RZWP3K (KLHS Tetap Berlaku)
2) KLHS RTRWP dan RZWP3K sudah disusun dan divalidasi
Materi Teknis & Materi Teknis dan Perda (akan ada KRP RTRW dan RZWP3K Berubah) → Satu KLHS
Perda RZWP3K RTRWP terintegrasi dengan batas Ekologis Coastal-Watershed
(integrasi KLHS RTRWP dan RZWP3K) → (KLHS Baru
teritegrasi)
3) Salah satu KLHS yaitu KLHS RTRWP atau KLHS RZWP3K
belum disusun dan/atau belum divalidasi → KLHS disusun
dengan cara mengintegrasikan muatan-muatan KLHS yang
telah disusun dan divalidasi ke dalam KLHS yang sedang
disusun sehingga menjadi satu kesatuan KLHS terintegrasi
(KLHS Baru teritegrasi)
PP 23/2021: KLHS terkait dengan Pelepasan Kawasan Hutan
Pasal 55: Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan secara parsial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf
a dilakukan melalui Pelepasan Kawasan Hutan

Pasal 59 ayat (1 ) Pasal 63:


PSN dan Ayat (2): Tim Keputusan oleh
Terpadu Menteri LHK
PEN
Permohon
Food Estate & Pelepasan Pengelolaan Hasil
Pelepasan
Kawasan
Energi Kawasan Pelepasan
Hutan Hutan Kawasan Hutan
Pasal 58: Kawasan
Hutan (HPK yang Pasal 59 ayat (3):
tidak Produktif D3TLH dan KLHS Pasal 60 ayat (2):
dan/atau Hutan oleh Pemrakarsa Mengacu pada Asas KTA
Produksi Tetap) Kegiatan dengan Memperhatikan
D3TLH

Sumber: Pasal 55, 58, 59, 60 dan 62 PP No. 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
PP 23/2021: KLHS terkait dengan Perubahan Fungsi dan
Peruntukan Kawasan Hutan Skala Provinsi

Kajian Lingkungan Hidup Proses Reviu Rencana


Strategis (KLHS) RTRWP Tata Ruang Wilayah
Provinsi

Perubahan Fungsi
Pasal 73 ayat (6): KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP Kawasan Hutan dan
STRATEGIS dalam rangka Perubahan Fungsi Kawasan Perubahan Peruntukkan
Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
pada skala provinsi yang merupakan bagian dari proses Kawasan Hutan Skala
reviu rencana tata ruang wilayah provinsi, menggunakan Provinsi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RENCANA
TATA RUANG WILAYAH PROVINSI yang disusun oleh
pemrakarsa kegiatan
PP 23/2021: KLHS terkait dengan KHKP
Pasal 115 ayat (1): Lokus KHKP di
Kawasan Hutan Lindung dan
Kawasan Hutan Produksi

Pasal 114 ayat (3): Pasal 115 ayat (4):


Pasal 114 ayat (4)-ayat (6):
• Menteri/ Pimpinan Penetapan Luasan
Dokumen Permohonan Kawasan
Lembaga;
• Gubernur atau
Hutan untuk Ketahanan Pangan Kawasan Hutan untuk
(KHKP) → Pernyataan Komitmen Ketahanan Pangan (KHKP)
Bupati/Walikota;
dan Persyaratan Teknis
• Kepala Badan Otorita oleh Menteri LHK

• Pasal 114 ayat ayat (5) huruf a dan c dan dan Pasal 483 ayat (4) huruf a Permenlhk Mempertimbangkan:
No. 7/2021 : Pernyataan komitment kesanggupan penyelesaian Master Plan • Luas kawasan hutan untuk
Pengelolaan KHKP dan persetujuan Lingkungan KHKP
• Kecukupan Luas Kawasan
• Pasal 114 ayat (6) huruf a dan Pasal 483 ayat (4) huruf a Permenlhk No. 7/2021:
Hutan;
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai salah satu dari empat
persyaratan Teknis • Hasil KLHS

Sumber: Pasal 114-115 PP 23/2021 dan Pasal 483 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf a Peraturan MENLHK NO. 7/2021
Ketentuan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Food Estate
Pasal 485 Pasal 486
1) Penyediaan Kawasan Hutan Penyediaan Kawasan Hutan untuk pembangunan Food
untuk pembangunan Food Estate dalam mendukung Ketahanan Pangan sebagaimana
Estate dengan mekanisme dimaksud dalam Pasal 485 dapat dilakukan untuk AREAL
penetapan KHKP YANG BERTUTUPAN BUKAN HUTAN pada Kawasan Hutan:
sebagaimana dimaksud a. yang telah dibebani hak pengelolaan oleh badan usaha
dalam Pasal 484 dilakukan milik negara bidang Kehutanan dan dikeluarkan dari
pada: areal hak pengelolaan;
a. Kawasan Hutan b. yang telah dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Lindung; dan/atau Hutan, dengan luasan paling banyak seluas 10%
b. Kawasan Hutan sepuluh perseratus) dari Areal Kerjanya, dan dikeluarkan
Produksi; dari Areal Kerjanya;
2) Kawasan Hutan Lindung c. yang tidak dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan
sebagaimana dimaksud Hutan, dengan luasan paling banyak seluas 10%
pada ayat (1) huruf a yang (sepuluh perseratus) dari areal pengelolaan KPH; dan
sudah tidak sepenuhnya d. yang telah dicadangkan atau telah dibebani Persetujuan
berfungsi lindung sesuai Pengelolaan Perhutanan Sosial atau telah dicadangkan
dengan ketentuan untuk TORA dengan menyesuaikan program yang
peraturan perundang- berorientasi pada rakyat dan reforma agraria.
undangan.
Sumber: Pasal 485-486 Peraturan Menteri LHK No 7/2021
RDTR, KLHS dan Pengecualian Amdal
Tahap
Perencanaan Tahap Pra- Tahap Tahap
Tahap KRP:
Usaha Konstruksi Konstruksi Operasi
RDTR dan/atau RTRKS dan/atau
Kab/Kota Kegitan Pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Usaha
(Project) dan/atau Kegiatan

1. RDTR yang disusun sesuai dengan penjelasan Pasal


Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) komprehensif UKL-UPL 13 PP 27/2012 sudah memiliki Environmental
dan rinci, yang memuat antara Safeguard (EIA-Based SEA);
lain: 2. Ketentuan ini men-tranfers environmental
1. Kajian DDL/DTL dan yang
safeguard pada tahap perencanaan proyek
komprehnsif dan rinci
2. Arahan pemanfaatan (dilakukan oleh Pemrakarsa) ke tahap
ruang: proyek dan perencanaan KRP (dilakukan oleh Pemerintah);
pengendalian dampak LH 3. Penerapan Pengecualian Amdal pada RDTR yang
disusun TIDAK seperti penjelasan Pasal 13 PP
Environmental 27/2012: MENGHILANGKAN ENVIRONMENTAL
SAFEGUARD
Safeguard
KLHS dan Pengecualian Kewajiban Memiliki Amdal dalam Pasal 10 dan Pasal 11 PP No 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaran PPLH (Peraturan Pelaksanaan UU CK No 11/2020)

Pasal 10 Pasal 11

Bagian V Lampiran I PP No. 22/2021:


• Tata Laksana Pengecualian Amdal dan Kriteria KLHS RDTR yang
bersifat rinci dan komprehensif;
• Pengecualian Amdal terkait dengan KLHS RDTR ini harus
ditetapkan oleh Menteri LHK (TIDAK OTOMATIS)
Pasal 281 ayat (4) PP 22/2021: Sistem Informasi di Tingkat Ekoregion (Landscape)
menjadi Bagian Terintegrasi dengan Sistem Informasi Dokumen Lingkungan Hidup
http://amdal.menlhk.go.id/

SIERRA (ONE Landscape): Sistem Informasi


di Tingkat Ekoregion (Landscape)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS): Landscape Environmental Safeguard
Pasal 15 ayat (1) UU 32/2009: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun KLHS....”

Landscape Environmental-Safeguard Economy


Social (Prosperity)
(People)

KLHS
Environment
(Planet)

Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)


Pembangunan Berkelanjutan
i.e. Rencana Tata Ruang, RPJM
Apa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau SEA?
“Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
(Pasal 1 angka 10 UU 32/2009 PPLH)
Peningkatan Efektivitas KLHS sebagai Landscape Environmental Safeguard
Pengembangan Pedoman
Pengembangan & Penguatan Kerangka Kebijakan
teknis (Technical
Guidelines) i.e. Pedoman (Legal Frameworks – Law & Regulation) KLHS
Monev KLHS & Penapisan KLHS berkualitas
FE, KLHS Rinci dan
Komprehensif, KLHS Integrasi KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS -KLHS baik yang
Landscape Environmental Safeguard
RZWP3K ke dalam RTRW dapat
Pengembangan & digunakan
Penguatan KELEMBAGAAN
dan SDM (Institutions and dalam proses
human resources) i.e. pengambilan
• Integrasi Bisnis Proses
KLHS FE ke Proses keputusan KRP
KHKP dan berfungsi
• Tim Validasi KLHS Kebijakan, Rencana & Program (KRP) sebagai
• Standarisasi 1) RPJP & RPJM (Nasional dan Daerah);
Kompetensi; 2) Rencana Tata Ruang (i.e. RTRW, RDTR, RZWP3K);
environmental
• Lembaga Pelatihan 3) KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan Risiko terhadap LH.
(Kurikulem, Modul dan safeguard
LPK); Pengembangan Sistem Informasi (DSS) yang efektif
• Jejaring & Kolaborasi – i.e. DIGITALISASI KLHS + Media Komunikasi KLHS
(Pool of Experts)
Kerangka Kebijakan terkait dengan Environmental and Social Safeguard (ESS) di Indonesia

PUU terkait dengan Proses Perizinan Berusaha 6 PUU terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan penaatan 7
lingkungan (pengawasan dan penegakan hukum)

PUU terkait dengan Perencanaan


1 Kebijakan, Rencana dan Program
(KRP) serta Kegiatan i.e. Tata Ruang

PUU terkait dengan Proses Kajian


2 Lingkungan (Environmental Landscape Sustainability
Assessments) i.e. KLHS, Amdal

PUU terkait dengan Baku Mutu Project Sustainability


3 Lingkungan Hidup (BML) dan
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Hidup (KBKL) & D3TLH Planning Stage Project Implementation Stage

4
PUU terkait dengan Berbagai Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup i.e. kewajiban penyedian tools, peralatan dan infrastruktur
PUU terkait dengan pemetaan dan 5
proses pengambilan contoh dan
perlindungan lingkungan (Pencegahan, Penanggulangan/Tanggap Darurat dan
analisisnya
Pemulihan fungsi LH)
Pendekatan KLHS/SEA Approach

EIA-based SEA approaches share three main common characteristics:


• They are related to the preparation of an approvable document, whether a plan or a
programme;
• their main aim is to provide information on the environmental effects, or consequences of
proposed plans, programmes (or policies);
• Their standard methodological approach follow the typical EIA process steps of screening,
scoping, assessment, mitigation, decision and monitoring
Sumber: Maria do Rosário Partidário, 2012. Strategic Environmental Assessment Better Practice Guide - methodological guidance for strategic thinking in SEA.
Lisbon: Portuguese Environment Agency and Redes Energéticas Nacionais (REN), SA
Nilai-Nilai Inti (Core Values) Kajian Lingkungan
(Environmental Assessment (EA)
Proses EA harus
Integrity 1 sesuai dengan
Utility standar-standar yg
telah disepakati/
2
Core berlaku
Proses EA harus dapat
Values
memberikan informasi
yang seimbang dan EA
kredibel untuk
pengambilan Proses EA harus dapat
keputusan menghasilkan
perlidungan terhadap
Sustainability 3 lingkungan
Sumber: Barry Sadler (1996)
A Good-quality Strategic Environmental Assessment (SEA)
• Ensures an appropriate environmental assessment of all strategic decisions relevant • Ensures availability of the assessment results early enough to influence the decision making
for the achievement of sustainable development. process and inspire future planning.
• Addresses the interrelationships of biophysical, social and economic aspects. • Provides sufficient information on the actual impacts of implementing a strategic decision, to
• Is tiered to policies in relevant sectors and (transboundary) regions and, where judge whether this decision should be amended and to provide a basis for future decisions
appropriate, to project EIA and decision making.
• Informs and involves
interested and affected
Is integrated Is iterative public and government
6 bodies throughout the
Facilitates
1 A Good-quality decision making process.

identification of Strategic 5 • Explicitly addresses their


inputs and concerns in
development Is sustainability-led Environmental Is participative documentation and
options and 2 Assessment decision making.
• Has clear, easily-
alternative (SEA understood information
proposals that are 4 requirements and
3 ensures sufficient access
more sustainable Is accountable
Is focused to all relevant
information

• Is the responsibility of the leading agencies for the strategic decision to be


• Provides sufficient, reliable and usable information for development
taken.
planning and decision making.
• Is carried out with professionalism, rigor, fairness, impartiality and
• Concentrates on key issues of sustainable development.
balance.
• Is customized to the characteristics of the decision making process.
• Is subject to independent checks and verification
• Is cost- and time-effective.
• Documents and justifies how sustainability issues were taken into account
Sumber: Special Publication Series No. 1 – IAIA Jan 2002 in decision making
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
1. Proposal: • Before SEA is initiated, the responsible agency defines the basis for a proposed policy, bill, plan or
Establish the need for programme.
and • A preliminary statement should be made of the need, purpose and objectives to be achieved.
objectives of the • These aims are not subject to review by an SEA, but the justification of a proposal is conditional on its
proposed action environmental impact.
• The SEA process itself must be objectives-led in order to fully evaluate the environmental impacts of a
proposal.
• Preparatory methods of identifying environmental objectives include policy and legal review (e.g.
goals, standards and targets outlined in government strategy, obligations under international
environmental agreements).

2. Screening: • Formal screening procedures can be divided into two types.


Determine if an SEA is • Listed proposals subject to SEA are specified in legislation or guidelines.
required and at what • Case-by-case screening applies to all proposals to determine which ones have potentially
level of detail significant environmental effects and warrant full assessment.
(PP 46/2017: Penapisan • Screening criteria and checklists from EIA can be readily adapted to this purpose, supplemented, as
KLHS) necessary, by policy tree diagrams and stakeholder consultation. Use of these methods also helps to
indicate the type of approach and level of detail required for an SEA (e.g. policy appraisal versus
impact assessment).
• For certain proposals, timing and tiering are important considerations in SEA screening decisions (e.g.
at which level is SEA best carried out, how to relate it to any successive SEA and/or EIA process).

Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures

3. Scoping: • EIA scoping procedure can be adapted to the different types of proposal subject to SEA.
Identify the important • An early, transparent and systematic process should be followed to focus on the impacts that matter for
issues and impacts that decision-making and set terms of reference for further study.
need to examined • Modified EIA methods, such as matrices, overlays, and case comparisons can be used to scope the
(PP 46/2017: Identifikasi environmental dimensions of specific plans and programmes, e.g. to identify inconsistencies in their
Isu-Isu Pembangunan objectives, issues that require attention and/or the potential impact of implementing the proposal.
Berkelanjutan) • Where environmental considerations are generalised and less immediate (e.g. proposed immigration,
fiscal or trade policies), appraisal methods can be used, such as environmental scanning to clarify the
implications, and/or issue tracking to a stage when key impacts become clarified (e.g. immigration
projections linked to housing demand,nationally or regionally).

4. Information: • The general content of information to be gathered in an SEA can be specified in legislation or procedure.
Assemble The data that need to be gathered for a specific proposal will be clarified during screening and scoping.
environmental • SEA is carried out against a baseline or profile, typically a description or characterisation of the
Information affected environment or media (e.g. air or water quality).
(PP 46/2017: Identifikasi • Useful sources of background information include state of the environment reports and country
Isu-Isu Pembangunan environmental profiles.
Berkelanjutan) • For plans and programmes with a spatial dimension, the baseline can be recorded as environmental
stock and critical natural assets.
• Key indicators are used to measure change in terms of global sustainability, natural resource
management and local environmental quality. Appropriate indicators for sector-specific proposals will
depend on the key environmental impacts (e.g. emissions-based air quality indicators for energy,
transport Strategies)
• strategies).
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
5. Consideration • Formulation of alternatives in the SEA process is central to integrating environment considerations into
of alternatives: sector policy and plan-making.
Identify and compare the • A first step is to identify the range of alternatives that meet the objectives of the proposal, and
range of alternatives, summarize their economic, social, and environmental aspects.
including a best • The alternatives should include a do nothing alternative and best practicable environmental option
practicable (BPEO).
environmental Option • Where potentially a large number of alternatives are open, methods used to systematically compare
(PP 46/2017: Materi them include environmental benefit cost analysis and multi-criteria evaluation (e.g. formulation of
Muatan KRP dan national energy or water policy).
Alternatifnya) • The BPEO helps clarify the environmental trade-offs that are at stake, and the basis for choice.
• Objectives-led SEA is critical for this purpose, and also can empower risk and benefit negotiation (e.g. to
reduce Nox emissions as part of transport strategy).
6. Impact analysis: • Usually, there is greater uncertainty to contend with in SEA compared to EIA of projects. Often, the
Identify, predict and relationship of policy-level proposals to environmental effects is indirect or difficult to locate in time or
evaluate the effects of space, mediated by intervening factors.
the proposal and the • Indicator-based methods can show ‘direction of movement’ for an impact, e.g. increase in habitat loss,
main alternatives reduction in volume of hazardous waste.
(PP 46/2017: Analisis • Projection methods that are used to deal with uncertainty include trend extrapolation and scenario
Pengaruh KRP) development. For plans and programmes that initiate projects, environmental impacts are more
readily identified and predicted.
• EIA methods that are used with varying modification include impact matrices, GIS and comparative risk
assessment. No single method is likely to be sufficient to cover the range of impacts in such cases
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice
No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures
7. Significance: • To determine significance, predicted and residual impacts (that cannot be mitigated) are
Determine the evaluated against selected environmental criteria and objectives.
importance of the • As in EIA, this test gives decision makers a key proxy of the environmental acceptability of a
residual impacts, and proposal. If appropriate, a balance sheet of gains and losses from a proposal also can be
if appropriate, relate drawn up, e.g. in monetary or descriptive terms, to show their distribution among groups,
these to other and/or to illustrate the range of uncertainty (worst/best case).
benefits and Costs • If major policy options or critical outcomes are at stake, sensitivity analysis can be used to
(PP 46/2017: Analisis test the effect of changed assumptions and the robustness of assessment. Alternatively, this
Pengaruh KRP) test can be based on expert judgement and case comparison with similar actions.

8. Mitigation: • The EIA mitigation hierarchy should be followed in SEA but with eye to the greater
Identify measures to opportunities for its creative application. So first avoid, then reduce, and next offset adverse
avoid, reduce and impacts, using specific measures and actions that are appropriate to their significance and
offset the main specificity.
impacts Identified • A precautionary approach should be taken when information is incomplete but analysis
(PP 46/2017: Perumusan indicates the risk or possibility of large scale, serious or irreversible environmental change.
Alternatif KRP dan • This may entail not going ahead with certain proposals or replacing them with no regrets
Penyusunan alternatives. For low-threat situations standard mitigation measures can be used to
Rekomendasi Perbaikan
minimize an impact to “as low as reasonably practicable” (ALARP level), e.g. using “best
KRP)
available technology not entailing excessive cost” (BATNEEC) or contingency policies and
plans to cope with low probability but highly damaging risks.
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice

No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures


9. Reporting: • Typically, a separate SEA report or statement must be prepared and made available to the public. Other
Describe the than certain prescribed information content, there is no common format.
Environmental • Depending on the context, a report can be an environmental paragraph in a policy memorandum, a
impacts of the proposal section or chapter in a plan or strategy, or a separate document or annex ranging from a few to several
and how they are to be hundred pages.
addressed • The proposal itself should contain or be accompanied by a brief explanation of the SEA process and a
(PP 46/2017: summary of findings, e.g. key impacts, preferred alternative, mitigation measures and outstanding
Pendokumentasian issues.
KLHS) • Use of impact display and trade-off matrices help to focus decision-making. Change already made to a
proposal as a result of an SEA should be noted on policy record sheet.
10. Review of quality: • An SEA report should be reviewed to ensure it provides the information necessary for decision-making,
Check the information is prior to its submission.
adequate for purposes of • Review procedure can be informal or formal, internal or external, conducted by the competent
decision-making authority, environment agency or an independent body. Provision for public comment on an SEA report,
(PP 46/2017: although not uniform, promotes transparency and robustness.
Penjaminan Kualitas dan • As in EIA, review of quality takes place against terms of reference or other guidance issued for SEA
Validasi) preparation.
• But the scope of review can differ markedly with the type of proposal and policy context.
• Use of methods can range from spot checks to comprehensive quality audit.

Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Step-by-step guidance on application and use of procedures and methods in SEA good practice

No SEA Procedures Detail Explaination of SEA Procedures


11. Decision-making: • On submission to the final decision-making body, a proposal can be approved, rejected or modified
Approve, reject or (e.g. as a result of condition-setting).
modify the proposal, • When doing so, the decision-making body has a duty or obligation to take account of the results of an
with reasons for Decision SEA, including public consultation.
(Penetapan KRP i.e. • Despite adverse environmental impact, a policy, bill or plan often will be accepted because the
Penetapan Perda RDTR, economic and social benefits are considered to outweigh the impact.
SK Menteri LHK tentang • Reasons for decision should be issued, specifying the terms of approval and any follow up
KHKP) requirements.

12. Monitoring: • Monitoring the implementation of a policy, bill or plan can be a simple check to see if
Check to see environmental objectives are being met, or a systematic programme to measure its impact.
implementation is • Information tracking systems can be used to monitor issues and progress, and to focus and
Environmentally sound
streamline any subsequent SEA or EIA process.
and in accordance with
Approvals • Cumulative effects monitoring may be appropriate for plans and programmes that will
(PP 46/2016: Pemantaun initiate regional-scale change in environmental stock or critical natural assets.
dan Evaluasi KLHS) • Methods and indicators for this purpose are not well Developed

Sumber: Sadler (2021) dalam UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Tahapan dan Keterkaitan antara KRP dan Proses KLHS
Penyelenggaraan KLHS berdasarkan
PP 46/2016
1. Penapisan KLHS;
2. Identifikasi Materi Muatan KRP yang berpotensi
menimbulkan pengaruhnya terhadap kondisi LH
→ KRP dengan berbagai alternatif KRP;
3. Identifikasi Isu-Isu Pembangunan
Berkelanjutan→Isu-Isu Strategis;
4. Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi
Lingkungan Hidup
5. Perumusan Alternatif KRP dan Perumusan
Rekomendasi;
6. Pendokumentasian dan Validasi KLHS;
7. Pemantauan dan evaluasi KLHS

Sumber: Maria Rosário Partidário, IAIA Traing Manual - Course Manual STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT (SEA) current practices, future
demands and capacity-building needs
Proses KLHS Menurut UNECE 1992) dan PP 46/2016
Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS berdasarkan
PP 46/2016
• Melaksanaan identifikasi dan perumusan isu
pembangunan berkelanjutan (Pasal 6 huruf a, Pasal 7
huruf a, Pasal 8 dan Pasal 9);
• Melaksanakan Identifikasi Materi Muatan KRP yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
lingkungan hidup (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf b dan Pasal
10)

• Menganalisis pengaruh materi muatan KRP terhadap kondisi


lingkungan hidup/isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan
(Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf c, Pasal 11-Pasal 14);
• Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP (Pasal 6 huruf b dan
Pasal 15)
• Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan
Keputusan KRP (Pasal 6 huruf c dan Pasal 16);
• Pendokumentasi KLHS

Validasi KLHS

Pemantauan dan Evaluasi KLHS

Sumber: UNEP: Environmental Impact Assessment and Strategic Environmental Assessment: Towards an Integrated Approach, 2004
Perbandingan Muatan Informasi dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS/SEA)
No European Commission (2001/42/EC) directive on assessment of the effects of certain plans and PP 46/2017 Tata Cara Penyelenggaraan KLHS (Indonesia)
programmes on the Environment: Summary of information required under the European
Commission SEA Directive (EU)
1. An outline of the contents, main objectives of the plan or programme and relationship with other Melaksanakan Identifikasi Materi Muatan KRP yang berpotensi
relevant plans and programmes; menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup (Pasal
6 huruf a, Pasal 7 huruf b dan Pasal 10)
2. the relevant aspects of the current state of the environment and the likely evolution thereof Melaksanaan identifikasi dan perumusan isu pembangunan
without implementation of the plan or programme; berkelanjutan (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf a, Pasal 8 dan Pasal
9);
3. the environmental characteristics of areas likely to be significantly affected;

4. any existing environmental problems which are relevant to the plan or programme including, in
particular, those relating to any areas of a particular environmental importance,
5. the environmental protection objectives, established at international, Community or Member State
level, which are relevant to the plan or programme and the way those objectives and any
environmental considerations have been taken into account during its preparation;
6. the likely significant effects on the environment, including on issues such as biodiversity, Menganalisis pengaruh materi muatan KRP terhadap kondisi
population, human health, fauna, flora, soil, water, air, climatic factors, material assets, cultural lingkungan hidup/isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan
heritage including architectural and archaeological heritage, landscape and the interrelationship (Pasal 6 huruf a, Pasal 7 huruf c, Pasal 11-Pasal 14)
between the above factors
7. the measures envisaged to prevent, reduce and as fully as possible offset any significant adverse • Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP (Pasal 6 huruf b
effects on the environment of implementing the plan or programme; dan Pasal 15)
• Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan
8. an outline of the reasons for selecting the alternatives dealt with, and a description of how the
Keputusan KRP (Pasal 6 huruf c dan Pasal 16)
assessment was undertaken including any difficulties (such as technical deficiencies or lack of know-
how) encountered in compiling the required information;
9. a description of the measures envisaged concerning monitoring

10. a non-technical summary of the information provided under the above headings.
Bisnis Proses Penyelenggaraan KLHS dan Para Pihak Terkait
PENYUSUN KRP Lembaga • Ketepan Keahlian PENYUSUN KLHS - PENYUSUN MENTERI (DIRJEN) atau
Pelatihan sesuai isu yang
dikaji; Standar Kompetensi KRP GUBERNUR (KADIS)
KLHS (i.e.
Proses • Pengalaman di Bid.
Kurikulem dan Penyusunan KLHS
Penapisan Modul, serta atau Kajian LH
KLHS Fasilitor) sejenis
PAKAR POKJA KLHS Tim Validasi KLHS

KRP Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS

Analisis/kajian pengaruh Perumusan Penjaminan Kualitas


Penyusunan
Wilayah
Materi Muatan KRP
terhadap Kondisi
alternatif
Rekomendasi
dan Validasi
Perencanaan
Lingkungan Hidup (Isu-Isu penyempurnaan
Perbaikan
Pendokumentasian KLHS
Strategis) KRP KLHS

Proses yang iterative dan


Isu-Isu Strategis
Pembangunan
terintegrasi dengan Pemantauan dan
Berkelanjutan
Perumusan Alternatif KRP Evaluasi KLHS

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan [Stakeholders] dan Fasilitator


Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan dalam KLHS
1. SELURUH TAHAPAN pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan dengan
Masyarakat dan Pemangku DIALOG, KONSULTASI serta PROSES ILMIAH;
Kepentingan 2. Proses PELIBATAN MASYARAKAT dan PEMANGKU KEPENTINGAN dilakukan
melalui
a. penentuan secara tepat PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN (Stakeholder
Terkena Dampak dari KRP Mapping Analysis)
b. Penentuan TEKNIK KONSULTASI PUBIK dan TEKNIk KOMUNIKASI;
3. FASILITATOR memainkan peran penting dalam pelaksanaan KONSULTASI PUBLIK
Memiliki Informasi dan/atau
Keahlian yang relevan KRP
dengan Subtansi KRP
2 3
1 Perumusan
Analisis/kajian Penyusunan
Wilayah alternatif
pengaruh KRP Rekomendasi
Perencanaan penyempurnaan
terhadap Kondisi LH Perbaikan
KRP
• Pemberian pendapat, saran
dan usul;
• Pendampingan tenaga ahli;
• Bantuan teknis; Isu-Isu Strategis
• Penyampaian informasi atau Pembangunan Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
Berkelanjutan
Pelaporan oleh Penyusun KRP
Proses Validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Penyusun Kebijakan,
Menteri LHK (C.q. Dirjen PKTL) atau Gubernur (Kepala Dinas LH) sesuai Kewenanangannya
Rencana dan Program (KRP)
Dirjen PKTL atau Dirjen PKTL atau Dirjen PKTL atau
Dirjen PKTL atau
Kadis LH Provinsi Kadis LH Provinsi Kadis LH Provinsi
(A.n. Menteri/Gubernur) Kadis LH Provinsi
(Sekretariat) (Tim Validasi KLHS)
Durasi waktu:
paling lama 3 hari kerja Durasi waktu: paling lama 20 hari kerja

