Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PRINSIP PERDAGANGAN DAN PERNIAGAAN


DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Syukron, M.E.I

Oleh :
1. David Apriyansyah (4121007)
2. Aulia Rahma Diniya Putri (4121012)
3. Kamilatul Aqilah (4121033)
4. Ardia Puspita Dewi (4121039)

KELAS A
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM (IAIN) PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Prinsip Perdagangan dan
Perniagaan dalam Sistem Ekonomi Islam ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ahmad Syukron,
M.E.I pada prodi Ekonomi Syariah mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Prinsip Perdagangan dan
Perniagaan dalam Sistem Ekonomi Islam bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Syukron, M.E.I selaku dosen
mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 29 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................................5
A. Prinsip Perdagangan ....................................................................................................................5
B. Perdagangan Barter .....................................................................................................................6
C. Usaha Monopoli ...........................................................................................................................7
E. Perdagangan Internasional Dan Banting Harga...........................................................................9
F. Perdagangan dan Bunga ............................................................................................................11
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan ................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang
muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas
barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam
mengatur bagaimana seorang pedagang mengharmonisasikan aktivitas perdagangan
dengan kewajiban beribadah. Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang
dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap
sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam.
Perdagangan merupakan inti dari mekanisme pasar syariah dan memiliki
peran yang paling sentral atau terpusat. Karena hampir semua aktivitas ekonomi
berjalan dengan cara perdagangan atau jual-beli. Kegiatan perdagangan telah
dihalalkan oleh ajaran agama islam, dan mengharamkan aktivitas Riba. Bahkan dalam
menyebarkan agama Islam di negara, perdagangan atau aktivitas jual-beli itu
merupakan salah satu cara untuk melakukan hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud prinsip pedagangan?
2. Apa yang dimaksud perdagangan barter?
3. Apa yang dimaksud usaha monopoli?
4. Apa yang dimaksud usaha spekulatif?
5. Apa yang dimaksud perdagangan internasional dan banting harga?
6. Apa yang dimaksud perdagangan dan bunga?

C. Tujuan
1. Menjelaskan prinsip pedagangan
2. Menjelaskan perdagangan barter
3. Menjelaskan usaha monopoli
4. Menjelaskan usaha spekulatif
5. Menjelaskan perdagangan internasional dan banting harga
6. Menjelaskan perdagangan dan bunga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Perdagangan
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang
muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas
barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam
mengatur bagaimana seorang pedagang mengharmonisasikan aktivitas perdagangan
dengan kewajiban beribadah. 1 Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang
dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap
sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam. 2

Rasulullah SAW secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem
perdagangan yang bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur, dan adil serta tidak
merugikan kedua belah pihak. Seseorang berdagang bertujuan mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya akan tetapi dalam pandangan ekonomi Islam, bukan sekedar
mencari keuntungan melainkan keberkahan, keberkahan usaha adalah kemantapan dari
usaha tersebut dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan di ridhai oleh Allah
SWT.3 Muamalah tidak membedakan seorang muslim dengan non muslim, inilah salah
satu hal yang menunjukkan sifat universalitas ajaran Islam hal ini di mungkinkan
karena islam mengenal hal yang di istilahkan sebagai tsabit wa mustaghayyirat
(principle and variables). Jadi, variabel atau suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
seorang muslim harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam. 4

1 Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 308
2 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), hal. 15.
3 0Burhanudin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet Ke-1, hal.

202.
4 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilm,

2004), hal. 2.
B. Perdagangan Barter
Barter (muqayyadah) adalah transaksi pertukaran kepemilikan antara dua
barang yang berbeda jenis, seperti menukar beras dengan tempe. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa barter sebaiknya tidak dilakukan dengan alasan bahwa bisa jadi
salah satu pihak dirugikan karena perbedaan harga yang signifikan, yang perlu diatur
dalam jual beli barter ini adalah sistem informasi harganya dan bukan pada jenis
transaksinya. Semua pihak yang bermaksud melakukan proses barter harus diberikan
kesempatan untuk memperoleh informasi mengenai harga barang-barang yang di
pertukarkan.5

