Anda di halaman 1dari 20

PEMBERIAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI YANG TIDAK EFEKTIF

( STUDI KASUS DI KEL.LAKESSI KAB. SIDRAP)

DISUSUN OLEH:

AFNIAR

10400119026

DRAFT PROPOSAL

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRA SYARAT DALAM MATA

KULIAH METODE PENELITIAN HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan draft proposal ini tepat pada

waktunya. Adapun judul dari draft proposal ini adalah “Pemberian Langsung

Tunai Yang Tidak Efektif” .

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dosen mata kuliah Metode Penelitian Hukum yang telah

memberikan tugas terhadap saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan draft proposal ini.

Saya jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik

dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan

kemampuan saya, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami

harapkan semoga draft proposal ini dapat berguna bagi saya pada khususnya

dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Sidenreng Rappang, 15 November 2021

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................2
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
A. Tinjauan Umum Tentang BLT ..................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................13
A. Jenis Penelitian ........................................................................................13
B. Lokasi Penelitian .....................................................................................13
C. Jenis / Sumber Data .................................................................................13
D. Jenis Pendekatan .....................................................................................15
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................15
F. Teknik Analisis Data ...............................................................................16
Daftar Pustaka ....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tertuang

amanat konstitusi, bahwa upaya penanggulangan kemiskinan,

merupakan perlindungan segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam rangka menangani masalah covid-19 di Indonesia,

pemerintah menggunakan berbagai program dan stimulus untuk

mengatasi masalah covid-19. Salah satu program khusus yang

dikeluarkan pemerintah dalam rangka percepatan penanggulangan

covid-19 adalah Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai

upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat dan

bantuan dalam bidang ekonomi. Pemerintah selaku pembuat keputusan

berupaya meningkatkan efektifitas penanggulangan covid-19. Lewat

bidang satgas covid-19 dan aparatur perangkat pemerintah hingga ke

desa.

1
Dalam pelaksanaanya, BLT menghadapi beberapa masalah

dalam penyalurannya. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas

dalam penulisan tugas akhir ini adalah bagaimana menganalisis

penyaluran bantuan langsung tunai di kel. Lakessi Kab. Sidrap

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi syarat bagi penerima BLT?

2. Bagaimana efektifitas penyaluran Blt di Kel.Lakessi Kab. Sidrap?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat bagi warga yang pantas

mendapatkan Blt.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyaluran Blt pada masa

covid-19 ( studi kasus di Kel. Lakessi Kab. Sidrap)

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penulis dan pembaca, bertujuan kita bisa mengetahui apa

saja syarat bagi warga yang pantas mendapatkan BLT

2. Dan tujuan penelitian ini guna memberikan wawasan dan

pengetahuan bagaimana proses penyaluran BLT yang adil dan jujur.

Dan dapat pula berguna bagi Mahasiswa Uin alauddin Fakultas

syariah dan Hukum sebagai referensi dalam melakukan penelitian

terkait BLT di kab. Sidrap.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang BLT

1. Pengertian BLT

BLT adalah singkatan dari Bantuan Langsung Tunai yang

merupakan program bantuan pemerintah dengan pemberian uang

tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat (conditional cash

transfer) maupun tak bersyarat (unconditional cash transfer) untuk

masyarakat miskin.

Adapun negara yang pertama kali memprakarsai BLT adalah

negara Brasil pada tahun 1990-an dengan nama Bolsa Escola dan

berganti nama menjadi Bolsa Familia yang diprakarsai oleh Presiden

ke-35 Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva. Setelahnya, BLT diadopsi

negara lainnya dan jumlah pemberikan BLT disesuaikan dengan

kebijakan pemerintah masing-masing. Indonesia sendiri merupakan

salah satu negara yang menyelenggarakan BLT. Adapun mekanisme

di Indonesia berupa pemberian kompensasi uang tunai, pangan,

jaminan kesehatan, dan pendidikan dengan target pada tiga tingkatan:

hampir miskin, miskin, sangat miskin

3
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) memiliki tujuan yang

jelas dan sederhana yaitu sebagai penujang konsumsi bagi rumah

tangga miskin yang menghadapi kenaikan harga yang belum pernah

terjadi sebelumnya akibat kenaikan harga BBM pada tahun 2005.

