Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BAHASA MATEMATIKA STATISTIKA TEORI PELUANG TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu: Dr. E. Kus Eddy S. M.Si

Oleh Kelompok 7 :
Dionisius Okky Pratama (21112251033)
Lucia Ambarwati (21112251038)
Ikarihayati (21112251058)
Sri Sundari (21112251073)

Kelas C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Bahasa Matematika Statistika Teori Peluang Teknologi Informasi
dan Komunikasi ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah berjudul ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.
Diharapkan makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan bagi pembaca pada
umumnya dan kami selaku penyusun pada khususnya baik secara teoritis maupun
praktis.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terutama dosen
pembimbing kami, Bapak Dr. E. Kus Eddy S. M.Si ., yang telah membimbing kami
sehingga tersusunlah makalah ini. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka tak henti kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak
guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. BAHASA................................................................................................................3

B. MATEMATIKA.....................................................................................................6

C. STATISTIK..........................................................................................................11

D. TEORI PELUANG...............................................................................................13

E. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI............................................19

BAB III............................................................................................................................23

PENUTUP.......................................................................................................................23

A. KESIMPULAN........................................................................................................23

B. SARAN....................................................................................................................24

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan filsafat diawali dari rasa ingin tahu, kemudian
meningkatnya rasa ingin tahu, lalu kebiasaan penalaran yang radikal dan divergen yang
kemudian terbagi dua yaitu berkembangnya logika Deduktif dan Induktif, selanjutnya
gabungan logika deduktif dan induktif yaitu proses logika. Berdasarkan perkembangan
ilmu abad 20 menajdikan manusia sebagai makhluk istimewa dilihat dari kemajuan
berimajinasi. Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir,
merasa, cipta talen dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah. Untuk penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa
memecahkan masalah sehari-hari.

Ditinjau dari pola pikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berpikir
deduktif dan induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang
baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu
langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-
masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Berdasarkan
pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan
tidak mencapai taraf yang memuaskan, sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang
kurang dikuasai. Melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang
berupa bahasa, matematika, statistika, teori peluang dan teknologi informasi dan
komunikasi.

B. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan bahasa?
2. Apakah yang dimaksud dengan matematika?
3. Apakah yang dimaksud dengan statistik?
4. Apakah yang dimaksud dengan teori peluang?
5. Apakah yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang bahasa.
2. Untuk mengetahui tentang matematika.
3. Untuk mengetahui tentang statistik.
4. Untuk mengetahui tentang teori peluang.
5. Untuk mengetahui tentang teknologi informasi dan komunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi, lambang di mana
rangkaian bunyi ini membentuk arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang kita
kenal dengan sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu. Bahasa
mengalami berbagai perkembangan yang disebabkan oleh berkembangnya
ingatan pemikiran manusia. Dengan bahasa manusia dapat mengomunikasikan
apa yang sedang dipikirkan dan apa yang akan dilakukan terhadap yang
dipikirkan itu. Tanpa bahasa mustahil kita dapat mustahil kitadapat berpikir
secara teratur dandengan bahasa kita bisa melanjutkan nilai-nilai kepada
generasi berikutnya. Bahasa yang jelas apabilakata-kata yang terkandung di
dalamnya diungkapkan secara tersurat untuk mencegah adanya makana yang
lain. Berbahasa dengan jelas berarti mengungkapkan pendapat atau pikiran
secara jelas. Jujun S (2013).
Menurut Keraf dalam Sumardyono (2003), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Lain halnya menurut
Setiawan dalam Sumardyono (2003), menjelaskan definisi bahasa
yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those
symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat
didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional
untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki
dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas
mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan dalam Sumardyono (2003),
beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem
yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah
seperangkat lambang-lambang atau sibol-simbol (arbiter).

3
Sehingga dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahasa dicirikan sebagai
serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu juga mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia sebagai sarana komunikasi untuk kegiatan
bersosialisasi dan berpikir secara sistematis.
2. Kelemahan-Kelemahan Bahasa
Karena fungsi dan peranan bahasa begitu luas dan kompleks bagi
kehidupan umat manusia, maka kita akan diperhadapkan pada kesulitan yang
sangat berarti mengenai bahasa. Kesulitan itu ialah, bahasa bahasa dalam
realitasnya memiliki kelemahan-kelamahan. Kelemahan-kelamahan itu
ditimbulkan oleh si pemakai bahasa atau kelemahan yang timbul dari diri bahasa
itu sendiri.
a) Pertama, bahasa sebagai suatu sistem simbol ternyata tidak dapat
mengungkap seluruh realitas yang ada di dunia ini. Ketidakmampuannya
itu karena realitas-realitas itu pada dasarnya merupakan simbol-simbol
yang mesti diberi makna. Juga seperti yang diungkapkan Wittgenstein,
bahwa karena bahasa merupakan gambar dunia, subjek yang menggunakan
bahasa tidak termasuk menggambarkan dunia. Seperti mata tidak dapat
diarahkan kepada dirinya sendiri, demikian juga subjek yang
menggunakan bahasa tidak dapat mengarahkan bahasa kepada dirinya
sendiri.
b) Kedua, bahasa ketika digunakan oleh pengguna bahasa seringkali memiliki
kecenderungan emosional dan tidak terarah. Meskipun bahasa digunakan
dalam konteks ilmiah. Kita sering mengemukakan kata-kata (bahasa) yang
digunakan dalam perdebatan ilmiah kurang mengandung arti yang pasti
dan rasional yang dapat berakibat timbulnya tidak masuk akal, terutama
apabila suatu argument tergantung pada rangsang emosi dan tidak
memberikan informasi yang logis.
c) Ketiga, sering dijumpai ungkapan-ungkapan bahasa dimanipulasi demi
kepentingan-kepentingan tertentu, seperti kepentingan kampanye politik,
ras, suku, doktrin ajaran tertentu, dan lain-lain. Dalam ilmu bahasa
peristiwa itu lazim disebut dengan istilah “eufemisme” bahasa, yaitu
ungkapan yang lebih luas sebagai pengganti yang dirasakan kasar, yang

