Anda di halaman 1dari 10

Pemberdayaan Masyarakat.......... (Tri Wahyuni Sukesi, et.

al)

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian


Demam Berdarah Dengue (Literatur Review)
Community Empowerment in Dengue Hemorrhagic Fever Control
(Literature Review)
Tri Wahyuni Sukesi*,a ,b, Supriyatib, Tri Baskoro Tunggul Satotob,
Mahardika Agus Wijayantib , dan Retna Siwi Padmawatib
a
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Jl. Prof.Dr.Soepomo,SH, Janturan, Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta,
Indonesia bFakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Farmako Sekip Utara, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia

INFOARTIKEL ABSTRACT/ABSTRAK

Article History: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) was still a public health problem that has been
Received: 8 Jan. 2018 more than 20 years with various efforts. Community participation was great for
Revised: 2 Aug. 2018 reducing the incidence of DHF. Community empowerment will greatly assist the
Accepted: 15 Aug. 2018 government in succeeding DHF preventive efforts so that DHF can be controlled. The
method used in this study was a literature study that examines the various references
closely related to community empowerment in the control of DHF diseases. References
examined come from the results of research both from within or abroad, books and
Keywords: official reports issued within a period of not more than 10 years. The number of
community literature studied was 35 literatures. Community empowerment in the control of DHF
empowerment, DHF, was necessary because the government can not run alone in efforts to control DHF. All
controlling programme programs that were rolled out will be useless if the community was not involved in
planning, monitoring and evaluation processes. This is because DHF was related to
environmental problems in which humans were involved in creating an enabling
environment for the spread of DHF. Community empowerment in DHF control was
important to support the implementation and sustainability of DHF control program.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
pemberdayaan masyarakat, walaupun sudah dikendalikan lebih dari 20 tahun dengan berbagai upaya. Peran serta
DBD, masyarakat sangat besar dalam upaya pengendalian sehingga pemberdayaan
program pengendalian masyarakat penting dilakukan untuk mengurangi kejadian penyakit DBD.
Pemberdayaan masyarakat akan sangat membantu pemerintah dalam menyukseskan
upaya preventif DBD sehingga DBD dapat dikendalikan. Metode yang digunakan dalam
kajian ini adalah studi literatur yang mengkaji berbagai referensi yang erat kaitannya
dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit DBD. Referensi yang
dikaji berasal dari hasil penelitian baik dari dalam atau luar negeri, buku dan laporan
resmi yang dikeluarkan dalam kurun waktu tidak lebih dari 10 tahun. Jumlah literature
yang dikaji sebanyak 35 literatur. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian DBD
diperlukan karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam upaya pengendalian
DBD. Semua program yang digulirkan akan tidak berguna apabila masyarakat tidak
dilibatkan dalam perencanaan, proses monitoring dan evaluasi. Hal ini disebabkan
karena DBD berhubungan dengan masalah lingkungan dimana manusia terlibat dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung terhadap penyebaran penyakit DBD.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian DBD penting untuk menunjang
pelaksanaan dan keberlangsungan program pengendalian DBD.
© 2018 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved

*Alamat Korespondensi : email : yunisukesi.fkmuad@gmail.com

PENDAHULUAN yaitu nyamuk Aedes aegypti. Permasalahan


Demam Berdarah Dengue (DBD) tentang DBD ini merupakan masalah yang
merupakan salah satu jenis penyakit yang kompleks. Terutama dalam masalah
disebabkan oleh virus dengue dan pengendalian yang belum mencapai hasil
penyebarannya dibantu oleh vektor perantara yang diharapkan. Kejadian kasus DBD masih

https://doi.org/10.22435/vektorp.v1 2 i2 . 294 67
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 12 No. 2 , 2018 : 67 - 76