Pemeriksaan Penerbitan
Pengajuan Pelaksanaan Pengumuman
Kelengkapan Surat
Permohonan Telaah Teknis Persetujuan
Permohonan Validasi Persetujuan
Validasi KLHS Validasi KLHS Validasi KLHS
KLHS Validasi KLHS
Durasi waktu:
Persyaratan : • Validasi terhadap hasil paling lama 7 hari kerja
Persyaratan :
penjaminan kualitas • Kesesuaian hasil sejak diterbitkan Surat
1. Surat permohonan 1. Surat permohonan KLHS (Lampiran VII KLHS dengan Validasi KLHS
2. Rancangan KRP draft 2. Rancangan KRP draft Permenlhk P Penjaminan
terakhir; terakhir; 69/2017); Kualitas (Lampiran
3. Laporan KLHS (lengkap); 3. Laporan KLHS (lengkap); • Kriteria Pokok Validasi VII Permenlhk P
4. Bukti pemenuhan standar 4. Bukti pemenuhan standar KLHS sesuai dengan 69/2017); dan
kompetensi Penyusun Lampiran IX
kompetensi Penyusun
Permenlhk P. 69/2017) • Rekomendasi
KLHS; KLHS;
5. Penjaminan Kualitas. 5. Penjaminan Kualitas.
IGT Referensi PDLKWS
Sumber: Pasal 25-Pasal 31 PP No. 46/2016 dan Pasal 36-Pasal 40 Peraturan Menteri LHK No. P16/2017;
Pasal 6 - Pasal 16 PP 46/2016: Bisnis Proses Pembuatan & Pelaksanaan KLHS
Pengkajian Pengaruh KRP Terhadap Kondisi LH Alternatif Rekomendasi
(Pasal 7 PP 46/2016)
Muatan KRP yang Lingkup, metode, teknik 1. Perubahan tujuan/target KRP;
2. Perubahan strategi pencapaian
KRP
BERPOTENSI dan kedalaman analisis
menimbulkan target;
berdasarkan 5 Aspek
3. Perubahan/penyesuaian Untuk
pengaruh terhadap (Pasal 10 PP 46/2016)
Analisis terkait INTERAKSI ukuran, skala, dan lokasi yang Pengambilan
kondisi Lingkungan
antara Materi Muatan KRP lebih memenhu pertimbangan Keputusan KRP
Hidup Batas Adm PB;
dengan Isu Strategis PB
10 Kriteria + Wilayah
Muatan KRP: Direct Penyusunan
Driver(s) of change
Perencanaan Analisis pengaruh KRP Perumusan alternatif Rekomendasi
KRP
terhadap Kondisi LH penyempurnaan KRP Perbaikan
Batas (Pasal 11-13 PP 46/2016) (Pasal 15 PP No. 46/2016) (Pasal 16 PP
1. DDL/DTL; Ekologis 46/2016)
2. Dampak dan risiko
LH; Isu-Isu Strategis Pelaksanaan Analisis memperhatikan: 4. Perubahan/ penyesuaian
3. Kinerja Jasling; 1. PUU; proses, metode dan adaptasi
Pembangunan 2. Pedoman, acuan, standar & best Muatannya:
4. BENCANA; perkembangan Iptek
5. Status mutu dan Berkelanjutan practice;
5. Penundaan, perbaikan
1. Perbaikan KRP;
3. Hasil penelitian; 2. Informasi jenis usaha
(Pasal 8-9 PP 46/2016)
ketersedian SDA; 4. Kesepakatan antar ahli urutan atau perubahan dan/atau kegiatan
6. KEHATI prioritas pelaksanaannya; yang telah
7. Kerentanan & Dasar Pertimbangan a.l.: Paling sedikit MEMUAT KAJIAN (ANALIS 6. Pemberian arahan atau melampaui DDL/DTL
1. Karekteristik wilayah PENGARUH DILIHAT DARI ASPEK): rambu-rambu untuk dan tidak
kapasitas adptasi (Environmental Baseline/Setting); 1. Efisiensi pemanfaatan SDA; mempertahakankan atau diperbolehkan lagi
Perubahn Iklim; 2. Tingkat pentingnya potensi
2. Dampak dan risiko LH; meningkatan fungsi
8. Penduduk miskin; dampak;
3. Tingkat ketahanan dan potensi kehati
3. Keterkaitan antar isu strategis; ekosistem;
9. Kesmas 4. Kinerja jasa ekosistem 7. Pemberian arahan atau
4. Keterkaitan dengan materi muatan
10.Ancaman 5. Kapasitas DDL/DTL; • Avoid
KRP; rambu-rambu mitigasi
perlindungan 5. RPPLH 6. Tingkat kerentanan dan adaptasi dampak dan risiko LH
• Minimize
kawasan tertentu 6. Hasil KLHS KRP terkait Perubahan Iklim; • Restore
Wilayah Perencanaan KRP: Integrasi Batas Administrasi dan
Batas Ekologis

2 Wilayah Pelaksanaan Kajian Lingkungan (Environmental Assessment): Batas


Ekologis (Pendekatan Ekosistem) → wilayah/areal yang memiliki interkoneksi
secara ekologis dan social dengan wilayah perencanaan KRP

1 Wilayah Perencanaan KRP i.e. Batas Yurisdiksi/Batas Administrasi

Perencanaan
KRP
Wilayah calon lokasi IKN dan Wilayah fungsional Kajian pelaksanaan dan pembuatan KLHS IKN
• Keberlanjutan IKN sangat
dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi kondisi
lingkungan yang ada di
wilayah sekitarnya
• Berdasarkan hal ini dengan
mempertimbangkan peta
ecoregion, peta batas daerah
aliran sungai (DAS), peta
cekungan air tanah (CAT) dan
batas wilayah ekosistem
pesisir dan laut (RZWP3K,
maka delineasi batas
fungsional (ekologis) wilayah
yang mempengaruhi
keberlanjutan IKN adalah
seperti tercantum di dalam
peta pada gambar 1.
• Batas fungsional (ekologis) ini
menjadi batas wilayah kajian
pelaksanaan dan pembuatan
KLHS IKN.
Data dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Berbasis Jasa Lingkungan Hidup Untuk Penentuan Wilayah
Pencegahan Dampak Lingkungan: Studi Kasus Areal Eks-PLG dan Wilayah Sekitarnya yang Memiliki Interkoneksi
dengan Areal Eks-PLG
IGT BIODIVERSITY

Delineasi wilayah Kajian Dampak Lingkungan IGT LOKUS KRP:


Areal Eks Pengembangan
a.Areal Eks-PLG sebagai Lokasi Rencana KRP Lahan Gambut (PLG)
b.fungsional (batas ekologis) KajIi Cepat KLHS di Kalteng:
IGT DAS KALTENG

IGT GAMBUT [KHG]


KALTENG

IGT EKOREGION
KLATENG IGT Batas IGT BATAS IGT Lokus/wilayah
Fungsional/Ekologis EKOLOGIS/WILAYAH Rencana Pengembangan
Pencegahan Dampak FUNGSIONAL DAN PETA Lahan Pertanian Andalan
Lingkungan Lokus KRP Nasional di Kalteng
Proses Delienasi Areal Food Estate dan Batas Ekologi/Fungsional KLHS
Informasi Geospastial Hasil Delineasi:
Tematik yang digunakan: a. Areal pengembangan Lahan Pangan Nasional (Food Estate) di Sumut;
1) Batas Daerah Aliran b. Wilayah sekitar areal food estate yang memiliki interaksi dengan areal food
Sungai 1;50.000; estate (wilayah fungsional/ekologis) Pelaksanaan Kajian KLHS
2) Sungai 1:50.000;
3) Digital Elevation Model Areal Food
Estate blok
(DEM) - SRTM Utara

Peta Wilayah Fungsional/


Ekologis Pelaksanaan Kajian
[KLHS]
b Areal Food
Estate blok
Selatan

Peta Areal Food Estate Sumut Peta Lokus/areal Pengembangan


dan Wilayah Fungsional/ Lahan Pangan Nasional di Humbang
Ekologis Pelaksanaan KLHS Food Hasudutan
Estate Sumut
Wilayah Perencanaan (AOI) FE Ketapang di dalam Kawasan Hutan sesuai dengan Ketentuan PUU
TUTUPAN LAHAN
RKTN FLEG
Kawasan untuk
Perlindungan
Hutan Alam dan
Lahan Gambut:

FLEG:
40,44 ha

Tutupan
Lahan KH:
Tidak
Berhutan
Tutupan
Lahan KH:
Berhutan

PIAPS TORA IUPHHK-HTI PIPPIB


• Alokasi TORA dari
20% Pelepasan
Kawasan Hutan
untuk Perkebunan PIPPIB
• Permukiman, GAMBUT=
fasos dan fasum 59,27 Ha
Hasil Penapisan KLHS AOI FE Ketapang Kategorisasi Food Estate
• Avoid: Lokasi berupa tutupan lahan hutan rawa sekunder, atau
Kawasan untuk Perlindungan Hutan Alam dan Lahan Gambut,
dialokasikan TORA, Sudah ada Izin IUPHHK, gambut bebas izin, PIPIB
Gambut, Indikatif fungsi lindung EG, kelerengan diatas 25%,

Alternatif-1: AOI Food Estate Ketapang Alternatif-2: AOI Food Estate Ketapang


Minimize: Tubuh Air
Restore: Belukar rawa yang di luar avoid
Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan • Utilization: Di luar Avoid, minimize, dan rstore, ditambah RKTN atau
Kawasan untuk Perlindungan Hutan Alam dan Lahan Gambut dengan
dengan Mengeluarkan PIAPS dengan Memasukaan PIAPS tutupan lahan pertambangan

Berdasarkan Berdasarkan
Persyaratan Lokasi Persyaratan Lokasi: Ketegorisasi AOI
dengan PIAPS AOI untuk FE
dikeluarkan dari FE. Kabupaten FE Ketapang
AOI untuk FE Kabupaten Ketapang seluas
Ketapang seluas 15,256.46 ha
10.489.59 ha melalui melalui pelepasan
pelepasan HPK dan HPK dan Penetapan
Penetapan KHKP KHKP

No. Pengembangan FE HP HPK Grand Total Pengembangan


No. HP HPK Grand Total
1 BISA 8,432.35 2,057.24 10,489.59 FE
2 TIDAK BISA 10,412.89 11,701.10 22,113.99 1 BISA 12479.75 2776.71 15256.46
Grand Total 18,845.24 13,758.34 32,603.58 2 TIDAK BISA 6365.49 10981.63 17347.12
Grand Total 18845.24 13758.34 32603.58
Landscape Kabupaten Bogor: Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di Kab.
Bogor dan Menjadi WilayahDAERAH ALIRAN
Ekologis SUNGAI
Penting dalam Perencanaan Tata Ruang
• 11 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di Kab.
Bogor
• DAS Cibareo
• DAS Cidurian
• DAS Ciliwung
• DAS Cimanceuri
• DAS Cimandiri
• DAS Cisadane
• DAS Citarum
• DAS Ciujung
• DAS Kali Angke Pesanggrahan
• DAS Kali Bekasi
• DAS Kali Krukut;
• Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut menjadi salah
satu unsur yang dapat digunakan untuk
menentukan batas Ekologis dalam perencanaan
tata ruang (RTRWK dan RDTR) di Kabupaten Bogor
dengan menggunakan pendekatan Landscape.
• Areal-areal yang berada di luar wilayah kabupaten
Bogor yang berada di dalam DAS-DAS tersebut
adalah areal-areal yang memiliki interkoneksi
secara ekologis dengan kab. Bogor (Dapat
dipengaruhi dan mempengaruhi keberlanjutan Kab.
Bogor)
Landscape Kabupaten Bogor: Karekteristik Bentang Alam dan Vegetasi Alami di Kabupaten
Bogor Unsur Penting dalam Perencanaan Tata Ruang Berbasis Landcape
Kompleks Ekoregion di Kab. Bogor Karekteristik Bentang Alam di Kab. Bogor Vegetasi Alami di Kab. Bogor

• Karakteristik landscape Kabupaten Bogor berdasarkan peta EKOREGION:


• didominasi dengan Ekoregion yang berkarakteristik Bentangalam bentukan vulkanik yang mempunyai fungsi utama sebagai
catchment area dalam siklus geohidrologi;
• Secara alami memiliki tipe ekosistem bervegetasi hutan pamah non dipterokrpa (lowland forest-hutan dataran rendah) yang fungsi
utamanya adalah pengatur iklim mikro dan penyedia pangan terutama buah-buahan. Tipe ekosistem lainnya antara lain Vegetasi
Terna Rawa Air Tawar, Vegetasi Hutan Batu Gamping Pamah dan Hutan Pegunungangan Bawah;
• Kabupaten Bogor merupakan wilayah support utama untuk DKI Jakarta untuk mempertahankan keberlanjutan fungsi liungkungan DKI
Jakarta dan sekitarnya
• Kab Bogor juga mempunyai keterbatasan yaitu rawan bencana longsor;
• Karakteristik landscape tersebut menjadi unsur penting dalam perencanaan tata ruang (RTRW dan RDTR) dengan pendekatan landscape
untuk menjadi keberlanjutan kab, Bogor dan wilayah sekitarnya
Wilayah Perencanaan KRP NCICD dan Wilayah Fungsional/Ekologis-nya
KRP NCICD: Delineasi Wilayah
Perencaaan KRP NCICD harus lebih jelas

KRP NCICID

KRP NCICD

Wilayah yang berada disekitar wilayah


perencanaan KRP NCICD yang mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh KRP NCICD harus
didelineasi dengan Jelas baik di wilayah
terrestrial/daratan dan perairan pesisir-lautnya→
WILAYAH FUNGSIONAL/WILAYAH EKOLOGIS
Contoh: Review terhadap Tahapan KLHS Sesuai Ketentuan PP 46/2016: Studi Kasus KLHS NCICD
Muatan informas harus didesripsikan secara rinci i.e.
perencaan ruang, skala/besaran, tahapan
Berdasarkan ketentuan Pasal 7
huruf a, Pasal 8 dan Pasal 9 PP
No. 46/2016, terminology yang
digunakan adalah ISU-ISU PB
PALING STRATEGIS, BUKAN ISU
PB PRIORITAS
• Identifikasi dan perumusan
isu-isu PB dilakukan untuk
menentukan ISU-ISU
PALING STRATEGIS
(Ketentuan Pokok)
• Hasil identifikasi isu PB (ISU-
ISU PB PALING STRATEGIS)
dirumuskan berdasarkan
PRIORITAS dengan
mempertimbangkan unsur-
sur paling sedikit: Berdasarkan ketentuan Pasal 11-13 PP 46/2016:
• Karekteristik wilayah; • ANALISIS PENGARUH KRP dilakukan dengan cara menganalisis interaksi (hubungan keterkaitan
• Tingkat pentingnya antara MATERI MUATAN KRP dengan ISU-ISU STRATEGIS (BUKAN ISU-ISU PRIORITAS);
potensi dampak • Dalam melakukan analisis interaksi antara Materi Muatan KRP dengan Isu-Isu Strategis dikaji aspek-
• dst aspek kapasitas D3TLH, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan, kinerja JE, efisiensi
SDA, Adaptasi PI, Kehati (tergantung relevansinya)
Contoh: Review terhadap Identifikasi dan Perumusan Isu-Isu PB Paling Strategis: Studi Kasus KLHS NCICD

PROSES YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN:


1. Hasil Konsultasi Publik: Berdasarkan
masukan dari masyarakat dan pemangku
kepentingan isu-isu PB apa saja yang dapat
diitentifikasi dan dirumuskan;
2. Karekteristik Wilayah: Berdasarkan data dan
informasi karakteristik wilayah (IGT &
attribute) → Isu-Isu PB apa saja yang dapat
diidentifikasi dan dirumuskan;
3. Keterkaitan dengan Materi Muatan KRP:
Tipologi dampak dan/atau risiko LH (Isu-Isu
PB) dari KRP NCCID) berdasarkan referensi
ilmiah
4. RPPLH: darai analisis muatan RPPLH (Jika
sudah ditetapkan), isu-isu PB apa saja yang
dapat diidentifikasi dan dirumuskan;
5. Dari Hasil KLHS KRP lain yang relevan: Isu-Isu
PB dan Isu-Isu PB apa saja yang dapat
diidentifikasi dan dirumuskan;
6. Keterkaitan antara Isu PB: Berdasarkan 1-5,
Isu-ISU PB yang dapat disintesakan apa saja
dan bagaimana keterkaitannya satu sama
lain:
7. Tingkat Pentingnya Potensi Dampak: Hasil
sintesa ISU-ISU PB dan beserta
keterkaitannya dianalisis dengan Tingkat
Penting Potensi Dampak untuk menentukan
Isu-Isu PB Palling Strategis
Identifikasi Isu-Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan
Sumber:
KARAKTERISTIK WILAYAH: • Pasal 7 huruf a- Pasal 9 PP 46/2016
• Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup; Isu-Isu Pembangunan • Pasal 20-21 dan Lamp. IV Huruf B
• Kondisi Ekosistem + Tingkat pelayanannya; Permenlhk P. 69/2017
• Kondisi SDA;
Berkelanjutan (Isu-Isu PB)
• Pola aktivitas Sosekbud; (Ekonomi, Sosial dan Lingkungan)
• kelembagaan pengelolaannya; a. Pengumpulan
P b. Pemusatan;
ISU-ISU STRATEGIS PB dirumuskan Konsultasi c. Penelaan cepat;
berdasarkan PRIORITAS dengan
Masyarakat & r Publik
mempertimbankan Unsur-Unsur paling
pemangku o d. Perkiraan potensi dampak
kepentingan s dan keterkaitan antara isu
sedikit:
a. KARAKTERISTIK WILAYAH; e strategis;
b. Tingkat pentingnya Potensi dampak [7 s e. Penentuan isu strategis &
kriteria]
c. Keterkaitan antar isu strategis PB [DPSIR] prioritas
d. Keterkaitan dengan materi muatan KRP;
e. Muatan RPPLH; dan/atau Isu-Isu • Akar Masalah,
f. Hasil KLHS dari KRP yang terkait • berdampak penting & Luas,
Strategis PB • actual dan
• dirasakan masyarakat
Isu strategis PB memuat daftar paling sedikit berkaitan dengan:
Sosial: Poverty &
Dampak & Kinerja Jasa Status mutu & Adaptasi
D3TLH
Risiko LH Bencana Kehati Livelihood, kesmas
LH ketersediaan SDA PI kawasan MHA
Proses Identifikasi Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan – Pelingkupan (Scoping)
INPUT PELINGKUPAN: Daftar Isu-isu paling strategis yang dihasilkan
paling sedikit berkaitan dengan aspek-aspek
• Referensi tipologi dampak dan/atau
yang disebutkan di dalam ketentuan
risiko LH terkait KRP; PROSES PELINGKUPAN: Pasal 9 ayat (2) PP 46/2016
• Data dan informasi karakteristik Identifikasi dan Perumusan Isu
wilayah (spasial/IGT dan attribute); Pembangunan Berkelanjutan OUTPUT PELINGKUPAN:
• KRP yang akan dikaji, KRP lain, PUU,
Laporan KLHS, Dokumen RPPLH,
di wilayah perencanaan KRP dan Isu-Isu Paling Strategis
pedoman teknis yang relavan); wilayah fungsional/ekologisnya
• Metode-Metode yang akan (Lingkungan, Sosial dan Ekonomi) Locus: Wilayah Perencanaan KRP
digunakan, termasuk konsultasi dan Wilayah Fungsional/Ekologisnya
publik

PUU (i.e. D3TLH, BML, KBKL, tingkat penting dampak) dan Pedoman teknis DPSIR, pedoman teknis/referensi terkait dengan metodologi
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis
masukan Masyarakat & Pemangku Analisis hasil sintesa 1. Jumlah penduduk
Sintesa isu-isu PB dan Keterkaitan antara isu
Kepentingan (Hasil Konsultasi Publik) isu-isu PB dengan 7 terkena dampak;
PB (i.e. DPSIR) 2. Luas wilayah
(tujuh) kriteria
tingkat penting penyebaran dampak;
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis dampak untuk 3. Intensitas & lamanya
tipologi dampak dan/atau risiko LH Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis data- dampak berlangsung;
infomasi Karekteristik Wilayah (IGT/spasial menentukan Isu-Isu
yang terkait dengan KRP yang akan 4. Banyaknya komponen
dan atribut) antara lain: Strategis PB yang kan LH lain terkena dampak;
dikaji dari berbagai referensi dikaji lebih lanjut
• Kondisi Kualitas Lingkungan Hidup; 5. Sifat kumulatif dampak;
• Kondisi Ekosistem + Tingkat pelayanannya; dalam Analisis 6. Berbalik atau tidak
Isu-Isu PB berdasarkan hasil analisis • Kondisi SDA; Pengaruh KRP berbaliknya dampak;
dari Laporan KLHS, Dokumen RPPLH, • Pola aktivitas Sosekbud; terhadap Kondisi LH 7. Kriteria lain
KRP Lain yang relevan • kelembagaan pengelolaannya
Dampak Lingkungan Hidup
Dampak Lingkungan Hidup:
1. Perubahan Parameter LH
a. Bio-geo-fisik dan kimia:
i.e.Udara, Tanah, Air,
Ekosistem/habitat
b. Sosial-ekonomi: i.e. pendapatan
masyarakat, konflik sosial
c. Kesmas:
2. Disebabkan oleh adanya Aktivitas i.e.
konstruksi
3. Yang terjadi pada Periode waktu
tertentu &
4. Area (Ruang) yang tertentu
Tipologi Dampak Lingkungan
Katergori Dampak Lingkungan Tipe Damppak Lingkungan
No
(Category of Impacts) (Types of Impacts)
1. type biophysical, social, health or economic
2. nature direct or indirect, cumulative, etc.
3. magnitude or severity high, moderate, low
4. extent local, regional, transboundary or global
5. timing immediate/long term
6. duration temporary/permanent
7. uncertainty low likelihood/high probability
8. reversibility reversible/irreversible
9. significance* unimportant/important
*Impact significance is not necessarily related to the impact magnitude. Sometimes very small impacts, such as the disturbance of the nest of a pair of
endangered birds, may be significant. When determining the significance of the potential impacts of a proposal, all of the above factors should be taken
into consideration.
Sumber: The United Nations University, RMIT University, and the United Nations Environment Programme (UNEP) under a Creative Commons License 2007
Konsep tentang Risiko (1)
Risiko: Unsur-Unsur Risiko
• “Kemungkinan
terjadinya sesuatu yang 1
akan mempunyai Peristiwa
(events)
dampak terhadap
3
tujuan” (AS/NZS 4360 :
Dampak
2004)
Peristiwa
(Impact or
Risk
• Kombinasi dari Consequnces)

kemungkinan atau 2
frekuensi terjadinya suatu Probabilitas
terjadinya
bahaya dan tingkat (likehood/probability)
konsekuensi yang
ditimbulkannya
Konsep tentang Risiko (2)
Risiko (RISK) Kemungkinan konsekuensi yang membahayakan
akan terjadi sebagai akibat dari suatu aksi atau
kondisi. Evaluasi kombinasi antara BAHAYA (Hazard)
dan PAPARAN (Exposure).

Bahaya (HAZARD) Potensi agen, stressor atau sumber (fisika, kimia atau
biologi) yang dapat menyebabkan dampak negatif
yang membahayakan bagi receptor

Paparan Kondisi dimana organisme kontak dengan stressor


[EXPOSURE] atau sumber bahaya
Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup
d Baku Mutu
Udara Ambien Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML)
Pencemaran LH: Masuk atau dimasukkannya (a)
mahluk hidup, (b) zat, (c) energi, dan/atau (d) komponen
Baku
e lain ke dalam LH oleh kegiatan manusia sehingga
Mutu
Emisi melampau BML yang telah ditetapkan.

g Baku Mutu Lain


sesui Iptek
d Baku Mutu Udara
PPU Perkotaan
Ambien e Baku Mutu Emisi
TPA

a Baku Mutu Air Muka Air Tanah

b Baku Mutu Air


f Baku Mutu
Limbah
Gangguan

c Baku Mutu Air Laut

Sumber: Pasal 20 UU 32/2009


Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL)
Perusakan LH: tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati LH sehingga melampau KBKL

1 Kriteria Baku
Kerusakan
c Kerusakan LH-
Kebakaran 2 Kriteria Baku
Kerusakan Akibat
Hutan/Lahan
Ekosistem Perubahan Iklim
g Kerusakan •Kenaikan suhu
Karst •SLR
f Kerusakan gambut
•Badai
a Kerusakan Tanah h Kerusakan ekosistem •Kekeringan
untuk Produksi lainnya sesuai iptek
Biomassa

d Kerusakan
Mangrove

e Kerusakan
Lamun b Kerusakan Terumbu
Sumber: Pasal 21 UU 32/2009
Karang
Landscape, D3TLH dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup & Sosial
PETA JASA LINGKUNGAN PENGATUR TATA AIR

STATUS DAYA DUKUNG SUPPLY/KETERSEDIAAN Fungsi Menyediakan Air yang


Didistribusikan secara spasial
PENYEDIAAN AIR PERMUKAAN (m3/thn) dalam Grid 1 Km2
(Terlampaui / Belum Terlampaui

Data Ketersediaan Air Per Wilayah Penutupan Lahan Ekoregion: Ekoregion:


Sungai yang Didistribusikan Eksisting (KLHK) Vegetasi Alami Karakter Bentang
DEMAND/ secara Spasial dalam Grid 1 Km2 (BIG, LIPI, KLHK) Alam (KLHK)
KEBUTUHAN
TOTAL (m3/thn) Jumlah Kebutuhan
Berdasarkan
Penggunaan Lahan yang KPHL
Didistribusikan secara Spasial
dalam Grid 1 Km2 KPHP
Jumlah Kebutuhan KPHK

Domestik yang
Didistribusikan
PASAR EKSPOR
secara
Spasial dalam Grid 1 Km2

PASAL 12 AYAT (2) UU 32/2009


PPLH:
Jumlah Penduduk Per • Keberlanjutan proses, fungsi
Kabupaten yang dan produktivitas LH
didistribusikan secara Standar Kebutuhan Per Peta Penutupan
Standar Kebutuhan Domestik spasial dalam grid 1 Km2 (BPS) Penggunaan Lahan Lahan (KLHK) • Keselamatan, Mutu Hidup dan
per Kapita (Kemen PU) (Kementan & Kemen PU) Kesejahteraan Masyarakat
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) dalam KLHS

https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210499.pdf
Tipologi Dampak Lingkungan Usaha dan/atau Kegiatan – IFC WB
Environmental, Health, and Safety Guidelines – IFC WB

https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics_ext_content/ifc_external_corporate_site/sustainability-at-ifc/policies-standards/ehs-guidelines
Environmental, Health, and Safety Guidelines – IFC WB

https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics
_ext_content/ifc_external_corporate_site/sust
ainability-at-ifc/policies-standards/ehs-
guidelines
Tipe dan Tipologi Dampak Lingkungan Hidup Penambangan
(Peraturan MENLH No. 23/2008)

Isu-Isu PB Kegiatan Penambangan Berdasarkan Peraturan


Menteri LH No. 23/2008
• Keberlanjutan Sumber Daya Lahan;
• Keberlanjutan Sumber Daya Air
• Keberlanjutan biodiversity;
• Kualitas Udara.
Potential Environmental Issues Associated With Mining Activities
Potential environmental issues
associated with mining activities
may include management of the
following:
• Water use and quality
• Wastes
• Hazardous materials
• Land use and biodiversity
• Air quality
• Noise and vibrations
• Energy Use
• Visual Impacts
https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics_ext_content/ifc_external_corporate_site/sustainability-at-ifc/policies-
standards/ehs-guidelines
Tipe dan Tipologi Dampak LH kegiatan Penambangan Rakyat: Potential Environmental Issues Associated With Mining Activities

Dampak Negatif
Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan:
• Destroys the living
environment;
• Destroys
riverbanks, and
pollutes river
water;
• Tailings piles, pits,
and quicksands;
• Mine Accidents;
• Wastes Mineral
Resources;
• Anarchy;
• Social Unrest
Contoh: Identifikasi dan Perumusan Isu-
Isu PB/Isu-Isu Strategis dari KLHS yang
relevan
Beberapa Referensi yang dapat digunakan untuk Identifikasi dan Perumusan Isu-
Isu Pembangunan Berkelanjutan dalam Rangka Penyusunan KLHS
Identifikasi dan Perumusan Isu-Isu PB dari Dokumen Visi Indonesia 2045
Isu PB: Isu Kesmas dan New-Normal (Pandemi Covid) dan Rencana Tata Ruang
Karakteristik Wilayah Perencanaan KRP WPR dan
Wilayah Sekitarnya (Wilayah Fungsional/Ekologis)
KARAKTERISTIK WILAYAH
(Wilayah Perencanaan KRP Delineasi Batas
dan Wilayah Ekologisnya): dan Wilayah
• Kondisi Kualitas Lingkungan Ekologis?