4
dianggap merugikan atau tidak menyenangkan, misalnya kata “meninggal
dunia” untuk mati, wanita untuk “perempuan”,”kupu-kupu malam” untuk
“wanita pelacur”, dan “tuna wisma” untuk orang yang tidak memiliki
tempat tinggal.
d) Keempat, ungkapan bahasa sering juga menimbulkan banyak arti atau arti
yang sama. Penggunaan istilah untuk lebih dari satu arti, sementara kesan
yang diberikan untuk mengatakan hanya satu arti yang sama dalam
perdebatan. Kekeliruan atau kelemahan tadi adalah akibat dari anggapan
yang salah bahwa kata itu digunakan sepanjang diskusi tertentu untuk
memberikan arti yang tunggal.
e) Kelima, bahasa tidak selamanya mampu memberikan respon, seperti
selama ini dianggap sebagian besar orang bahwa ungkapan-ungkapan
bahasa yang dilontarkan akan senantiasa memberikan respons sesuai
dengan keinginan si pemakai. Tetapi dalam kenyataannya sering
uangkapan-ungkapan bahasayang dilontarkan oleh si pemakai tidak
memberikan respons sebagaimana yang diinginkan. Seorang perjaka,
misalnya, ia menegur seorang gadis cantik yang selama ini ia idam-
idamkan. Tetapi karena gadis terebut tidak mencintainya, maka teguran
dan sapaan tidak direspons sesuai dengan yang diharapkan. Bagi si perjaka
mungkin sapaan tersebut merupakan ungkapan rasa cinta, tapi bagi si gadis
ungkapan itu dianggap teguran biasa disamping jalan.
f) Keenam, anggapan bahwa setiap ide yang akan diungkapkan oleh pemakai
bahasa itu ada kata atau istilah yang tersedia. Mereka yang berpandangan
seperti ini, mengidentifikasikan arti sebuah istilah atau ungkapan dengan
ide-ide yang menimbulkan dan juga ditimbulkan oleh ungkapan atau
istilah tersebut. Padahal dalam ungkapan sehari-hari kita sering menjumpai
ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang tidak ditimbulkan oleh ide
apapun. Misalnya, ungkapan penghubung “yang”, ungkapan pengandaian
“jika” “dan yang lainnya (kata-kata semacam itu dinamakan
syntegorematic), yaitu kata-kata yang tidak dapat dikatakan timbul ole ide-
ide tertentu.
3. Filsafat dan Bahasa

5
Fungsi filsafat sebagai suatu sistem pemikiran, atau lebih tepatnya lagi
cara berpikir, yang bersifat terbuka artinya terbuka untuk dipertanyakan dan
dipersoalkan membawah konsekuensi logis pada tugas utama filsafat yakni
untuk menjawab atau mencari jawaban atas persoalan yang ditanyakan.
Dalam bidang bahasa, manfaat filsafat tidak biasa diragukan lagi. Fungsi
fisafat dalam bahasa yang mendasar adalah sebagai alat untuk menjawab
ataupun menyelesaikan persoalan kebahasaan yang membutukan analisis atau
kerja filsafat dalam mencari solusi antara lain:
1. Masalah bahasa mengenai hakekat bahasa itu mengapa bahasa harus ada di
manusia, hubungan dengan manusia.
2. Pertanyaan mengenai persamaan bahasa manusia dan luar manusia.
3. Pengertian mengenai bahasa yang bermakna dan bahasa yang benar.
4. Menjawab hubungan antara bahasa dengan akal, hati, intuisi dan fenomena
batin manusia.
5. Menjawab kemungkinan manusia bisa berhubungan dengan bahasa yang
berada di luar manusia dan bagaiman cara berhubungan.
Selain itu hubungan antara filsafat dengan bahasa adalah :
1. Filsafat merupakan suatu model yang digunakan oleh para ahli filsafat untuk
memecakan problematika bahasa.
2. Filsafat sebagai pandangan atau aliran tertentu terhadap suatu realitas,
misalkan filsafat idialime akan mewarnai pandangan ahli bahasa dalam
bengembangkan teori-teorinya.

B. MATEMATIKA
1. Sejarah Matematika
Matematika seperti juga aspek yang lain memiliki sisi yang tidak terpisah
dari sejarah. Dimulai sekitar 4000 SM hingga kini memuat sumbangan dari
ribuan tokoh matematika. Sejarah matematika menampilkan bagian matematika
yang berkaitan dengan perkembangan matematika hingga menemukan bentuk
yang dewasa saat ini yang terekam dalam kebuadayaan besar Mesopotamia,
Mesir Kuno, Yunani Kuno, India Kuno, Cina Kuno, Persia dan Eropa serta
zaman moderen yang terpusat di Eropa. Sejarah matematika termasuk bagian

