Pada suatu hari tersebar kabar, bahwa Datu Panda’i akan menggelar lomba pacuan kuda. Aipad merasa tertarik dengan kabar tersebut. Ia
meminta izin pada ibunya dan Tangko. Aipad pun berangkat hendak mengikuti lomba pacuan kuda. Dalam hatinya sangat berharap untuk
memenangkan lomba. Dalam perlombaan itu, banyak yang ikut lomba dan kuda-kudanya tampak perkasa. Tetapi Aipad tidak gentar. Ia berkeras
hati untuk memenangkan lomba. Tidak disangka, kuda Aipad akhirnya menjadi pemenangnya. Sangat girang hatinya. Ia kembali pulang dengan
kabar gembira. Ibunya bersuka cita dan bangga terhadap anaknya. Suatu hari Aipad diundang ke istana untuk menerima mahkota kerajaan
sebagai hadiahnya. Aipad datang bersama Sari Bulan dan keluarga Tangko. Begitu melihat Sari Bulan, Datu Panda’i langsung dapat mengenali
istrinya dan memeluknya penuh haru.
Aipad adalah putra mahkota yang selama ini hilang. Kemudian Aipad diangk at menjadi raja menggantikan ayahnya yang telah tua. Ketiganya
berkumpul kembali dengan bahagia. Raja Aipad mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Tangko. Sementara itu, Kunti yang jahat dikurung
dalam sebuah sumur yang sangat dalam
“Baiklah rusa, bagaimana kalau kita bertanding lomba lari.” Jawab siput dengan percaya diri, dan santai. Seolah-olah dia pelari yang sangat handal. Rusa
terkejut, dia tidak menyangkah kalau siput berani menjawab tantangannya. “Baik, kalau begitu. Kapan waktunya kau siap?. Siput enjawab. “besok Aku siap.”
Mereka akhirnya sepakat untuk lomba lari di keesokan hari. Perlombaan dimuai dari muara sungai itu, sampai ke hulu sungai.
Rusa pulang ke sarangnya, untuk istirahat agar mengumpulkan tenaga untuk lomba lari dengan siput. Tapi rusa tidak begitu memikirkannya, sebab
dia yakin sekali lompat saja dia akan mengalahkan lari siput itu. Sementara siput yang berjanji akan bertanding lari dengan rusa esok hari berpikir keras. Dia
tahu akan segerah kalah oleh lari si rusa itu. Sebab dia hanya berjalan menggunakan lidahnya dan sangat lambat. Lama dia berpikir dan membuat kepalanya
pusing.
Siput melihat ke sepanjang sungai kediamannya, merenung. Tampak jauh teman-temannya berjalan dan bermain di sepanjang sungai. Dia tahu kalau jauh ke
hulu sungai teman-temannya juga banyak. Lalu bagaimana tentang pertandingan lomba larinya dengan rusa. Siput mendapat ide cemerlangnya. Dia kemudian
menemui teman-teman di sekitarnya. Lalu menceritakan peristiwa tadi siang, saat pertemuannya dengan rusa.
Rusa menantang dan meremehkan siput, dan bersepakat bertanding berlari. Siput menceritakan idenya, pada teman-temannya untuk menghadapi rusa.
Setelah sepakat, ide itu disebar terus menerus dari siput ke siput yang lain. Akhirnya sampai juga ke siput yang paling di hulu sungai. Kemudian ke hilir
sampai teman siput di muara sungai juga mengetahui. Mereka cukup membantu dengan menjawa setiap rusa berkata atau memanggil siput. Siput yang
menjawab haruslah posisinya lebih maju dari rusa, dan hanya satu siput yang boleh menjawab.Siput yang akan bertanding dengan rusa menaiki arus sungai
dan diapun tiba dengan cepat di muara. Sementara teman-teman siput sudah berbaris beriringan di sepanjang aliran sungai.
Waktu lomba lari tiba, siput dan rusa bersiap. Rusa akan mulai berlari menyusuri sungai dari atas tebing sungai. Siput akan berlari dari dalam aliran sungai.
Sehingga rusa tidak akan dapat melihat siput yang di dalam air. oleh sebab itu, rusa harus memanggil siput dimana dia berhenti untuk mengetahui siapa yang
terdepan. Di hitungan ke tiga, mereka mulai berlari, rusa melompat dan berlari dengan sangat kencang. Siput dimulai dengan menggulingkan diri kedalam
sungai. Tampak gelombang kecil dimana siput menjatuhkan tubuhnya. Rusa sekilas melihat disertai senyum kemenangan dan meremehkan.