Hidup;
• Kondisi Ekosistem + Tingkat
pelayanannya;
• Kondisi SDA;
• Pola aktivitas Sosekbud;
• kelembagaan
pengelolaannya;

Didukung oleh berbagai data dan Berdasarkan hasil analisis dari berbagai data-informasi karakteristik wilayah dapat
informasi Geospasial Tematik (IGT) diidentifikasi dan dirumuskan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang factual
dan data-informasi atribute dan relevan dengan kondisi wilayah perencanaan KRP dan wilayah sekitarnya
Contoh Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan: Status Saat ini, Trend Ke Depan dan
Target Pembangunan Berkelanjutan
1. Kualitas udara
a. Sebagai akibat dari pembakaran BBF dari sumber bergerak;
b. Sebagai akibat dari emisi proses produksi (sumber tidak 1. Status saat ini?
bergerak);
2. Kualitas dan kuantitas air 2. Trend status LH ke depan
a. Kualitas air permukaan;
b. Kualitas air tanah; (i.e. 20 tahun ke depan)?
c. Ancaman terhadap mata air dan sumber air minum;
d. Regim aliran air; 3. Target Pembangunan
3. Kualitas tanah Berkelanjutan yang akan
a. Pencemaran tanah i.e. dari penyimpanan, penggunaan dan
pelepasan B3; dicapai selama 20 tahun
b. Kerusakan tanah; kedepan i.e. Status Mutu Air
4. Perubahan iklim
a. Emisi GRK; Sungai sesuai dengan Kriteria
5. Flora dan fauna
a. Ancaman terhadap biodiversity – jumlah species tumbuhan;
Mutu Air Kelas I
b. Ancaman terhadap biodiversity – jumlah species satwa;
Contoh Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan: Status Saat ini, Trend Ke Depan dan Target PB

6. Habitat
a. Ancaman terhadap habitat, terutama yang dilindungi;
7. Kawasan lindung 1. Status saat ini?
a. Keberadaan aset di kawasan lindung;
b. Ancaman terhadap kawasan lindung berkelas dunia (ramsar site, 2. Trend status LH ke depan (i.e.
cagar biosfer dll); 20 tahun ke depan)?
8. Gangguan
a. Ancamanan terhadap kebisingan dan getaran; 3. Target Pembangunan
b. Ancaman pencemaran cahaya, panas dan radiasi; Berkelanjutan yang akan
9. Populasi dan kesehatan
a. Perubahan jumlah dan struktur penduduk; dicapai selama 20 tahun
b. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat; kedepan i.e. Habitat
10. Perubahan permukiman dan demografi Mangrove tetap utuh dan
a. Perubahan dalam hal struktur permukiman dan penggunaan lahan;
b. Akses terhadap area publik; sehat (Indeks Kehatinya ?)
c. Perubahan kualitas hidup;
11. Aset Budaya dan Sejarah
a. Keberadaan aset-aset cagar budaya;
12. Infrastruktur, industri dan fasilitas lainnya Sumber:Ivanovic, Sabina et al. 2015. Guide to
13. Elemen-elemen lainnya: Strategic Environmental Assessment in Urban
a. Peningkatan jumlah sampah (limbah padat) domestik, LB3; Planning. Belgrade: Ambero Consulting
b. Penggunaan B3 yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan; Representative Office and GTZ
Data-Informasi Karekteristik Wilayah untuk Identifikasi Isu-Isu PB dalam KLHS
5 2 Identifikasi & petakan
Identifikasi & Pasal 9 huruf h Muatan ILH:
para pihak atau
Petakan dan huruf i Pasal 6 ayat (2)
kelompok masyarakat
tingkat PP KLHS 46/2017 UU PPLH
(stakeholder) yang
Kerentanan & Ruang/Kawasan 32/2009
terkait dengan
Kapasitas penghidupan • Bentuk
pemanfaatan Jasa LH
Adaptasi • Tipe-Tipe Ekosistem (i.e. hutan primer, mangrove); masyarakat local Penguasaan
tersebut (i.e. masyarakat
Perubahan • Jasa LH (ecosystem services) yang dihasilkan; (livelihood) SDA;
local, pelaku usaha)
• Pengetahuan
Iklim 1
Pengelolaan
4 Identifikasi & Identifikasi & Petakan SDA 3 SDA;
Identifikasi & Petakan SDA yang yang berfungsi sebagai Identifikasi & petakan Pasal 9 huruf b, • Konflik &
Petakan berfungsi sebagai Infrastruktur ekologi yang Status dan Kondisi c, d, h, i dan j PP pnyebab
Wilayah pengerak laju bernilai penting bagi Ekosistem KLHS 46/2017 konflik SDA
Rawan pertumbuhan keberlanjutan kehidupan • Cemar-Rusak; • Dampak &
Bencana Alam ekonomi (WILAYAH DENGAN JASA • Kinerja Jasa LH; risiko;
(ENGINE OF GROWT] LH TINGGI/PENTING] • D3TLH; • Kinerja Jasa
• Ancaman ruang LH; Muatan ILH:
penghidupan • D3TLH; Pasal 6 ayat (2)
Pasal 9 huruf d dan g PP
Pasal 9 huruf e, f, dan c PP KLHS 46/2016 masyarakat; • Ancaman UU PPLH
KLHS 46/2016
• Status mutu & ketersedian SDA (e); • Ancaman terhadap Keberlanjutan 32/2009
• Bencana alam;
• Ketahanan dan potensi kehati (f); Kawasan tertentu penghidupan • Bentuk
• Adaptasi PI
• Kinerja Jasa LH (c). masyarakat & MHA; masyarakat; kerusakan
• Risiko Kesehatan & • Ancaman SDA
Muatan ILH: Pasal 6 ayat Kawasan
keselamatan • Konflik &
(2) UU PPLH 32/2009 masyarakat &
Muatan ILH: Pasal 6 ayat (2) UU PPLH 32/2009 masyarakat; penyebab
• Bentuk kerusakan SDA; MHA;
• Potensi dan Ketersedian SDA; • Emisi GRK konflik SDA
• Pengetahuan • Resiko kesmas
• Jenis SDA yang dimanfaatkan
Pengelolaan SDA
Contoh Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang dapat didayagunakan untuk Mengambarkan
Karakteristik Wilayah Perencanaan KRP dan Wilayah Sekitarnya (Wilayah Fungsional/Ekologis)
Wilayah Pelaksanaan Kajian Lingkungan (Environmental Pemanfaatan/ Perizinan SDA i.e. PIPIB, IUPHHK, IPPKH,
Kawasan Hutan Assessment): Batas Ekologis (Pendekatan Ekosistem) →
wilayah/areal yang memiliki interkoneksi secara ekologis dan social TORA, HUTSOS, IU Perkebunan, Hutan Adat dan Ruang
dengan wilayah perencanaan KRP Penghidupan/Livelihood Masyarakat Lokal
Penutupan Lahan 2
Wilayah Administrasi i.e. Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan,
Informasi SDH Desa (PODES)

Status dan Kondisi Lingkungan Hidup (Baku Mutu


RKTN Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan, Emisi
1 Wilayah Perencanaan KRP GRK) yang relevan
Biodiversity i.e.
Tipe Iklim Data dan
KK, NKT/HCV
Rawan Bencana Informasi lain,
Land Systems Kelerengan i.e. Karhutlah, termasuk IGT
(Landsys) Curah Hujan Banjir, Longsor, lainnya yang
Ekoregion: Lahan Kritis dan
Karakteristitik Kerusakan Lahan Kekeringan, relevan dengan
Jasa Lingkungan Sumber Daya Air
Bentang Alam (KBA) gempa bumi dan Karekteristik
Hidup i.e. Air, Tingkat Bahaya (Permukaan dan Gerakan tanah, Wilayah
Lahan Prima Erosi (TBE) air tanah) i.e.
Ekoregion: Tipe Kerentanan PI Perencanaan
Vegetasi Alami sungai, danau (Climate KRP dan
(TVA)/Tipe Daya Dukung dan Koefisien (kualitas dan Vulnerability) Wilayah
Ekosistem Daya Tampung LH Limpasan kuantitas air) Sekitarnya)
Contoh Data dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Sebagai Referensi Pencegahan Dampak Lingkungan
di Areal Eks-PLG dan Wilayah Sekitarnya yang Terinterkoneksi dengan Areal Eks-PLG Kalimantan Tengah
yang tercantum di dalam Laporan Interims KLHS Cepat
Muatan SK. MENLHK No. SK 297/Menlhk/Setjen/PLA.3/4/ 2019: Daya Dukung dan Daya Tampung Air Nasional

DASAR PENETAPAN
DASAR PENENTUAN a. Ketersedian Air v.s.
Inventarisasi LH Pemanfaatan Air; dan ASPEK YANG DIPERHATIKAN
b. Kecendrungan perubahan a. Keberlanjutan proses & fungsi LH;
di Wil. Ekoregion kinerja Jasa LH pengatur air b. Keberlanjutan produktivitas LH;
a. Jumlah Populasi; 1996-2016 c. Keselamatan, mutu hidup &
b. Potensi & ketersedian SDA; kesejahteraan masyarakat
MENTERI LHK
c. Bentuk Pemanfaatan SDA
(pertanian, perikanan,
perkebunan& permukiman/lahan Daya a. Indikasi Status: Pulau/Kepulauan & Provinsi;
terbangun) Dukung dan b. Data dan informasi Spasial: Peta skala l 1:
Daya 500.000;
a. Gubernur: daya dukung & daya Tampung Air c. Data dan informasi Non-spasial (atribut):
tampung Air provinsi dan Nasional angka dan tabel;
ecoregion lintas kab/kota
(1:250.000); a. Penggunaan: sampai RPPLH Prov dan
b. Bupati/Walikota: daya dukung & kab/kota tersusun;
TINDAK LANJUT
daya tampung Air kab/kota dan b. Evaluasi Nasional: minimal 1 kali
(Pemerintah Daerah)
dalam 5 tahun
ecoregion kab/kota (1:50.000);

https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210538.pdf
Status Daya Dukung-Daya Tampung Air Nasional Jawa – Bali
https://www.menlhk.go.id//s
ite/download_file?file=16092
10538.pdf

https://www.menlhk.go.id//site/
download_file?file=1609210499.
pdf
Pemprov = 3,6 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,5 Juta Ton CO2e
Alokasi Indikatif Target Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan pada
Provinsi dan Swasta
Pemprov = 42,98 Juta Ton CO2e
Swasta. = 52,40 Juta Ton CO2e

Pemprov = 9,37 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,74 Juta Ton CO2e Pemprov = 1,01 Juta Ton CO2e
Pemprov = 17,76 Juta Ton CO2e Swasta. = 1,86 Juta Ton CO2e Swasta. = -
Swasta. = 26,42 Juta Ton CO2e Swasta. = 39,51 Juta Ton CO2e

Pemprov = 16,03 Juta Ton CO2e Pemprov = 13,73 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,94 Juta Ton CO2e
Swasta. = 8,90 Juta Ton CO2e Swasta. = 22,52 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,08 Juta Ton CO2e
ACEH
Pemprov = 1,21 Juta Ton CO2e KALIMANTAN UTARA Pemprov = 0,06 Ton CO2e
Pemprov = 0,03 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,16 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,33 Juta Ton CO2e
Swasta. = -
SUMATERA UTARA
Pemprov = 0,16 Juta Ton CO2e
KALIMANTAN BARAT SULAWESI UTARA Swasta. = -
RIAU
KALIMANTAN TIMUR
Pemprov = -
KEPULAUAN RIAU GORONTALO Pemprov = 23,55 Juta Ton CO2e
Swasta. = 3,13 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,15 Juta Ton CO2e

SUMATERA BARAT SULAWESI TENGAH


JAMBI
KALIMANTAN TENGAH MALUKU UTARA
SUMATERA SELATAN SULAWESI BARAT
Pemprov = 1,45 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,08 Juta Ton CO2e
BENGKULU BANGKA BELITUNG MALUKU
KALIMANTAN SELATAN SULAWESI TENGGARA PAPUA
PAPUA BARAT
Pemprov = 8,87 Juta Ton CO2e
Pemprov = 3,33 Juta Ton CO2e LAMPUNG Swasta. = 6,09 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,43 Juta Ton CO2e
Swasta. = 0,08 Juta Ton CO2e Swasta. = 0,15 Juta Ton CO2e
SULAWESI SELATAN
JAWA TENGAH
Pemprov = 2,17 Juta Ton CO2e
Pemprov = 17,40 Juta Ton CO2e
BANTEN
Swasta. = -
Swasta. = 14,98 Juta Ton CO2e
JAWA BARAT JAWA TIMUR BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR Pemprov = 0,55 Juta Ton CO2e
Swasta. = -

Pemprov = 1,74 Juta Ton CO2e


Swasta. = - Pemprov = 5,01 Juta Ton CO2e Pemprov = 3,47 Juta Ton CO2e
Pemprov = 1,17 Juta Ton CO2e Swasta. = - Swasta. = -
Pemprov = 2,14 Juta Ton CO2e Swasta. = -
Swasta. = 0,04 Ton CO2e Pemprov = 1,25 Juta Ton CO2e
Pemprov = 1 Juta Ton CO2e Swasta. = -
Pemprov = 0,15 Juta Ton CO2e Swasta. = -
Swasta. = - Pemprov = 1,26 Juta Ton CO2e Pemprov = 0,14 Juta Ton CO2e
Swasta. = - Swasta. = -
Alokasi Indikatif Target Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah pada
Provinsi SULAWESI UTARA
ACEH BANGKA BELITUNG KALIMANTAN TIMUR (0,03 Ton CO2e)
(0,07 Ton CO2e) (0,02 Ton CO2e) KALIMANTAN TENGAH (0,06 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)
SUMATERA UTARA KALIMANTAN UTARA MALUKU UTARA
(0,18 Ton CO2e) KEPULAUAN RIAU (0,01 Ton CO2e) GORONTALO (0,02 Ton CO2e)
(0,03 Ton CO2e) (0,01 Ton CO2e)
RIAU KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
(0,12 Ton CO2e) (0,06 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)

SULAWESI BARAT
PAPUA BARAT
(0,02 Ton CO2e)
(0,01 Ton CO2e)

SUMATERA BARAT
(0,07 Ton CO2e)

BENGKULU JAKARTA
(0,03 Ton CO2e) (0,29 Ton CO2e)
JAMBI KALIMANTAN SELATAN
(0,06 Ton CO2e) SULAWESI TENGGARA
(0,05 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)
SULAWESI SELATAN
(0,12 Ton CO2e)
LAMPUNG
(0,12 Ton CO2e)
MALUKU
JAWA BARAT (0,02 Ton CO2e)
(0,96 Ton CO2e) NUSA TENGGARA TIMUR
JOGJAKARTA (0,07 Ton CO2e)
BANTEN (0,07 Ton CO2e)
SUMATERA SELATAN (0,25 Ton CO2e) NUSA TENGGARA BARAT
(0,13 Ton CO2e) JAWA TENGAH JAWA TIMUR (0,08 Ton CO2e) PAPUA
(0,60 Ton CO2e) (0,7 Ton CO2e)
(0,04 Ton CO2e)
BALI
(0,07 Ton CO2e)
Peta Isu Lingkungan di Kawasan Strategis Pantura

Isu-Isu Strategis di KSP Pantau Utara Jakarta


1) Penurunan muka tanah;
2) Banjir dan genangan baik dari hulu maupun rob;
3) Pencemaran sungai, muara dan perairan laut;
4) Kerawanan air bersih

Sumber: KLHS RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta


Contoh Identifikasi Isu-Isu PB Berdasarkan Hasil Analisi Karakteristik Wilayah (IGT)
Contoh Identifikasi Isu-Isu PB Berdasarkan Hasil Analisi Karakteristik Wilayah (IGT)
DPSIR Analytical Framework for Integrated Environmental Assessment
HUMAN SOCIETY

Pemanfaatan Ruang Eksisting di Wilayah Daratan DRIVERS Step 1

dan Pesisir Laut (Coastal-Watershed) PRESSURES


Indirect influence through
human development IMPACTS
Step 1 Step 2
Direct influence
through human Human well-being
interventions RESPONSES Step 3

Sectors Mitigation and adaptation Economic, Ecosystem


social services
goods &
Human services
influences

Natural processes
STATE AND TRENDS Step 1

Water, land, atmosphere,


biodiversity

ENVIRONMENT

Step 1 What is happening to the environment and why?

