Makalah Piei-1
Makalah Piei-1
Oleh :
1. David Apriyansyah (4121007)
2. Aulia Rahma Diniya Putri (4121012)
3. Kamilatul Aqilah (4121033)
4. Ardia Puspita Dewi (4121039)
KELAS A
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM (IAIN) PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Prinsip Perdagangan dan
Perniagaan dalam Sistem Ekonomi Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ahmad Syukron,
M.E.I pada prodi Ekonomi Syariah mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Prinsip Perdagangan dan
Perniagaan dalam Sistem Ekonomi Islam bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Syukron, M.E.I selaku dosen
mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud prinsip pedagangan?
2. Apa yang dimaksud perdagangan barter?
3. Apa yang dimaksud usaha monopoli?
4. Apa yang dimaksud usaha spekulatif?
5. Apa yang dimaksud perdagangan internasional dan banting harga?
6. Apa yang dimaksud perdagangan dan bunga?
C. Tujuan
1. Menjelaskan prinsip pedagangan
2. Menjelaskan perdagangan barter
3. Menjelaskan usaha monopoli
4. Menjelaskan usaha spekulatif
5. Menjelaskan perdagangan internasional dan banting harga
6. Menjelaskan perdagangan dan bunga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Perdagangan
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang
muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas
barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam
mengatur bagaimana seorang pedagang mengharmonisasikan aktivitas perdagangan
dengan kewajiban beribadah. 1 Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang
dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap
sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam. 2
Rasulullah SAW secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem
perdagangan yang bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur, dan adil serta tidak
merugikan kedua belah pihak. Seseorang berdagang bertujuan mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya akan tetapi dalam pandangan ekonomi Islam, bukan sekedar
mencari keuntungan melainkan keberkahan, keberkahan usaha adalah kemantapan dari
usaha tersebut dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan di ridhai oleh Allah
SWT.3 Muamalah tidak membedakan seorang muslim dengan non muslim, inilah salah
satu hal yang menunjukkan sifat universalitas ajaran Islam hal ini di mungkinkan
karena islam mengenal hal yang di istilahkan sebagai tsabit wa mustaghayyirat
(principle and variables). Jadi, variabel atau suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
seorang muslim harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam. 4
1 Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 308
2 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), hal. 15.
3 0Burhanudin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet Ke-1, hal.
202.
4 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilm,
2004), hal. 2.
B. Perdagangan Barter
Barter (muqayyadah) adalah transaksi pertukaran kepemilikan antara dua
barang yang berbeda jenis, seperti menukar beras dengan tempe. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa barter sebaiknya tidak dilakukan dengan alasan bahwa bisa jadi
salah satu pihak dirugikan karena perbedaan harga yang signifikan, yang perlu diatur
dalam jual beli barter ini adalah sistem informasi harganya dan bukan pada jenis
transaksinya. Semua pihak yang bermaksud melakukan proses barter harus diberikan
kesempatan untuk memperoleh informasi mengenai harga barang-barang yang di
pertukarkan.5
Melakukan jual beli barter, harus memenuhi rukun yang sudah ditetapkan antara
lain :
a. Penjual (ba’i)
b. Pembeli (musytari’)
c. Barang yang dipertukarkan
d. Ijab Qabul (sighat).7
1) Menurut Ulama Hanafiyah adalah jual beli barang yang ditakar atau ditimbang
serta barang yang sejenis seperti emas, perak, gandum, syair, kurma, garam dan
anggur kering. Dengan kata lain jika barang-barang yang sejenis dari barang-
barang yang telah disebut di atas seperti gandum dengan gandum ditimbang untuk
5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, hal.47.
6 https://palguno.wordpress.com/2010/03/15/barter/ diakses pada hari Sabtu, 27 November 2021 Pukul 12.56
7 Ibnu Qadamah, Al- Mughni, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 48
diperjual belikan dan terdapat tambahan dari salah satunya, itu tidak
diperbolehkan apabila hal itu terjadi maka terjadilah riba fadhl.
2) Menurut Imam Maliki beliau hanya mengkhususkannya pada makanan pokok.
Karena agar tidak terjadi penipuan di antara manusia dan dapat saling menjaga,
makanan tersebut haruslah menjdi pokok kehidupan manusia, seperti halnya
gandum, padi, jagung dan lain sebagainya.
3) Menurut pendapat masyhur dari Imam Ahmad dan Abu Hanifah
mengkhususkannya pada setiap jual beli barang sejenis dan yang ditimbangan.
4) Menurut Imam Syafi’i mengkhususkannya pada emas dan perak serta makanan
meskipun tidak ditimbang.8
C. Usaha Monopoli
Usaha monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas barang
atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum atau dapat diartikan juga sebagai situasi yang
pengadaan barang dagangannya tertentu (di pasar lokal atau nasional) sekurang-
kurangnya sepertiganya dikuasai oleh satu orang atau satu kelompok sehingga
harganya dapat dikendalikan.
Monopoli dilarang oleh pemerintah indonesia dikarenakan berdasarkan pasal 2
dan pasal 3 undang-undang nomor 5 tahun 1999 yang mana pada intinya adalah agar
adanya keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum
yaitu kesejahteraan rakyat yang mana memberikan kesempatan kepada setiap orang
untuk melakukan usaha dengan tidak dikalahkan oleh pelaku usaha besar.
Berdasarkan pasal 17 undang-undang nomor 5 tahun 1999 menyatakan
sebagai berikut :
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
D. Usaha Spekulatif
Usaha Spekulatif adalah usaha memperdagangkan komoditi yang belum ada.
Pelaku bisnis melakukan spekulasi atas harga komoditi pada masa yang akan datang.
Usaha spekulatif dapat diartikan juga sebagai semua usaha atau bisnis yang hanya
mengandalkan spekulasi dan tidak menunjukan hasil pasti.
Ciri-ciri usaha spekulatif
1. Hasil yang tidak pasti
2. Memperdagangkan komoditi yang tidak ada
3. Bersifat money game (kegiatan yang memberikan iming-iming berupa
keuntungan dalam jumlah yang besar)
4. Pelaku bisnis wajib bayar dimuka
5. Didasarkan motif ingin cepat kaya
6. Mengedepankan cara-cara instant
1. Sulit ditebak sehingga sulit dilakukan bagi pebisnis yang tidak lihai atau
tidak familiar untuk berspekulasi
2. Sering kali merupakan modus untuk permainan uang (money game) yang
bertujuan jahat,hanya untuk menyedot uang para investornya.
3. Sering menyebabkan penggembungan ekonomi akibat spekulasi terhadap
barang yang diperdagangkan dalam usaha atau bisnis spekulasi.
Contoh usaha spekulatif
Salah satu hambatan dalam perdagangan internasional adalah batas negara dan
perbedaan peraturan antar-negara. Dengan kata lain, salah
satu hambatan dalam perdagangan internasional adalah kebijakan pemerintah
9
https://www.pphbi.com/monopoli-kegiatan-yang-dilarang-di-indonesia/
suatu negara. Tujuan pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan adalah untuk
melindungi produk dalam negeri.
2. Pertumbuhan ekonomi
10 Syaifullah. (2014). Etika Jual Beli Dalam Iislam. Studio islamika, 11, 1-8
piutang maupun jual beli. Batil dalam hal ini merupakan perbuatan ketidakadilan
(zalim) atau diam menerima ketidakadilan. Pengambilan tambahan secara batil
akan menimbulkan kezaliman di antara para pelaku ekonomi. Dengan demikian
esensi pelarangan riba adalah penghapusan ketidakadilan dan penegakan keadilan
dalam perekonomian.11
Pelarangan riba (prohibition of riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik
dalam Alquran maupun Hadis yang diwahyukan secara berangsur-angsur seperti
halnya pengharaman khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba
setidaknya disebabkan empat faktor,12 yaitu:
pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan. Karena pemilik
modal secara pasti akan dapat keuntungan tanpa mempertimbangkan hasil usaha
yang dijalankan oleh peminjam. Jika peminjam dana tidak memperoleh
keuntungan atau bangkrut usahanya, dia tetap membayar kembali modal yang
dipinjamnya plus bunganya. Dalam kondisi seperti ini, peminjam sudah bangkrut
ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi dan tidak jarang penerapan bunga
bukannya membantu usaha kreditor, justru menambah persoalan baginya. Di
sinilah muncul ketidakadilannya.
Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya
ketidakseimbangan antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang
diperoleh para peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa
(para konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya
dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka
peroleh. Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari rakyat
golongan menengah ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang seimbang dari
dana yang mereka simpan di bank.
Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin
tinggi tingkat bunga maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk
berinvestasi di sektor riil. Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya
di bank karena keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku
bunga. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya
11
Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid
wa an-Nihayah al-Muqtasid (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1981), Juz 2, h. 128.
12A.M Sadeq, “Factor Pricing and Income Distribution from an islamic perspective” dalam Journal of Islamic
Economics,1989, h. 27-28.
produksi yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk).
Naiknya tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi
sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi
yang tinggi akan menyebabkan naiknya barang-barang (produk). Naiknya tingkat
harga pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi sebagai akibat
lemahnya daya beli masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam
melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan
harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Barter (muqayyadah) adalah
transaksi pertukaran kepemilikan antara dua barang yang berbeda jenis, seperti
menukar beras dengan tempe. Usaha monopoli adalah pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi atau pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Inti
dari perdagangan adalah pertemuan antara penawaran dari pihak pedagang dan
permintaan dari pihak pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 308
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1996), hal. 15.
Burhanudin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000), Cet Ke-1, hal. 202.
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
(Yogyakarta: Graha Ilm, 2004), hal. 2.
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004,
hal.47.
https://palguno.wordpress.com/2010/03/15/barter/ diakses pada hari Sabtu, 27 November
2021 Pukul 12.56
Ibnu Qadamah, Al- Mughni, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 48
Kalsum, U. (2014). Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya
Terhadap Perekonomian Umat). Al-‘Adl, 7(2), 97-83.