MELITUS
Di Susun Oleh:
MK : Keperawatan Gerontik
Semester : 7
KELOMPOK : 2
Dosen Pengampu:
Andre Utama Saputra S,Kep,,Ners, M,Kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atasrahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan yang membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK DENGAN KASUS DIABETES MELITUS” dapat selesai tepat pada waktunya.
Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan laporan ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karenaketerbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnyamembangun dari para
pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya laporan yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers di
Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing
(Miharja, 2008).Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut
WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin (Budhiarta,et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan
hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS,
DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009,
5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional
DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas
sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki
prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada
penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai
prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar
93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%.
Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun
sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon
insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.Hal ini ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan
sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan
dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80
% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak
sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk
dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).
B. Tujuan .
a. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
b. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
c. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
d. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
g. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/ perlukaan pada membran basalis
dalam pemerisaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
B. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal.
Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes
mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering
merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota
keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan
itu sendiri.
a. Diabetes tipe I:
1.Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
2.Faktor-faktor imunologi.
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3.Faktor lingkungan.
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
C. Faktor Predisposisi.
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
a. Faktor demografi.
Jumlah penduduk meningkat.
Penduduk berumur > 40 tahun meningkat.
Urbanisasi.
b. Gaya hidup yang kebarat-baratan.
Pendapatan perkapita tinggi.
Hidup santai.
D. Patofisiologi.
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat
dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-
organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat
makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan
energi yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa
ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon
yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosatidak dapat
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar
glukosa di dalam darah meningkat.
F. Pemeriksaan Penunjang.
a. Glukosa darah sewaktu.
b. Kadar glukosa darah puasa.
c. Tes toleransi glukosa.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
G. Penatalaksanaan.
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet.
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan.
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
c.Pemantauan.
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara
rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d.Terapi (jika diperlukan).
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e.Pendidikan.
1. Diet yang harus dikomsumsi.
2. Latihan.
3. Penggunaan insulin.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang
paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia.
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi.
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin
dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
f. Kaki diabetic.
tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan
sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLTIUS
A. IDENTITAS UMUM.
Identitas Klien.
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Pedagang
Diagnosa Medis/masalah KDM : Diabetes Mellitus
B. KELUHAN UTAMA.
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.
Neuropati
Parestesia
Senin DS : Hiperglikemi (DM) Keletihan
23/01/17 Klien mengatakan sejak 3 bulan (00090)
13.05 yang lalu mempunyai keluhan
cepat merasa lelah saat
beraktivitas.
DO : Glukosa intrasel
Indeks KATZ Klien Tn. S
termasuk dalam kategori mandiri menurun
dalam makan, kontinensia (BAB
dan BAK), menggunakan pakaian, Proses pembentukan
mandi, pergi ke toilet dan ATP/energi terganggu
berpindah.
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 23 x/menit
Kelesuan
fisiologis
Keletihan
Senin DS: Hiperglikemi (DM) Resiko Cedera
23/01/17 - Klien mengatakan fungsi (00035)
13.10 penglihatannya sudah berkurang,
sudah tidak mampu lagi melihat
jarak jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu kaca mata
untuk membaca.
- Klien mengeluh kakinya Komplikasi
kesemutan tapi tidak mati rasa.
- Klien mengatakan jarang vaskuler
memakai alas kaki.
DO :
- Lingkungan tempat tinggal Tn. S
bersih, jalan rata namun agak licin Mikro vaskuler
karena berlumut, tidak ada sampah
berserakan, kamar tidur klien Retinopati
tampak rapi, lantai rumah dari
keramik, lantai kamar mandi agak
licin dan tidak ada pegangan Penglihatan tidak
dinding, penerangan di rumah Tn.
S cukup terang pada siang karena jelas
terdapat jendela dan ventilasi yang
dibuka setiap pagi dan pada malam Gangguan sensasi
hari lampu penerangan cukup
terang namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
- Klien mampu bergerak dengan
bebas.
- Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S memperoleh
total skor 130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.
Senin DS : Kurangnya Ketidak-efektifan
23/01/17 - Klien mengatakan masih suka manajemen kesehatan
13.10 makan gorengan dan makanan informasi tentang (00078)
bersantan dan minum yang manis. penyakit
- Klien mengatakan mengetahui
menderita penyakit DM dan
kolesterol tinggi sejak 5 tahun Kurang pengetahuan
yang lalu. Selama 5 tahun klien tentang program
tidak rutin minum obat untuk DM terapeutik
dan kolesterol, klien juga tidak
mengatur pola makannya, klien
masih mengkonsumsi banyak gula
dan makanan berminyak.
DO :
- GDS = 251 mg/dl, kolesterol =
386 mg/dl.
- Terdapat parestesia dan retinopati
diabetik.
- SPMSQ : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan intelektual
ringan.
- MMSE : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan aspek fungsi
mental ringan.
- Skala Depresi : Tn. S dapat
dikategorikan dalam kategori
kemungkinan depresi.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN.