Step 2 What are the consequences for the environment and humanity?

Step 3 What is being done and how effective is it?


Contoh: Review Identifikasi dan Perumusan Isu-Isu PB Paling Strategis terkait dengan NCICD
Asumsi: Isu-Isu PB terkait dengan NCICD di bawah ini merupakan hasil sintesa Isu-Isu PB

TINGKAT PENTINGNYA POTENSI DAMPAK


1. Jumlah penduduk terkena dampak;
2. Luas wilayah penyebaran dampak;
3. Intensitas & lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen LH lain terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak;
7. Kriteria lain

• Di dalam Wilayah perencanaan KRP NCICD dan


• diwilayah sekitarnya yang memempengaruh dan
Isu-Isu PB Paling Strategis dipengraruh oleh KRP NCICD (Wilayah Ekologis)
Tingkat Pentingnya Potensi Dampak [7 kriteria]
Tingkat pentingnya Potensi dampak & risik antara lain berdasarkan:
1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan/atau

Sumber: Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf b PP 46/2016


Pasal 22 dan Lamp. IV Huruf C Permenlhk P. 69/2017: Identifikasi Materi Muatan KRP

Perkiraan: Materi Muatan KRP dikaitkan dengan


• Cakupan wilayah terkena dampak; KRP Pertimbangan-pertimbangan:
• Kelompok masyarakat terkena 1.DDL/DTL;
dampak 2.Dampak & risiko LH
3.Kinerja layanan jasa ekosistem;
4.Bencana i.e. banjir, longsor, kekeringan;
• Sintesa hasil identifikasi isu 5.Mutu dan ketersedian SDA;
strategis; 6.Ketahanan dan potensi Kehati;
7.Adaptasi PI
• Muatan RPPLH yang relevan; 8.Penduduk miskin dan penghidupan
• Muatan KLHS KRP lain yang masyarakat;
relevan 9.Risiko kesehatan dan kesalamatan masyaralat;
10.Ancaman perlindungan terhadap kawasan
tertentu

Materi Muatan
KRP yang Materi Muatan KRP yang harus dianalisis
Materi Muatan KRP yang TIDAK berpengaruh pengaruhnya terhadap Kondisi Lingkungan
berpengaruh terhadap kondisi LH terhadap kondisi Hidup
LH
Materi Muatan KRP Yang Berpotensi Menimbulkan Pengaruh terhadap
Kondisi Lingkungan Hidup
KRP yang termasuk dalam Kondisi Lingkungan Hidup
Kategori dibawah ini berpotensi 1. DDL/DTL;
menimbulkan pengaruh 2. Dampak & risiko LH
terhadap kondisi LH: 3. Kinerja layanan jasa ekosistem;
a. Perubahan penggunaan dan 4. Bencana i.e. banjir, longsor,
KRP tutupan lahan (LULC); kekeringan;
[Kebijakan, b. Fragmentasi dan Isolasi; 5. Mutu dan ketersedian SDA;
c. Ekstraksi, pemanenan dan 6. Ketahanan dan potensi Kehati;
Rencana
removal spesies; 7. Adaptasi PI
dan
d. External input: emisi, 8. Penduduk miskin dan
Program] effluent dan bahan-bahan penghidupan masyarakat;
kimia; 9. Risiko kesehatan dan
e. Ganguan; keselamatan masyaralat;
f. Introduksi spesias asing, 10. Ancaman perlindungan terhadap
invasive dan/atau GMOs; kawasan tertentu
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): RTR Pulau Jawa-Bali
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): Koridor Ekonomi Utara Jawa
Contoh Materi Muatan Kebijakan Rencana dan Program (KRP): Koridor Ekonomi Utara Jawa
Materi Muatan KRP di dalam Wilayah Perencanaan (RDTR)
KRP: RDTR (jangka waktu 20 Tahun) Ilustrasi Pembagian Subzona di dalam Blok dan Subblok pada Satu Sub BWP
1. Tujuan penataan BWP (Tema BWP);
2. Rencana Pola Ruang (Lindung & Budidaya); Garis Kuning =
3. Rencana jaringan prasarana Batas BWP/Zona
4. Penetapan Sub-BWP yang diprioritaskan; Peruntukan
Garis Unggu =
5. Ketentuan pemanfaatan Ruang Batas Sub-
6. Peraturan Zonasi BWP/Sub-Zona
Peruntukan Wilayah
Perencanaan
Wilayah Sudah Wilayah belum RDTR
Terbangun Terbangun

Perubahan/ Pengembangan di wilayah


Modifikasi wilayah yang belum terbangun
sudah terbangun
Dampak Garis
hitam
& Risiko putus-
putus =
Meningkatnya Kualitas
LH Batas
Menurunnya Kualitas Sub-Blok
LH dan Kualitas Hidup LH dan Kualitas Hidup
Masyarakat Masyarakat

Lingkungan Hidup di BWP Garis Merah =


(Komponen-Komponen geo-fisik-Kimia, Biologi, sosekbud dan Batas Blok (Blok
Kesmas) Peruntukan)
Materi Muatan KRP: Contoh Muatan RDTR yang Berpengaruh Terhadap
Kondisi Lingkungan Hidup

1. Tujuan penataan BWP (Tema BWP);


1. Informasi rinci yang relevan dan
2. Rencana Pola Ruang berpengaruh terhadap Kondisi
1. Kawasan Lindung; LH;
2. Kawasan Budidaya
2. Skala/Besaran terkait dengan
3. Rencana jaringan prasarana kondisi eksisting;
(pergerakan,energi/kelistrikan, telekomunikasi, air
minum, air limbah, prasarana lainnya) ) → Rencana 3. Skala /Besarangan
Struktur Ruang pengembangan yang dilakukan
4. Penetapan Sub-BWP yang diprioritaskan; dalam RDTR:
5. Ketentuan pemanfaatan Ruang a. Perubahan/modifikasi;
6. Peraturan Zonasi b. Pembangunan Baru;
Contoh Ilustrasi Muatan KRP (Tata Ruang): Pengembangan Kawasan Budidaya
dalam Rencana Tata Ruang

Batas Wilayah
Perencanaan KRP
Kawasan Budidaya Eksisting:
1.Jenis kawasan budidaya?
2.Lokasi/Sebarannya?
3.Skala/Besaran?

Catatan: Pengembangan
Kawasan Budidaya dalam RTR yang akan dikembangkan selama masa
implementasi RTR (20 Tahun): Kawasan Budiadaya:
1. Jenis kawasan budidaya yang akan dikembangkan? 1. Perubahan/ Modifikasi;
2. Lokasi/Sebaran setiap jenis Kawasan Budidaya yang akan dikembangkan?
3. Skala/Besaran setiap jenis kawasan budidaya yang akan dilakukan pengembangan; 2. Pembangunan baru
4. Tahapan pengembangan kawasan budidaya
Contoh Ilustrasi Muatan KRP (Tata Ruang): : Pengembangan Kawasan Lindung
dalam Rencana Tata Ruang (RTR)

Kawasan Lindung dalam RTR


yang akan dikembangkan
selama masa implementasi
RTR(i.e. 20 Tahun):
1. Jenis kawasan Lindung
yang akan dikembangkan?
2. Lokasi/Sebaran setiap jenis
Kawasan Lindung Kawasan Lindung yang
Eksisting:
akan dikembangkan?
1.Jenis kawasan
3. Skala/Besaran setiap jenis
Lindung?
kawasan Lindung yang akan
2.Lokasi/Sebarannya?
dilakukan pengembangan;
3.Skala/Besaran?
4. Tahapan pengembangan
kawasan Lindung
Contoh Muatan KRP (Struktur Ruang) yang Berpotensi Mempengaruhi Kondisi Lingkungan Hidup
Contoh Deksripsi Muatan KRP (Struktur Ruang) yang Berpotensi
Mempengaruhi Kondisi Lingkungan Hidup
Contoh Deksripsi Muatan KRP (Struktur Ruang) yang Berpotensi
Mempengaruhi Kondisi Lingkungan Hidup
Materi Muatan KRP Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)
Sumber Daya Manusia (SDM): Kelembagaan Pengelolaan Deskripsi antara lain:
Tujuan Pengelolaan
Perkiraan jumlah dan kapasitas SDM WPR (Tata Kelola/Governance • Proses, sistem dan teknologi penambangan
yang akan dilibatkan, termasuk WPR WPR) mineral yang rencananya akan diterapkan;
masyarakat local dan pendatang
• Skala/besaran i.e. luas areal & jumlah IPR, top
soil yang akan dibuka/dipindahkan,
Deskripsi antara lain: KRP WPR: overburden, sumber daya air yang dibutuhkan;
• Proses pembangunan/penataan • Kaidah Teknik • Rencana Timeline/tata waktu
kawasan perlindungan penambangan yang baik
lingkungan rencananya akan
• Rencana Kelola lingkungan dan Sosial
(Good Mining Practice);
diterapkan; • Tata Kelola (Good
• Skala/besaran i.e. luas Governance); Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:
• Timeline/tata waktu Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
(Pedoman dari ESDM)
• Rencana Kelola lingkungan dan
Sosial
penambangan & prakiraan rencana Jumlah
IPR
Rencana Pemanfaatan
Ruang WPR: Rencana Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:
areal/ruang untuk perlindungan Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
LH i.e. Sempadan/ban Pengolahan Mineral
Deskripsi antara lain:
• Proses, sistem dan teknologi
pembangunan infastruktur WPR Deskripsi antara lain:
ang rencananya akan diterapkan; • Proses, sistem dan teknologi pengolahan
• Skala/besaran i.e. luas, volume mineral yang rencananya akan diterapkan;
penggunaan, potensi beban • Skala/besaran i.e. kapasitas produksi, bahan
pencemaran (limbah); Rencana Pemanfaatan Ruang WPR: baku, potensi beban pencemaran (limbah);
• Timeline/tata waktu Rencana areal/ruang untuk infastruktur WPR i.e. Jalan,
• Rencana Kelola lingkungan dan
• Timeline/tata waktu
Sosial
sumber daya air, energi, Gudang dll • Rencana Kelola lingkungan dan Sosial
Pedoman Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan
(Peraturan Menteri LH No. 23/2008 → Revisi?)

Ketentuan ini dapat digunakan untuk mendetailkan deskripsi


materi Muatan KRP WPR sesuai dengan rencana
pengelolaan WPR yang akan dilakukan/diterpakan di WPR
Logas sesuai dengan:
• Kaidah-Kaidah penambangan yang baik (Good Mining
Practice);
• Tata Kelola penambangan dan WPR
Materi Muatan KRP Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)

Sumber: Peraturan Menteri LH No. 23/2008


Materi Muatan KRP Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)

Lokasi pengolahan bijih dan kolam


pengendap diusahakan tidak berada
pada daerah banjir

Sumber: Peraturan Menteri LH No. 23/2008


Materi Muatan Kebijakan, Rencana dan Program terkait Penetapan WPR
Deskripsi antara lain:
• Proses, sistem dan teknologi penambangan
mineral yang rencananya akan diterapkan;
• Skala/besaran i.e. luas areal & jumlah IPR, top
soil yang akan dibuka/dipindahkan,
overburden, sumber daya air yang dibutuhkan;
• Rencana Timeline/tata waktu
• Rencana Kelola lingkungan dan Sosial

Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:


Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
penambangan & prakiraan rencana Jumlah
IPR

Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:


Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
Pengolahan Mineral
Deskripsi proses dan setting
pond ditambah dengan
Deskripsi antara lain:
Sebagian informasi-deskripsi • Proses, sistem dan teknologi pengolahan
di Tabel 4.18 dapat menjadi mineral yang rencananya akan diterapkan;
bagian rencana pemanfaatan • Skala/besaran i.e. kapasitas produksi, bahan
ruang WPR (penambangan baku, potensi beban pencemaran (limbah);
dan pegolahan); • Timeline/tata waktu
• Rencana Kelola lingkungan dan Sosial
Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH dilihat dari Perspekstif Jangka Waktu
Implementasi KRP

Implementasi KRP
3
Implementasi KRP untuk Jangka waktu tertentu
Muatan KRP (i.e. 20 tahun) KRP Baru
Interaksi
antara (3)
Perubahan/ Modifikasi
KRP dan (2) di
Pengembangan (pembangunan baru) wilayah (1)
Pengaruh KRP
Wilayah Perencanaan KRP & Wilayah Ekologis terhadap Kondisi
Komponen geo-fisik, kimia, biologi, sosekbud LH
dan kesmas 1 4 Kondisi LH saat
Kondisi LH masa lalu dan saat ini Kondisi LH selama Implementasi KRP dan selesai masa
Target PB/SDGs berlakunya KRP
AIR MERESAP i.e. Trend Perubahan parameter LH,
Isu 2 target kualitas LH yang ingin dicapai,
AIR TDK MERESAP

Saat ini threshold pemanfaatn SDA selama


Pembangunan (T0) periode rencana implementasi KRP
Saat yang akan datang
Berkelanjutan (T20)
Sebelum: Koef Run-Off 35% Sesudah: Koef Run-Off 90%
Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH
KLHS memuat KAJIAN antara lain:
Efisiensi Pemanfaatan Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung
d a Lingkungan Hidup untuk Pembangunan
Sumberdaya Alam

Tingkat Kerentanan dan Perkiraan Mengenai Dampak dan RiSIKO


Kapasitas Adaptasi terhadap e
b LINGKUNGAN HIDUP
Perubahan Iklim

Tingkat Ketahanan dan f c Kinerja layanan/jasa ekosistem


Potensi Keanekaragaman
hayati
Apa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau
SEA?
“Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,

KLHS
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. (Pasal 1 angka 10 UU
32/2009 PPLH)
Sumber: Pasal 16 UU 32 Tahun 2009
Kerangka Berpikir 6 Muatan Kajian
(Mendukung Pembangunan Berkelanjutan)

Analisis
Pengaruh KRP
terhadap
Kondisi LH
(Isu-Isu
Strategis PB)
Contoh Keterkaitan Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan
Intervensi KRP i.e. RRTR 1) Efisiensi= Pemanfaat SDA secara optimal → tetap lestari;
2) Dampak: perubahan LH (parameter LH);
Risiko = kemungkinan kejadian bahaya;
3) Kehati = keberagaman, keragaman + keberlanjutan SDA;
4) Kinerja Jasa LH= perubahan kapasitas + kualitas layanan
ekosistem (LH) (Kondisi awal v.s. actual) → 4 Jasa LH
Efisiensi Pemanfaatan (MANFAAT)
1 5) D3TLH”i.e. DDDT Air;
SDA 6) Kerentanan API: dampak PI + kemampuan adaptasinya

Dampak dan Risiko LH 2


3 Kehati 4 5

Daya Dukung dan Daya


Kinerja Jasa LH
Tampung LH
Kerentanan Adaptasi 6
Perubahan Iklim
• Wilayah Perencanaan KRP (batas Administrasi)
• Batas Ekosistem/Ekologis (i.e. Ecoregion)
Tipologi, Nilai Penting dan Sifat Penting Dampak

Tipologi/ Karakteristik Nilai Penting Sifat Penting


Dampak Dampak
(Impact Characteristics) x (Impact Importance) = Dampak
(Impact Significance)
(e.g., spatial extent) (e.g., value)

• Nature dari dampak (e.g., positif, negatif, Nilai yang kita berikan terhadap
sinergistik)
komponen lingkungan yang terkena
• Luasan dan besarannya (Extent and
magnitude) dampak i.e.
• Waktu terjadinya dampak (i.e., kontsruksi, • Ecological importance/sustainability
operasi, penutupan) criteria
• Durasi (i.e., pendek, intermittent)
• Social importance
• Reversibility/irreversibility
• Likelihood (i.e., probability, uncertainty) • Environmental standards
Tingkat Penting Potensi
Tingkat pentingnya potensi dampak antara lain berdasarkan:
1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan/atau
Sumber: Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf b PP 46/2016 tentang KLHS →Pasal 22 ayat (2) UU 32/2009 dan Keputusan
Kepala Bapedal 056/1994
Contoh Review terhadap Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH
(Isu-Isu PB Paling Strategis): Studi Kasus KLHS NCICD
Materi Muatan KRP • Seharusnya Isu-Isu PB Paling Strategis; Analisis Pengaruh KRP terhadap
NCICD yang Berpotensi • Perlu dicross-check Kembali proses identifikasi ISU-ISU PB PALING STRATEGIS
Berpenrauh terhadap dan perumusan Isu-Isu PB untuk menentukan
Lingkungan Hidup Isu-Isu Paling Strategis

• Bukan memerlukan kajian 6


muatan, tetapi perlu
dikaji/dianalisis lebih detail
pengaruhnya;
• Analisis Pengaruh terkait
dengan Prakiraan besaran
pengaruh (+/-) dan evaluasi
tingkat pentingnya
pengaruhnya;
• Pengaruh dianalisis dari 6
muatan KLHS yang relevan dan
dilakukan secara terintegrasi
(Integrated assessment)
Contoh: Review Analisis Pengaruh KRP NCICD terhadap Kondisi LH (Isu-Isu PB Paling Strategis)
Analisis Pengaruh KRP terhadap ISU-ISU PB PALING STRATEGIS

Pengaruh
KRP NCICD
terhadap • Prakiraan
Banjir Besaran
dianalisis Pengaruh KRP
dengan 6 terhadap
muatan Kondisi LH (+);
yang • Tingkat
relevan i.e. Pentingnya
Dampak/
Risiko LH,
Perumusan
kapasitas
Alternati KRPf:
Adaptasi PI,
Arahan upaya
Kinerja Jasa
Isu-Isu PB yang terkait dengan mingkatkan/
LH, Kehati, Perumusan Alternati KRP:
Isu-Isu PB Paling Strategis memperkuat
D3TLH Arahan Mitigasi
(Besaran dan Tingkat Pentingnya) dampak positif
Contoh: Review Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH dilihat dari Perspekstif Jangka Waktu Implementasi KRP WPR

• ANALISIS PENGARUH (Environmental


Assessment) dilakukan dengan cara
melakukan analisis pengaruh materi
muatan KRP terhadap Isu-isu
Paling Strategis, bukan dengan
pengaruh materi muatan KRP terhadap
6 muatan KLHS;
• Analisis Pengaruh tersebut terkait
dengan Prakiraan besaran pengaruh
(+/-) dan evaluasi tingkat pengaruhnya;
• Pengaruh tersebut sebagai contoh
Pengaruh Penambangan, Pengolahan
dan Infrastruktur WPR (Materi Muatan
KRP) terhadap Keberlanjutan Sumber
Daya Air (Isu Strategis) dianalisis dari 6
muatan KLHS yang relevan dan
dilakukan secara terintegrasi
(Integrated assessment)
Contoh: Review Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH dilihat dari Perspekstif Jangka Waktu Implementasi KRP WPR

Materi Muatan KRP WPR yang • Seharusnya Isu-Isu PB Paling Strategis;


potensial berpengaruh terhadap • Perlu dicross-check Kembali proses
Lingkungan Hidup perlu diidentifikasi identifikasi dan perumusan Isu-Isu PB untuk • Analisis pengaruh dilakukan
dan dirumuskan Kembali sesuai menentukan Isu-Isu Paling Strategis sesuai dengan cara melakukan anlisis
catatan-catatan yang ada dengan catatan-catatan yang ada. pengaruh materi muatan KRP
terhadap Isu-isu Paling Strategis
• Analisis Pengaruh terkait dengan
Prakiraan besaran pengaruh (+/-)
dan evaluasi tingkat
pengaruhnya;
• Pengaruh tersebut sebagai
contoh Pengaruh Penambangan,
Pengolahan dan Infrastruktur
WPR (Materi Muatan KRP)
terhadap Keberlanjutan Sumber
Daya Air (Isu Strategis) dianalisis
dari 6 muatan KLHS yang relevan
dan dilakukan secara
terintegrasi (Integrated
assessment)
Contoh Analisis Pengaruh KRP WPR terhadap Kondisi LH: Keberlanjutan Sumber Daya Air
Analisis Pengaruh KRP Deskripsi antara lain:
KRP WPR: • Proses, sistem dan teknologi penambangan
(Pelaksanaan Penambangan • Kaidah Teknik mineral yang rencananya akan diterapkan;
dan Pengolahan) terhadap penambangan yang baik • Skala/besaran i.e. luas areal & jumlah IPR, top
Keberlanjutan Sumber (Good Mining Practice); soil yang akan dibuka/dipindahkan,
Daya Air (di areal WPR dan • Tata Kelola (Good overburden, sumber daya air yang dibutuhkan;
Governance); • Rencana Timeline/tata waktu
Wilayah Ekologisnya) (Pedoman dari ESDM) • Rencana Kelola lingkungan dan Sosial
• Dampak dan risiko LH
i.e. perubahan kualitas Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:
air, konflik pemanfaatan Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
Air, pendapatan penambangan & prakiraan rencana Jumlah
masyarakat, kehati IPR (KRP)
• Perubahan D3TLH (ada
potensi pengurangan Rencana Pemanfaatan Ruang WPR:
Rencana Areal/Ruang untuk lokasi
suppy dan peningkatan
Pengolahan Mineral (KRP)
deman air);
• Perubahan Jasa
Lingkungan di ekosistem Isu Strategis: Keberlanjutan Sumber Daya Air Deskripsi antara lain:
• Proses, sistem dan teknologi pengolahan
perairan; (Kualitas dan Kuantitas Air): mineral yang rencananya akan diterapkan;
• Perubahan kerentanan • Status Saat ini; • Skala/besaran i.e. kapasitas produksi, bahan
& kapasitas adaptasi PI; • Trend; baku, potensi beban pencemaran (limbah);
• Efisiensi pemanfaatan • Target keberlanjutan ke depan • Timeline/tata waktu
• Rencana Kelola lingkungan dan Sosial
Sumber Daya Air;
Analisis Pengaruh KRP tRTR erhadap
Materi
Muatan Kondisi LH (Isu-Isu Strategis)
KRP RTR
yang
berpengaru
h terhadap
Kondisi LH
Analisis Pengaruh Pengaruh dianalisis
KRP terhadap dari 6 muatan KLHS
Kondisi LH yang relevan dan
(Interaksi antara dilakukan secara
terintegrasi
KRP dan Isu-Isu
(Integrated
Paling Strategis assessment)
Contoh Analisis Pengaruh KRP WPR terhadap Kondisi LH: Keberlanjutan Sumber Daya Air
Daya Dukung dan Daya Tampung Air Pulau Jawa Materi Muatan KRP:
Analisis Koridor Utara Jawa sebagai Pusat Industri
Pengaruh KRP
Koridor Utara Jawa sebagai
Pusat Industri terhadap
Keberlanjutan Sumber
Daya Air:
• Besaran Dampak dan risiko
LH i.e. perubahan kualitas
air, konflik pemanfaatan Air,
pendapatan masyarakat,
kehati
• Besaran Perubahan D3TLH
(ada potensi pengurangan
suppy dan peningkatan
deman air); Kondisi LH-Isu Strategis PB:
• Besaran Perubahan Jasa Keberlanjutan Sumber Daya Air
Lingkungan di ekosistem
perairan; (Kualitas dan Kuantitas Air):
• Tingkat Perubahan • Status Saat ini;
kerentanan & kapasitas
adaptasi PI; • Trend;
• Efisiensi pemanfaatan • Target keberlanjutan ke depan
Sumber Daya Air;
Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi LH
PETA JASA LINGKUNGAN PENGATUR TATA AIR

STATUS DAYA DUKUNG SUPPLY/KETERSEDIAAN Fungsi Menyediakan Air yang


Didistribusikan secara spasial
PENYEDIAAN AIR PERMUKAAN (m3/thn) dalam Grid 1 Km2
(Terlampaui / Belum Terlampaui

Data Ketersediaan Air Per Wilayah Penutupan Lahan Ekoregion: Ekoregion:


Sungai yang Didistribusikan Eksisting (KLHK) Vegetasi Alami Karakter Bentang
DEMAND/ secara Spasial dalam Grid 1 Km2 (BIG, LIPI, KLHK) Alam (KLHK)
KEBUTUHAN
TOTAL (m3/thn) Jumlah Kebutuhan
Berdasarkan
Penggunaan Lahan yang KPHL
Didistribusikan secara Spasial
dalam Grid 1 Km2 KPHP
Jumlah Kebutuhan KPHK

Domestik yang
Didistribusikan
PASAR EKSPOR
secara
Spasial dalam Grid 1 Km2

PASAL 12 AYAT (2) UU 32/2009


PPLH:
Jumlah Penduduk Per • Keberlanjutan proses, fungsi
Kabupaten yang dan produktivitas LH
didistribusikan secara Standar Kebutuhan Per Peta Penutupan
Standar Kebutuhan Domestik spasial dalam grid 1 Km2 (BPS) Penggunaan Lahan Lahan (KLHK) • Keselamatan, Mutu Hidup dan
per Kapita (Kemen PU) (Kementan & Kemen PU) Kesejahteraan Masyarakat
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) dalam KLHS

https://www.menlhk.go.id//site/download_file?file=1609210499.pdf
Figure 9. Probability map of deforestation (A) without further Ladia Galaska road extension, and (B) with road
extension.

Clements GR, Lynam AJ, Gaveau D, Yap WL, Lhota S, et al. (2014) Where and How Are Roads Endangering Mammals in
Southeast Asia's Forests?. PLoS ONE 9(12): e115376. doi:10.1371/journal.pone.0115376
http://127.0.0.1:8081/plosone/article?id=info:doi/10.1371/journal.pone.0115376
Kajian Pengaruh KRP terhadap Biodiversity

Tiga skenario prakiraan tingkat deforestasi dan penurunan populasi species orang utan pada
tahun 20130 terkait dengan penerapan RED dan pembangunan jalan (David L A Gaveau,
Serge Wich, Justin Epting, Daniel Juhn, Markku Kanninen and Nigel Leader-Williams, 2009)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh analisis Pengaruh KRP (Struktur Ruang) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup (Biodiversity)
Contoh Analisis Pengaruh Struktur Ruang terhadap Kondisi LH: Pemilihan Alternatif Rencana Jalur Pipa Migas

Alternatif
Kedua

Alternatif
Pertama

ERI = Ecological Relatif Importance of Habitat, EII = Index of Ecological Impact of the Route
Contoh Pemilihan Alternatif Rencana Jalur Pipa Migas: Hasil Akhir Pemilihan
Alternatif

Pilihan terbaik adalah Original Route


(OR) rencana pembangunan
konstruksi Pipa Migas
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
PENGKAJIAN PENGARUH KRP PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP→
Perubahan tujuan atau target
TERHADAP KONDISI LH KRP yang berkelanjutan dan berwawasan LH

Perubahan Perubahan Perubahan strategi pencapaian target


Materi
KRP yang Berpengaruh Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan
Muatan KRP
terhadap Kondisi LH lokasi yang lebih memenuhi pertimbangan
Pembangunan Berkelanjutan
Perumusan
Alternatif
Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan
Penyempurnaan

KRP
Analisis Pengaruh KRP Hasil
adaptasi terhadap perkembangan IPTEK yang lebih
terhadap Kondisi Analisis
memenuhi pertimbangan Pembangunan
Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan
prioritas pelaksanaan
Isu-Isu Strategis
Pembangunan Arahan PPLH
Berkelanjutan implementasi Pemberian arahan atau rambu-rambu utuk
1. Lingkungan Hidup KRP mempertahankan atau meningkatkan fungsi ekosistem
(environmentally sound)
2. Sosial (socially acceptable); Pemberian arahan atau rambu-rambu
3. Ekonomi (economically viable)
mitigasi dampak dan risiko LH
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP: Pengembangan Berbagai Bentuk Mitigasi
Dampak/Pengaruh Negatif dan Meningkatan Benefits KRP (Best Practices)
3 Prinsip Dasar Alternatif KRP
Tinggi
 Hindari (avoidance)
 Minimisasi (minimisation) • Apakah KRP dan Kegiatan
Prioritas
dibutuhkan?
 Restorasi • Apakah KRP dan Kegiatan
Rendah harus dilaksanakan saat ini?
• Apakah ada alternatif
Berbagai opsi restorasi terhadap kondisi
lingkungan yang terpengaruh lokasi?

• Mengurangi skala, besaran, ukuran


• Apakah ada alternatif KRP i.e.
Seperti penggunanaan teknologi yang
ramah lingkungan, efisiensi energi, Contoh pemberian
rambu penanda di
efisiensi penggunaan dan sekitar wilayah jelajah
pemanfaatan air Contoh Green Infrastruktur yang berdekatan dengan
Satwa liar- kanopi tanaman ruang kegiatan
diatas jalan raya sebagai sarana masyarakat
menyeberang orangutan
Decision tree untuk pengambilan keputusan
Dampak Lingkungan

Apa itu Dampak lingkungan? (Fakta)


Seberapa pentingnya dampak lingkungan tersebut? (Arti
dampak bagi Pengambilan Keputusan)

Apakah seluruh dampak


lingkungan tersebut ?

