Anda di halaman 1dari 32

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer

PERBANAS

Cyber Law Drafting

Kuliah Sessi – 1:
Dasar – dasar Pembentukan Hukum

Dosen:
Ir. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, SE, MSi, MPP
Agenda

• Norma Hukum
• Proses pembentukan Undang - Undang
• Bentuk Luar Peraturan Perundang – undangan
• Bagian – bagian Esensial Peraturan Perundang
- undangan
• Pengundangan dan Daya Ikat
• Bahasa Indonesia Dalam Perundang –
undangan

2
11/19/2008 Cyber Law Drafting
NORMA HUKUM

3
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Definisi Dan Lingkup Norma Hukum

• Norma = pedoman, patokan, aturan: ukuran yang


harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya
dengan sesamanya ataupun lingkungannya.
• Norma adat, agama, moral, hukum
• Norma hukum dibuat secara tertulis atau tidak
tertulis, bersifat mutlak dan mengatur (regeling).
• Norma statik (nomostatics)dan norma dinamik
(nomodynamics) bersumber pada norma dasar
(fundamental norm).
• Hukum termasuk norma dinamik, dilihat dari
pembentukannya dan penghapusannya.

4
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Dinamika norma hukum vertikal dan
horizontal

• Hukum sah apabila dibuat oleh lembaga


atau otoritas yang berwenang
membentuknya dan berdasarkan norma
yang lebih tinggi (vertikal). Hukum
membentuk suatu hirarki.
• Norma hukum horizontal, penarikan
norma hukum untuk kejadian lainnya
yang dianggap serupa (analogi).
5
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Perbedaan norma hukum dan norma –
norma lainnya

• Norma hukum bersifat heteronom, datang


dari luar diri kita sendiri.
• Norma hukum dapat dilekati dengan sanksi
pidana ataupun sanksi pemaksa secara fisik,
sedangkan norma lain tidak.
• Dalam norma hukum sanksi pidana atau
sanksi pemaksa dilaksanakan oleh aparat
negara.

6
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Norma hukum umum dan norma
hukum individual
• Melihat suatu norma hukum dari segi alamat
yang dituju.
• Norma hukum umum ditujukan untuk orang
banyak dan tidak tertentu: “Barangsiapa…”
atau “Setiap orang..” atau Setiap warga
negara…”
• Norma hukum individual ditujukan pada
seseorang, beberapa orang, atau banyak
orang yang telah tertentu, nama dan
atributnya.
7
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Norma hukum abstrak dan norma
hukum konkret
• Norma hukum dilihat dari hal yang diatur atau
perbuatannya.
• Norma hukum abstrak, melihat perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam
arti tidak konkret, misalnya: mencuri,
membunuh, menipu.
• Norma hukum konkret, melihat perbuatan
seseorang secara lebih nyata, misalnya:
“mencuri komputer merk Toshiba yang
ditaruh di atas meja di dalam kamar nomor
2130”.
8
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Kombinasi norma hukum

• Norma hukum umum – abstrak


– Setiap orang dilarang membajak piranti lunak
• Norma hukum umum – konkret
– Setiap orang dilarang mencuri kartu kredit miliki Bill Bates.
• Norma hukum individual – abstrak
– Bill Bates yang bertempat tinggal di Puri Sineas, Jalan Sinetron
Nomor 007, Jakarta Utara dilarang mencuri.
• Norma hukum individual – konkret
– Bill Bates yang bertempat tinggal di Puri Sineas, Jalan Sinetron
Nomor 007, Jakarta Utara diberi ijin membuka warung Internet di
atas lahan tanah yang terletak di Jalan Artis nomor 10, Ciledug
Tangerang.

9
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Einmahlig dan Dauerhaftig

• Norma hukum dilihat dari segi daya berlaku.


• Einmahlig, berlaku hanya satu kali, bersifat
menetapkan. Contoh: penetapan bagi
seseorang sebagai jaksa.
• Dauerhaftig, berlaku terus menerus sampai
dicabut atau diganti dengan peraturan yang
baru. Contoh: peraturan perundang –
undangan.

10
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Peraturan Perundang-undangan

• Norma hukum yang termasuk dalam


peraturan perundang-undangan adalah
norma hukum yang bersifat umum-
abstrak dan berlaku terus menerus.
• Penetapan merupakan norma hukum
yang bersifat individual konkret dan
einmahlig.

11
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Norma hukum tunggal dan norma
hukum berpasangan
• Dilihat dari wujudnya.
• Norma hukum tunggal, berdiri sendiri dan tidak diikuti norma
hukum lainnya, berisi suatu suruhan (das Solen) mengenai
bagaimana harus bertindak. Contoh: Presiden memberi grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi (Pasal 14 UUD 1945).
• Norma hukum berpasangan terdiri dari primer dan sekunder.
Primer berisi aturan/patokan bagaimana manusia harus
berperilaku di dalam masyarakat. Sekunder berisi tata cara
penanggulangan apabila primer tidak dipenuhi.
• Sekunder memberikan pedoman bagi penegak hukum untuk
bertindak apabila primer tidak dipenuhi. Sekunder mengandung
sanksi. Contoh: "Barangsiapa menghilangkan nyawa orang lain
dihukum penjara setinggi – tingginya 25 tahun.”

12
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Kausalität versus Zurechnung

• Norma hukum primer dan sekunder


bukan hubungan sebab – akibat
(kausalität).
• Merupakan hubungan pertanggung –
jawaban perbuatan (Zuhrechnung)

13
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Validity dan Efficacy

• Suatu norma berlaku apabila memiliki


daya laku karena mempunyai
keabsahan (validity/geltung), sesuai
yang dipersyaratkan.
• Suatu norma hendaknya memiliki daya
guna (efficacy) secara efektif, apakah
norma diatati atau tidak.