BLT diberikan dalam bentuk transfer tunai langsung dalam empat

kali cicilan lebih dari satu tahun .BLT ditargetkan untuk rumah

tangga miskin sebagai yang paling tidak beruntung adanya

pengurangan subsidi dan paling berisiko mendapatkan dampak

negatif pada konsumsi dari kenaikan harga. BLT diperkenalkan lagi

di tahun 2008 ketika krisis internasional di pasar keuangan dan harga

pangan dikombinasikan dengan pengurangan subsidi bahan bakar.

Namun dalam konteks berbeda BLT di tujukan kepada masyarakat

selama pandemi covid-19

BLT saat ini menjadi jembatan bagi masyarakat untuk

menambah pendapatannya. Menurut Pak lurah kel. Lakessi,

pemberian BLT memang belum efektif, karena dana yang diterima

itu tidak sesuai dengan banyaknya masyarakat yang harus diberikan

bantuan.

2. Syarat Menerima BLT

Syarat Mendapatkan BLT Desa :

1. Keluarga miskin atau tidak mapu yang berdomisili di desa

bersangkutan

4
2. Tidak termasuk dalam penerima Program Keluarga Harapan

(PKH), kartu sembako, Kartu Pra kerja, Bantuan Sosial

Tunai(BST) dan Bansos pemerintah lainnya

3. Punya Nomor Induk Kependudukan

4. Jika penerima bantuan adalah petani, bantuan dapat digunakan

untuk membeli pupuk

5. Rincian KPM ditetapkan dengan peraturan Kepala Desa

6. Pendataan KPM BLT Dana Desa memprtimbangkan Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan Kementrian Sosial

Ada satu hal menarik yang menjadi pembahasan warga kel.

Lakessi setelah diterbitkan Permendesa Nomor 6 Tahun 2020, oleh

Kemendesa PDTT.

Hal menarik tersebut berkaitan dengan kriteria penduduk miskin

calon penerima BLT Dana Desa yang dirasa sulit dipenuhi. Dari 14

kriteria penduduk miskin yang ditetapkan Kemensos, setidaknya

calon penerima manfaat Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa

harus memenuhi minimal 9 kriteria. Sementara, jika melihat kondisi

dilapangan, banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaan

akibat dampak pendemi Covid-19. Tentunya hal ini akan

menyulitkan bagi calon pendata, dalam hal ini Relawan Desa Lawan

COVID-19 dan juga Desa. Dan secara otomatis, pos belanja ini akan

sulit teranggarkan dan terserap dalam APBDes. Padahal, jika kita

membaca pada Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tepatnya

5
dipasal 8A ayat (3) disebutkan bahwa keluarga miskin penerima BLT

Dana Desa salah satunya ialah mereka yang kehilangan mata

pencaharian atau pekerjaan. Lebih lengkap mengenai pasal 8A ayat

(3) dalam Permendes 6 tahun 2020 " Keluarga miskin penerima BLT

Dana Desa merupakan keluarga yang kehilangan mata pencaharian

atau pekerjaan, belum terdata menerima Program Keluarga Harapan

(PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja,

serta yang mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit

menahun/kronis."

Kemudian, lebih lanjut jika kita membaca pada lampiran Permendes

6 tahun 2020, tepatnya dilampiran huruf ( Q ) yang berkaitan dengan

pencegahan dan penanganan bencana alam dan non alam. Tepatnya

dipoin (3) huruf (c) angka (1) tentang metode perhitungan penetapan

jumlah penerima manfaat BLT Dana Desa mengikuti rumus sebagai

berikut :

a. Desa penerima Dana Desa kurang dari Rp. 800.000.000

(delapan ratus juta rupiah) mengalokasikan BLT-Dana Desa

maksimal sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

Dana Desa.

b. Desa penerima Dana Desa Rp 800.000.000 (delapan ratus juta

rupiah) sampai dengan Rp 1.200.000.000 (satu miliar dua

ratus juta rupiah) mengalokasikan BLT-Dana Desa maksimal

sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Dana Desa.

6
c. Khusus desa yang jumlah keluarga miskin lebih besar dari

anggaran yang dialokasikan dapat menambah alokasi setelah

mendapat persetujuan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Jika kita melihat perhitungan rumus diatas, dengan dasar harus

memenuhi minimal 9 (sembilan) kriteria penduduk miskin yang

ditetapkan Kemensos agar dapat menerima BLT Dana Desa.

Bukan mustahil, Desa yang telah mengangarkan maksimal dari

persentase (%) perhitungan rumus diatas, akan kesulitan menyerap

anggaran tersebut. Dan ujung-ujungnya, pasti Desa akan

menganggarkan dengan persentase (%) seminimal mungkin agar tidak

terjadi SiLPA. Padahal kondisi dilapangan banyak yang kehilangan

mata pencaharian.

Selain itu, hal ini juga akan menjadi tekanan bagi Desa. Karena

masyarakat tahu dan mendengar, bahwa ada pos anggaran untuk BLT

yang atur oleh Pemerintah.Jika hal dibiarkan, bukan tidak mungkin akan

terjadi pergolakan yang luar biasa di Desa.

Nah, untuk mengantisipasi hal tersebut. Pemerintah Desa

lakessi telah mensosialisasikan Permendesa ini kepada masyarakat

melalui media sosial, dan menjelaskan duduk permasalahan yang diatur

dalam peraturan ini. Serta, Pemerintah Desa subuk juga akan mengajak

masyarakat yang kehilangan mata pencaharian tersebut untuk ikut

7
bekerja dalam program yang dikeluarkan oleh pak lurah di desa lakessi

dengan tetap menjaga jarak aman ( physical distancing ).

Kemudian adapun syarat bagi penduduk miskin calon penerima

BLT Dana Desa, sebagaimana diatur dalam Permendesa 6 tahun 2020

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam formulir pendataan.

1. Luas lantai <8m2/orang

2. Lantai tanah/bambu/kayu murah

3. Dinding bambu/rumbia/kayu murah/tembok tanpa plester

4. Buang Air Besar tanpa fasilitas/bersama orang lain

5. Penerangan tanpa listrik

6. Air minum dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan

7. Bahan bakar kayu bakar/arang/minyak tanah

8. Konsumsi daging/susu/ayam hanya 1 kali/minggu

9. Satu stel pakaian setahun

10. Makan 1-2 kali/hari

11. Tidak sanggup berobat ke puskesmas/poliklinik

12. Sumber penghasilan KK petani berlahan <500m2, buruh

tani, buruh nelayan,buruh bangunan, buruh perkebunan,

pekerjaan lain berupah < Rp 600 ribu/bulan

13. Pendidikan KK Tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD

8
14. Tidak memiliki tabungan/barang mudah dijual minimal

Rp 500 ribu

3. Efektifitas Penyaluran BLT di Kel. Lakessi Kab. Sidrap

Telah diterbitkannya Peraturan Menteri Desa Nomor 6 tahun

2020 sebagai perbaikan atas Peraturan Menteri Desa Nomor 11 tahun

2019 terkait Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2020. Peraturan ini

dikeluarkan sebagai antisipasi dan untuk menyelaraskan situasi yang

ada sekarang yaitu penyebaran wabah Covid-19. Peraturan Menteri

Desa Nomor 6 tahun 2020 mempunyai latar belakang hukum sebagai

landasan keluarnya peraturan tersebut yaitu Perpu 1/2020 mengenai

Kebijakan Keuangan untuk Penanganan dan Penyebaran Pandemi

Covid-19 di Desa. Melalui peraturan tersebut Dana Desa dapat

dimanfaatkan untuk bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin

yang ada di Desa. Oleh sebab itu, penyesuaian atas ketentuan dalam

Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 mengenai Prioritas

Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 sangat diperlukan. Terkait akan

hal itu, kepala lurah desa lakessi, mengonfirmasikan anggaran dana

yang diterima tidak sesuai dengan yang seharusnya di salurkan kepada

masyaratkat. Menurut nya banyak masyarakat yang berada dalam

lingkup RW 001/ RT 003, dimana banyak warga yang seharusnya

mendapatkan Bantuan namun tidak dapat, sedangkan yang masih

berkecukupan malah mendapatkan bantuan. Kepala Lurah lakessi

9
langsung turun tangan memberikan bantuan dari dana anggaran

kelurahan saja, karena anggaran BLT sudah tidak cukup.

RW/RT 001/003, dalam hal ini merupakan kepala keluarganya

rata-rata pedagang dimana mereka tidak lagi berjualan karena adanya

sosial distancing dan PPKM darurat yang terapkan oleh Bupati Sidrap.

Bahkan salah satu warga yang berinisial A, berhenti bersekolah

lantaran ingin mencari kerja karena tak sanggup dililit dengan

kebutuhan ekonomi. Pelaksanaan BLT Desa sejalan dengan teori

kebijakan publik terkait subsidi dimana merupakan bentuk intervensi

pemerintah dalam menanggulangi covid-19 di mana pemerintah

memberikan bantuan tunai untuk membantu kebutuhan masyarakat.

Walaupun berdasarkan penelitian hasil pelaksanaan BLT di Kel.

Lakessi masih belum efektif karena masih terdapat beberapa kendala .

Pelaksanaan BLT Desa memang tidaklah sempurna karena masih

terdapat beberapa kendala yang dihadapi di lapangan. Kendala tersebut

harus dapat dimitigasi untuk dapat dilakukan penyempurnaan

kebijakan kedepannya agar pelaksanaanya bisa lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil kuisioner, terdapat beberapa kendala dalam

pelaksanaan BLT Desa lakessi tahun 2020 yang dapat dikelompokkan

menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut:

1. Keterbatasan Anggaran

Anggaran yang dialokasikan untuk BLT Desa untuk

sebagian desa tidak mencukupi untuk keseluruhan jumlah

10
kepala keluarga atau jumlah anggaran untuk BLT Desa tidak

sebanding dengan jumlah warga yang membutuhkan dana.

Kedepannya jika terdapat program serupa harus dapat

diputuskan sebelum tahun anggaran berjalan, sehingga

anggaran APBDes belum dipergunakan untuk kegiatan yang

lain sehingga bisa memenuhi kebutuhan BLT Desa sesuai

dengan jumlah warga yang terkena dampak covid-19 .

2. Ketidaksesuaian Data

Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) merupakan

salah satu data yang sangatlah penting dalam menetapkan

penerima bantuan atau KPM. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

perbaikan data tersebut yang saat ini masih terdapat

kekurangan sehingga masih terdapat warga yang tidak masuk

dalam data tersebut padahal telah memenuhi kriteria penerima

sehingga mereka tidak mendapatkan bantuan. Keakuratan data

dapat membantu sinergi bantuan baik dari Desa, Pemerintah

Kabupaten, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat.

Ketidaksesuaian data juga dapat menyebabkan

kesenjangan di masyarakat karena masyarakat yang tidak

memperoleh BLT Desa akan sangat menunggu bantuan-

bantuan lain yang mungkin bisa diterimanya. Jika data tidak

sesuai, yang terjadi di masyarakat berdasarkan kuisioner adalah

11
banyak warga yang merasa miskin karena iri dengan warga lain

yang mendapatkan bantuan tersebut.

3. Infrastruktur Penyaluran

Infrastruktur penyaluran bantuan sangatlah penting

dalam kesuksesan pelaksanaan penyaluran bantuan termasuk

BLT Desa. Infrastruktur perbankan sangat diperlukan untuk

penyaluran bantuan secara non tunai agar penyaluran dana

bantuan tersebut dapat benar-benar diterima oleh KPM.

Evaluasi penyaluran dari program serupa terdahulu dari

bantuan yang secara langsung tanpa melalui rekening penerima

pada pelaksanaan sering terjadi pemotongan oleh pihak-pihak

yang tidak bertanggung jawab.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian hukum ini, jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian hukum empiris. Dalam penelitian hukum

empiris penelitian berfokus pada perilaku masyarakat hukum (law

action) dan penelitian hukum empiris memerlukan data primer sebagai

data utama disamping data sekunder

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kel. Lakessi Kab. Sidrap

C. Jenis / Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian hukum empiris adalah

data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data

pendukung.

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari responden dan narasumber tentang obyek

13
yang diteliti dengan cara mengumpulkan secara langsung

kepada pihak pihak yang terkait. Dalam penelitian ini data

primer yang digunakan berupa hasil wawancara langsung

kepada pejabat yang berwenang pada instansi yang terkait

yaitu ….. sebagai Kepala Desa Kel. Lakessi Kab. Sidrap

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

kepustakaan yang berujud peraturan perundang-undangan,

buku, majalah dan dokumen-dokumen yang lain yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder

dalam penelitian ini adalah :

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 tahun 2020

tentang Perubahan atas Permendesa PDDT Nomor 11

tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2020 ini

untuk mengantisipasi dan menyesuaikan perkembangan

yang ada saat ini yaitu Penyebaran Corona Virus Disease

2019 yang berimbas pada berbagai sendi kehidupan dan

pembangunan desa

14
D. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan

kasus (Case Approach). Pendekatan kasus case approach adalah salah

satu jenis pendekatan dalam penelitian hukum normatif yang peneliti

mencoba membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus

konkrit yang terjadi di lapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya

dengan kasus atau peristiwa hukum yang terjadi di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara secara langsung dengan narasumber. Narasumber

dalam penelitian ini adalah pejabat yang berwenang pada instansi

yang terkait yaitu Kepala Desa Kel. Lakessi Kab. Sidrap

b. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:329) adalah suatu

cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam

bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang

berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian

ditelaah.

15
F. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif yaitu analisi dengan menggunakan ukuran kualitatif.

Analisis dengan ukuran kualitatif adalah analisis yang digunakan

dengan memahami dan merangkai data yang dikumpulkan sistematis

sehingga diperoleh gambaran yang nyata mengenai persoalan yang

diteliti. Proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode

berpikir deduktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum

untuk menyelesaikan suatu permasalahan khusus

16
Daftar Pustaka
Buku

Marzuki, Peter.2005. Penelitian Hukum.Jakarta:Kencana

Meuthia Rosfadhila.2013.Kajian Pelaksanaan Program Bantuan

Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005

di Indonesia.Jakarta:Lembaga Penelitian Semeru

Jurnal

Ni Made Kityy Putri Suari.2020.Analisis Terhadap Potensi

Maladministrasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa Selama

Pandemi Covid-19.Fakultas Hukum:Universitas Udayana

Rohedi Mutiara Dewi Wulandari.2021.Efektifitas Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-

19.Studi Akuntasi Keuangan:Politeknik Dharma Patria Kebumen Vol.5

Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah

Mega Sustra Dewi.2011.Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai

(BLT) di Keamatan Kramatwat, Serang Banten. Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

17

Anda mungkin juga menyukai