Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu Dr. Lisna Anisa. F S.Kep., Ners, M Kes. ALFO

Oleh:
Fanny Fauziyyah Sabila
2001920

PRIODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
A. Definisi Emfisema

Emfisema paru adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi
klinis berupa melebarnya saluran udara bagain distal bronkhiolus terminal yang disertai
dengan kerusakan dinding alveoli. Emfisema adalah penyakit paru menahun yang paling
umum dan sering diklasifikasikan dengan bronkitis menahun karena kejadian simultan dari
dua kondisi. (Arif Muttaqin, 2008). Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan
berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru yaitu :

1. Emfisema Panlobulor (Panacinar). Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules


respiratorius. Bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami pembesaran serta
kerusakan secara merata mengenai bagian ainus yang sentral maupun yang perifer.
Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua komponen asinus sedikit demi
sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan yang biasanya
berupa pembuluh- pembuluh darah.

2. Emfisema Sentrilobulor. Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus


respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung
dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding- dinding mengalami integritas.
Mula- mula duktus alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan.
Sering menyerang bagian atas paru dan penyebarannya tidak merata keseluruhan paru.
Emfisema tamak berkaitan dengan banyak cedera yang terjadi jangka panjang. Prevalensi
dan beratnya paling besar pada individu lansia. Jaringan elastin dan serat dari alveoli dan
jalan napas dirusak. Alveoli membesar, dan banyak dindingnya dihancurkan. Perusakan
alveolar menimbulkan pembentukan ruang udara yang lebih besar daripada normal, yang
sangat menurunkan permukaan difusi alveolar. Bila proses mulai, proses ini berjalan lambat
dan tidak konsisten.

B. Patofisiologi

Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan alveolus-alveolus


yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian
atau seluruh paru. Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruks
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari
dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya. Dalam keadaan demikian
terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus Pada Emfisema
obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas.
Hal ini diperkirakan oleh mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri
terdapat tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacat sehingga
mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan.
Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar akibat
pembuluh darah yang menyimpang. Mekanisme katup penghentian: Pengisian udara
berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu
bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih
penimbunan udara di alveolus menjadi bertambahsukar dari pemasukannya di sebelah
distal dari paru. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama disebabkan
elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara
tekanan yang menarik jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-
otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas
paru. Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-). Sebagian besar partikel
bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan
yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya
dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napas.
Sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara
mengenap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga menghambat
aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang. Sehingga iritasi pada sel
epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini
ditambah dengan gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus
berlangsung maka terjadi erosi epital serta pembentukanjaringan parut. Selain itu terjadi
pula metaplasi squamosa dan pembentukan lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis
dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus
yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli.

C. Etiologi
Beberapa yg menyebabkan emfisema paru yaitu :

Merokok
Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Terdapat hubungan yang erat antara merokok
dan penurunan volume ekspirasi paksa (FEV) (Nowak, 200)

Keturunan.
Belum diketahui jelas apakah factor keturunan beeperan atau tidak pada emfisema kecuali pada
penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik
yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu
kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi alfa 1- antitripsin adalah suatu kelainan yang
diturunkan secara autonom resesif. Orang yang sering menderita emfisema paru adalah penderita
yang memilki gen S atau Z. emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut merokok.

Infeksi.
Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun menjadi lebih
berat. Infeksi salurang pernapasan atas pada seorang penderita bronchitis kronis hamper sellau
menyebabkan infeksi paru bagian bawah, dan menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi
bronchitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan
infeksi sekunder oleh bakteri

Polusi Udara. Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Insidensi
dan angka kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara
seperti halnya asap tembakau juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag
alveolar.

Faktor Sosial Ekonomi. Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.

. Hipotesis Elastase-antielastase. Didalam paru terdapt keseimbangan antara keduanya akan


menimbulkan kerusakan pada jaringan elastik paru. Struktur paru akan berubah dan ditimbullah
emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pangkreas, sel-sel PMN, dam makrofag alveolar
(Pulmonary alveolar macrophage- PAM). Rangsangan pada bau antara lain oleh asap rokok dan
infeksi menyebabkna elastase bertambah banyak. Aktivitas system antielastase, yaitu sistem enzim
alfa 1- protease-inhibitor terutama enzim alfa 1-antitripsin menjadi menurun. Akibat yang
ditimbulkan karena tidak ada lagi keseimbnagan antara elastase dan antielastase akan menimbulkan
kerusakan jaringan elastic paru dan kemudian emfisema. (Arif Muttaqin, 2008).

4.Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinik
a. Penampilan Umum
1. kurus, warna kulit pucat, dan
flattened hemidiafragma
2. tidak ada tanda CHF kanan
dengan edema dependen pada
stadium
akhir.
b. Pemeriksaan fisik dan
laboratoriium
Pada klien emfisema paru akan
ditemukan tanda dan gejala
seperti
berikut
1. Napas pendek/cepat persisten
dengan peningkatan dipsnea
2. Pernafasan sesak
3. Bernafas seperti orang meniup
balon.
4. Infeksi system respirasi
5. Pada auskultasi terdapat
penurunan suara napas meskipun
dengan
napas dalam (aliran udara lambat )
6. Produksi sputum dan batuk
jarang
7. Hematokrit < 60%
8. Ekstansi meningkat dan traktil
fremitus biasanya menurun
9. Rentan terhadap reaksi
inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan
sekresi
10. Perkusi ditemukan hipersonor
11. Anoreksia, penurunan berat
badan, kelemahan
12. Vena jugularis mengalami
distensi saat ekspirasi
13. Pembesaran jantung jarang
terjadi kecuali pada keadaan
yang
sangat parah. Kor pulmonal
timbul pada stadium akhir.
14. Biasanya memiliki riwayat
merokok atau tinggal didaerah
yang
udaranya tercemar.
Manifestasi Klinik
a. Penampilan Umum
1. kurus, warna kulit pucat, dan
flattened hemidiafragma
2. tidak ada tanda CHF kanan
dengan edema dependen pada
stadium
akhir.
b. Pemeriksaan fisik dan
laboratoriium
Pada klien emfisema paru akan
ditemukan tanda dan gejala
seperti
berikut
1. Napas pendek/cepat persisten
dengan peningkatan dipsnea
2. Pernafasan sesak
3. Bernafas seperti orang meniup
balon.
4. Infeksi system respirasi
5. Pada auskultasi terdapat
penurunan suara napas meskipun
dengan
napas dalam (aliran udara lambat )
6. Produksi sputum dan batuk
jarang
7. Hematokrit < 60%
8. Ekstansi meningkat dan traktil
fremitus biasanya menurun
9. Rentan terhadap reaksi
inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan
sekresi
10. Perkusi ditemukan hipersonor
11. Anoreksia, penurunan berat
badan, kelemahan
12. Vena jugularis mengalami
distensi saat ekspirasi
13. Pembesaran jantung jarang
terjadi kecuali pada keadaan
yang
sangat parah. Kor pulmonal
timbul pada stadium akhir.
14. Biasanya memiliki riwayat
merokok atau tinggal didaerah
yang
udaranya tercemar.
6. Penatalaksanaan Medis

Ppengobatan emfiesma ditunjukan untuk menghilangkan gejala dan mencegah pemburukan


keadaan emfiesma tidak dapat disembuhkan
Pengobatan menmcakup:

1. mendorong pasien agar berhenti merokok


2. mengatur posisi dan pola nafs untuk megurangi jumlah udara yg terperangkap
3. memberi pengajaran mengenai teknik relaksi dan cara menyimpen energi.
4. Dukungan pisikologis
5. Pemeliharaan kondisi limgkumgan yang sesuai untuk memudahkan bernafas
6. Banyak pasien enfiesma akhirnya akan memerlukan terapi oksigen agar dapat
menjalankan tugas sehari-hari

7.Konsep Hospitalis

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
1. Anamnesis

Dispnea adalah keluhan utama emfisema dan mempunyai serangan (onset) yang
membahayakan. Klien biasaya mempunyai riwayat merokok, batuk kronis yang lama, mengi
serta napas pendek dan cepat (takipnea). Gejala-gejala diperburuk oleh infeksi pernapasan.
Parawat perlu mengkaji obat-obat yang biasa diminum klien, memeriksa kembali setiap jenis
obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan emfisema untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk produktif, berat badan menurun.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Keluhan batuk timbul paling
awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Tanyakan selama keluhan
batuk muncul, apakah ada keluhan lain. Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan
klien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawat perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat dibedakan
sesuai tingkat klasifikasi sesak. Pengkajian ringkas dengan menggunakan PQRST dapat
lebih memudahkan perawat dalam melengkapi pengkajian.

1. Provoking Incident : Apakah ada pristiwa yg menjadi fakstor sesak napas ?


2. Quality of Pain : apa sesak napas yg dirasakan atau yg digambarkan klien
3. Region : dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan ?
4. Severty (scale) Of Pain : seberapa jauh sesak yg dirasakan klien
5. Time : berapa lama rasa myeri berlangsung , kapan, apakah bertambah buruk pda
malam hari atau siang hari

c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita bronkhitis atauinfeksi pada saluran pernapasan atas,
keluhan batuk lama pada masa kecil, dan penyakit lainnya yang memperberat emfisema.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Secara patologi emfisema diturunkan, dan perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam rumah.

Pemeriksaan Fisik Fokus

b. Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan
serta penggunaan otot bantu napas. Pada inspeksi, klien biasanya tampak mempunyai
bentuk dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap), penipisan massa otot, dan
pernapsan dengan bibir dirapatkan. Pernapsan abnormal tidak efektif dan penggunaan otot-
otot bantu napas (Sternokleidomastoideus).

Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari
seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai
demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernapasan.

c. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

d. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragama
menurun.

e. Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat beratnya
obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang
rendah (hiposemia) dan kadar karbon dioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada
tahap lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan
(dispnea eksersional). Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkonstraksi saat
ekspirasi dan bronkhiolus tidak dikosongkan secara efektif dari seksresi yang
dihasilkannya. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan
sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, kien mengalami mengi yang berkepanjangan saat
ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat badan dan kelemahan merupakan hal yang
umum terjadi. Vena jugularis mungkin mengalami distenis selama ekspirasi.

3. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Aktivitas/Istirahat Gejala:
1) Keletihan, kelelahan, malaise
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas
3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan

Tanda:

1) Keletihan, gelisah, insomnia


2) Kelemahan umum/kehilangan massa otot

b. Sirkulasi Gejala:
embengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda:
1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia,
distensi vena leher
2) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
3) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada)
4) Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu- abu/sianosis
5) Pucat dapat menunjukkan anemia

c. Makanan/Cairan
Gejala:
1) Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
2) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan
3) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronkitis)
Tanda:
1) Turgor kulit buruk, edema depende
2) Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan
(emfisema)
3) Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis)
d. Hygiene
Gejala:
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari
Tanda:
Kebersihan, buruk, bau badan

e. Pernafasan Gejala
1) Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas
(asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma)
2) “Lapar udara” kronis
3) Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)
4) Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun
dapat terjadi produktif (emfisema)
5) Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan
dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau u
debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)
6) Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin (emfisema)
7) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus

Tanda:
1) Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu pernapasan
2) Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan diafragma minimal
3) Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,
lembut atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru.
4) Perkusi: hiperesonan pada area paru 5) Warna: pucat dengan sianosis bibir dan
dasar kuku.

f. Keamanan
Gejala:
1) Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan
2) Adanya/berulangnya infeksi 3) Kemerahan/berkeringat (asma)
g. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido
h. Interaksi sosial
Gejala:
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak mampuan
membaik/penyakit lama
Tanda:
1) Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan
2) Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu i.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala:
Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan
merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya
bronkhokonstriksi, akumulasi secret jalan napas, dan menurunnya kemampuan batuk
efektif.
2. Risiko tinggi infeksi pernapaan yang berhubungan dengan akumulasi secret jalan
napas dan menurunnya kemampuan batuk efektif.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan,
hipoksemia secara reversible/menetap

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
. keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah 1. Auskultasi bagian 1. Mengetahui penurunan
bersihan jalan dilakukan dada anterior dan atau ketiadaan ventilasi
napas yang tindakan posterio dan
berhubungan keperawatan 2. Kaji/pantau adanya suara napas
dengan adanya selama 3x24 frekuensi tambahan
bronkhokonstrik si, jam maka pernafasan, catat 2. Takipnea ada pada
akumulasi secret pasien rasio inspirasi mengi beberapa
jalan napas, dan menunjukkanpe (emfisema) derajat dan dapat
menurunnya mbersihan jalan 3. Ajarkan cara batuk ditemukan pada
kemampuan batuk napas yang efektif penerimaan/ selama
efektif. efektif. Dengan 4. Ajarkan klien stress/ adanya proses infeksi akut.
kriteria hasil: teknik nafas dalam Pernafasan dapat melambat dan
5. Atur posisi pasien ferkuensi ekspirasi
1. Pasien dapat batuk misalnya bagaian memanjang dibanding inspiras
efektif kepala tempat tidur 3. batuk yang terkontrol&
2. Mengeluarkan secret ditinggikan 45 o efektif dapat
secara efektif kecuali ada mudahkan pengeluaran
3. Mempunyai jalan kontraindikasi sekret yang melekat
napas yang paten di jalan napas
4. Pada pemeriksaan 4. . Ventilasi maksimal
auskultasi, memiliki membukalumen
suara napas yang jernih jalan napas&me-
5. Mempunyai irama mudahkan pengeluaran
dan frekuensi sekret napas.
pernapasan dalam 5. Untuk pengembangan
rentang normal maksimal rongga
6. Mempunyai fungsi dada. Peninggian kepala
paru dalam batas tempat tidur memper-
normal mudah
fungsi pernafasan
2 Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1. Awasi suhu 1. Demam dapat terjadi
pernapaan yang tindakan keperawatan 2. Kaji karena
berhubungan selama 3x24 jam maka pentingnya infeksi/dehidrasi.
dengan akumulasi ganguan pernapasan latihan 2. Aktifitasi ini
secret jalan napas berkurang. Dengan nafas, batuk meningkatkan
dan menurunnya kriteria hasil: a. efektif, mobilitas dan
kemampuan batuk Menyatakan perubahan pengeluaran secret
efektif. pemahaman posisi sering, untuk menurunkan
penyebab / faktor dan masukan resiko terjadi infeksi
resiko individu. b. cairan paru.
Mengidentifik asi adekuat 3. Cegah penyebaran
intervens untuk 3. Tunjukan patogen melalui
mencegah/m dan bantu cairan.
enurunkan resiko pasien 4. Menurunkan
infeksi. c. Menunjukkan tentang konsumsi
teknik, perubahan pola pembuangan keseimbangan
hidup untuk meningkat- tisu dan oksigen dan
kan lingkungan yang sputum memperbaiki
aman. 4. Dorong pertahanan pasien
keseimba- terhadap
ngan antara infeski,meningkatkan
aktifitas dan penyembuhan.
istirahat 6. Dilakukan untuk
5. Dapatkan mengidentifikasikan
spesimen organisme penyebab
dengan dan kerentanan
batuk/pengh terhadap berbagai
i sapan anti mikroba.
untuk
pewarnaan
kuman gram
kultur /
sensitivitas
3 Gangguan Setelah 1. Untuk mencegah adanya
pertukaran gas dilakukan 1. Tingkatk asidosis dan alkalosis
yang berhubungan tindakan an respiratori maupun
dengan keperawatan keseimb metabolisme.
peningkatan kerja selama 3x24 anga n 2. Agar pasien mendapatkan
pernapasan, jam maka asam- napas secara adekuat.
hipoksemia secara ganguan basa dan 3. Agar dapat lebih mudah
reversible/meneta pernapasan cegah mengambil tindakan yang
p berkurang. komplika tepat untuk pasien.
Dengan kriteria si akibat 4. Alat bantu pernapasan
hasil: 1. ketidaks untuk memperlancar
Frekuensi eimb pernapasannya.
pernapasan 16- angan 5. Pasien dapat
20x/menit 2. asam- memperlancar
Irama basa pernapasannya.
pernapasan 2. Fasilitasi 6. Perawat mengetahui reaksi
normal. 3. Tidak kepaten pasien setelah diberikan
ada Dispnea an jalan bantuan alat buatan
saat istirahat napas pernapasan.
3. Analisis 7. Agar pasien dapat
secara meningkatkan pola
kritis pernapasan.
data
laborato
rium
pasien
untuk
memban
tu
pengam
bilan
keputusa
n
4. Gunakan
alat
buatan
untuk
memban
tu pasien
bernapas

DAFTAR PUSTAKA
 Tetley TD. Macrophages and the pathogenesis of COPD. Chest. 2002; 121(5): 156-59.
6. American Thoracic Society/ European Respiratory Society Statement : standards for the diagnosis
and management of individuals with alpha-1 antitrypsin deficiency. Am J Respir Crit Care Med.
2003; 168(7): 818-900.
7. Pahal P, Sharma S. Emphysema. Diunduh dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482217/
. Medscape. Emphysema. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/298283-overview
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK. 2003. Diunduh dari :
https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf
6. American Thoracic Society/ European Respiratory Society Statement : standards for the diagnosis
and management of individuals with alpha-1 antitrypsin deficiency. Am J Respir Crit Care Med.
2003; 168(7): 818-900.  Medscape. Emphysema. Diunduh dari:
https://emedicine.medscape.com/article/298283-overview
2. Vogelmeier CF, Criner GJ, Martinez FJ, et al. Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Medical Communications Resources; 2017.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK. 2003. Diunduh dari :
https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf
4. Rega PP. Phosgene Toxicity. Medscape Drugs & Diseases. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/832454-overview

Manifestasi Klinik
a. Penampilan Umum
1. kurus, warna kulit pucat, dan
flattened hemidiafragma
2. tidak ada tanda CHF kanan
dengan edema dependen pada
stadium
akhir.
b. Pemeriksaan fisik dan
laboratoriium
Pada klien emfisema paru akan
ditemukan tanda dan gejala
seperti
berikut
1. Napas pendek/cepat persisten
dengan peningkatan dipsnea
2. Pernafasan sesak
3. Bernafas seperti orang meniup
balon.
4. Infeksi system respirasi
5. Pada auskultasi terdapat
penurunan suara napas meskipun
dengan
napas dalam (aliran udara lambat )
6. Produksi sputum dan batuk
jarang
7. Hematokrit < 60%
8. Ekstansi meningkat dan traktil
fremitus biasanya menurun
9. Rentan terhadap reaksi
inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan
sekresi
10. Perkusi ditemukan hipersonor
11. Anoreksia, penurunan berat
badan, kelemahan
12. Vena jugularis mengalami
distensi saat ekspirasi
13. Pembesaran jantung jarang
terjadi kecuali pada keadaan
yang
sangat parah. Kor pulmonal
timbul pada stadium akhir.
14. Biasanya memiliki riwayat
merokok atau tinggal didaerah
yang
udaranya tercema

Anda mungkin juga menyukai