Rusa berlari dengan cepat, dia pun merasa sudah sangat jauh berlari dan yakin kalau siput tertinggal jauh. Di selah-selah napasnya yang terengah-engah dia
memperhatikan air sungai di sisinya. Lalu memanggil siput dengan kuat-kuat. “Dimana engkau sekarang, Siput?.” Panggil rusa. “Ya, Aku disini rusa.”
Terdengar jawaban siput dari dalam sungai tapi posisinya lebih terdepan dari rusa. Rusa keget bukan kepalang mendengar jawaban dari dalam sungai dengan
posisi mendahuluinya. Rusa tidak habis pikir dan dia tanpa banyak berpikir kembali berlari kencang. Berkali-kali rusah berhenti, dan memanggil siput.
Jawaban selalu terdengar dan posisi yang sama, lebih terdepan dari rusa.
Karena sombong dan malu, tidak mau dibilang lemah dan kalah. Serta begitu meremehkan siput, rusa itu terus berlari dan berlari di sepanjang sungai. Dia
tidak lagi memikirkan dirinya, dan terus berlari dengan cepat. Lidanya mulai terjulur, dan air liur menetes-netes. Dia begitu panas dan emosi diri, serta tidak
menerima kekalahan dari siput.
Sampailah di garis pinis di hulu sungai yang jauh. Rusa memanggi siput, dan terdengar jawaban dimana posisi sudah jauh dari garis pinis. Rusa yang
memaksakan diri berlari itu, kecapean setengah mati. Kemudian jantungnya pecah dan mengeluarkan darah. Nafasnya tersedak dan akhirnya dia mati
seketika.
“Demikianlah pelajaran bagi mahluk yang sombong dan suka meremehkan sekitarnya. Merasa diri lebih baik dari yang lain, setiap makhluk sudah diciptakan
dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.” Ujar siput. Cerita di termasuk fabel atau dongeng dengan tokoh hewan-hewan.
Pada zaman dahulu, ada sebuah cerita pertemanan antara monyet dan katak. Setiap hari mereka bermain bersama , pekerjaannya main saja setiap harI. Tidak
ada namanya bekerja ,namanya saja bermain.
Suatu hari monyet dan katak berjanji pergi bermain ke sungai , hitung hitung mandi bareng. Akan tetapi diluar rencana ternyata sungai airnya meluap , banjir
besar .maklum saja baru selesai hujan .saking besarnya air meluap monyet dan katak berhenti di pinggir sungai , tidak berani turun mandi ,takutnya terbawa
arus sungai.
Tiba tiba ada pohon pisang yang hanyut , makin dekat denga tempat monyet dan katak duduk. “katak…! ,, mau kamu nanam pisang ? kuambilkan kamu
pisang yang hanyut itu ,nanti di rumah kita bagi dua ,biar ada kita tanam dirumah “. Kata si monyet . “oke ,tapi kamu yang bawa pisang nya sampai dating
kerumah , aku tidak sanggup “ kata si katak
Akhirnya , monyet ambil pohon pisang yang hanyut itu ,dia bawa pulang kerumah ,sementara kata ngawasin bagaikan bos . sampai rumah ,sesuai perjanjian
pohon pisang tersebut dibagi menjadi dua , di potong pas tengah tengah nya,bagian pertama batang sampai akar yang kedua batang sampai daun .
“ katak , aku yang milih ,soalnya aku lelah bawa pohon pisang imi , aku milih bagian kedua, kamu bagian pertama ,setuju?, nanya monyet.”. baik sahabat “
jawab katak ,sebenarnya katak bingung oleh pilihan monyet , kenapa pilih bagian kedua.
“ ini bagian kamu,tanam di tempat yang subur , yang kira kira mudah hidup dan berbuah ,aku mau nanam di atas pohon asam biar subur.” Kata monyet .
monyet langsung berlari pergi sambil membawa pohon pisang ,langsung naik ke atas pohon asam,ditaruhnya pohon pisang itu di atas pohon asam paling atas.