6
dari matematika. Sejarah matematika tidak hanya ada karena keniscyaan tetapi
ia juga penting karena dapat memberikan pengaruh kepada perkembangan
matematika dan pembelajaran matematika (Sumardyono, 2003).
2. Pengertian Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artifisia yang mempunyai arti setelah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu
metematika hanyalah kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika
mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan
bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitaif. Dengan bahasa verbal hanya bisa mengungkapkan peryataan yang
bersifat kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya
prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberi jawaban yang bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat. Matematika
berfungsi sebagai alat pemikir. Matematika secara garis besar merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Ada
beberapa aliran dalam matematika antara lain aliran logistik, aliran intusionis
dan aliran formalis.
Kebanyakan ahli sepakat bahwa suatu pengetahuan disebut ilmu apabila
lahir dari suatu kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah bertumpu pada metode ilmiah
yang langkah-langkah utamanya membuat hipotesis, mengumpulkan data,
melakukan percobaan dan memuat kesimpulan. Apabila kita berketetapan
bahawa suatu ilmu harus lahir dari metode ilmiah maka matematika bukanlah
sebuah ilmu.
Matematika merupakan buah pikiran manusia yang kebenarannya bersifat
umum(deduktif). Kebenarannya tidak tergantung pada metode ilmiah yang
mengandung proses induktif. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat
koheren/konsistensi yaitu kebenaran yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran
yang telah diterima sebelumnya. Misalkan pernyataan yang mengatakan 2 + 2 =
4. Pernyataan tersebut bernilai benar bukan karena kita melakukan percobaan
tetapi karena menurut pemikiran logis kita kalau dua ditambah dua adalah
empat.

7
Walaupun matematika bukan merupakan produk ilmiah tetapi kebenaran
matematika bersifat universal. Kebenaran matematika menjadi lebih tinggi dari
produk ilmiah lainnya. Matematika menjadi ratunya ilmu sebab ia lebih penting
dari logika dan menjadi pelayan ilmu karena dengan matematika ilmu dapat
berkembang jauh melebihi pikiran manusia.
Selain sebagai produk pemikiran, matematika dapat dipandang sebagai
proses berpikir itu sendiri. Matematika berperan menata pikiran manusia
sehingga hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
hal ini logika matematika memegang fungsi yang sangat penting. Matematika
dapat dipandang sebagai sarana dalam membantu penyelesaian persoalan
manusia yang ampuh, karena penggunaan simbol yang mengakibatkan proses
berpikir menjadi lebih sederhana.
3. Evolusi Matematika
Matematika tidak muncul secara tiba-tiba. Matematika lahir karena ada
sebab-sebab yang melahirkannya seperti halnya produk lain. Mathematics has
not grow in a vacuum (Wilder dalam Sumardyono, 2003). Ada yang
membedakan antara sejarah matematika di satu sisi dengan evolusi matematika
di sisi lain. Kalau sejarah matematika berkaitan dengan record (catatan)
perkembangan matematika secara kronologis maka evolusi matematika lebih
menekankan pada proses perkembangan matematika itu atau secara lebih khusus
membicarakan tentang sebab-sebab perkembangan konsep yang satu (primitif)
menuju ke konsep yang lain (moderen). Mathematics science, like all other
living things, has its own natural laws of grow (Moore dalam Sumardyono,
2003). Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan matematika antara
lain :
a) Hereditary stress: faktor dari dalam diri matematika
b) Enviroment stress: faktor lingkungan
c) Diffusion: faktor bergabungnya beberapaide matematika
d) Consolidation: faktor meleburnya beberapa ide matematika menjadi ide baru
e) Selection: faktor seleksi ide matematika yang tepat atau yang penting
f) Simbolic achivement: faktor perkembangan simbolisasi

8
g) Exceptional individual: faktor beberapa orang yang secara tak biasa melihat
jauh ke depan melebihi pemikiran pada jamannya
h) Leaps in abstraction: faktor lompatan tingkat abstraksi suatu ide matematika
i) Great generalization: faktor generalisasi konsep matematika
4. Karakteristik Filosofis Matematika
Berangkat dari pertanyaan “apakah itu matematika “ para ahli telah
bergumul dengan ide dan pemikiran sejak abad ke-19 hingga sekarang. Secara
umum ada 3 aliran pemikiran tentang matematika menurut Sumardyono (2003)
adalah:
a) Formalisme
David Hilbert seorang ahli matematika berkebangsaan Jerman menjadi
pelopor aliran matematika ini. Bagi kaum formalis matematika
sesungguhnya dikembangkan melalui suatu sistem aksioma. Sifat alami dari
matematika itu adalah sistem lambang-lambang formal. Mereka percaya
bahwa obyek-obyek matematika tidak ada sebelum diciptakan manusia
melalui aksioma. Mereka mencoba membuktikan bahwa semua bangunan
matematika disusun dari sistem aksioma itu konsisten. Walaupun semua
sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi menganggap
bahwa formalisme menjadi landasan matematika tidak diterima oleh
beberapa ahli.
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua dua tesis, yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat
ditafsirkan sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui
teorema-teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan
terbebasnya dari ketidak konsistenan.
b) Logikalisme atau Logisisme
Dua ahli matematika sekaligus merupakan pelopor dari Inggris menjadi
pioner aliran ini atau landasan matematika ini yaitu Bertrand Russell (1872-
1970) dan Alfred North Whiteheaf (1861-1947) lewat buku
mereka Pricipial Mathematica (1903). Menurut mereka matematika dapat
diturunkan dari prinrip-prinsip logika. Menurut kaum logisme matematika

9
itu tidak lain adalah logika. Menurut mereka matematika merupakan masa
pendewasaan dari logika.
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme
antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan
sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma
sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah.
Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran
matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
2. Teorema Ketidaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif
tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika.
Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika
melalui logika belum cukup untuk menurunkan semua kebenaran
matematika.
3. Kepastian logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji dan
tidak dijustifikasi. Program logisisme mengurangi kepastian pengetahuan
matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika
tidak menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
c) Intuisionisme
Sebagai pioner aliran ini adalah Luitzen Jan Brouwer (1881-1966)
seorang matematikawan Belanda. Aliran ini sejalan dengan fisafat umum
dari Immanuel Kant (1724-1804). Intuisionisme mengklaim bahwa
matematika berasal dan berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan
dalil matematika tidak terletak dari simbol diatas kertas tetapi di dalam
pikiran manusia. Hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan
terhadap alam, tetapi mereka ditemukan di dalam pikiran manusia.
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran
matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari
aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode
yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan
yang eksklusif pada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut

10
(yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan
yang subyektif semata.Anglin, W. S. (1994)
Keberatan terhadap aliran ini adalah tidak memberikan gambaran yang
jelas tentang bagaimana matematika bekerja dalam pikiran manusia. Kita
tidak mengetahui secara jelas pengetahuan intuitif bekerja dalam pikiran.
Konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda untuk setiap manusia.
Apakah realistik jika mengatakan setiap manusia memiliki pemikiran
intuitif yang sama.
Bagaimana implikasi teori-teori landasan matematika itu bagi
pembelajaran matematika. Implikasi tidak terjadi secara langsung tetapi
akan mempengaruhi pemikiran guru dalam memandang matematika
sehingga mempengaruhi cara guru mengajar. Guru yang hanya mengangap
matematika hanyalah kumpulan angka dan rumus secara tidak langsung
telah menganut paham formalisme yang ekstrim. Guru ini hanya
mengajarkan matematika bukan membelajarkan matematika (Sumardyono,
2003).

C. STATISTIK
1. Sejarah Perkembangan Statistik
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistik, merupakan konsep baru
yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi bahkan Eropa
pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar
yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Perkembangan statistik tidak lepas dari peran serta para ahli yang
mempelajarinya dan menemukan konsep-konsep statistik antara lain :
a) Abraham Dmoitre (1667-1754) yang mengembangkan teori galat atau
kekeliruan (theory of error).
b) Thomas Simpson 1757 menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang
berkelanjutan (continous distribution) dari suatu variabel dalam suatu
frekuaensi yang cukup banyak.

11
c) Pierre Simon d Laplace (1749-1827) mengembangkan kosep Demoivre dan
Simpson lebih lanjut dengan menemukan distribusi normal sebuah konsep
mungkin.
2. Pengertian dan Fungsi Statistika
Secara etimologi kata statistik berasal dari kata status (Latin) yang
mempunyai persamaan kata dengan state (Inggris) yang dalam bahasa Indonesia
diterjemakan dengan negara. Awalnya statistik diartikan sebagai kumpulan
bahan keterangan (data) baik yang berwujud angka maupun yang tidak berwujud
angka, yang mempunyai arti penting bagi negara. Pada perkembagan selajutnya
kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud
angka.
Dasar dari teori statistik adalah peluang. Konsep statistik sering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu pupolasi. Statistik mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik,
yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana yakni semakin besar
contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan
tersebut. Statistik juga memberi kemampuan kepada kita untuk mengetahuai
apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan
atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai
bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistik membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara
lebih pasti dan bukan secara kebetulan (S.Surismantri, 2009).
Statistik juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat
bantu antara lain:
a) Sebagai bank data yaitu menyediakan data untuk diolah dan
diinterpretasikan agar dapat dipakai untuk menerangkan keadaan yang perlu
diketahui atau diungkapkan.
b) Alat kualiti kontrol yaitu sebagai alat pembantu standarisasi dan sekaligus
sebagai alat pengawas.
c) Alat analisis yaitu merupakan suatu metode penganalisis data

12
d) Pemecahan masalah dan pembuat keputusan yaitu sebagai dasar penetapan
kebijakan dan lankah-langkah lebih lanjut untuk mempertahankan,
mengembangkan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Peran statistik antara lain terlihat dalam kehidupan sehari-hari, dalam


penelitian ilmiah dan dalam ilmu pengetahuan.
a) Dalam kehidupan sehari-hari : dalam kehidupan sehari-hari statistik
memiliki peran sebagai penyedia bahan-bahan atau keterangan-keterangan
berbagai hal untuk diolah dan ditafsirkan misalnya angka kenakalan remaja,
tingkat biaya hidup, tingkat kecelakaan lalulintas dan lain-lain.
b) Dalam penelitian ilmiah : statistik memiliki peran sebagai penyedia alat
untuk mengemukakan atau menemukan kembali keterangan-keterangan
yang seolah-olah tersembunyi dalam angka-angka statistik.
c) Dalam ilmu pengetahuan : statistik memiliki peran sebagai peralatan analisis
dan interpretasi dari data kuantitatif ilmu pengetahuan, sehingga didapatkan
suatu kesimpulan dari data-data tersebut.
Statistik juga diperlukan untuk :
a) Menjelaskan hubungan antar variabel,misalkan hubungan antara permintaan
produk dan tingkat pendapatan, atau antara jumlah pendudukuk dengan
tingkat pencemaran lingkungan.
b) Membuat rencana atau ramalan, misalkan rencana pembuatan perumahan
untuk lima tahun kedepan dari satu pemerintahan kota yang dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.
c) Mengatasi berbagai perubahan, misalkan membicarakan tentang tingkat
perubahan upah buruh yang berubah yang dikarenakan oleh perubahan
indeks harga barang secara global.
d) Membuat keputusan yang lebih baik, misalkan pengambilan keputusan
tentang keberlangsungan suatu tempat tetap digunakan sebagai suaka marga
satwa atau tidak.
Sehingga dapat disimpulkan, statistik dalam arti sempit dimaknai sebagai
sebuah data, yakni semua fakta yang berwujud angka tentang sesuatu
kejadian. Statistik dalam arti luas dimaknai sebagai sebuah metode, yakni

13
cara ilmiah untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis, menyajikan
data yang berwujud angka, dan membuat kesimpulan. Statistik juga
mempunyai arti lain, yaitu ukuran yang menggambarkan karakteristik suatu
sampel (sebagian kumpulan objek atau individu yang diambil dari
populasinya).

D. TEORI PELUANG
1. Sejarah Perkembangan
Mengundi dengan sebuah mata uang logam atau sebuah dadu, membaca
temperatur dengan termometer tiap hari, menghitung barang rusak yang
dihasilkan tiap hari, mencatat banyak kendaraan yang melalui pertigaan jalan
tertentu setiap jam, dan masih banyak contoh yang lain, merupakan eksperimen
yang dapat diulangi. Semua hasil yang mungkin terjadi bisa dicatat. Segala
bagian yang mungkin didapat dari hasil ini dinamakan peristiwa.
Peluang diperlukan untuk mengetahui ukuran atau derajad ketidakpastian
suatu peristiwa. Di dalam statistik, peluang dipakai antara lain terkait dengan
cara pengambilan sampel dari suatu populasi.Kapan tepatnya teori peluang
masuk ke dalam dunia statistika belum diketahui secara pasti. Meskipun teori
peluang sudah dikenal sejak abad 17 oleh para matematikawan, tetapi masih
diragukan kapan teori ini berhubungan dengan statistika. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, perkawinan antara matematika peluang
dengan data yang dikumpulkan oleh negara-negara di berbagai penjuru dunia
akhirnya melahirkan ilmu baru yaitu statistika (Bambang S, 2007).
Tidak dapat dipungkiri lagi berkembangnya teori peluang diawali oleh
kesenangan orang untuk mengadu untung di meja judi. Lahirnya berbagai teori
peluang yang dilandasi dari kesenangan ini telah banyak mempengaruhi
perkembangan ilmu statistika itu sendiri. Seseorang tidaklah mungkin untuk
memahami statistika secara sempurna tanpa memahami apa arti peluang itu
sendiri. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa teori peluang adalah fondasi
dari statistika.
Penggunaan teori peluang dalam bidang bisnis sudah cukup lama dikenal
oleh para pebisnis. Meski banyak diantara mereka tidak memiliki latarbelakang

14
matematika namun istilah peluang, disadari atau tidak, banyak berperan ketika
mereka menjalankan aktivitas organisasi khususnya dalam proses pengambilan
keputusan.

2. Pengertian Peluang
Peluang menurut Soedibjo (2010:1) adalah suatu cara untuk menyatakan
kesempatan terjadinya suatu peristiwa. Secara kualitatif, peluang dapat
dinyatakan dalam bentuk kata sifat untuk menunjukkan kemungkinan terjadinya
suatu keadaan seperti: baik, lemah, kuat, miskin, dan sedikit. Secara kuantitatif,
peluang dinyatakan sebagai nilai-nilai numeris, baik dalam bentuk pecahan
maupun desimal antara 0 dan 1. Peluang sama dengan 0 berarti sebuah peristiwa
tidak bisa terjadi, sedangkan peluang sama dengan 1 berarti peristiwa tersebut
pasti terjadi.
Lazimnya orang dalam kehidupan sehari-hari, sering mendengar perkiraan
terjadinya hujan dalam bentuk peluang baik secara kualitatif, seperti
kemungkinannya kecil akan terjadi hujan esok hari, atau dalam bentuk
kuantitatif, seperti kemungkinan hujan esok hari sekitar 30%. Jelas di sini bahwa
jika membahas tentang peluang, maka akan dihadapkan pada suatu kondisi yang
tidak pasti, akan tetapi seseorang hanya diberikan suatu petunjuk atau gambaran
seberapa besar keyakinan seseorang bahwa suatu peristiwa bisa terjadi. Semakin
besar nilai peluang yang dihasilkan dari suatu perhitungan, maka semakin besar
keyakinan seseorang bahwa peristiwa itu akan terjadi. Dewasa ini, perkiraan
tentang akan terjadinya suatu gejala alam, bukanlah sesuatu pekerjaan
sederhana, akan tetapi telah melalui suatu proses perhitungan yang sangat
kompleks.
Gejala sebuah peristiwa tidak hanya dikaji dari satu sisi saja, misalnya
pengaruh waktu, akan tetapi juga melibatkan banyak variabel yang terkait
dengan peristiwa tersebut. Oleh karena itu, peluang yang didasarkan pada latar
belakang ilmiah, dapat memberikan tingkat keyakinan yang lebih tinggi bagi
orang yang memerlukannya. Salah satu cara untuk menyatakan peluang dari
suatu peristiwa adalah penggunaan Diagram Venn, yang ditampilkan pada
Gambar 2.1.

15
Gambar 2.1 Diagram Venn
Meski konvensional, tetapi cara ini ternyata lebih mudah dipahami oleh
masyarakat luas, khususnya bagi orang-orang yang bukan berlatar belakang
matematika. Diagram Venn berbentuk persegi panjang untuk menyatakan semua
peristiwa yang bisa terjadi dan lingkaran untuk menggambarkan peluang
terjadinya peristiwa tertentu. Penggambaran diagram umumnya tidak
menggunakan skala yang sesungguhnya, artinya jika peluang terjadi peristiwa
hujan 30% bukan berarti bahwa lingkaran yang dimaksud luasnya harus 30%
dari luas persegi panjang. Peluang adalah dua peristiwa atau lebih yang
dinamakan saling eksklusif atau saling asing, jika terjadinya peristiwa yang satu
menutup kemungkinan terjadinya peristiwa yang lain.
Jika E menyatakan suatu peristiwa terjadi, maka Eꞌ menyatakan peristiwa itu
tidak terjadi. Peristiwa-peristiwa E dan Eꞌ dapat dikatakan saling eksklusif.
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui terdapat dua macam definisi peluang,
yaitu definisi klasik dan definisi empirik. Adapun pada subbab selanjutnya
akan diuraikan tentang macam-macam peluang, yaitu (1) peluang logis; (2)
peluang empiris; dan (3) peluang subjektif. Secara klasik peluang didefinisikan
sebagai perbandingan antara banyaknya peristiwa E yang terjadi (n) dengan
banyaknya kemungkinan terjadinya seluruh peristiwa (N) yang saling eksklusif.

n
P(E) =
N
Misalnya kotak berisi 32 kelereng yang identik dalam segala hal kecuali
warnanya. Kelerang tersebut terdiri dari 16 kelereng berwarna merah, 8 kelereng
berwarna kuning, dan siswanya 8 kelereng berwarna biru. Selanjutnya kelereng

16
dalam kotak tersebut diaduk dan diambil satu kelerang dari dalam kotak.
Peluang kelerang terambil masing-masing warna ialah:
16
P(merah) = = 0,5
32
8
P(kuning) = = 0,25
32
8
P(biru) = = 0,25
32
3. Peristiwa
Istilah peristiwa yang kita kenal sehari-hari seringkali agak berbeda makna 
jika kita berbicara tentang teori peluang. Biasanya orang berpikir bahwa
peristiwa adalah suatu kejadian layaknya peristiwa sejarah, gejala-gejala fisik,
pesta dan lain sebagainya. Dalam statistika, pengertian ini diperluas dengan
memasukkan unsur-unsur kesempatan atau peluang atas terjadinya suatu
peristiwa yang didasarkan pada hasil sebuah percobaan atau eksperimen yang
dilakukan secara berulang-ulang (Bambang S, 2007).
Untuk keperluan penentuan peluang ada gunanya untuk membagi peristiwa
ke dalam dua jenis peristiwa yakni peristiwa sederhana dan peristiwa majemuk.
Peristiwa sederhana tidak dapat dibagi lebih lanjut lagi ke dalam komponen-
komponen peristiwa, sedangkan peritiwa majemuk selalu memiliki dua atau
lebih komponen peristiwa sederhana.
Contoh penggunaan terori peluang misalnya mengundi dengan suatu mata
uang logam atau sebuah dadu, membaca temperatur udara pada tiap hari dari
termometer, menghitung banyaknya barang rusak yang dihasilkan tiap hari oleh
mesin penghasil barang tertentu, dan mencatat banyaknya orang yang melewati
sebuah jembatan penyeberangan untuk setiap jam, merupakan eksperimen yang
dapat diulang-ulang. Berdasarkan seperti contoh-contoh tersebut, untuk semua
hasil yang mungkin terjadi dapat dicatat. Segala bagian yang mungkin diperoleh
dari pencatatan tersebut disebut peristiwa.
Untuk peristiwa sederhana, peluang dapat diturunkan baik secara logis,
melalui pengamatan empiris maupun secara subjektif (Soedibjo, 2010:3). Ketiga
bentuk peluang ini mempunyai implikasi yang penting bagi para manajer atau
pimpinan organisasi, khususnya dalam proses pengambilan keputusan

17
4. Peluang Logis, Empiris Dan Subjektif
a) Peluang Logis
Peluang logis dari sebuah peristiwa adalah rasio antara jumlah peristiwa
yang bisa terjadi dengan jumlah semua hasil yang bisa terjadi, dimana hasil
ini dapat diturunkan dari sebuah eksperimen. Peluang logis sebenarnya
didasarnya pada pertimbangan logika semata, bukan berdasarkan hasil
percobaan. Tetapi hasil ini bisa diuji melalui suatu percobaan. Pelemparan
dua buah dadu yang merupakan salah satu upaya keras tertua dalam
pengembangan teori peluang, bisa diambil sebagai contoh dari penurunan
peluang logis ini.  Pada pelemparan dua buah dadu kita tahu bahwa jumlah
angka dari kedua dadu yang bisa muncul adalah 2, 3, 4, 5, …, 12 atau ada
11 peristiwa yang berbeda.
b) Peluang Empiris
Peluang empiris atau ada pula yang menyebutnya sebagai peluang
objektif, hanya bisa diperoleh melalui percobaan atau eksperimen yang
dilakukan secara berulang-ulang, dalam kondisi yang sama dan diharapkan
dalam jumlah yang besar. Dari eksperimen ini akan dihasilkan informasi
berupa frekuensi relatif yang sangat berguna khususnya untuk keperluan
perbaikan sebuah sistem. Misalnya saja dalam proses pengemasan susu
ingin diketahui berapa persen kemasan yang berisikan lebih dari 150 ml.
Dari proses pengisian yang cukup lama, maka bisa dibuat distribusi
frekuensi volume susu yang terisi kedalam kotak atau susu yang tercecer
pada setiap pengisian. Dari sini maka akan akan diperoleh informasi yang
sangat berguna untuk melakukan penyesuaian terhadap sistem kerja mesin
pengisi susu tersebut.
c) Peluang Subjektif
Peluang subjektif adalah sebuah bilangan antara 0 dan 1 yang digunakan
seseorang untuk menyatakan perasaan ketidakpastian tentang terjadinya
peristiwa tertentu. Peluang 0 berarti seseorang merasa bahwa peristiwa
tersebut tidak mungkin terjadi, sedangkan peluang 1 berarti bahwa
seseorang yakin bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi.Definisi ini jelas
merupakan pandangan subjektif atau pribadi tentang peluang.Peluang