14
11/19/2008 Cyber Law Drafting
PROSES PEMBENTUKAN
UNDANG - UNDANG

15
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Tahapan Pembentukan UU

• Proses pembentukan Undang – undang


terdiri atas tiga tahap:
– Proses penyiapan rancangan undang – undang,
merupakan proses penyusunan dan perancangan
di lingkungan Pemerintah atau DPR;
– Proses mendapatkan persetujuan, merupakan
pembahasan di DPR;
– Proses pengesahan (oleh Presiden) dan
pengundangan (oleh Menteri Sekretaris Negara
atas perintah Presiden).
16
11/19/2008 Cyber Law Drafting
BENTUK LUAR PERATURAN
PERUNDANG – UNDANGAN

17
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Bentuk Luar Sesuai Fungsi

• Bentuk luar peraturan perundang – undangan agar memenuhi


fungsinya sebagai pengenal, dibagi atas:
– Penamaan
• Uraian singkat tentang isi, didahului dengan penyebutan jenis,
nomor, tahun pembentukan, dan judul.
– Pembukaan
• Terdiri atas, konsideran, dasar hukum pembentukannya, dan
judul peraturan perundang – undangan tersebut.
– Batang tubuh, dan
• Memuat rumusan yang merupakan materi muatan peraturan
perundang – undangan tersebut.
– Penutup
• Berisi rumusan perintah pengundangan, pengesahan,
penandatanganan dari pejabat berwenang, dan penyebutan
Lembaran Negara.
18
11/19/2008 Cyber Law Drafting
BAGIAN ESENSIAL PERATURAN
PERUNDANG - UNDANGAN

19
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Penamaan

• Selalu ditulis dalam huruf besar, bagi


rancangan peraturan perundangan –
undangan nomor dan tahun pembentukannya
tidak dituliskan
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
• RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR …TAHUN… TENTANG
TINDAK PIDANA TEKNOLOGI INFORMASI

20
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Pembukaan

• Terdiri atas:
– Lembaga yang membentuk;
– Konsiderans “Menimbang”;
• Memuat pokok pikiran yang merupakan konstatasi fakta
– Dasar hukum “Mengingat”;
• Landasan yuridis bagi pembentukan peraturan
perundang – undangan tersebut
– Memutuskan;
– Menetapkan;
– Judul dari peraturan perundang – undangan.

21
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Batang Tubuh

• Dirumuskan dalam pasal – pasal, dikelompokkan


dalam BAB-BAB. Suatu pasal dapat dibagi dalam
ayat-ayat, satu ayat hanya mengatur satu hal yang
dirumuskan dalam satu kalimat.
• Disusun sebagai berikut:
– Ketentuan Umum,
– Ketentuan materi yang diatur,
– Ketentuan Pidana, (tidak mutlak, tergantung
keperluan)
– Ketentuan Peralihan,
– Ketentuan Penutup.
22
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Ketentuan Peralihan

• Bersifat transito, mengatur mengenai


penyesuaian keadaan sekarang dan
yang baru, secara garis besar meliputi
ketentuan tentang:
– penerapan sejak masa berlaku;
– pelaksanaan secara berangsur;
– penyimpangan untuk sementara waktu
– aturan khusus.
23
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Ketentuan Penutup

• Penunjukan organ atau alat perlengkapan


yang diikut-sertakan dalam melaksanakan
peraturan perundang – undangan,
• Bersifat menjalankan (execute) dan mengatur
(legislate) kewenangan untuk membuat
peraturan pelaksanaan
• Ketentuan tentang pemberian nama singkat
(citeer titel)
• Ketentuan tentang saat mulai berlaku

24
11/19/2008 Cyber Law Drafting
PENGUNDANGAN DAN DAYA
IKAT

25
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Daya Ikat

• Peraturan perundang-undangan baru dapat


berlaku mengikat umum apabila telah
diundangkan dalam Lembaran Negara atau
diumumkan dalam Berita Negara.
• Setiap orang dianggap mengetahui undang –
undang, ketidak-tahuan seseorang terhadap
undang – undang tidak memaafkannya.

26
11/19/2008 Cyber Law Drafting
BAHASA INDONESIA DALAM
PERUNDANG – UNDANGAN

27
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Kaidah Bahasa Indonesia

• Penulisan perundang – undangan tetap harus tunduk


kepada kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.
• Tidak boleh:
o mengandung makna ganda;
o kabur;
o terlalu luas maknanya;
• Perhatikan:
– Ketidak-tepatan kata dan ungkapan;
– Ketidak – tepatan kepentingan;
– Kalimat yang berlebihan, bertele – tele, kacau;
– Ketiadaan tanda baca untuk kalimat panjang.
28
11/19/2008 Cyber Law Drafting
AZAS – AZAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-
UDANGAN YANG PATUT

29
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Azas – azas Formal
(Hamid S Atamimi)
• Tujuan yang jelas;
• Perlunya pengaturan;
• Organ/lembaga yang tepat;
• Materi muatan yang tepat;
• Dapat dilaksanakan; dan
• Dapat dikenali.

30
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Azas – azas Material

• Azas Sesuai dengan:


– Citra Hukum Indonesia dan Norma
Fundamental Negara;
– Hukum Dasar Negara;
– Prinsip-prinsip Negara Berdasar Atas
Hukum;
– Prinsip-prinsip Pemerintahan Berdasar
Sistem Konstitusi.

31
11/19/2008 Cyber Law Drafting
Terima Kasih
maswig@asia.net.id

32
11/19/2008 Cyber Law Drafting

Anda mungkin juga menyukai