sering dan banyak terjadi. Hampir lebih dari pembawa penyakit, dapat mendayagunakan
2,8 milyar manusia yang tinggal di daerah kaderkesehatanterlatihatau
tropis dan sub tropis memiliki risiko terkena penghuni/anggota keluarga untuk
DBD. Setiap tahunnya diperkirakan 50 juta lingkungan rumah tangga. Hal ini merupakan
orang terinfeksi penyakit tersebut. DBD suatu konsep pengendalian dengan
merupakan penyakit yang endemik di lebih pemberdayaan dan hal ini didukung dengan
dari 100 negara di dunia termasuk Indonesia. bantuan tenaga kesehatan. Tugas dari tenaga
DBD merupakan penyakit yang sering terjadi di kesehatan terlatih atau anggota keluarga
daerah perkotaan bahkan saat ini kejadian adalah 1) pengamatan vektor dan binatang
kasus DBD juga sangat banyak terjadi di daerah pembawa p e n ya k i t , 2 ) p e n g a m a t a n
pedesaan. Hingga saat ini belum ada model h a b i t a t perkembangbiakan, 3)
pengendalian DBD yang efektif, khususnya pengamatan lingkungan, 4) larvasidasi, 5)
model pengendalian DBD yang pengendalian dengan metode fisik, 6)
memaksimalkan peran serta masyarakat.1,2 pengendalian dengan metode biologi, kimia
Kompleksitas permasalahan DBD yang secara terbatas, 7) sanitasi lingkungan. Hal
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh ini menunjukkan sebenarnya dalam proses
pemerintah terlihat pada Gambar 1.3 Pada pengendalian DBD tidak lepas dari suatu
Gambar 1 menunjukkan permasalahan DBD upaya pemberdayaan masyarakat. 6
meliputi berbagai aspek baik itu sosial, Pemberdayaan masyarakat dalam
ekonomi, budaya, ekologi dan lain sebagainya kesehatan menurut WHO adalah suatu
sehingga pengendalian DBD seharusnya juga proses budaya, psikologis dan politik melalui
melibatkan sektor lain terutama masyarakat individu dan kelompok sosial sehingga
yang akan menjadi subjek program. mampu mengekspresikan kebutuhan,
Masyarakat dilibatkan mulai dari menentukan menghadirkan kepedulian, menyusun
akar masalah terkait DBD, menentukan strategi keikutsertaan dalam mengambil
program yang memungkinkan dilakukan oleh keputusan serta melakukan tindakan politik,
mereka sampai dengan proses monitoring dan sosial dan budaya untuk memenuhi
evaluasi program. Hal inilah yang disebut kebutuhan kesehatan. 7 Pemberdayaan pada
dengan pemberdayaan masyarakat. 3,45, manusia sangat dipengaruhi oleh perspektif
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No atau pandangan hubungan manusia dengan li
50 Tahun 2017 pasal 14 telah disebutkan ngkungan tempa t tingga lnya dan
bahwa pengendalian vektor dan binatang pengalaman kesehatan yang dialami.

Gambar 1. Kompleksitas penyakit DBD3.

68
Pemberdayaan Masyarakat.......... (Tri Wahyuni Sukesi, et.al)

Pemberdayaan kesehatan muncul dari mobilisasi sumberdaya, 7) menguatkan


sintesis sumber daya pribadi dan sumber hubungan antara organisasi dan masyarakat,
daya sosiokontekstual. Sumber daya pribadi 8) menciptakan hubungan yang seimbang
mencerminkan kemampuan diri sendiri. S u dengan agen luar, 9) meningkatkan kontrol
mberdayasosiokontekstual manajemen program.9
mencerminkan dukungan jejaring sosial dan
dukungan layanan sosial. Pemberdayaan
disini menekankan pada partisipasi dalam
proses mengubah diri dan lingkungan untuk
kesejahteraan . Teori pemberdayaan
kesehatan bersifat ekspresif terhadap
kesejahteraan manusia dan dipandang Gambar 2. Jenjang Interaksi Berbasis Masyarakat.
sebagai proses yang muncul dari pengakuan
sumber daya pribadi dan sosiokontekstual. 8 BAHAN DAN METODE
Ada banyak bukti yang menunjukkan Metode yang digunakan dalam kajian ini
bahwa hubungan pemberdayaan dan adalah metode kualitatif dengan cara
kesehatan terjadi sela ma progra m literature review atau tinjauan pustaka.
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan Melalui tinjauan pustaka ini dilakukan
masyarakat dapat mengorganisasikan dan interpretasi dari berbagai pustaka secara
membantu mobilisasi masyarakat terhadap optimal dengan merangkum, menganalisis,
perubahan sosial dan politik. Domain mengevaluasi dan mensintesis suatu
pemberdayaan memberikan sarana yang dokumen. 12 Bahan yang digunakan adalah
berguna untuk menemukan konsep pustaka berupa jurnal, buku, peraturan
pemberdayaan masyarakat dan untuk perundangan, narasi yang dikeluarkan oleh
menunjukkan kaitannya dengan hasil k e s e lembaga yang kredibilitasnya diakui dan
h a t a n . P a d a s e t i a p d o m a i n jenis pustaka lainnya. Jumlah pustaka yang
pemberdayaan memiliki kaitannya sendiri- dijadikan sebagai acuan sebanyak 35 dalam
sendiri terhadap peningkatan hasil kurun waktu kurang lebih 10 tahun terakhir.
kesehatan. 9 Berikut adalah jenjang interaksi
yang berbasis pada masyarakat, dari Gambar HASIL
2 tersebut terlihat proses yang terjadi dalam
suatu interaksi dalam masyarakat. Hal ini Berdasarkan beberapa kajian yang sudah
dimulai dari kesiapan masyakat. Masyarakat dilakukan ada beberapa cara pemberdayaan
yang sudah siap terhadap suatu perubahan kesehatan yang dapat dilakukan dalam p e n g
maka mereka akan berpartisipasi dalam e n d a l i a n D B D . Pe m b e rd aya a n
proses tersebut, masyarakat akan terlibat masyarakat dalam bidang kesehatan yang
dalam setiap proses yang berlangsung. berbasis pada penilaian kebutuhan kesehatan
Munculnya organisasi masyarakat juga masyarakat dilakukan dengan mencari tahu
merupakan suatu jenjang dalam proses secara mendalam kebutuhan kesehatan yang
interaksi dalam masyarakat sehingga akan dibutuhkan oleh masyarakat setempat,
dicapai suatu aksi atau tindakan yang nyata kemudian secara bersama-sama masyarakat
dari masyarakat tersebut dan inilah yang d i diajak untuk merumuskan apa saja pemecahan
sebutsebagaipemberdayaan masalah yang sudah diidentifikasi tersebut.
masyarakat.9,1011, Selanjutnya masyarakat diajak unt uk mel aks
anakan semua up aya pemecahan masalah
Ada sembilan domain pemberdayaan tersebut yang telah disepakati bersama,
komunitas yaitu: 1) meningkatkan partisipasi, misalnya berupa desa siaga maupun
2) mengembangkan kepemimpinan lokal, 3) pengaktifan surveilans.13,148,
membangun pemberdayaan struktur
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
organisasi, 4) meningkatkan kapasitas
kesehatan dengan peningkatan partisipasi m a
penyelesaian masalah, 5) meningkatkan
s y a r a k a t d a l a m m e l a k u k a n
kemampuan komunitas untuk “ask why”
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.
(kemampuan berpikir kritis), 6) memperbaiki

69
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 12 No. 2 , 2018 : 67 - 76

Peningkatan partisipasi dilakukan dengan mengendalikan vektor DBD. Para pemimpin


melakukan suatu penyuluhan dan pelatihan keluarga ditargetkan dapat membangun
dalam melakukan PSN DBD. Sebagai kepemimpinan dalam melaksanakan
indikator keberhasilan promosi kesehatan protokol p e n g e n d a l i a n v e k t o r D B D .
dengan cara memberikan edukasi kesehatan P a d a pemberdayaan ini tidak hanya
tersebut dilihat dari nilai HI (House Index), BI melibatkan keluarga tetapi juga melibatkan
(Breteau Index) dan CI (Container Index).15,16 tenaga kesehatan dan relawan kesehatan
Pemberdayaan masyarakat dalam masyarakat setempat. Hal tersebut penting
bidang kesehatan dapat dilakukan dengan dilakukan agar terjadi suatu hubungan yang
menggunakan sekelompok orang yang ada kuat antara masyarakat, pemerintah dan
dalam suatu masyarakat untuk melakukan instansi kesehatan dalam melaksanakan
tugas pengendalian DBD. Hal ini misalnya upaya pengendalian DBD sehingga program
dengan membentuk sukarelawan yang pengendalian DBD ini dapat terjadi secara
bertugas memeriksa jentik berkala atau berkesinambungan. 22
disebut sebagai Juru Pemantau Jentik Pemberdayaan siswa sekolah juga bisa
(Jumantik). Orang yang dipilih sebagai dilakukan menjadi relawan kesehatan dalam
Jumantik adalah orang yang berasal dari hal ini adalah Jumantik cilik. Anak-anak adalah
kelompok masyarakat itu sendiri. Jumantik bagian dari masyarakat dan sangat bisa d i b e r
bertugas untuk melakukan pemeriksaan d a y a k a n u n t u k m e m b a n t u
jentik berkala di lingkungan wilayah menyelesaikan permasalahan masyarakat
kerjanya.17,18 dalam hal ini adalah penyakit DBD. Anak-anak
Pemberdayaan masyarakat dalam dilatih dan dibekali dengan ilmu dan
bidang kesehatan juga perlu dilakukan keterampilan yang cukup untuk bisa
dengan menitikberatkan pada psikologis dan melaksanakan tugas sebagai Jumantik cilik,
rasa bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan membantu Jumantik dewasa melaksanakan
model konseptual yang melibatkan sisi tugasnya dengan pengakuan dari masyarakat,
individual yang terfokus pada pemberdayaan keluarga dan sekolah. Anak-anak akan sangat
psikologis, lingkungan (berupa provokasi, berdaya guna dalam melaksanakan tugas
organisasi) dan interaksi individu dengan dalam upaya pengendalian DBD.23
lingkungan ( p a r t i s i p a s i m a s ya r a k a t Pemberdayaan keluarga dimana hal ini
d a n ra s a bermasyarakat.19 telah dideklarasikan dalam ASEAN Dengue Day
Pemberdayaan masyarakat pada bidang bahwa Indonesia melakukan program satu
kesehatan dapat dilakukan dengan model rumah satu Jumantik. Hal ini merupakan upaya
partisipasi komunitas. Partisipasi masyarakat pemberdayaan keluarga dalam mengendalikan
sangat penting dalam upaya pengendalian DBD. Memanfaatkan anggota keluarga untuk
DBD. Upaya pengendalian DBD dilakukan membantu tugas Jumantik dalam mengawasi
dengan pengendalian dan pengelolaan terpadu dan memonitoring larva nyamuk Aedes aegypti,
untuk pencegahan DBD dan manajemen vektor dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk
terpadu. Hal ini menggabungkan mobilisasi di sekitar lingkungan rumahnya sendiri.
sosial dan perubahan perilaku masyarakat. Berkolaborasi dengan keluarga lainnya dalam
Masyarakat diajak untuk melakukan melaksanakan PSN DBD dan menuliskan hasil
perubahan perilaku yang baik melalui berbagai pemeriksaan berkala di lingkungan sekitar
macam cara seperti kampanye, penyuluhan, rumah pada suatu kartu pelaporan hasil
dan pelatihan tentang pengendalian vektor pengamatan. Hal ini akan mempermudah kerja
DBD. Hal ini bertujuan selain untuk jumantik dan diharapkan dapat memutus
mengendalikan DBD juga meningkatkan rantai hidup vektor DBD.18
efikasi, efektivitas biaya, dampak lingkungan
yang minimal dan keberlanjutan program Pemberdayaan masyarakat di Malaysia
pengendalian DBD. 20,21 juga digunakan dalam pengendalian DBD.
Pemberdayaan pemimpin keluarga Dalam upaya pemberdayaan masyarakat,
penting dilakukan dengan menggunakan partisipasi masyarakat dan mobilisasi sosial
proses pembelajaran partisipatif untuk dalam pencegahan dan pengendalian dengue

70
Pemberdayaan Masyarakat.......... (Tri Wahyuni Sukesi, et.al)

diperkuat melalui pelaksanaan proyek terpencil dan daerah kontrol non-pemerintah.


Evaluation of Communication for Behavioral Selain itu, daerah yang sulit dijangkau tidak
Impact (COMBI). 24 Kementerian Kesehatan hanya berarti untuk desa-desa terpencil saja,
Malaysia membentuk suatu Task Force yang tapi juga berarti daerah-daerah yang dikelilingi
terdiri dari tujuh Kementerian, yaitu gedung-gedung seperti di daerah perkotaan.
Kementerian Kesehatan, Kementerian Saat ini, surveilans dengue hanya menangkap
Perumahan dan Pemerintahan Daerah, DBD di rumah sakit. Jumlah kasus Dengue
Kementerian Sumber Daya Manusia, sebenarnya tidak dapat terlaporkan dengan
Kementerian Pendidikan, Kementerian baik karena program tersebut tidak
Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan menangkap sebagian besar kasus rawat jalan. P
Kementerian Pekerjaan. Konsep Integrated emberdayaanmasyarakatdalam
Management diterapkan bersamaan dengan pencegahan DBD di Myanmar merupakan
kolaborasi beberapa kementerian dan tantangan tersendiri bagi Negara ini.27
lembaga dalam melaksanakan kegiatan
pencegahan dan pengendalian DBD. Hal PEMBAHASAN
tersebut termasuk memanfaatkan anggaran
dari setiap kementerian yang terlibat. Task Permasalahan DBD sampai saat ini masih
Force tersebut bertugas untuk mengatasi belum dapat teratasi dengan baik. Berbagai
masalah apapun tentang DBD termasuk faktor yang mendukung keberadaan penyakit
kegiatan pencegahan dan pengendalian ini pun semakin meningkat, antara lain yaitu
seperti pengelolaan limbah padat, perubahan iklim yang sekarang menjadi
kebersihan lingkungan dan desain arsitektur masalah dunia, urbanisasi yang tidak
yang berperan sebagai situs pembiakan terkendali, kemiskinan, dan terjadinya
potensial Aedes yang berada di luar degradasi lingkungan . Upaya untuk
kewenangan Kementerian Kesehatan.25 mengendalikan DBD dengan menggunakan
bahan kimia telah gagal mengeleminasi
Pemberdayaan yang dilakukan di Brunei penyakit DBD. Bukti menunjukkan bahwa
Darussalam dalam pengendalian DBD, yaitu keterlibatan masyarakat dalam mengurangi
dengan kolaborasi antara beberapa tempat perkembangbiakan Aedes aegypti dan
pemangku kebijakan dengan masyarakat. kolaborasi di antara berbagai sektor
Pelayanan Kesehatan Masyarakat mengikuti masyarakat adalah metode yang paling efektif
prinsip-prinsip yang mendasari Integrated untuk mencegah demam berdarah.28529, ,
Vector Management dalam pencegahan dan
Manajemen Vektor Terpadu (MVT) adalah
pengendalian dengue, di antaranya
pendekatan baru untuk pengendalian vektor.
mencakup kolaborasi dengan pemangku
WHO membentuk Kerangka Strategis Global
kebijakan dan keterlibatan masyarakat
tentang Integrated Vector Management (IVM)
lainnya. Hal ini sejalan dengan salah satu
pada tahun 2004 (WHO 2004), dan
prioritas strategis Kementerian Kesehatan
menerbitkan Buku Pegangan untuk
bahwa "Kesehatan adalah Bisnis Setiap
Pengelolaan Vektor Terpadu tahun 2012. MVT
Orang", dimana masyarakat dan stakeholder
adalah sebuah proses pengambilan keputusan,
memainkan peran penting dalam memerangi
mendorong negara-negara untuk
dengue. Pendekatan multisektoral, termasuk
mengoptimalkan sumber daya melalui analisis
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
ekologi lokal tentang penyakit bawaan vektor
melalui pemimpin masyarakat di tingkat
yang ditemukan di daerah tersebut, dan
paling rendah, sangat penting untuk
penggunaan tindakan pengendalian vektor
memastikan area publik dan swasta dijaga
yang telah terbukti efektif dan didukung oleh
kebersihannya dan mengurangi tempat
bukti ilmiah. MVT mewajibkan manajer
berkembang biak bagi nyamuk vektor.26
program untuk menggunakan berbagai
Upaya pengendalian DBD dengan intervensi yang telah dipilih berdasarkan
melibatkan partisipasi masyarakat di Myanmar pengetahuan lokal tentang vektor penyakit,
masih sangat minimalis. Hal ini disebabkan habitatnya, penyakit yang dibawa dan faktor-
karena secara geografis sulit menjangkau faktor yang berkontribusi
daerah-daerah seperti desa-desa

71
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 12 No. 2 , 2018 : 67 - 76

terhadap kehadiran dan penularan penyakit menyatakan bahwa modal sosial mencakup
tersebut.29,28 informasi, kepercayaan, dan norma timbal
COMBI adalah alat perencanaan untuk balik yang melekat dalam jaringan sosial. 31
kegiatan komunikasi dan mobilisasi sosial Nahapiet dan Ghoshal mendefinisikan modal
untuk mendukung terlaksananya dan sosial sebagai jumlah sumber daya aktual dan
kontinuitas program pengendalian DBD. potensial yang terdapat dalam masyarakat dan
WHO mempromosikan penggunaan COMBI berasal dari jaringan hubungan antar individu
oleh manajer program, pendidik kesehatan, dan sosial. Singkatnya, modal sosial berfokus
dan spesialis komunikasi dalam pada hubungan antar individu dan sosial.
memobilisasi masyarakat untuk pencegahan Modal sosial dapat dipandang sebagai
dan p e n g e n d a l i a n d e m a m b e r d a r a fasilitator struktur sosial untuk tindakan
h . Menggunakan COMBI membantu untuk individu tertentu, yang menguntungkan baik
memahami faktor sosial, budaya, politik, individu dan organisasi. Ini terutama berkaitan
ekologi, hukum, dan spiritual yang dengan interaksi antara individu yang satu
memfasilitasi atau menghalangi penerapan dengan lainnya. Serupa dengan semua bentuk
perilaku spesifik, seperti mengurangi tempat modal lainnya, modal sosial memiliki ciri-ciri
pengembangbiakan nyamuk. Setelah umum: (1) merupakan aset jangka panjang, (2)
mengetahui berbagai akar masalah dalam dapat disesuaikan dan dipertukarkan, (3)
program pengendalian DBD di masyarakat, dapat menjadi pengganti atau melengkapi
bisa segera diambil suatu solusi yang dapat sumber daya lain, (4) perlu dirawat dan
dilakukan bersama oleh masyarakat. dijaga.31,32
Masyarakat diajak untuk berdiskusi untuk Ada beberapa hal yang penting dan
menemukan solusi yang akan mereka merupakan komponen dalam modal sosial y a
sepakati untuk dilakukan bersama-sama. Hal ngharusdiperhatikandalam
tersebut merupakan penerapan suatu proses pemberdayaan masyarakat pengendalian DBD.
p emberdayaa n ma syara ka t di mana (1) Masalah perilaku, setiap individu di
masyarakat diajak dan dilibatkan untuk masyarakat memiliki perilaku yang berbeda-
mengidentifikasi permasalahan tentang DBD, beda, perilaku inilah yang secara tidak sengaja
menentukan solusi dari permasalahan, dapat mempengaruhi keberadaan nyamuk
membuat kesepakatan bersama untuk Aedes aegypti di lingkungan. Misalnya
melaksanakan solusi, dan melaksanakan kebiasaan menampung air di ember, kebiasaan
program-program yang telah mereka malas menguras bak penampungan air, malas
sepakati. 2930, membersihkan lingkungan sekitar dan
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sebagainya. (2) mobilisasi kelompok sosial
dalam pengendalian DBD memiliki banyak dalam hal ini adalah petugas sanitarian yang
sekali faktor pendukung dan faktor bekerjasama dengan Jumantik atau relawan
penghambat yang dapat menghalangi kesehatan yang ada di masyarakat untuk
terlaksananya suatu proses pemberdayaan. Hal melaksanakan program pengendalian DBD.
ini sangat tergantung dari kondisi masyarakat Akan tetapi banyak sekali kader Jumantik yang
itu sendiri. Kondisi masyarakat atau sumber telah ditunjuk tersebut tidak sanggup
daya yang terdapat dalam suatu masyarakat melaksakan tugasnya dengan baik karena
sering disebut sebagai modal sosial. Coleman dukungan berbagai pihak yang sangat rendah.
menyatakan bahwa modal sosial mencakup (3) Sukarelawan masyarakat, adalah orang-
beberapa aspek struktur sosial dan orang yang memiliki jiwa membantu, sangat
memfasilitasi tindakan tertentu oleh individu- peduli dengan lingkungan sekitar dan biasanya
individu di dalam struktur sosial tersebut. 31 sukarelawan masyarakat ini m e r u p a k a n o
Putnam berpendapat bahwa modal sosial r a n g y a n g m a m p u menggerakkan
menunjukkan ciri-ciri struktur sosial, seperti masyarakat untuk melakukan suatu tindakan.
jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang Jika dalam suatu masyarakat terdapat
memfasilitasi dalam mengkoordinasikan dan sukarelawan maka sukarelawan inilah yang
bekerja sama untuk saling menguntungkan. 31 harus dipegang untuk bisa membantu
Woolcock juga terlaksananya program sampai di

72
Pemberdayaan Masyarakat.......... (Tri Wahyuni Sukesi, et.al)

tingkat masyarakat. (4) Dukungan dari tahapan yaitu : (1) membangun kepercayaan,
pemimpin, dalam hal ini bisa ketua RT,RW, dengan menjadikan masyarakat bukan lagi
Kadus, Kades sampai pemimpin dijenjang yang objek melainkan subyek yang akan
lebih atas. Dukungan dari pemimpin akan melaksanakan program. (2) Meningkatkan
menciptakan suatu ruang gerak yang lebih baik kepedulian masyarakat terhadap DBD,
dalam terlaksananya suatu program. Hal ini selama ini DBD adalah penyakit yang tidak
disebabkan karena pemimpin yang mendukung dianggap penting oleh masyarakat kecuali
kegiatan program akan membukakan jalan bagi mereka yang pernah mengalami hal
yang lebih mudah, dana yang lebih mudah serta yang tidak menyenangkan terkait DBD.
akses yang lebih mudah untuk pelaksanaan Untuk bisa meningkatkan kepedulian ini
program tersebut. 33 harus ada edukasi secara berkesinambungan
Gagalnya beberapa upaya pengendalian di masyarakat. (3)Pengembangan program,
DBD hingga saat ini dapat dijadikan suatu program dikembangkan bersama sama
pembelajaran bahwa proses pengendalian DBD dengan masyarakat agar mereka merasa
tidak dapat berjalan sendiri sendiri. Harus ada menjadi orang yang penting dalam
hubungan kerjasama yang sangat baik antara pelaksanaan program tersebut dan tanpa
pemerintah, kementerian kesehatan dan partisipasi dari masyarakat maka program
jajarannya, kementerian terkait dan jajarannya tidak akan berjalan. (4) Pengorganisasian
dengan masyarakat secara umum. Pemerintah masyarakat. (5) Inisiasi untuk perbaikan
yang memiliki program tetapi yang program sehingga program ini dapat
menjalankan adalah masyarakat, apabila dilaksanakan secara berkesinambungan d e n
masyarakat tidak diberikan bekal yang cukup g a n p r o s e s p e r b a i k a n y a n g
untuk melaksanakan program tersebut maka berkesinambungan juga.35,9
keberlangsungan program tidak akan mungkin
terjadi.4 KESIMPULAN
Masyarakat juga tidak akan mungkin Pengendalian DBD tidak dapat dilakukan
melaksanakan program apabila mereka tidak sendiri-sendiri tetapi merupakan kolaborasi
memahami bahwa DBD adalah ancaman yang antara pemerintah dan masyarakat . P e m b
harus dicegah. Untuk menumbuhkan erdayaanmasyarakatdalam
kepedulian bahwa DBD harus dicegah maka pengendalian DBD dilakukan dengan
pengetahuan tentang DBD harus membangun kepercayaan masyarakat,
ditingkatkan, bahaya mengenai penyakit DBD edukasi masyarakat mengenai DBD,
harus diketahui. Misalnya apabila terkena membangun program bersama masyarakat, p
DBD maka akan mengalami sakit dan jika e n g o r g a n i s a s i a n m a s ya r a k a t d a n
parah dapat menyebabkan kematian. Apabila menjalankan program bersama masyarakat
ada anggota keluarga yang menderita sakit secara berkesinambungan. Pemberdayaan
DBD maka akan menyebabkan keluarnya masyarakat ini dapat dilakukan dengan
biaya tambahan untuk berobat, jika berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
tetangganya terkena DBD maka kita juga masyarakat itu sendiri. Masyarakat diajak
mungkin terkena DBD. Hal hal seperti inilah bersama-sama untuk mengidentifikasi
yang digunakan untuk meningkatkan permasalahan terkait DBD, menentukan
kewaspadaan dini terhadap DBD. Apabila program program yang dapat dilaksanakan,
pengetahuan sudah baik maka sedikit demi melaksanakan program sampai monitoring
sedikit perilaku akan berubah menuju pada dan evaluasi pelaksanaan pengendalian DBD.
perubahan perilaku yang baik yang tidak
mendukung terhadap penyebaran DBD.34 SARAN
Pelaksanaan suatu intervensi di Pemerintah melalui dinas kesehatan dan
masyarakat bukanlah hal yang mudah tetapi puskesmas dapat melibatkan masyarakat untuk
bukan juga tidak bisa dilakukan. Pengendalian pengendalian DBD. Mengoptimalkan p e m b e r
DBD adalah hal yang harus dilakukan bersama- d a y a a n m a s y a r a k a t d a l a m
sama. Proses pemberdayaan masyarakat dapat pengendalian DBD dimana masyarakat secara
dilakukan dengan beberapa langsung dilibatkan mulai dari menganalisis

