Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 1988201065
BAB 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Ada dua faktor yang memepengaruhi belajar, yaitu :
1.Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang berada dalam diri individu yang sedang
belajar.
• Faktor Sekolah Antara lain : metode mengajar, kurikulum, relasi antara guru dan siswa, relasi
antarsiswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
• Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)Kecenderungan belajar siswa karena adanya
dorongan untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam
meningkatakan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setingg-tingginya.
Motivasi Belajar Biggs dan Telfer menyatakan bahwa ada empat golongan motivasi belajar
siswa, antara lain :
a. Motivasi instrumental Siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau
menghindari hukuman.Motivasi yang tinggi tersebut dapat ditemukan dalam sifat dan perilaku
siswa, antara lain: Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
Keller menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Model ARCS ini merupakan empat
kategori kondisi yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya
menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa.
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
Metode Sosiodrama
Metode pembelajaran yang meberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan
memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.
Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas
kepada siswa.
Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain :
• Tujuan pembelajaran
• Tingkat kematangan anak didik
• Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran
Bekal pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menunjang profesinya secara
kognitif menurut Muhibbinsyah, meliputi dua hal :
• Ilmu Pengetahuan Kependidikan Yang dikategorikan ilmu pengetahuan kependidikan
antara lain : ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, meode pendidikan, metode pembelajaran,
teknik evaluasi, dan lain-lain.
Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan? Oleh karena itu,
beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar.
Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan
luar sekolahyang dapat dijadikan penguat. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru
mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil.
Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran Bagan 2 melukiskan hal-hal berikut : (1) Belajar
merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitifsiswa” dengan “stimulus dari
lingkungan”.
Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanmotorik,
sikap, dan siasat kognitif.Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa.
Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yangdominan dan siswa hanya menghafalkan
pelajaran.Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan.Prinsip
pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut :
(1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar.
(2) Belajar yang berkmana dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses
belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja samadengan melakukan pengubahan diri
terus-menerus
(3) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam proses belajar
(4) Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswamengevaluasi dirinya
sendiri.
Belajar mengalami dapat member peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri.
Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secaraterstruktur
(2) Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
Pola hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, perilaku belajar dalam rangka emansipasi
diri siswadilukiskan dalam Bagan 3 berikut
Bagan 3 melukiskan pola hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, dan hal ikhwalyang
terjadi pada siswa dalam rangka kemandirian.
Dari bagan 3 dan 4 dapat diketahui bahwa belajar merupakan proses internal siswadan
pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar.
BAB 3
Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Bentuk motivasi
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalamrangka mengarahkan belajar anak
didik di kelas, sebagai berikut(Sardiman, 2009: 92-95): a. Memberi Angka Angka yang
dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai darihasil aktivitas belajar anak didik.
Angka atau nilai yang baikmempunyai potensi yang besar untuk memberikan
motivasikepada anak didik lainnya karena apabila anak didik mendapatangka yang baik, maka
motivasi siswa akan meningkat.
Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakanpentingnya tugas dan menerimanya
sebagai suatu tantangansehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri,adalah salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting.Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga
untukmencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.Penyelesaian tugas dengan baik
adalah simbol kebanggaan danharga diri. Bagi anak didik yang menyadari betapa
besarnyasebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitasbelajarnya guna mendapatkan
prestasi belajar yang melebihiprestasi belajar yang diketahui sebelumnya.
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasansebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada obyek tertent berdasarkan suatu criteria tertentu ( Nana Sudjana,
1990:3 ).Dengan berdasarkan batasan-batasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu ( tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, obyek dan lainya ) berdasarkan criteria
tertentumelalui penilaian.
• Objektivitas ( objectivity ) Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan
yang sama ( yang dimiliki oleh siswa satu dengan yang lain ) memperoleh hasil yang sama dalam
mengerjakan tes.
Yang dimaksud dengan hasil dari kegiatan evaluasi untuk diagnostic dan perkembangan
adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluais hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan
kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya berdasarkan pendiagnosisan inilah
guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penyusunan instrument evaluasi Prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penilaian
tes adalah sebagai berikut : Menentukan bentuk tes yang akan disusun, yakni kegiata yang
dilaksanakan evaluator untuk memilih dan menentukan bentuk tes yang akan disusun dan
dignakan sesuai kebutuhan.
Tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih
salah satu alternative yang benar dari sejumlah alternative yang tersedia. Bentuk tes objektif
terdiri dari :
• Tes benar-salah
• Tes pilihan ganda
• Tes menjodohkan
• Tes melengkapi
Tes subjektif/esai merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau perintah yang
emerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata yang relative panjang.
Jelasah bagi kita bahwa penggunaan hasil evaluasi ergantung pada tujuan yang yang telah
dirumuskan pada langkah-langkah sebelumnya, Namun demikian, secara umum dapat kita dapat
memadai bahawa penggunaan hasil evaluasi meliputi :
• untuk menentukan kenaikan kelas
• untuk mengadakan diagnogsis dan remedial bagi siswa yang membutuhkan
• untuk menentukan perlu tidaknya suatu penyajian isi pelajaran
• untuk menentukan pengelompokan dan penetapan para siswa
• untuk membangkitkan motif dan motivasi belajar siswa
• untuk membuat laporan.
BAB 5
Namun demikian, semua kegiatan tersebut harus merujuk kepada karakteristik, yaitu
keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran
yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan (Dimyati, Mudjiono 2013:115).
Pelibatan intelektual-emosional dan fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran,
bertujuan untuk membelajarkan siswa bagaimana memperoleh dan memproses pemerolehan
belajarnya mengenai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Siswa lebih banyak
mengandalkan dan menunggu guru untuk memberikan materi, dibandingkan mencari dan
menemukan sendiri informasi dan bahan-bahan belajar yang mereka butuhkan.
Apabila proses pembelajaran yang lebih didominasi guru dan meminimalkan peran
keterlibatan aktif siswa terjadi pada pendidikan dasar, termasuk Sekolah Dasar akan
mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan dasar yang dapat
dipakai sebagai batu loncatan untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi juga
mengajarkan kepada siswa konteks belajar bagaimana belajar mencari informasi, menemukan
dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Melalui CBSA, diharapkan siswa dapat
mengembangkan kapasitas belajar dan potensinya secara penuh, menyadari dan dapat
menggunakan segala sumber belajar yang ada di sekitarnya. Siswa diharapkan dapat lebih
terlatih, berpikir secara teratur, kritis, dan tanggap dalam menyelesaikan masalah sehari-hari,
serta lebih terampil dalam mencari, menggali, dan mengembangkan informasi yang bermakna
baginya.
Menurut Raka Joni (1992:19-20), sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai
karakteristik berikut :
a. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan
lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih
diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
b. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-
satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar, yang
memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan
melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
c. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa,
serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan
berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses
dalam IPA dan keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa
PAIKEM
Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
dari pada berpusat pada guru untuk mengaktifkan peserta didik.
a. Peranan aktif siswa dalam pembelajaran akan menjadi dasar dari pembentukan generasi
kreatif, yang berkemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tak hanya bermanfaat
bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
b. Hakikat belajar, Belajar adalah proses menemukan dan membangun makna/pengertian
oleh si pembelajar, terhadap informasi dan pengalaman, yang disaring melalui persepsi,
pikiran, dan perasaan sipembelajar.
c. Karakteristik lulusan yang dikehendaki, Untuk dapat bertahandan berhasil dalam hidup,
lulusan yang didinginkan adalah generasi yang peka, mandiri, dan bertanggung jawab.
Guru harus dapat menciptakan suasana yang membangkitkan siswa terlibat aktif
menemukan, mengolah, dan membangun pengetahuan atau keterampilan enjadi sebuah konsep
baru yang benar.
Pembelajaran inovatif merupakan pemelajaran yang mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk melahirkan pemikiran atau ide-ide sendiri yang biasanya dapat muncul dari situasi
pembelajaran kondusif dan bebas dari perasaan tertekan, takut atau cemas.
Pembelajaran Efektif Menurut Yusuf Hadi Miarso memandang bahwa pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada
siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat. Defenisi ini mengandung arti bahwa
pembelajaran yang efektif terdapat dalam dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa
dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya. Pembelajaran efektif
merupakan pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat belajar dengan mudah dan
menyenangkan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang kondusif yang mampu
menyenangkan peserta didik sehingga mereka memusatkan perhatian secara penuh pada belajar
dengan waktu curah perhatian yang tinggi. Pembelajaran yang menyenangkan adalah
pembelajaran yang dinikmati siswa. Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan
adalah:
a. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang,aman, menarik,
dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai
keberhasilan yang tinggi.
b. Adanya situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk berpikir jauh ke depan dan
mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari.
c. Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan
ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang antusias.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan PAIKEM Dalam pembelajaran
PAIKEM terdapat empat prinsip utama dalam proses pembelajaran
1. Proses refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah
lakukan), dan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak
untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang
dimaksud. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan diatta
dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika
membahas suatu masalah.Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang
berpokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks
kehidupan dan lingkungan ini.
BAB 7
Tehnik yang dipilih haruslah sesuai dengan pelajaran yang digunakan dan seirama
dengan pendekatan yang digunakan.Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai
pendengar. Tehnik diskusi merupakan suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah
yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya
untuk memperkuat pendapatnya.
Diskusi informal Merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok
yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang
longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Diskusi formal Merupakan
diskusi yang pada pelaksanaannya diadakan secara resmi, peserta diskusinya adalah orang-orang
yang diundang untuk menghandiri diskusi yang diselenggarakan oleh instansi terkait.
Tehnik simulasi
Tehnik simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan tingkah laku seseorang untuk
berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang dapat menghindari lebih
mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa
memegang peranaan sebagai orang lain.
Kelebihan tehnik simulasi :
æ Dapat menyenangkan siswa
æ Untuk mengembangkan kreatifitas siswa
æ Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yangsebenarnya
æ Mengurangi hal-hal yang verbalistik
æ Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa, yaitu :
æ aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yangmengundang siswa
berdiskusi;
æ berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan
æ penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakanvaliditas dan
reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
æ Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru, meskipun murid
ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar
æ Untuk bidang studi agama, tehnik ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan.