Anda di halaman 1dari 3

NAMA: DIAN RAHMAWATI

NIM: 14021900096
KELAS: 4A-INF
TUGAS PRESENTASI ISBD

Analisa Masalah Sosial dan Kebudayaan

Perdagangan Anak
Perdagangan anak telah lama terjadi di muka bumi dan merupakan tindakan
yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Ini merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu, perdagangan anak hanya di
pandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan didefinisikan sebagai
pemindahan, khususnya anak dengan atau tanpa persetujuan orang yang
bersangkutan di dalam suatu negara atau ke luar negeri untuk semua perburuhan
yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi. Indonesia merupakan negara yang
menjadi negara asal perdagangan orang ke luar negeri dengan tujuan Malaysia,
Singapura, Brunei, Taiwan, Jepang, Hongkong, dan Timur Tengah. Indonesia juga
menjadi negara tujuan perdagangan orang yang berasal dari China, Thailand,
Hongkong, Uzbekistan, Belanda, Polandia, Venezuela, Spanyol, dan Ukraina.

Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol


PBB berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain
dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau
memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang
berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk paling
tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari
eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-
praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh.

Dalam hal perdagangan anak, yang dimaksud anak adalah mereka yang
umurnya kurang dari 18 tahun. Bukti empiris menunjukkan, perempuan dan anak
paling banyak menjadi korban. Penyebab utama maraknya praktik ini karena
impitan ekonomi dan tak tersedianya lapangan kerja, tingkat pendidikan yang
rendah, tingkat keamanan yang rendah, dan kurangnya rasa peduli pemerintah
sehingga peluang-peluang itu diambil oknum-oknum tak bertanggung jawab. Di
Indonesia, kasus perdagangan anak telah mencapai tingkat sangat
memprihatinkan. Perdagangan anak ini sangat berhubungan erat dengan
kesejahteraan penduduknya. Sebagian besar anak yang diperjualbelikan berasal
dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, bahkan tak jarang pelakunya adalah
orangtuanya sendiri.

Anak sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak
dalam kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka
serta mendapatkan perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara. Apabila anak telah lahir, maka hak atas hidup dan hak
merdeka sebagai hak dasar dan kebebasan dasar tidak dapat dilenyapkan atau di
hilangkan, tetapi harus dilindungi dan diperluas hak atas hidup dan hak merdeka
tersebut. Karena hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
mendapat jaminan dan perlindungan hukum baik Hukum Internasional maupun
Hukum Nasional. Perdagangan anak (child trafficking) termasuk dalam kejahatan
internasional, yaitu kejahatan-kejahatan yang telah di sepakati dalam
konvensikonvensi internasional serta kejahatan yang beraspek internasional.
Kejahatan-kejahatan yang diatur dalam konvensi internasional pada dasarnya
memiliki tiga karakteristik yaitu kejahatan yang membahayakan umat manusia,
kejahatan yang mana pelakunya dapat di ekstradisi, dan kejahatan yang di anggap
bukan kejahatan politik. Dalam kasus pelindungan hak anak, diatur dalam konvensi
hak asasi anak (Convention on the Right of the Child).

Presiden RI pada tanggal 23 Juli 2012 menandatangi dua undang-undang


yang memuat pengaturan terkait perdagangan anak, salah satunya adalah
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan
Optional Protocol to the Convention on the rights of the Child on the Sale of
Children, Child Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi
Hak-hak Anak Mengenai Penjualan Anak, dan Pornografi Anak). Pada pasal 2 (a)
Protokol ini menerangkan, penjualan anak berarti setiap tindakan atau transaksi
di mana seorang anak dipindahkan kepada orang lain oleh siapa pun atau
kelompok, demi keuntungan atau dalam bentuk lain.

Trafficking menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup


dan tumbuh kembang anak. Dampak tersebut timbul sebagai akumulasi kondisi
dan perlakuan kekerasan serta eksploitatif yang dapat terjadi sejak tahap
perekrutan, penampungan, pengiriman, dan atau penempatan. Anak yang
diperdagangkan tercabut haknya untuk menerima pendidikan, bermain,
bersosialisasi, serta terbebas dari tindak kekerasan. Mereka juga banyak
mengalami gangguan-gangguan psikologis termasuk gangguan pasca –trauma,
depresi, dan sebagainya. Khusus bagi mereka yang dilacurkan, korban
perdagangan anak berisiko tinggi untuk menderita penyakit menular seksual dan
mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki. Secara sosial, anak mengalami rasa
malu yang luar biasa atau rasa bersalah yang terus menghantui karena
menganggap dirinya tidak berarti, tidak berharga atau kotor.

Anak adalah makhluk yang lemah yang bisa dengan mudahnya ditipu oleh
orang dewasa (trafficker) hanya dengan di iming-imingi sesuatu yang
menggiurkan. Apalagi anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan
pendidikan yang masih sangat kurang. Mereka tanpa rasa curiga sedikit pun akan
ikut kemanapun sang pelaku membawa mereka dan ketika mereka tau bahwa
mereka di perdagangkan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya pasrah.
Pemerintah harusnya lebih extra lagi memberikan perhatian dan perlindungan
kepada anak-anak dan nasib anak-anak yang menjadi korban perdagangan anak,
Setiap korban perdagangan orang berhak mendapat bantuan hukum berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak atas korban
perdagangan orang meliputi memperoleh rehabilitasi baik fisik maupun psikis
akibat perdagangan dan berhak diintegrasikan atau dikembalikan kepada
lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan bagi yang masih
berstatus sekolah, pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang
perdagangan orang khususnya perdagangan anak juga diperlukan agar setidaknya
dapat meminimalisir terjadinya praktik illegal ini.

Anda mungkin juga menyukai