Dapat diterima Dapat dikelola Tidak Dapat diterima


(Acceptable) (Manageable) (Unacceptable)

Berdasararkan Dengan menggunakan Perubahan Abandon in


Komitmen Pemrakarsa Regulatory Controls Design part or whole

Berhenti
Proses ke Langkah Selanjutanya
(STOP)
Contoh Arahan Mitigasi Dampak Lingkungan Pembangunan Jalan terhadap Kelestarian Fungsi TN BBS

Arahan Mitigasi
Dampak Pembangunan
Jalan di TN BBS
8 Dukungan Infrastruktur Ramah Lingkungan dalam Pembangunan IKN
Penerapan Eco-road “using eco-friendly functional road materials”
© www.boredpanda.com
© pbs.twimg.com/media
• KONSEP ECO-ROAD menitikberatkan pada perencanaan desain dan konstruksi jalan
yang ramah lingkungan. Pendekatannya yaitu dengan mengintegrasikan fungsi
transportasi dan keberlanjutan ekologis serta tetap menjaga ekosistem sekitarnya.

• Contoh Eco-road salah satunya adalah animal bridges atau wildlife crossing dimana
desain jembatan tidak boleh melengkung lebih dari 1 meter serta menggunakan
tanaman hijau atau vegetasi yang disukai binatang agar tetap terhubung dengan
habitatnya. Hal ini juga diperlukan untuk mengurangi kecelakaan antara hewan liar
dan kendaraan sebagai moda transportasi darat.

• Tujuan IKN memanfaatkan pendekatan ini adalah agar fungsi transportasi yang
direncanakan tidak merusak ekosistem flora dan fauna yang hidup di lokasi
pembangunan.

Natuurbrug Zanderij, Belanda Eco-link BKE, Singapura

© arc-solutions.org
Internalisasi LH: Upaya untuk Menjaga Keseimbangan Ekologi, Ekonomi dan Sosil
( win-win solution)
Sumber: D ip a n k a r G h o s e Director -Species & Landscapes Prog. WWF-India
Internalisasi LH: Upaya untuk Menjaga Keseimbangan Ekologi, Ekonomi dan Sosil
( win-win solution)

Sumber:
https://m.medcom.id/foto/ekonomi/5b2XeL2K-melihat-aktivitas-gajah-di-terowongan-tol-pekanbaru-dumai

https://foto.bisnis.com/view/20191217/1182270/terowongan-gajah-tol-pekanbaru-dumai

• Uniknya Tol Permai dilengkapi dengan enam terowongan untuk perlintasan gajah di dalamnya yang terletak di Seksi 2 (Sungai Tekuana) dan Seksi 4 (dekat
Suaka Margasatwa Balai Raja). Terowongan perlintasan gajah ini adalah yang pertama di Indonesia.
• Hutama Karya memastikan bahwa pembangunan Tol Permai tak merusak lingkungan dan ekosistem serta tidak mengganggu habitat asli gajah liar di
sekitarnya.
• Seperti terlihat pada 10 Februari lalu, kawanan gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) melintasi Sungai Tekuana di bawah terowongan gajah yang
dibangun di seksi 2 Tol Permai.
Contoh Mitigasi
Dampak Jalan Tol
terhadap Satwa Liar

(Permen LHK No. 23/Tahun 2019)

Contoh Rambu Satwa


Contoh Landscape dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup & Sosial: Memperkuat Resiliensi Ekologi
untuk Mewujudkan Ketahanan
WELL-MANAGED WATERSHEDPangan
FOR SOIL Berkelanjutan dan Ketahanan Nasional
& WATER CONSERVATION
PENGELOLAAN KTA: Penerapan KONSERVASI TANAH Pengembangan FOOD ESTATE dengan
HUTAN LESTARI DAN AIR (Terasering) untuk AREAL BERBAGAI KOMODITAS PANGAN dengan
di dalam dan di FOOD ESTATE BERLERENG (Slopes) berbagai Skema i.e. PERMICULTURE, AGRO Penerapan panahan angin dengan berbagai
sekitar AREAL FOOD
FORESTRY, PALUDICULTE di Lahan Gambut bentuk vegatasi (WINDBREAKS) untuk
ESTATE: Biodiversity, MESIN PERTANIAN i.e. Budidaya MENGURANGI KERINGAN (drought) dan
Plasma Nutfah, Traktor digunakan
PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN
Nutrien dan Tata Air secara Terbatas di KTA: PENANAMAN TERNAK di Areal FOOD ESTA
AREAL FOOD ESTATE POHON sepanjang
PERLINDUNGAN
YANG DATAR dan di garis kontur untuk KTA: TANAMAN PAGAR Pengembangan
VEGETASI RIPARIAN di
sepanjang GARIS KONSERVASI
1 KONTUR
Sempadan Sungai dan
Danau untuk TANAH DAN AIR di
sepanjang garis kontur
untuk melindungi kontur
FOOD ESTATE
dengan
Menjaga MUTU AIR, AREAL FOOD dan mempertahan
ESTATE PENDEKATAN
KORIDOR SATWA KESUBURAN TANAH
di AREAL FOOD ESTATE SUSTAINABLE
LANDSCAPE
MANAGEMENT
dilakukan untuk
4 menjamin:
5 • Keberlanjutan
2 8
proses dan
fungsi LH
6 3 • Keberlanjutan
produktivitas
7
7 LH
BUDIDAYA IKAN BERKELANJUTAN di • Keselamatan,
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR untuk
ekosistem Perairan Darat i.e. SUNGAI, Penguatan 10 KEBERLANJUTAN KETAHAN PANGAN: i.e. Mutu Hidup
DANAU, LAHAN BASAH → TERINTEGRASI LANDSCAPE GOVERNANCE di dalam dan Perlindungan Mutu Air dan Pengendalian dan
DENGAN PENGEMBANGAN sekitar AREAL FOOD ESTATE i.e. Pemerintah, Pencemaran Air, Debit Air, Pengendalian Kesejahteraan
SUSTAIBALE FOOD ESTATE Pemanfaatan air dan Daya Rusak Air Masyarakat
Pelaku Usaha dan Masyarakat
The Value Generation From Ecosystem Services In Asian Rice Production Systems To Virtually All
Of The Sustainable Development Goals
1: End poverty in all its forms everywhere
2: End hunger, achieve food security and improved nutrition and promote
sustainable agriculture
2.4: Sustainable food production systems and resilient agricultural practices
2.5: Maintain the genetic diversity of seeds, cultivated plants and farmed and
domesticated animals and their related wild
species
3: Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages
4.7: All learners acquire the skills needed to promote sustainable development,
including, sustainable lifestyles and
appreciation of cultural diversity to sustainable development
6: Ensure access to water and sanitation for all
8.5: Achieve full and productive employment and decent work for all women
and men
9.3: Access of small-scale industrial and other enterprises, in particular in
developing countries, to financial services,
including affordable credit, and their integration into value chains and markets
11.4: Strengthen efforts to protect and safeguard the world’s cultural and
natural heritage
12.4: Achieve the environmentally sound management of chemicals and all
wastes throughout their life cycle
12.8: People have the relevant information and awareness for lifestyles in
harmony with nature
13: Take urgent action to combat climate change and its impacts
15: Protect restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems,
sustainably manage forests, combat
desertification and halt and reverse land degradation, halt biodiversity loss
* Ecosystem service mapping based on CICES classification
** Health externalities from fertilizers and pesticide use, such as emissions
from pesticide production, farmer health risk
from chemicals handing in fertilizer and pesticide manufacture; farm worker
health costs from exposure to pesticides,
weedicides, fertilizers and unmanaged waste, food consumption human health
costs

Sumber: Pengue, W., Gemmill-Herren, B., Balázs, B., Ortega, E., Viglizzo, E., Acevedo, F., Diaz, D.N., Díaz de Astarloa, D., Fernandez, R., Garibaldi, L.A., Giampetro, M., Goldberg, A., Khosla, A. and Westhoek, H.
(2018). ‘Eco-agri-food Systems’: today’s realities and tomorrow’s challenges. In TEEB for Agriculture & Food: Scientific and Economic Foundations. Geneva: UN Environment. Chapter 3, 57-109.
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)
Rekomendasi Perbaikan
untuk Pengambilan MATERI PERBAIKAN
Keputusan Kebijakan, Kebijakan, Rencana dan
Perumuasan Rencana dan Program Program (KRP)
Alternatif
Penyempurnaan (KRP)

KRP Dasar
Informasi Usaha
dan/atau Kegiatan yang
telah melampaui D3TLH
dan tidak
PENGKAJIAN PENGARUH KRP diperbolehkan lagi
TERHADAP KONDISI LH
Penjaminan Kualitas (Dalam Rangka Self Assessment)
• Penjaminan Kualitas melalui penilaian mandiri oleh Penyusun KRP (Menteri,
menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian terkait, gubernur, atau
bupati walikota yang bertanggung jawab terhadap penyusunan atau evaluasi
KRP)
• Penyusun KRP wajib melakukan penjaminan kualitas KLHS melalui penilaian
mandiri, untuk memastikan bahwa proses KLHS sudah dilaksanakan sesuai
mekanisme;
• Forum Rapat Koordinasi, antara pokja KLHS dengan pokja KRP,
• Hasil Penjaminan Kualitas berisi informasi tentang:
- Kelayakan KLHS dan
- Rekomendasi perbaikan KLHS diikuti dengan Perbaikan KRP
• Hasil nya disahkan (berita acara).
Tata Cara Penjaminan Kualitas
Pemenuhan atas persyaratan dan kriteria penilaian mandiri
1. Desain proses KLHS
2. Laporan KLHS
3. Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis dan Prioritas
4. Analisis KRP dan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
5. Pengkajian
6. Alternatif dan Rekomendasi
7. Dokumentasi Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
8. Integrasi Hasil KLHS/Pengambilan Keputusan
9. Partisipasi Pemangku Kepentingan
Muatan Informasi dalam KLHS
(Summary of information required under the European Commission SEA Directive)
1) An outline of the contents, main objectives of the plan or programme and relationship with other relevant
plans and programmes;
2) the relevant aspects of the current state of the environment and the likely evolution thereof without
implementation of the plan or programme;
3) the environmental characteristics of areas likely to be significantly affected;
4) any existing environmental problems which are relevant to the plan or programme including, in particular,
those relating to any areas of a particular environmental importance,
5) the environmental protection objectives, established at international, Community or Member State level,
which are relevant to the plan or programme and the way those objectives and any environmental
considerations have been taken into account during its preparation;
6) the likely significant effects (1) on the environment, including on issues such as biodiversity, population,
human health, fauna, flora, soil, water, air, climatic factors, material assets, cultural heritage including
architectural and archaeological heritage, landscape and the interrelationship between the above factors;
7) the measures envisaged to prevent, reduce and as fully as possible offset any significant adverse effects on
the environment of implementing the plan or programme;
8) an outline of the reasons for selecting the alternatives dealt with, and a description of how the assessment
was undertaken including any difficulties (such as technical deficiencies or lack of know-how) encountered
in compiling the required information;
9) a description of the measures envisaged concerning monitoring;
10) a non-technical summary of the information provided under the above headings.
Pendokumentasian KLHS dan Digitalisasi KLHS
dasar pertimbangan

Metode dan

Metode dan
metoda, teknik, metoda, teknik, rangkaian

Hasil?

Hasil?
Latar Belakang?

Kebijakan, Rencana, rangkaian langkah- langkah-langkah dan hasil


dan/atau Program
(KRP) sehingga perlu langkah dan hasil perumusan alternatif
dilengkapi KLHS pengkajian pengaruh muatan KRP;
KRP terhadap kondisi
Lingkungan Hidup

pelaksanaan

Metode dan hasil?


Kesimpulan?
Kesimpulan?

pertimbangan, muatan, dan gambaran


konsekuensi rekomendasi pengintegrasian partisipasi
masyarakat dan
perbaikan untuk pengambilan hasil KLHS dalam keterbukaan
keputusan KRP yang KRP informasi KLHS; dan
mengintegrasikan prinsip hasil penjaminan
Pembangunan Berkelanjutan kualitas KLHS

STANDARISASI LAPORAN KLHS untuk Mendukung Transformasi ke Ringkasan eksekutif.


dalam Bentuk Digital (DIGITALISASI KLHS) → Sistem Informasi KLHS
Validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Validasi dilakukan untuk :
• Memastikan Penjaminan Kualitas telah dilaksanakan secara akuntabel dan dapat
dipertanggung jawabkan.
• Pembagian tanggung jawab terhadap KRP yang dijamin telah mengarusutamakan
pembangunan berkelanjutan.

Validasi KLHS dapat dilaksanakan secara :


• Bertahap;
➢ Saat penjaminan kualitas telah dilakukan untuk tahap pengkajian pengaruh KRP terhadap
kondisi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan*,
➢ Saat tahap perumusan alternatif penyempurnaan KRP, penyusunan rekomendasi perbaikan
KRP dan integrasi KLHS ke dalam KRP.
*belum dapat dinilai sebagai validasi akhir.
• Tahap Akhir: → Validasi yang digunakan untuk pengesahan KRP.
Muatan Surat Validasii KLHS
Validasi → Memastikan Penjaminan Kualitas telah dilaksanakan secara akuntable
1) Dasar pelaksanaan validasi berdasarkan PP 46/2016: Pasal 19 ayat (1), Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 25 ayat
(2);
2) Mengingat: surat permohonan dari penyusun KRP;
3) Memperhatikan: Laporan KLHS dan Hasil Penjaminan Kualitas;
4) Hasil validasI
a. Pemeuhan persyaratan validasi sesuai pasal 26 PP 46/2016;
b. Hasil telaahan terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan KLHS (Pasal 6-Pasal 16);
c. Pernyataan pelaksanaan penjaminan kualitas KLHS dan Hasil penjamin kualitas KLHS;
d. Pernyataan terkait dengan integrasi KLHS ke dalam KRP;
e. Pernyatan terkait dengan: dapat divalidasi, pengintegrasian KLHS ke dalam KRP, pernyataan terkait
dengan D3TLH dan boleh/tidak boleh dlakukan usaha dan/atau kegiatan;
f. Rekomendasi tindak lanjut:
g. Penyataan bahwa surat validasu merupakan bagian yang tidak terpisahakan dari dokumen KRP;
5) Surat validasi di tandatangani oleh Dirjen A.n. Menteri LHK (Pusat)
Terima Kasih

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL)
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor (PDLKWS)

Manggala Wanabakti Building, Blok IV Lantai 6 Wing C


Jalan Jenderal Gatot Subroto Jakarta 10270
Phone: +62-21-57902982
Faximile: +62-21-57902982

Dit. Pencegahan Dampak Lingkungan @dit.pdlkws Direktorat PDLKWS


176 dan Sektor
Kebijakan Wilayah

Anda mungkin juga menyukai