No. Hari/Tgl/ Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan
Jam Keperawatan Hasil
1. Senin Ketidakefektifan Domain II : Domain II : Fisiologis Kompleks
23/01/17 perfusi jaringan Kesehatan Kelas : Manajemen Perfusi Jaringan
13.15 berhubungan Fisiologi Intervensi : Pencegahan Sirkulasi
dengan diabetes Kelas : Jantung (4070)
melitus (00204). Paru a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer
Outcomes : (nadi perifer) secara komprehensif.
Perfusi Jaringan b. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
Perifer (0407) parestesia pada ekstremitas.
c. Ajarkan klien cara perawatan kaki dan
Indikator :
kuku.
Pengisian kapilerd. Ajarkan senam kaki diabetik.
jari (4 - 5) e. Anjurkan klien menggunakan pelembab
Suhu kulit ujung pada kulit kaki yang kering.
kaki dan tangan Novias
(3 - 4)
Parestesia (3 - 4)
2. Senin Keletihan Domain I : Domain I : Fisiologis Dasar
23/01/17 berhubungan Fungsi Kesehatan Kelas : Manajemen Aktivitas dan
13.20 dengan kelesuan Kelas : Latihan
fisiologis Pemeliharaan Outcomes : Manajemen Energi (0180)
(00090). Energi Diskusikan dengan klien jenis dan
Outcomes : banyaknya aktivitas yang bisa
Tingkat dilakukan.
Anjurkan klien menjaga asupan nutrisi
Kelelahan (0007)b.
adekuat.
Indikator : Monitor sistem kardiorespirasi klien
Kelelahan (3 - 4) (TD, nadi, RR).
Kelesuan (3 - 4)d. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
Tingkat stres (3 - mengurangi ketegangan otot.
4) Anjurkan tidur siang.
Novias
3. Senin Resiko cedera Domain IV : Domain IV : Keamanan
23/01/17 berhubungan Pengetahuan Kelas : Manajemen Risiko
13.25 dengan gangguan tentang Outcomes : Pencegahan Jatuh (6490)
sensasi (00035). Kesehatan & a. Anjurkan keluarga klien menyediakan
Perilaku pencahayaan yang cukup terang.
Kelas : b. Anjurkan klien menggunakan alas kaki
yang aman.
Pengetahuan
c. Anjurkan klien menghindari permukaan
tentang lantai yang licin.
Kesehatan d. Ajarkan klien untuk memodifikasi gaya
Outcomes : berjalan (terutama kecepatan dan
Pengetahuan pergerakan).
Pencegahan Novias
Jatuh (1828)
Indikator :
Alas kaki yang
tepat (2 - 4)
b. Penggunaan
pencahayaan
lingkungan yang
benar (2 - 4)
Strategi untuk
menjaga
permukaan lantai
tetap aman (2 - 4)
d. Kondisi kronis
yang
meningkatkan
risiko jatuh (2 - 4)
4. Senin Ketidakefektifan Domain IV : Domain III : Perilaku
23/01/17 manajemen Pengetahuan Kelas : Pendidikan Pasien
13.25 kesehatan tentang Outcomes : Pengajaran : Proses
berhubungan Kesehatan & Penyakit (5602)
dengan kurang Perilaku Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
pengetahuan Kelas : proses penyakit.
tentang program Manajemen b. Berikan penyuluhan tentang penyakit
klien (Diabetes Mellitus).
terapeutik Kesehatan
Jelaskan tentang program terapi.
(00078). Outcomes : d. Diskusikan tentang perubahan gaya
Manajemen Diri : hidup.
Diabetes (1619) Ajarkan teknik relaksasi otot progresif.
Indikator : Novias
a. Melakukan
tindakan
pencegahan
dengan perawatan
kaki (1 - 4)
b. Menjalani aturan
pengobatan sesuai
resep (2 - 4)
Memantau
glukosa darah (3 -
5)
d. Mengikuti diet
yang
direkomendasikan
(2 - 4)
Berpartisipasi
dalam olahraga
yang
direkomendasikan
(1 – 4)
Melakukan
kebiasaan hidup
secara rutin (2 - 4)
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.
No. Tanggal Implementasi Respon TTD
DX
1. Selasa 1. Mengajarkan senam kaki S : Tn. S mengatakan sudah memahami
24/01/17 diabetik. langkah-langkah senam kaki diabetik
09.30 dan akan rutin mempraktekkan senam.
O : Tn. S mampu mempraktekkan senam
kaki diabetik.
1. Selasa 2. Mengajarkan klien cara S : Tn. S mengatakan sudah memahami
24/01/17 perawatan kaki dan kuku. cara merawat kaki dan kuku, dan akan
10.00 mempraktekkannya.
O : Tn. S mampu menyebutkan kembali
cara merawat kaki dan kuku.
A. Kesimpulan.
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibatkekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor imunologi, faktor
lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering menjadi penyebab diabetes mellitus.
Patofisiologi diabetes mellitus terjadi saat makanan ketika akan dimetabolisme
harus dipecah menjadi partikel-partikel yang dapat diserap tubuh. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke
dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Bila insulin tidak ada maka
glukosa tidakdapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
B. Saran.
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes melitus pada lansia
kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit yang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahan fungsi
fisiologis maupun psikologisnya untuk mengantisipasi komplikasi maupun kegawat
daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul
pada lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media
Aesculaius
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC