Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Diskripsi Modul
Judul Modul : Menampilkan Sikap Positif terhadap Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional
Kelas :X
Semester :1
Kode Modul : X/1- 2.
Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan pengertian sistem hukum dan peradilan
nasional
2. Menganalisis peranan lembaga-lembaga peradilan
3. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku
4. Menganalisis upaya pemberantasan korupsi di Indonesia

2. Peta Kedudukan Modul 2

KD1. Mendeskripsikan pengertian


sistem hukum dan peradilan nasional

KD2. Menganalisis peranan lembaga-


SK1. lembaga peradilan
Menampilkan sikap
positif terhadap sistem
hukum dan peradilan
nasional KD3.Menunjukkan sikap yang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku

KD4.Menganalisis upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia

13
3. Glosarium
Civil Law : hukum yang tertulis dan terkodifikasi,bisa juga dikatakan sebagai
kata lain dari sistem hukum Eropa Kontinental

Common Law : hukum kebiasaan,kata lain dari sistem hukum Anglo-Saxon

Delik doloes : tindak pidana yang disengaja

Delik Coelpa : tindak pidana yang tidak disengaja

Preventif : upaya pencegahan

Kuratif : upaya penindakan

4. Petunjuk Penggunaan Modul


Untuk Guru :
Modul X/2-1ini digunakan di kelas X semester 1, S.K : 1 dan K.D : 1- 4
Untuk siswa :
1. Bacalah dengan teliti isi modul tentang Menampilkan sikap positif terhadap
sistem hukum dan peradilan nasional
2. Tanyakan kepada guru/fasilitator bila ada yang kurang jelas
3. Jawablah soal-soal yang telah tercantum pada bagian akhir modul

5 Tujuan Akhir
Pada akhinya pembelajaran melalui penulisan modul ini siswa diharapkan :
1. Dengan kajian pustaka siswa dapat menjelaskan sistem hukum dan peradilan
nasional
2. Dengan kajian pustaka siswa dapat menyebutkan sumber-sumber hukum dan
penggolongan hukum
3. Dengan kajian pustaka siswa dapat menyebutkan macam-macam peradilan
nasional
4. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan wewenang dari lembaga-
lembaga peradilan di Indonesia

14
5. Melalui kajian pustaka siswa dapat menunjukkan sikap yang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku
6. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan pengertian korupsi
7. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan upaya-upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia

BAB II (SK.2)
Kegiatan Belajar

MENAMPILKAN SIKAP POSITIF TERHADAP SISTEM HUKUM


DAN PERADILAN NASIONAL

2.1 Pengertian Sistem Hukum dan Peradilan Nasional


A. Sistem Hukum
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah kesatuan utuh dari suatu rangkaian ,yang kait mengait satu sama lain.
Bagian atau anak cabang dari suatu sistem menjadi induk system dari rangkaian
selanjutnya. Begitulah seterusnya sampai pada bagian yang terkecil.
2. Sistem Hukum
Sistem hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu
yang dipatuhi dan ditaati oleh setiap warganya.
3. Pengertian Hukum
Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya sudut pandang yang
mau dikaji. Prof. Van Apeldoorn mengatakan bahwa “definisi hukum sangat sulit
dibuat karena tidak mungkin mengadakan yang sesuai dengan kenyataan”. Kerena itu,
sebaiknya kita lihat dulu pengertian hukum menurut para ahli hukum terkemuka
berikut ini.
a) Prof. Mr. E.M Meyers

15
Hukum adalah semua peraturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat , dan menjadi pedoman
bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.
b) Drs. E. Utrecht, S.H
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
c) S.M Amin, S.H.
Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi,
dengan tujuan mewujudkan ketertiban dan pergaulan masyarakat
d) J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H.
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.
Secara umum hukum dapat dikatakan bahwa hukum mencakup unsure-unsur berikut:
 Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
 Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang;
 Peraturan itu bersifat memaksa; dan
 Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan tersebut.
4. Macam-macam Sistem Hukum
a) Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental berkembang di negara-negara Eropa daratan.
Sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus. Sistem hukum ini ada yang
menyebut Civil Law.
Prinsip utama system hukum Eropa Kontinental adalah bahwa hukum itu
memperoleh kekuatan mengikat karena berupa peraturan yang terbentuk undang-
undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Kepastian hukum
menjadi tujuan utama. Kepastian hukum dapat terwujud apabila tingkah laku
manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan tertulis. Dalam aliran ini
“tidak ada hukum selain undang-undang”.

16
Sumber hukum utama aliran ini adalah undang-undang yang dibentuk oleh badan
legislatif.
b) Sistem Hukum Anglo-Saxon (Anglo-Amerika)
Sistem hukum Anglo-Saxon mula-mula berkembang di negara Inggris yang
dikenal dengan istilah Common Law atau Unwritten Law (hukum tidak tertulis).
Sistem hukum ini dianut di negara-negara persemakmuran Inggris , Amerika
Utara, Kanada, Amerika Serikat.
Sistem hukum Anglo-Saxon bersumber pada putusan hakim/putusan pengadilan
atau yurisprudensi. Putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka melalui
putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan
mengikat umum. Kebiasaan-kebiasaan, peraturan hukum tertulis yang berupa
undang-undang diakui juga karena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan dan
peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan pengadilan.
c) Sistem Hukum Adat
Sistem hukum adapt berkembang di lingkungan kehidupan social di Indonesia,
Cina, India , Jepang.
Sistem hukum adapt bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak tertulis
yang tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum
masyarakatnya.
d) Sistem Hukum Islam
Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang dinegara-negara
lain seperti negara-negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual
maupun kelompok.
Sistem hukum Islam bersumber pada:
 Al-Qur’an yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah
kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril
 Sunnah Nabi, yaitu cara hidup Nabi Muhammad atau cerita tentang Nabi
Muhammad
 Ijma’, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara hidup
 Qiyas, ialah analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
kejadian.

17
e) Sistem Hukum Kanonik
Sistem hukum ini menggunakan prinsip pembagian dari yang terbesar ke yang
terkecil. Sistem hukum Kanonik bersumber dari Kitab Hukum Kanonik 1983
yang memuat 1.752 kanon.
Kitab Hukum Kanonik (KHK) terdiri dari tujuh buku, yaitu:
Buku I : Tentang norma-norma hukum
Buku II : Tentang umat Allah
Buku III : Tentang tugas gereja mengajar
Buku IV : Tentang tugas gereja mengkuduskan
Buku V : Tentang harta benda duniawi gereja
Buku VI : Tentang hukuman-hukuman dalam gereja /sanksi dalam gereja
Buku VII : Tentang proses atau hukum acara
5. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan
memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanksi yang tegas dan
nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber hukum “material” (welborn) dan
sumber hukum “formal” (kenborn). Sumber hukum material adalah keyakinan dan
perasaan (kesadaran) hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi atau
materi (jiwa) hukum.Sumber hukum formal adalah perwujudan bentuk dari isi hukum
material yang menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Macam-macam sumber
hukum formal, antara lain:
 Undang-Undang
Undang-undang dapat dibedakan menjadi undang-undang dalam arti materiil dan
dalam arti formil. Dalam arti materiil, undang-undang adalah semua keputusan
atau ketetapan penguasa,yang dilihat dari isinya disebut undang-undang serta
mengikat setiap orang secara umum. Contohnya: UUD 1945, Ketetapan MPR,
UU, Perpu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Dalam arti formil, undang-undang adalah setiap peraturan yang karena bentuknya
dapat disebut undang-undang. Misalnya, ketentuan pasal 5 ayat 1 UUD 1945
(amandemen) yang berbunyi “Presiden memegang kekuasaan membentuk
undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”.Jadi, undang-