Sementara katak tanam dibagian belakang kandang kuda ,yang terdapat banyak kotoran kuda
Hari bergaanti hari ,bulan berganti bulan,setiap hari monyet mengawasi pisang milik katak “berapa tandan pisang mu katak?” Tanya monyet
“dua “ jawab katak
“Saya juga begitu” jawab moyet
Dengan pertanyaan yang sama sampai bulan seterusnya
Setrusnya sampai bebulan monyet bertanya lagi kekatak
“sudah ada buah pisang mu katak” Tanya monyet
“sudah , sudah ada yang matang” jawab katak
“sama saya juga”jawab monyet
Akan tetapi pohon pisang milik monyet sudah mati kering di atas pohon asam.
Kedua sandal itu merupakan suami istri. Sang suami disebut Papuq mame (nenek laki-laki), sedang sang istri disebut Papuq Ki ne (nenek perempuan). Karena
takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, sepasang lelampak itu bisa bercakap-cakap, walaupun percakapan mereka hanya bisa didengar dan dimengerti oleh mereka
berdua.
Pada suatu malam, Baginda Raja melepas lelampak itu dan meletakkannya di bawah tempat tidur. Jika telah dilepaskan oleh Baginda Raja, sepasang lampak
itu mulai khawatir. Lebih-lebih jika sedang musim hujan, Baginda Raja selalu menggunakan lelampak itu kemanapun beliau pergi. Menurut beliau, lelampak
lendong kao inilah yang dipandang paling kuat dan paling tahan terhadap air. Oleh sebab itu Baginda selalu memakainya dan sangar menyayanginya.
Setiap malam, jika lelampak itu telah dilepas dan diletakkan di bawah kolong tempat tidur, datanglah seekor tikus yang mengintipnya. Maklumlah, kulit
binatang apa saja yang baru terendam air akan mengeluarkan bau yang sangat digemari oleh tikus. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan oleh lelampak jantan.
“Jika begini terus keadaannya setiap malam selalu terus diintip oleh tikus yang kelaparan itu, akhirnya kita akan menjadi mangsanya. Bagaimana kalau kita
memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kita dijadikan sepasang tikus?”
“Jika kemauanmu begitu aku menurut saja” jawab istrinya
“Kalau demikian, mari kita berdoa bersama agar Tuhan menjadikan kita sepasang tikus. Kalau kita menjadi tikus, tikus-tikus yang lain pasti tidak berani
mengganggu kita. Dengan demikian semua sisa-sisa makanan yang ada di dapur istana dapat kita kuasai berdua.”
Mereka pun mulai berdoa.
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami sepasang tikus…”
Atas kekuasaan Tuhan, sepasang lelampak itu berubah menjadi dua ekor tikus yang besar. Sepasang tikus itu sangat disegani oleh tikus-tikus yang lain.
Apabila tikus-tikus lain mencari makan, maka dikejar-kejar oleh mereka. Begitulah kejadiannya setiap hari. Hal itu membuat Baginda Raja yang sedang tidur
dengan permaisurinya sering terganggu karena gaduh yang dibuat oleh tikus-tikus itu. Baginda Raja kemudian mengutus pengawalnya untuk mencari kucing
agar dapat menangkap tikus-tikus itu.
Cukup banyak kucing yang dilepas oleh pengawal di atas loteng. Sudah banyak pula tikus-tikus yang dimangsa kucing-kucing itu. Sepasang tikus besar
penjelmaan lelampak itu pun mulai khawatir.
“Puqen… aku khawatir sekali dengan ganasnya kucing-kucing yang dilepas untuk menangkap kita. Kita pun nanti pasti dibunuhnya. Bagaimana pendapatmu
jika kita memohon kepada Tuhan agar kita dijadikan kucing saja?” kata tikus jantan kepada istrinya.
Kali ini pun Tuhan mengabulkan permohonan mereka. Sepasang tikus itu kini berubah menjadi sepasang kucing. Di atas loteng, kucing-kucing lainnya
diserang. Sementara tikus-tikus sudah tidak ada yang berkeliaran lagi. Sudah tidak ada lagi yang mengganggu Baginda Raja kala beliau sedang istirahat.
Sejak saat itu, sepasang kucing jelmaan itu sering keluar masuk kamar Baginda Raja. Sepasang kucing itu kini menjadi binatang kesayangan sang permaisuri
karena bulunya yang bagus dan ekornya yang panjang.
Namun ada suatu hal yang menggelisahkan sepasang kucing itu. Jika Baginda Raja pergi berburu, yang selalu dibawa serta adalah anjing berburunya. Hal itu
yang membuat sepasang kucing itu merasa iri. Mereka beranggapan menjadi anjing pemburu itu lebih enak.