18
subjektif muncul ketika seorang pengambil keputusan dihadapkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab berdasarkan peluang empiris
atau frekuensi empiris.
Sebagai contoh “Berapa peluang penjualan barang X bulan depan akan
melebihi 50.000unit jika dilakukan perubahan kemasan?”.  Sudah barang
tentu eksperimen tentang pengaruh perubahan kemasan terhadap volume
penjualan dengan pengulangan yang sangat besar jarang dilakukan bahkan
tidak pernah dilakukan. Meski menggunakan data penjualan bulanan bukan
sesuatu yang musthail, akan tetapi tidaklah efisien jika perusahaan selalu
merubah kemasan setiap bulannya hanya untuk meningkatkan volume
penjualan. Olehkarena itu, biasanya seorang manajer menggunakan intuisi
atau perasaannya dalam menentukan nilai peluang ini. Jadi tidaklah heran
jika seorang manajer menyatakan “peluang terjualnya barang X melebihi
50.000unit pada bulan depan adalah 0,40”.
Meski peluang subjektif tidak didasarkan pada suatu eksperimen ilmiah,
namun penggunaannya tetap bisa dipertanggungjawabkan. Dalam
menentukan nilai peluang ini, seorang pengambil keputusan tetap
menggunakan prinsip-prinsip logis yang didasarkan pada pengalaman yang
diperolehnya. Seorang pengambil keputusan sudah mengetahui secara nyata
apa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya sehingga dia bisa
memprediksi apa kira-kira yang bakal terjadi dari keputusan yang
diambilnya. Sampai saat ini pengambilan keputusan berdasarkan peluang
subjektif masih dibilang sebagai salah satu tehnik manajerial yang terbaik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori peluang adalah
cabang matematika yang bersangkutan dengan peluang sebagai dasar
matematika untuk statistik. Peluang juga suatu kejadian yang ditunjukkan
dengan angka untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan suatu
kejadian akan terjadi. Nilai peluang yang rendah menunjukkan bahwa
kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi sangat kecil. Sebaliknya jika nilai
peluang tinggi (mendekati 1) maka kemungkinan besar suatu peristiwa akan
terjadi.

19
E.  TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
1. Pengertian Teknologi
Teknologi berasal dari bahasa Yunani yaitu technologia yang
berarti systematic steatment atau penanganan sesuatu secara sistematis
sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti skill,scince atau keahlia,
keterampilan dan ilmu.
Kata teknologi secara harafia berasal dari bahasa latin texere yang berarti
menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi seharusnya tidak terbatas
pada penggunaan mesin, meskipun dalam arti yang sempit hal tersebut sering
dingunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Roger (1983) teknologi adalah rancangan atau desain untuk alat
bantu tindakan yang mengurangi ketidak pastian dalam hubungan sebab akibat
dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Teknologi bisanya mempunyai dua
aspek yaitu hardware dansoftwere. Teknologi adalah penerapan dari
pengetahuan ilmiah kealaman (Natural Science). Surajiyo (2010).
Sementara, Jacques Ellul (1967) mendefenisikan teknologi sebagai
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi
dalam setiap kegiatan manusia. Menurud Gary J. Aglin (1991)
teknologimerupakan penerapan ilmu-ilmu perilaku alam serta pengetahuan lain
secara bersistem dan menyistemkan untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan
menurud Vasa (2007) teknologi adalah sebuah proses yang dilaksanakan dalam
upaya mewujudkan sesuatu secara rasional. Teknlogi merupakan ilmu
pengetahuan yang ditransformasikan ke dalam produk,proses,jasa dan struktur
organisasi.

3. Pengertian Informasi
Merupakan fakta atau apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam
menghasilkan informasi. Sedangkan data merupakan bahan mentah, data
merupakan input yang setelah diolah berubah bentuk menjadi output yang
disebut informasi. Informasi adalah sejumlah data yang telah diolah melalui
pengolahan data dalam rangka menguji tingkat kebenarannya dan
ketercapaiannya sesuai kebutuhan.

20
Ciri-ciri informasi menurud Mc.Leod (1977) ada empat yaitu (1) akurat
artinya informasi mencerminkan keadaaan yang sebenarnya. Pengujian
dilakukan oleh beberapa orang apabila sama maka data tersebut dikatakan
akurat, (2) tepat waktu artinya informasi harus tersedia pada saat informasi
diperlukan, (3) relefan artinya yang diberikan harus sesuai dengan yang
dibutuhkan, (4) lengkap artinya informasi harus diberikan secara utuh tidak
setengah-setengah.

4. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu “Communicare” artinya
memberitahukan sesuatu atau menjadi milik bersama. Komunikasi merupakan
proses pemindahan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung
makna. Komunikasi mengandung makna menyebarkan informasi,pesan,berita,
pengetahuan dan norma dengan tujuan untuk menggugah partisipasi agar yang
diberitahu tersebut menjadi milik bersama. Pada umumnya komunikasi
mengunakan kata lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat digunakan oleh kedua belah pihak maka
bahasa gerak dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yag dimaksud.
Komunikasi merupakan proses pemindahan dan penerimaan lambang-
lambang yang mengandung makna dari komunikator kepada komunian.
Schramm menyampaikan pengertian komunikasi ke dalam tiga hal pokok
sebagai berikut :
a) Penyandi: disampaikan dalam bentuk kode atau sandi seperti tulisan, bahasa
lisan, verbal,simbol dan visual simbol.
b) Signal: pesan yang dapat disampaikan oleh gerak badan,tangan, mata dll.
c) Decoder: komunikasi yang menggunakan pesan atau sandi yang harus
dimengerti oleh penerimah pesan tersebut.

5. Hakekat Teknologi Informasi Dan Komunikasi


Di banyak negara menganggap bahwa memahami TIK, menguasai TIK
serta memiliki konsep TIK merupakan bagian dari inti pendidikan, sejajar
dengan membaca menulis dan numerasi. UNESCO mengatakan bahwa semua

21
negara maju dan berkembang, perlu mendapatkan akses TIK dan menyediakan
fasilitas pendidikan yang terbaik sehingga diperoleh generasi mudah yang siap
berperan penuh dalam masyarakat moderen dan mampu berperan dalam negara
pengetahuan.
Istilah TIK atau ICT (Information And Comunication Technology) atau yang
dikalangan bangsa Asia dan berbahasa Inggris disebut infocom muncul setelah
perpaduan teknologi komputer (baik perangkan kerasmaupun perangkat lunak)
dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi. Menurut
Kementrian Riset Dan Teknologi TIK sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan
penyajian informasi.

6. Ruang Lingkup TIK


Menurut Puskur Kemendiknas TIK mencakup 2 hal pokok yaitu :
a) Teori informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi.
b) Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentransfer data perangkat satu dengan
yang lainnya.
Teknologi informasi dan komunikasi meliputi dua aspek yaitu teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Menurut Puskur teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses pengunaan sebagian alat bantu
manipulasi, pengelolaan dan transfer atau pemindahan informasi antarmedia.
Sementara menurut Oxford dijelaskan bahwa teknologi informasi adalah
studi atau penggunaan alat alektronika, terutama komputer untuk
menyampaikan, menganalisis data, dan mendistribusikan informasi apa saja,
termasuk kata-kata,bilangan dan gambar.
Berdasakan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa TIK
merupakan peralatan elektronik yang terdiri dari perangkat keras dan lunak serta
segala kegiatan yang  terkai dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan dan
transfer atau pemindahan informasi antarmedia.

22
 

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahasa adalah serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu juga mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai sarana komunikasi untuk kegiatan
bersosialisasi dan berpikir secara sistematis. Bahasa memiliki 6 kelemahan diantaranya
adalah sistem simbol yang tidak dapat mengungkap seluruh realitas yang ada di dunia
ini; memiliki kecenderungan emosional dan tidak terarah; Ungkapan bahasa dapat
dimanipulasi demi kepentingan tertentu; menimbulkan banyak arti atau arti yang sama;
bahasa tidak selamanya mampu memberikan respon; Ada kata yang tidak dapat
dikatakan timbul oleh ide-ide tertentu. Adapun bahasa memiliki hubungan dengan
filsafat yaitu untuk memecahkan problematika bahasa dan sebagai pandangan atau
aliran tertentu terhadap suatu realitas.

23
Matematika adalah sarana dalam membantu penyelesaian persoalan manusia yang
ampuh, karena penggunaan simbol yang mengakibatkan proses berpikir menjadi lebih
sederhana. Karakteristik filosofis matematika ada 3 yaitu formalism, logisisme, dan
intuisionisme.
Statistika adalah semua fakta yang berwujud angka tentang sesuatu kejadian yang
digunakan sebagai sebuah metode untuk mengumpulkan, menyusun, menganalisis,
menyajikan data yang berwujud angka, dan membuat kesimpulan. Adapun fungsi
statistika ada 4 yaitu sebagai bank data, alat kualiti control, alat analisis, dan pemecahan
masalah.
Teori peluang adalah cabang matematika yang bersangkutan dengan peluang
sebagai dasar matematika untuk statistik. Peluang juga suatu kejadian yang ditunjukkan
dengan angka untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan suatu kejadian akan
terjadi. Nilai peluang yang rendah menunjukkan bahwa kemungkinan suatu peristiwa
akan terjadi sangat kecil. Sebaliknya jika nilai peluang tinggi (mendekati 1) maka
kemungkinan besar suatu peristiwa akan terjadi.
TIK merupakan peralatan elektronik yang terdiri dari perangkat keras dan lunak
serta segala kegiatan yang  terkai dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan dan
transfer atau pemindahan informasi antarmedia.

B. SARAN

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kalimat atau pernyataan yang kurang
tepat dan jelas. Secara sumber kajian pustaka juga kurang begitu memadai. Sehingga
makalah yang penyusun sajikan kurang dapat menjelaskan secara mendetail. Saran,
tanggapan,kritik dari pembaca merupakan sesuatu hal yang penyusun harapkan.
Masukan-masukan akan penyusun gunakan untuk memperbaiki makalah ini sebaik
mungkin.

24
DAFTAR PUSTAKA
 
Bambang S. Soedibjo. 2007. Statistik. Universitas Komputer Indonesia.
Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer
Press
Pangabean, Maruli. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia. 
S.Surismantri J. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Pustaka Sina Harapan.Jakarta
Sumardyono.2003. Sejarah Topik Matematika Sekolah. Paket embinaan Penataran.
Yogyakarta.
Surajiyo.2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta
Hadi, S., dkk. (2018). Statistika Inferensial Teori dan Aplikasinya.
_______:Banjarmasin

25

Anda mungkin juga menyukai