18
undang yang dibentuk oleh Presiden bersama DPR tersebut dapat diakui sebagai
sumber hukum formal, karena dibentuk oleh yang berwenang sehingga derajat
peraturan itu sah sebagai undang-undang.
 Kebiasaan (hukum tidak tertulis)
Kebiasaan, merupakan perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan
kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat. Dalam praktik penyelenggaraan
negara, hukum tidak tertulis disebut konvensi. Hukum tidak tertulis dipatuhi
karena adanya kekosongan hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat.
 Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang
tidak diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya
dalam memutuskan perkara yang serupa, karena adanya peraturan perundang-
undangan yang kurang atau tidak jelas pengertiannya, sehingga menyulitkan
hakim dalam memutuskan suatu perkara.
Dalam membuat yurisprudensi, biasanya seorang hakim akan melaksanakan
penafsiran sebagai berikut:
 Penafsiran gramatikal, yaitu penafsiran berdasarkan arti kata
 Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran dengan cara menghubungkan pasal-
pasal yang terdapat dalam undang-undang
 Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan jalan mempelajari hakikat
tujuan undang-undang yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
 Penafsiran otentik, yaitu penafsiran yang dilakukan oleh si pembentuk
undang-undang itu sendiri.
 Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai
persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang
bersangkutan. Dalam pelaksanaannya traktat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Traktat bilateral, adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara. Traktat ini
bersifat tertutup, karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan.
Misalnya masalah Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan antara Indonesia dan
RRC.

19
 Traktat Multilateral, adalah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih
dari dua negara. Traktat ini bersifat terbuka bagi negara-negara lainnya untuk
mengikatkan diri (PBB, NATO,dsb)
 Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Dalam hukum ketatanegaraan, kita mengenal doktrin, seperti doktrin dari
Montesquieu, yaitu Trias Politica yang membagi kekuasaan menjadi tiga bagian
yang terpisah, yakni: Kekuasaan eksekutif ( kekuasaan untuk melaksanakan
undang-undang); kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-
undang); kekuasaan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-
undang)
6. Tata Hukum Indonesia
a. Menurut TAP MPR No. III/MPR/2003
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR-RI
3) Undang-undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti UU(Perpu)
5) Peraturan Pemerintah
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah
b. Menurut UU No.10 Tahun 2004
1) UUD 1945
2) UU/Perpu
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
Tata urutan perundang-undangan yang berlaku pada saat ini adalah yang sesuai
dengan UU No.10 Tahun 2004.

20
7. Penggolongan Hukum
Aturan hukum dapat dibedakan menjadi beberapa golongan dengan menggunakan
beberapa criteria sebagai berikut:
1) Hukum berdasarkan wujudnya
 Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara. Contoh: UUD 1945, UU dan lain-
lain.
 Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan
hukum tidak tertulis disebut konvensi.
2) Hukum berdasarkan waktunya
 Ius Constitutum/hukum positif, yaitu hukum yang berlaku pada saat ini disuatu
negara atau wilayah tertentu.
 Ius Constituendum/hukum cita,yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang
 Hukum antar waktu (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dalam segala waktu
dan untuk segala bangsa di dunia.
3) Hukum berdasarkan wilayahnya
 Hukum lokal, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan wilayah tertentu
 Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara
 Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara
atau lebih.
4) Hukum menurut pribadi yang diatur
 Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi golongan
tertentu, misalnya: golongan pribumi, golongan Eropa, golongan Timur Asing.
 Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih
(golongan), dan masing-masing golongan tunduk pada hukum yang berbeda.
 Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua
golongan, misalnya hukum pidana, hukum acara.
5) Hukum menurut isinya

21
 Hukum publik, yaitu aturan hukum yang mengatur hubungan antara warga negara
dengan negara atau alat-alat perlengkapan negara, misalnya hukum pidana,
hukum tata negara, dan hukum administrasi negara
 Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur kepentingan satu orang dengan orang
yang lain dan bersifat pribadi. Misalnya hukum perdata, hukum dagang.
7. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata
 Hukum Pidana
Pelanggaran terhadap norma hukum pidana pada umumnya segera disikapi oleh
pengadilan setelah menerima berkas polisi yang mengadakan penyelidikan dan
penyidikan. Tindakan pidana (delik) yang sengaja disebut delik doloes, sedangkan
tindak pidana yang tidak disengaja disebut delik coelpa.
 Hukum Perdata
Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru dapat disikapi oleh pengadilan
setelah ada pengaduan dari pihak yang merasa ingin dirugikan. Disini, ada pihak
yang mengadu (penggugat) dan pihak yang diadukan (tergugat).
Sedangkan untuk perbedaan antara hukum acara pidana dan hukum acara perdata
adalah sebagai berikut:
 Hukum Acara Perdata
Pelaksanaan : Inisiatif datang dari pihak yang dirugikan (penggugat)
Penuntutan : Penuntutan dilakukan oleh penggugat terhadap tergugat
Alat-alat bukti : Tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah
Kedudukan para pihak: Semua pihak mempunyai kedudukan yang sama, dan
hakim bertindak sebagai wasit dan bersifat pasif.
Macam Hukuman : Berupa denda, kurungan sebagai pengganti denda
 Hukum Acara Pidana
Pelaksanaan : Inisiatif datang dari pihak penuntut umum (jaksa)
Penuntutan : Jaksa sebagai penuntut umum,yang memiliki wewenang
atas nama negara dan berhadapan dengan terdakwa
Alat-alat bukti : Tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan
Kedudukan para pihak: Jaksa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari ter-
dakwa. Hakim aktif