Barter (muqayyadah) juga merupakan sebagai sebuah kegiatan dagang yang


dilakukan dengan cara mempertukarkan komoditi yang satu dengan komoditi lain. Jadi
dalam barter terjadi proses jual beli namun pembayarannya tidak menggunakan uang,
melainkan menggunakan barang. Tentunya nilai barang yang dipertukarkan tidak jauh
berbeda atau sama nilainya. Jual beli seperti ini lazim dilakukan pada jaman dahulu
ketika mata uang belum berlaku. Namun saat ini ketika mata uang sudah berlaku di
seluruh dunia, bahkan sudah ada sistem transaksi elektronik, barter masih berlangsung
di beberapa tempat.6

Melakukan jual beli barter, harus memenuhi rukun yang sudah ditetapkan antara
lain :

a. Penjual (ba’i)
b. Pembeli (musytari’)
c. Barang yang dipertukarkan
d. Ijab Qabul (sighat).7

Ulama Madzhab berbeda pendapat mengenai diperbolehkannya jual beli barter,


yaitu:

1) Menurut Ulama Hanafiyah adalah jual beli barang yang ditakar atau ditimbang
serta barang yang sejenis seperti emas, perak, gandum, syair, kurma, garam dan
anggur kering. Dengan kata lain jika barang-barang yang sejenis dari barang-
barang yang telah disebut di atas seperti gandum dengan gandum ditimbang untuk

5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, hal.47.
6 https://palguno.wordpress.com/2010/03/15/barter/ diakses pada hari Sabtu, 27 November 2021 Pukul 12.56
7 Ibnu Qadamah, Al- Mughni, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 48
diperjual belikan dan terdapat tambahan dari salah satunya, itu tidak
diperbolehkan apabila hal itu terjadi maka terjadilah riba fadhl.
2) Menurut Imam Maliki beliau hanya mengkhususkannya pada makanan pokok.
Karena agar tidak terjadi penipuan di antara manusia dan dapat saling menjaga,
makanan tersebut haruslah menjdi pokok kehidupan manusia, seperti halnya
gandum, padi, jagung dan lain sebagainya.
3) Menurut pendapat masyhur dari Imam Ahmad dan Abu Hanifah
mengkhususkannya pada setiap jual beli barang sejenis dan yang ditimbangan.
4) Menurut Imam Syafi’i mengkhususkannya pada emas dan perak serta makanan
meskipun tidak ditimbang.8

C. Usaha Monopoli
Usaha monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas barang
atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum atau dapat diartikan juga sebagai situasi yang
pengadaan barang dagangannya tertentu (di pasar lokal atau nasional) sekurang-
kurangnya sepertiganya dikuasai oleh satu orang atau satu kelompok sehingga
harganya dapat dikendalikan.
Monopoli dilarang oleh pemerintah indonesia dikarenakan berdasarkan pasal 2
dan pasal 3 undang-undang nomor 5 tahun 1999 yang mana pada intinya adalah agar
adanya keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum
yaitu kesejahteraan rakyat yang mana memberikan kesempatan kepada setiap orang
untuk melakukan usaha dengan tidak dikalahkan oleh pelaku usaha besar.
Berdasarkan pasal 17 undang-undang nomor 5 tahun 1999 menyatakan
sebagai berikut :

1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaaan atas produksi atau pemasaran


barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat.
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaaan atas produksi
dan pemasaran barang dan jasa sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
apabila :
a. Jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya.

8 Ibid, hal. 266-269.


b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan jasa yang sama

c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
D. Usaha Spekulatif
Usaha Spekulatif adalah usaha memperdagangkan komoditi yang belum ada.
Pelaku bisnis melakukan spekulasi atas harga komoditi pada masa yang akan datang.
Usaha spekulatif dapat diartikan juga sebagai semua usaha atau bisnis yang hanya
mengandalkan spekulasi dan tidak menunjukan hasil pasti.
Ciri-ciri usaha spekulatif
1. Hasil yang tidak pasti
2. Memperdagangkan komoditi yang tidak ada
3. Bersifat money game (kegiatan yang memberikan iming-iming berupa
keuntungan dalam jumlah yang besar)
4. Pelaku bisnis wajib bayar dimuka
5. Didasarkan motif ingin cepat kaya
6. Mengedepankan cara-cara instant

Kelebihan Usaha spekulatif

1. Memungkinkan pebisnis untuk meraih keuntungan besar dengan sedikit


usaha dan modal
2. Kelebihan usaha spekulatif memungkinkan Banyak orang yang terjun ke
usaha ini karena memungkinkan pelaku bisnis mendapatkan keuntungan
yang besar dengan sedikit usaha,atau dapat diartikan pelaku tidak perlu
bersusah-susah seperti halnya pada usaha riil yang membutuhkan banyak
strategi dan waktu.

Kekurangan usaha spekulatif

1. Sulit ditebak sehingga sulit dilakukan bagi pebisnis yang tidak lihai atau
tidak familiar untuk berspekulasi
2. Sering kali merupakan modus untuk permainan uang (money game) yang
bertujuan jahat,hanya untuk menyedot uang para investornya.
3. Sering menyebabkan penggembungan ekonomi akibat spekulasi terhadap
barang yang diperdagangkan dalam usaha atau bisnis spekulasi.
Contoh usaha spekulatif

1. Berdagang indeks saham


Berdagang indeks saham Merupakan perdagangan yang lebih besar
memberikan hasil karena perdagangan ini merupakan perdagangan yang
menjual beberapa saham unggulan sekaligus dari berbagai sektor.
2. Berdagang komoditi
Berdagang komoditi merupakan usaha atau bisnis yang biasanya selain
spekulatif juga dapat diperdagangkan secara internasional,contohnya
komoditi rempah-rempah,kopi dan emas. Harga dari barang komoditi
biasanya cenderung tidak stabil namum berharga mahal.
3. Berdagang valuta asing
Usaha ini merupakan usaha atau bisnis yang tergantung pada nilai
tukar suatu mata uang karena usaha ini yaitu usaha yang
memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang dari negara
lainnya. 9

E. Perdagangan Internasional Dan Banting Harga


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan, antara individu dengan
pemerintah suatu negara, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain. Selain pengertian secara umum, menurut ahli yaitu Wahono Diphayana
mengemukakan pengertian perdagangan internasional.

Menurut Wahono, perdagangan internasional merupakan transaksi bisnis


antara beberapa pihak yang melibatkan lebih dari satu negara, perdagangan
internasional dapat dilakukan oleh perseorangan maupun kelompok.

Salah satu hambatan dalam perdagangan internasional adalah batas negara dan
perbedaan peraturan antar-negara. Dengan kata lain, salah
satu hambatan dalam perdagangan internasional adalah kebijakan pemerintah

9
https://www.pphbi.com/monopoli-kegiatan-yang-dilarang-di-indonesia/
suatu negara. Tujuan pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan adalah untuk
melindungi produk dalam negeri.

Tujuan Perdagangan Internasional :

1. Menaikan devisa negara

2. Pertumbuhan ekonomi

3. Mempengaruhi stabilitas harga barang ekspor

4. Eksitensi tenaga kerja

5. Memenuhi Kebutuhan di negara lain

Manfaat perdagangan internasional :

1. Peluang kerja terbuka luas

2. Membuat hubungan baik antar negara

3. Meningkatkan kemakmuran suatu negara

4. Memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan

5. Kebutuhan hidup mudah terpenuhi

Faktor penghambat perdagangan internasional :

1. Nilai tukar yang berbeda

2. Kebijakan ekonomi internasional

3. Terjadinya konflik suatu negara

4. Kegiatan ekspor dan impor yang terlalu lama

5. Kualitas SDM yang rendah

Contoh perdagangan internasional :

1. Perdagangan internasional ekspor

2. Perdagangan internasional impor

3. Perdagangan internasional barter

4. Perdagangan internasional konsumsi


Ada delapan kebijakan perdagangan internasional, di antaranya adalah sebagai
berikut.

1. Tarif, merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang diimpor.


2. Subsidi ekspor, pembayaran yang dibayarkan kepada perusahaan maupun
perorangan yang akan menjual barang ke luar negeri.
3. Pembatasan impor, pembatasan langsung yang dikenakan atas jumlah
barang yang diperbolehkan untuk diimpor.
4. Pengekangan ekspor secara sukarela, merupakan kesepakatan pengendalian
secara sukarela.
5. Persyaratan kandungan lokal, aturan mengenai bagian tertentu yang dari unit
fisik.
6. Subsidi kredit ekspor, wujudnya berupa pinjaman yang disubsidi kepada
pembeli.

Hambatan birokrasi, merupakan salah satu bentuk pembatasan yang


dilakukan oleh pemerintah untuk membatasi impor.

Banting harga (dumping) dalam Islam disebut sebagai siya’sah al-igra


merupakan aktivitas jual beli atau perdagangan yang bertujuan untuk mecari
keuntungan dengan cara menjual barang dengan tingkat harga yang lebih rendah
dari harga yang berlaku di pasaran, hal ini dilakukan agar para saingan
daganganya mengalami kebangkrutan, dengan demikian ia akan leluasa
menentukan harga di pasar.

F. Perdagangan dan Bunga


1. Perdagangan
Perdagangan merupakan aspek kehidupan yang diekolompokkan ke dalam
masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang
bersifat horizontal dalam kehidupan manusia. Pada prinsipnya perdagangan
merupakan suatu bentuk usaha yang dibolehkan menurut ajaran islam. Meskipun
demikian, sektor ini mendapat penekanan khusus dala ekonomi islam, karena
keterkaitannya secara langsung dengan sektor rill. Dalam islam ditetapkan oleh
Allah. Aktivitas perdagangan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang digariskan oleh mempunyai nilai ibadah.
Inti dari perdagangan adalah pertemuan antara penawaran dari pihak
pedagang dan permintaan dari pihak pembeli. Mekanisme pasar perdagangan
dapat dikatakan tidak memiliki masalah jika proses transaksi jual-beli dapat
berlangsung secara adil.
Perdagangan merupakan inti dari mekanisme pasar syariah dan memiliki
peran yang paling sentral atau terpusat. Karena hampir semua aktivitas ekonomi
berjalan dengan cara perdagangan atau jual-beli. Kegiatan perdagangan telah
dihalalkan oleh ajaran agama islam, dan mengharamkan aktivitas Riba. Bahkan
dalam menyebarkan agama Islam di negara, perdagangan atau aktivitas jual-beli
itu merupakan salah satu cara untuk melakukan hal tersebut.
Agar perdagangan dapat berjalan dengan adil maka penataan yang perlu
dilakukan
yaitu:
a) Peran Negara
1) Larangan tas’ir adalah larangan pemerintah dalam mematok harga, baik
harga batas maupun harga batas bawah.
2) Operasi pasar yang akan dilakukan adalah baitul mal yang bertindak sebagai
penjaga harga dipasar dengan operasi pasar
3) Tidak perlu adanya pungutan pajak. Ada 2 jenis pajak yaitu pajak langsung
dan pajak tidak langsung.
b) Peran Hakim (Qodhi) Muhtasib yaitu dengan mengontrol penjual dan pembeli
agar tidak melakukan larangan yang dilarang agama islam seperti larangan
melakukan Riba, larangan Maysir, larangan taghrir, larangan ihtikar, larangan
tadlis, dll.
Rukun Jual beli ada 3 yaitu Al-aqidaani, Al-Ma’quud alaihi atau mahallulaqdi,
dan Ash- Sighat.
1) Al-aqidaani, yaitu dua pihak yang melakukan akad. Adapun syaratnya yaitu
berakal, mumayyiz, mukhtar (tidak ada unsur paksaan)
2) Al-Ma’quud alaihi atau mahallulaqdi, yaitu barang yang akan
diperdagangkan. Syaratnya yaitu barangnya harus dalam keadaan suci, dapat
bermanfaat atau dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad, barangnya
diketahui dan barangnya sudah dipegang penjual.
3) Ash-Sighat, yaitu melakukan Ijab dan kabul. Syaratnya yaitu adanya
kesesuaian antara ijab dan kabul, penjual dan pembeli berda pada waktu dan
tempat yang sama, tidak ada pemisah antara ijab dan kabul, penjual dan
pembeli dapat mendengan ucapan dari keduanya.
Para ulama fiqh ber’ijma bahwa hukum jual beli adalah mubah (Boleh)
karen manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain. Oleh karena itu dapat diambil hikma dari kegiatan jual beli itu
sendiri yaitu dapat membantu manusia untuk memenuhi kelangsungan
hidupnya, dan manusia tidak bisa hidup tanpa adanya aktivitas saling
membantu sesamanya. Akan tetapi menurut Imam Al-Syatib bahwa hukum
jual beli dapat berubah dari mubah jika dalam situasi tertentu.
Adapun etika dalam perdagangan Islam yaitu:
1. Memiliki sifat Sidiq (Jujur)
Seorang pedagang harus memiliki sifat Jujur, karena dengan memiliki sifat
tersebut maka Allah Swt. akan melancarkan kegiatan perdagangannya, dan
melancarkan rezekinya. Arti dari sifat jujur dalam perdagangan yaitu tidak
berbohong, tidak menipu, tidak berkhianat serta tidak mengingkari janjinya.
2. Amanah (Tanggung Jawab)
Setiap pedangang harus bertanggung jawab dalam setiap urusannya. Sikap
tanggungjawab itu seperti mampu menjaga amanah dengan sebaik-baiknya.
3. Tidak melupakan akhirat.
Jual beli adalah perdagangan dunia sedangkanmelaksanakan kewajiban
syariat Islam merupakan perdagangan akhirat. Keuntungan di akhirat pasti
lebih utama dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan di dunia.
Karena kehidupan akhirat itu selamanya sedangkan kehidupan dunia hanya
sementara. Maka setiap pedagangn muslim tidak boleh terlalu sibuk dengan
urusan dunia, hidup hanya semata-mata untuk mencari untuk keuntungan
materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. 10
2. Bunga atau Riba
Kata riba dalam bahasa Inggris diartikan dengan usury, yang berarti suku
bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik. Sedangkan dalam
bahasa Arab berarti tambahan atau kelebihan meskipun sedikit, atas jumlah pokok
yang yang dipinjamkan. Pengertian riba secara teknis menurut para fuqaha adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil baik dalam utang

10 Syaifullah. (2014). Etika Jual Beli Dalam Iislam. Studio islamika, 11, 1-8
piutang maupun jual beli. Batil dalam hal ini merupakan perbuatan ketidakadilan
(zalim) atau diam menerima ketidakadilan. Pengambilan tambahan secara batil
akan menimbulkan kezaliman di antara para pelaku ekonomi. Dengan demikian
esensi pelarangan riba adalah penghapusan ketidakadilan dan penegakan keadilan
dalam perekonomian.11
Pelarangan riba (prohibition of riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik
dalam Alquran maupun Hadis yang diwahyukan secara berangsur-angsur seperti
halnya pengharaman khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba
setidaknya disebabkan empat faktor,12 yaitu:
pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan. Karena pemilik
modal secara pasti akan dapat keuntungan tanpa mempertimbangkan hasil usaha
yang dijalankan oleh peminjam. Jika peminjam dana tidak memperoleh
keuntungan atau bangkrut usahanya, dia tetap membayar kembali modal yang
dipinjamnya plus bunganya. Dalam kondisi seperti ini, peminjam sudah bangkrut
ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi dan tidak jarang penerapan bunga
bukannya membantu usaha kreditor, justru menambah persoalan baginya. Di
sinilah muncul ketidakadilannya.
Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya
ketidakseimbangan antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang
diperoleh para peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa
(para konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya
dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka
peroleh. Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari rakyat
golongan menengah ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang seimbang dari
dana yang mereka simpan di bank.
Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin
tinggi tingkat bunga maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk
berinvestasi di sektor riil. Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya
di bank karena keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku
bunga. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya

11
Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid
wa an-Nihayah al-Muqtasid (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1981), Juz 2, h. 128.
12A.M Sadeq, “Factor Pricing and Income Distribution from an islamic perspective” dalam Journal of Islamic
Economics,1989, h. 27-28.
produksi yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk).
Naiknya tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi
sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi
yang tinggi akan menyebabkan naiknya barang-barang (produk). Naiknya tingkat
harga pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi sebagai akibat
lemahnya daya beli masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Barter (muqayyadah) adalah
transaksi pertukaran kepemilikan antara dua barang yang berbeda jenis, seperti
menukar beras dengan tempe. Usaha monopoli adalah pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi atau pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Inti
dari perdagangan adalah pertemuan antara penawaran dari pihak pedagang dan
permintaan dari pihak pembeli.
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 308
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1996), hal. 15.
Burhanudin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000), Cet Ke-1, hal. 202.
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
(Yogyakarta: Graha Ilm, 2004), hal. 2.
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004,
hal.47.
https://palguno.wordpress.com/2010/03/15/barter/ diakses pada hari Sabtu, 27 November
2021 Pukul 12.56
Ibnu Qadamah, Al- Mughni, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 48
Kalsum, U. (2014). Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya
Terhadap Perekonomian Umat). Al-‘Adl, 7(2), 97-83.

Anda mungkin juga menyukai