73
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 12 No. 2, 2018 : 67 - 76

masalah sampai dengan monitoring evalusi Studi Program Desa Siaga Community
pelaksanaan program. Empowerment Model in Health Sector , Study
Pendampingan yang berkelanjutan dalam on Village Preparadness Program. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional,2012,
pengendalian DBD dengan melibatkan 7(4);186-192.
beberapa stakeholder dari bidang pendidikan,
ekonomi, kependudukan, perumahan dan 8. Shearer NBC. Health Empowerment Theory as
lainnya yang berkaitan dengan penyelesaian a Guide for Practice. NIH Public Access.
2 0 1 0 ; 3 0 ( 2 ) : 4 - 1 0 .
permasalahan DBD.
doi:10.1016/j.gerinurse.2009.02.003.Health.
9. Laverack G. Health Promotion Practice.; 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Te r i m a K a s i h ke p a d a : Fa ku l t a s 10. Raingruber B. Health Promotion Theories. In:
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Contemporary Health Promotion in Nursing
Practice. 1st ed. California: Burlington, Mass. :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jones & Bartlett Learning,; 2014:53-94.
Ahmad Dahlan dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Yogyakarta. 11. Simpson V. Models and Theories to Support
Health Behavior Intervention and Program
DAFTAR PUSTAKA Planning. Heal Hum Sci. 2015:1-5.
12. Onwuegbuzie AJ, Leech NL. Qualitative
1. WHO. Prevention and Control of Dengue and Analysis Techniques for the Review of the
Dengue Haemorrhagic Fever.; 2011. L i te ra t u re . T h e Q u a li t at ive Rep o rt
2012;17(28):1-28.
2. Whiteford L. The Ethnoecology of Dengue
Fever. Med Anthropol Q. 2015;11(2)(July 13. Sulaeman ES, Murti B, Kunci K. Aplikasi Model
1997):202-223. Pada Perencanaan Program Pemberdayaan
doi:10.1525/maq.1997.11.2.202. Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat The
3. Caprara A, Lima JW de O, Marinho ACP, Landim
Application of Precede-Proceed Model in
LP, Sommerfeld J. Irregular water supply , Community Empowerment Planning in Health
household usage and dengue : a bio-social s t Sector Based on the Need Assessment of . Jurnal
udyintheBrazilianNortheast Kedokteran Yarsi,2015;23(3):149-164.
Abastecimento irregular de á gua , seu uso
domiciliar e dengue : uma pesquisa biossocial 14. Therawiwat M, Fungladda W, Kaekungwal J,
no Nordeste do Brasil. Cad Saúde Pública, Rio Imamee N, Steckler A. Community-Based
Janeiro. 2009;25:125-136. Approach For Prevention And Control Of
Dengue Hemorrhagic Fever In Kanchanaburi
4. Bennett S, Gubler D, Spiegel J, et al. Barriers and Province, Thailand Manirat. Southeast Asian J
Bridges to Prevention and Control of Dengue : ournalTropMedPublicHealth
The Need for a Social – Ecological Approach 2005.36(6);1439-1449.
Barriers and Bridges to Prevention and
Control of Dengue : The Need for a Social – 15. Cahdijah S., Rosmini, Halimuddin, Peningkatan
Ecological A p p r o a c h . E c o H e a l t h J o u Peranserta Masyarakat Dalam Pelaksanaan
rnalConsortium2005;2;279-290 Pemberantasan Sarang Nyamuk Dbd (Psn-
. Doi:10.1007/s10393-005-8388-x. Dbd) Di Dua Kelurahan Di Kota Palu, Sulawesi
Te n g a h . M e d i a L i t b a n g Ke s e h a t a
5. Ibarra AMS, Luzadis VA, Cordova MJB,. A n , 2011;21:(183-190).
social-ecological analysis of community
perceptions of dengue fever and Aedes 16. Bellini R, Angelini P, Venturelli M, et al. The
aegypti in Machala , Ecuador. BMC Public possible role of entomological surveillance in
Health,2014.14(1134):1-12. mosquito-borne disease prevention. G Ital Di
Med Trop. 2011;16(3-4):39-47.
6. Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan 17. Miryanti K, Budi IS, Ainy A. Partisipasi Kader
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan B i n Jumantik Dalam Upaya Meningkatkan Angka
a t a n g Pe m b aw a P e n ya k i t s e r t a Participation Of Cadre Larva Monitoring Savior
Pengendaliannya . Peratur an Menteri As Effort To Improve Larva Free Rate ( Lfr ) In
Kesehatan Republik Indonesia. 2017;Nomor The Public Health Centre Talang Betutu Jurnal
50:13. Ilmu Kesehatan Masyarakat Hasil Penelitian
Faktor Indivi. 2016;7(November):168-173.
7. Sutisna E, Ravik S, Bhisma K, et al. Model
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan , 18. Simanjuntak R. 1 House 1 Jumantik Movement