22
Macam hukuman : Hukuman mati, penjara, kurungan, denda dan hukuman
tambahan.
8. Saksi Hukum
Pemberian sanksi kepada yang melanggar hukum, merupakan bentuk nyata
pelaksanaan produk hukum baik tertulis maupun tidak tertulis oleh aparat penegak
hukum. Macam-macam sanksi pidana menurut pasal 10 KUHP:
a) Hukuman Pokok, terdiri dari:
 Hukuman mati
 Hukuman Penjara,terdiri dari Hukuman seumur hidup dan Hukuman
sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1
tahun)
 Hukuman kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 1
hari)
b) Hukuman tambahan, terdiri dari:
 Pencabutan hak-hak tertentu
 Penyitaan barang-barang tertentu
 Pengumuman keputusan hakim
9. Peradilan Nasional
Ketentuan Umum UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan
bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila , demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Berdasarkan pasal 10 UU No. 4 Tahun 2004, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi dalam lingkungan sebagai berikut:
 Peradilan Umum: Berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana
 Peradilan Agama: Berwenang menyelesaikan perkara perdata di bidang tertentu
atas permohonan orang yang beragama Islam
 Peradilan Militer: Berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara
 Peradilan Tata Usaha Negara: Berwenang menyelesaikan perkara tata usaha
negara/administrasi negara.

23
 Mahkamah konstitusi: Sesuai dengan UUD 1945 yang selanjutnya disahkan
menurut UU No. 24 Tahun 2003, Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang dan
kewajiban sebagai berikut:
Wewenang, yaitu mengadili tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan pemilihan umum.
Kewajiban, yaitu memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau wakil presiden menurut
UUD 1945.
Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa
jabatan 3 tahun. Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh
Mahkamah Agung, 3 orang dari Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh
Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun dan dapat dipilih
kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
10. Peranan Lembaga Peradilan Umum
a) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri berkedudukan di setiap daerah kabupaten/kotamadya dan
berkedudukan di ibukota kabupaten/kotamadya serta pada umumnya mempunyai
daerah hukum yang sama dengan daerah administrasi tersebut. Pengadilan Negeri
berwenang memeriksa perkara perdata maupun pidana yang dilakukan warga sipil
di wilayah hukumnya.
b) Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi memeriksa perkara dalam tingkatan kedua, yaitu tingkat
banding/ulangan. Pengadilan Tinggi memutus perkara hanya berdasarkan surat-
surat pemeriksaan saja, sehingga pada umumnya tidak pernah berhadapan dengan
orang yang diadili.
Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota propinsi
Pada prinsipnya perkara yang diputus pengadilan negeri dapat dimintakan
banding, kecuali: perkara pelanggaran dan kejahatan ringan, putusan pidana yang

24
mengandung “pembebasan” terdakwa dari seluruh tuduhan, perkara perdata yang
harga perselisihannya kurang dari Rp. 100,00.
c) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah pengadilan negeri tertinggi. Mahkamah Agung
merupakan peradilan tingkat terakhir(kasasi) bagi semua lingkungan peradilan.
Kasasi adalah pembatalan atas putusan pengadilan-pengadilan lain dalam
tingkatan yang terakhir. Alasan-alasan yang dapat dipakai untuk melakukan
kasasi:
 Apabila peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada
pelaksanaannya
 Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan yang harus diurut menurut
UU.

2. 2. Menunjukkan Sikap yang Sesuai dengan Ketentuan Hukum yang


Berlaku
Hukum dibuat dengan tujuan menjaga dan memelihara ketertiban dalam masyarakat
dan sekaligus juga untuk memenuhi rasa keadilan manusia. Oleh sebab itu, agar
kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan aman,
tenteram dan tertib diperlukan sikap yang mampu mendukung ketentuan hukum yang
berlaku. Sikap yang mendukung ketentuan hukum antara lain adalah sikap terbuka, sikap
objektif, dan sikap mengutamakan kepentingan umum.
1. Sikap Terbuka
Sikap terbuka merupakan sikap yang secara internal menunjukkan adanya keinginan
dari setiap warga negara untuk membuka diri dalam memahami hukum yang berlaku
di dalam masyarakat. Sikap terbuka dalam memahami ketentuan hukum yang
berlaku, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Berupaya tidak menutup-nutupi kesalahan
b) Berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi
c) Berupaya selalu jujur dalam memahami ketentuan hokum

25
2. Sikap Rasional
Bersikap rasional merupakan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam
memahami ketentuan-ketentuan hukum yang mengembalikan pada data, fakta, dan
dapt diterima oleh akal sehat. Beberapa contoh sikap rasional yang dapat ditunjukkan
antara lain:
a) Mampu memberikan penjelasan yang netral dan dapat diterima akal sehat bahwa
pelaksanaan-pelaksanaan ketentuan hukum benar atau salah
b) Mampu menyatakan bahwa suatu ketentuan hukum benar atau salah dengan
argumen yang baik
c) Sanggup menyatakan kekurangan jika pendapat orang lain lebih baik
d) Menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan, keahlian atau profesinya

3. Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum


Kepentingan umum dimana pun berada harus kita dahulukan. Sikap mengutamakan
kepentingan umum berarti sikap seseorang untuk menghargai dan menghormati orang
lain yang dirasakan lebih membutuhkan dalam suatu kurun waktu tertentu untuk
sesuatu yang lebih besar manfaatnya. Beberapa contoh sikap mengutamakan
kepentingan umum, diantaranya:
a) Merelakan sebagian tanah atau bangunan diambil pemerintah untuk pembuatan
jalan atau jembatan
b) Memberikan jalan terlebih dahulu kepada orang lain untuk menyeberang jalan
c) Membayar pajak
d) Memberikan tempat atau pertolongan kepada orang yang sangat membutuhkan.

2.3 Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia


1. Pengertian Korupsi
Menurut pasal 1 ayat 3 UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan korupsi, kolusi dan nepotisme adalah:
a) Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi

26
b) Kolusi adalah permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar
penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan
atau negara.
c) Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggaraan negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
2. Gambaran Umum Korupsi
Praktik korupsi di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung sejak Orde Lama (tahun
1960-an), bahkan sangat mungkin terjadi pada era sebelumnya. Pemerintah melalui
UU No. 24 Perpu 1960 yang diikuti oleh “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967
yang dipimpim langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, diterbitkan UU No.3 Tahun !971 dengan “Operasi Tertib” yang
dilakukan oleh Komando Operasional Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga
undang-undang tersebut tidak mampu lagi untuk dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya untuk lebih memperkuat pemberantasan korupsi, dikeluarkan UU No. 31
Tahun 1999.
Sebenarnya, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup banyak dan
sistematis untuk pemberantasan korupsi. Puncaknya adalah tahun 1997 saat negara
mengalami krisis ekonomi dan moneter, lalu disusul dengan krisis politik, social,
kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.
Gerakan reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa berhasil menumbangkan rezim
orde baru menuntut ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Tuntusan masyarakat tersebut kemudian dituangkan dalam
ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 dan UU No.28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
Penyakit korupsi yang sulit diberantas, masih berkembang di segala bidang
pemerintahan dan sektor kehidupan membuat rakyat bersikap acuh tak acuh bahkan

27
semakin apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik KKN yang dilakukan oleh
beberapa oknum pejabat baik lokal maupun nasional.
Persepsi pada kelompok masyarakat kelompok masyarakat terpelajar (mahasiswa)
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a) Mahasiswa sering kali menanggapi masalah korupsi dengan emosi yang meluap-
luap dan protes terbuka. Mereka sangat sensitif terhadap perbuatan korup. Dengan
aspirasi sosialnya yang sehat dan tidak bertendensi, mereka tidak henti-hentinya
melontarkan kritik terhadap pemerintah. Hal tersebut cukup berhasil terutama
berhasil terutama pada saat gerakan reformasi yang digulirkan pada tahun 1998.
b) Kritik-kritik dan oposisi mahasiswa itu pada umumnya tidak bersumber pada
masalah kekurangan materiil atau kemiskinan, tetapi lebih mengacu pada faktor
ketidakpuasan dan kegelisahan psikologis terhadap pemerintahan yang terjadi.

2.4 Peran Serta dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia


Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pemberantasan tindak
pidana korupsi,kolusi dan nepotisme di Indonesia antara lain:
1. Upaya Pencegahan (Preventif)
a) Menanamkan aspirasi, semangat, dan spirit nasional yang positif dengan
mengutamakan kepentingan nasional, kejujuran, serta pengabdian pada bangsa
dan negara melalui system pendidikan formal, non-formal, dan pendidikan agama
b) Melakukan system penerimaan pegawai berdasarkan prinsip achievement atau
keterampilan teknis dan tidak lagi berdasarkan norma ascription yang dapat
membuka peluang berkembangnya nepotisme
c) Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan,
dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan memiliki rasa tanggung jawab social
yang tinggi
d) Demi kelancaran layanan administrasi pemerintah, untuk para pegawai selalu
diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
Jabatan dan kekuasaan, akan didistribusikan melalui norma-norma teknis
kemampuan dan kelayakan

28
f) Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi; dibarengi system control yang efisien. Menyelenggarakan system
pemungutan pajak dan bea cukai yang efektif dan ada supervise yang ketat, baik
di pusat maupun di daerah.
g) Melakukan herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan
“pejabat” yang mencolok. Kekayaan yang statusnya tidak jelas dan diduga
merupakan hasil korupsi, akan disita oleh negara.
h) Berusaha untuk melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan, melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di
bawahnya. Akan selalu ada koordinasi antar departemen yang lebih baik, disertai
system control yang teratur terhadap administrasi pemerintah, baik di pusat
maupun di daerah.

2. Upaya Penindakan (Kuratif)


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak hormat, dan dihukum pidana.
Beberapa contoh penanganan kasus dan penindakan yang sudah dilakukan oleh
pemerintah melalui KPK (Sumber: Wikipedia), yaitu:
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004)
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melakukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian
c) Dugaan korupsi dalam proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004)
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuangan negara Rp.10 Milyar lebih (2004)
e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT. Texmaco Group melalui Bank BNI (2004)
f) Dll

29
3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a) Memiliki rasa tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan control
social, terkait dengan kepentingan-kepentingan public (masyarakat luas)
b) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh, karena hal ini justru akan merugikan
masyarakat itu sendiri
c) Melakukan control social pada setiap kebijakan, terutama yang dilaksanakan oleh
pemerintahan desa, kecamatan, dan seterusnya sampai tingkat pusat/nasional
d) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya
e) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a) Indonesia Corruption Watch atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi non-
pemerintahan (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan melaporkan
kepada public mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia.
b) Transparency International (TI), adalah sebuah organisasi internasional yang
bertujuan memerangi korupsi politik. Organisasi yang didirikan di Jerman sebagai
organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak
menuju organisasi yang berstruktur demokratik.