Mereka kemudian bersepakat memohon kepada Tuhan agar dijadikan sepasang anjing pemburu yang disegani. Permohonan itu pun dikabulkan. Kini
keduanya telah berubah menjadi sepasang anjing pemburu yang sangat gagah. Telah beberapa kali mereka bersama Baginda Raja pergi berburu ke hutan
Sekaroh.
Suatu ketika, mereka berhasil menangkap dua ekor kijang besar. Setelah digigitnya, sang Raja lalu melepaskan anak panahnya sehingga kijang itu jatuh
tergeletak ditanah. Betapa senang hati Baginda dan berjanji akan memberi kedua anjing pemburu itu daging menjangan.
Setelah cukup lama mereka menjadi sepasang anjing pemburu, mereka pun mulai mengeluh. Kesempatan keluar kandang kini jarang diperoleh. Mereka
merasa dipingit, tidak bebas seperti anjing-anjing yang lain. Anjing jantan itu mengeluh pada istrinya.
“Istriku… makan dan minum kita memang terjamin, tetapi kebebasan kita seakan tergadai. Lagi pula kalau kita punya kesempatan keluar, anjing-anjing yang
lain seperti iri dan memusuhi kita. Kalau berjumpa dengan manusia, ada saja yang memukul, melempar dan sebagainya. Bahkan, yang tidak senang kepada
anjing kadang-kadang ingin membunuh kita…” kata anjing jantan itu.
“Puqen… bagaimana kalau kita memohon untuk dijadikan Raja saja?" sambung anjing jantan. “Bukankah Baginda Raja sudah tua dan sudah terlalu lama
memerintah? Oleh karena itu, sebaiknya kita memohon kepada Tuhan agar kita menjadi manusia. Setelah itu kita dirikan Kerajan baru di tempat lain yang
lebih besar dan megah dari Kerajaan ini.”
Seperti biasa istrinya selalu menurut saja atas rencana-rencana suaminya. Akhirnya, mereka berdoa kepada Tuhan agar dijadikan sepasang manusia.
Permohonannya dikabulkan, merekapun berubah menjadi sepasang manusia suami istri.
Kemudian, di suatu tempat mereka mulai berusaha mencapai cita-citanya, yakni ingin menjadi raja besar yang menguasai seluruk Bumi Lombok. Mereka
membangun sebuah istana yang mengah. Banyak orang yang menjadi pengikutnya. Keberadaan kerajaan baru itu sampai juga ke telinga Baginda Raja lama,
dan terdengar desas-desus bahwa kerajaan baru itu akan menyerangnya.
Berita yang merisaukan Baginda Raja lama memang benar-benar terbukti setelah beliau memerintahkan para pengawalnya untuk menyelidiki kerajaan baru
yang diperintah oleh seorang Raja yang bergelar Papuq Mame yang sedang menyiapkan penyerangan.
Baginda Raja kemudian memerintahkan untuk menyerang lebih dulu sebelum diserang oleh bala tentara, Papuq Mame. Akibat serangannya yang mendadak
itu, Kerajaan Papuq Mame menjadi kacau balau, pasukannya kocar kacir, terburai melarikan diri. Untunglah Papuq Mame tidak sampai terbunuh. Ia dan
istrinya bersembunyi di hutan menyelamatkan diri.
Papuq Mame menjadi sakit hati karena kekalahannya itu. Istrinya menyarankan sebaiknya mereka menyamar sebagai orang biasa dan mengabdi kepada
kerajaan yang lama. Namun sang suami tak menyetujui usul itu, dan ia mendesak istrinya agar menyetujui usulnya memohon kepada Tuhan agar mereka bisa
dijadikan Tuhan.
Dengan terpaksa sang istri menyetujui kekerasan hati suaminya. Keduanya kemudian menengadahkan tangan, memohon kepada Tuhan.
“Ya, Tuhan… jadikanlah kami sepasang Tuhan…!” namun begitu kalimatnya selesai, seketika Papuq Mame dan istrinya berubah kembali ke asalnya yaitu
sepasang sandal (Lelampak Lendong Kao).
Permintaan mereka menjadi Tuhan memang sangat keterlaluan sekali. Akibatnya mereka jadi rugi sendiri. Demikianlah dongeng yang memberikan pelajaran
kepada kita bahwa orang yang tamak (serakah) akan mendapatkan kerugian akibat keserakahannya. Keberhasilan sebaiknya diperoleh dengan kerja keras
bukan hanya berkhaya