74
Pemberdayaan Masyarakat.......... (Tri Wahyuni Sukesi, et.al)

a Call For Action. e-Health Bull. 2017;Issue 26. Ministry of Health Brunei Darussalam.
No.(11):5. Dengue Situation in Brunei Darussalam. e-
Health Bull. 2017;January-(11):2.
19. Josef FM, Afiatin T. Partisipasi dalam Promosi
Kesehatan pada Kasus Penyakit Demam 27. Ministry of Health and Sport Myanmar.
Berdarah ( DB ) Ditinjau dari Pemberdayaan Dengue Control Programme in Myanmar :
Psikologis dan Rasa Bermasyarakat.Jurnal Challanges and Way Forward. e-Health Bull.
Psikologi, 2010;37(1):65-81. 2017;January-(11):10.
20. Tapia-conyer R, Méndez-galvá n J, Burciaga- 28. Andrade R. The Role Of Community
zú ñ iga P, et al. Paediatrics and International Participation In The Prevention Of Dengue : A
Child Health Community participation in the Case Study From Cuba. 2007.
prevention and control of dengue : the patio 29. ADB, WHO. Managing Regional Public Goods
limpio strategy in Mexico Community for Health : Community-Based Dengue Vector
participation in the prevention and control of Control.; 2013.
dengue : the patio limpio strategy in Mexico. 30. Risman, M., Community Participation In
2013;32(S1):10-13. Dengue Prevention Activities In The Kalmunai
doi:10.1179/2046904712Z.00000000047. Regional Health Services Area, Sri Lanka,
21. Breilh J, Spiegel J, Wilches AA, Mitchell-foster Journal of Education and Social Science
K, Delgado JA. Integrating participatory 2015;1:187-198.
community mobilization processes to 31. Tsai C. Integrating Social Capital Theory ,
improve dengue prevention : an eco-bio- Social Cognitive Theory , and the Technology
social scaling up of local success in. Journal Acceptance Model to Explore a Behavioral
Transactions of The Royal Society of Tropical Model of Telehealth Systems. Int J Environ
medicine and H y g i e n e . 2 0 1 5 . 1 0 9 : 1 2 Res P u b l i c H e a l t h . 2 0 1 4 : 4 9 0 5 - 4 9 2
6 - 1 3 3 . doi:10.1093/trstmh/tru209. 5 . doi:10.3390/ijerph110504905
22. Pengvanich V. Family Leader Empowerment 32. Gudmundsson G, Mikiewicz P. The Concept of
Program Using Participatory Learning Social Capital and Its Usage in Educational
Process for Dengue Vector Control. Journal Studies. In: Studia Edukacyjne. ; 2012:55-79.
Medical Assosiation , 2011;94(2):235-241. 33. Nuntaboot K, Festi P. International Journal of
Nursing Sciences Community social capital on fi
23. Sukesi TW, Sulistyawati, Mulasari SA. ghting dengue fever in suburban Surabaya ,
Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Indonesia : A qualitative study. Int J Nurs Sci.
Kepadatan Populasi Aedes aegypti di 2 017;4(4):374-377.
Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. J doi:10.1016/j.ijnss.2017.10.003
Vektor Penyak it . 2 017 ;10(2):4 5 - 50 .
34. Sayavong C, Chompikul J, Wongsawass S,
doi:10.22435/vektorp.v10i2.6258.45-50.
Rattanapan C. Knowledge , attitudes and
24. Azmawati MN, Aniza I, Ali M. Evaluation of preventive behaviors related to dengue vector
communication for behavioral impact breeding control measures among adults in
(COMBI) program in dengue prevention: A communities of Vientiane , capital of the Lao
qualitative and quantitative study in PDR. J Infect Public Health. 2015;8(5):466-
Selangor, Malaysia. Iran J Public Health. 473. doi:10.1016/j.jiph.2015.03.005
2013;42(5):538-539. 35. Dewi F sari tetra. Working with Community
25. Ministry of Health Malaysia. Dengue Control Exploring Community Empowerment to
Program in malaysia. e- Health Bull. Support. 1st ed. Umea: Print&Media Umea
2017;January-(11):7. University; 2013.

75
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 12 No. 2 , 2018 : 67 - 76

76

Anda mungkin juga menyukai