Tugas
1. Kemukakan paling sedikit 5 kasus tindak pidana korupsi yang dapat ambil dari
surat kabar dan internet.
2. Tugas ini dikerjakan secara berkelompok 4 – 5 orang
3. Hasil pekerjaan dipresentasikan di depan kelas secara bergantian

30
BAB III
EVALUASI

A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Norma yang memiliki sanksi yang tegas dan nyata adalah norma…
a. agama d. kesusilaan
b. hukum e. adat
c. kesopanan
2. Hukum memperoleh kekuatan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk
undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Hal ini merupakan
prinsip dari…
a. sistem hukum Eropa Kontinental
b. sistem hukum Anglo saxon
c. sistem hukum adapt
d. sistem hukum Islam
e. sistem hukum kanonik
3. Sumber hukum yang berasal dari keyakinan/kesadaran indivisu dan pendapat umum,
adalah…
a. material d. konvensi
b. formal e. traktat
c. kebiasaan
4. Hukum yang ditetapkan oleh negara-negara yang bersama-sama mengadakan
perjanjian disebut…
a. undang-undang d. yurisprudensi
b. traktat e. ilmu
c. kebiasaan
5. Hukum yang mengatur hubungan negara dan warga negara disebut…
a. hukum publik d. hukum privat
b. hukum pidana e. hukum tata usaha negara
c. hukum negara
6. Hukum yang berlaku saat ini bagi suatu masyarakat tertentu disebut…

31
a. ius constitutum d. hukum alam
b. ius contituendum e. hukum objektif
c. hukum asasi
7. Pengadilan yang berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana
adalah…
a. pengadilan umum d. pengadilan tata usaha negara
b. pengadilan agama e. pengadilan HAM
c. pengadilan militer
8. Orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan
dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan
atau ia alami sendiri disebut…
a. tersangka d. saksi
b. terdakwa e. klien
c. terpidana
9. Pengadilan yang berwenang menyelesaikan perkara tata usaha negara/administrasi
negara adalah…
a. pengadilan umum d. pengadilan negeri
b. pengadilan militer e. pengadilan tata usaha negara
c. pengadilan adama
10. Korupsi bisa dilakukan siapa saja dan dalam pekerjaan jenis apa saja. Berikut ini
adalah contohnya, kecuali…
a. pedagang di pasar pulang awal sebelum waktunya
b. karyawan pabrik bolos kerja sebelum waktunya
c. pegawai mangkir kantor tanpa alasan yang jelas
d. pejabat menggunakan mobil dinas untuk kepentingan pribadi
e. Pak lurah memotong bantuan warga untuk kepentingan sendiri
11. Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Korupsi diatur dalam…
a. Tap MPR No. VIII/MPR/2001 e. PP No. 65 Tahun 1999
b. UU No. 31 Tahun 1999
c. UU No. 30 Tahun 2002
d. UU No. 28 Tahun 1999

32
12. Dalam negara hukum, sebaiknya tindakan-tindakan negara selain mempertimbangkan
landasan hukumnya juga mempertimbangkan...
a. kegunaannya d. hasilnya
b. kepentingannya e. subjeknya
c. kepastiannya
13. Lembaga yang berwenang menguji undang-undang terhadap UUD 1945 adalah…
a. Mahkamah Agung d. DPR
b. Mahkamah Konstitusi e. MPR
c. Komisi Yudisial
14. Peran norma hukum dalam menghindari konflik adalah…
a. mengatur keberagaman kepentingan dalam masyarakat
b. mengatur sanksi secara tegas bagi yang melanggar
c. memaksa pelaku untuk berdamai
d. memberikan rasa aman dalam masyarakat
e. dengan sanksi yang tegas pelaku akan jera
15. Berikut ini salah satu penyebab orang melanggar hukum, kecuali…
a. kurangnya pengetahuan terhadap hukum yang berlaku
b. kurangnya kesadaran terhadap manfaat hukum
c. lemahnya sikap disiplin pelaku
d. sikap egois/mementingkan diri sendiri
e. menganggap hukum mengikat secara mutlak

B. Jawablah dengan singkat dan jelas!


1. Sebutkan tata urutan perundang-undangan RI menurut UU No.10 Tahun 2004!
2. Sebutkan macam-macam sumber hukum formal!
3. Jelaskan Penggolongan hukum berdasarkan isi masalahnya!
4. Jelaskan apa yang dimaksud tindak pidana korupsi!
5. Berikan penjelasan apa yang bisa dilakukan masyarakat dalam upaya ikut serta
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia!

Anda mungkin juga menyukai