NIM : 041390472
UPBJJ UT : Kendari
1. Opini audit adalah bentuk output dari proses audit laporan keuangan. Namin, auditor
berhak untuk tidak menyatakan pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan yang
diaudit. Kapankah auditor dapat menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan?
Jawab :
Dalam Agoes ( 2004 ), KAP memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri dari
lembaran opini dan laporan keuangan. Lembaran opini merupakan tanggungjawab
akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggungjawab
manajemen laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang antara lain
berisi; bagian umum, kebijakan akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba
rugi, informasi tambahan berupa lampiran tentang perincian pos-pos penting seperti
perincian piutang, aktiva tetap, hutang, beban umum dan administrasi serta beban
penjualan.
2. Bukti audit dapat dikatakan tepat, jika memenuhi dua indikator yaitu relevansi dan
reliabilitas. Jelaskan apa yang dimaksud relevansi dan reliabilitas dalam kaitannya
dengan ukuran ketepatan bukti audit!
Jawab :
Bukti dikatakan tepat apabila memenuhi karakteristik relevansi dan reliabilitas. Bukti
yang di anggap sangat tepat akan sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Ketepatan bukti hanya terkait dengan
prosedur audit yang dipilih dan penetapan waktu, serta tidak dapat diperbaiki dengan
menambah ukuran sampel. Ketepatan hanya dapat diciptakan melalui pemilihan
prosedur audit yang lebih relevan dan dapat diandalkan.
Sehubungan dengan relevansi bukti, bukti audit dikatakan tepat jika berkaitan dengan
tujuan audit yang akan diuji oleh auditor. Sebagai contoh, prosedur audit yang relevan
untuk mengidentifikasi pengiriman atau penjualan barang adalah yang belum ditagih
adalah dengan menelusuri laporan pengiriman barang ke faktur penjualan, bukan
sebaliknya. Menelusuri faktur penjualan ke laporan pengiriman barang merupakan
prosedur audit yang relevan untuk menguji tujuan audit khusus: apakah transaksi
penjualan yang dicatat adalah benar – benar untuk pengiriman barang yang dilakukan
kepada pelanggan nonfiktif. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit
khusus, karena bukti audit mungkin relevan untuk tujuan audit yang satu tetapi tidak
relevan untuk tujuan audit yang lainnya.
Sehubungan dengan reliabilitas bukti, bukti audit dikatakan tepat jika dapat diandalkan,
dapat dipercaya, atau layak dipercaya. Sama seperti relevansi, bukti dianggap dapat
diandalkan jika bukti tersebut sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh, prosedur audit yang
dapat diandalkan untuk menguji eksistensi saldo kas kecil dan saldo persediaan barang
dagang pada tanggal neraca adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu masing
– masing cash opname dan stock opname. Contoh lainnya, hasil konfirmasi secara
tertulis dari bank merupakan bukti audit yang dapat diandalkan untuk menguji
keberadaan saldo kas di bank.
3. Salah satu prosedur audit yang dapat dilakukan oleh auditor untuk memperoleh bukti
audit adalah inspeksi. Jelaskan:
a. Apakah yang dimaksud dengan inspeksi?
b. Untuk mendapatkan bukti audit atas transaksi apakah prosedur inspeksi cocok
dilakukan? Jelaskan alasannya!
Jawab :
Pemerikasaan fisik adalah cara langsung untuk memferifikasi apakah suatu aset
benar-benar ada dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu telah dicatat.
Pemerikasaan fisik dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling
dapat diandalkan dan berguna. Pada umumnya pemeriksaan fisik adalah cara
yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi aset tersebut. Dalam
beberapa kasus, hal itu juga merupakan metode yang berguna untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas aset. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukan
merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aset yang ada
memang dimiliki oleh klien , dan dalam banyak kasus, auditor tidak memiliki
kualifikasi untuk menilai faktor-faktor kualitatif seperti keuasangan atau
otentisitas aset. Selain itu, penilaian yang tepat untuk tujuan laporan keuangan
biasanya juga tidak dapat ditentukan oleh pemeriksaan fisik.
2) Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan respons tertulis dari pihak ketiga yang independen
yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.
Responsnya bisa dalam bentuk kertas atau elektronik atau media lainnya,
seperti akses langsung auditor ke informasi yang dimiliki pihak ketiga.
Permintaan ini ditujukan kepada klien, dank lien meminta pihak ketiga untuk
meresponsnya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi berasal dari
sumber pihak ketiga dan bukan dari klien, jenis bukti ini sangat dipercaya dan
merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Namun, konfirmasi relatif mahal
dan dapat menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang
diminta untuk menyediakan konfirmasi tersebut. Karena itu, konfirmasi tidak
digunakan dalam setiap contoh meskipun bukti ini dapat digunakan.
Walaupun konfirmasi tidak diwajibkan untuk setiap akun selain piutang usaha,
jenis bukti audit ini sangat berguna dalam memverifikasi berbagai jenis
informasi.
Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus
dikendalikan oleh auditor sejak konfirmasi tersebut disiapkan hingga
dikembalikan. Jika klien yang mengendalikan penyiapan informasi,
mengirimkannya, atau menerima respons, auditor telah kehilangan kendali dan
independensinya, sehingga mengurangi reabilitas bukti itu. Auditor sering kali
berupaya memvalidasi identitas responden konfirmasi, terutama untuk respons
via faksimili atau konfirmasi elektronik.
3) Inspeksi
Adalah pemerikasaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji dalam laporan
keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan
klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang
terorganisasi, yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media
lain. Karena setiap transaksi dalam organisasi klien biasanya didukung paling
tidak oleh selembar dokumen, jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.
Dokumentasi telah digunakan secara luas sebagai bukti audit karena jenis bukti
ini biasanya tersedia dengan biaya yang relatif rendah.
4) Prosedur Analitis
Terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hubungan yang
masuk akal antara data keuangan dan nonkeuagan. Sebagai contoh, auditor
dapat membandingkan presentase marjin kotor tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya. Prosedur analitis telah digunakan secara luas dalam praktik, dan
dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian pada semua audit.
5) Wawancara dengan Klien
Adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis dari
klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor. Walaupun banyak
bukti yang dapat diperoleh dari klien melalui tanya-jawab ini, bukti itu biasanya
tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan karena bukan dari sumber
yang independen dan mungkin mendukung pihak klien.
Karena itu, apabila auditor memperoleh bukti melalui tanya-jawab, biasanya
auditor juga perlu memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya. Bukti
pendukung adalah bukti tambahan untuk mendukung bukti awal atau asli.
6) Rekalkulasi
Melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien.
Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan
perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan
persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi
beban penyusutan dan beban dibayar di muka. Sebagian besar rekalkulasi
auditor dilakukan oleh perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.
7) Pelaksanaan Ulang
Adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau
pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan pengendalian internal klien. Jika rekalkulasi melibatkan
pengecekan ulang atas suatu perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan
pengecekan atas prosedur lain.
8) Observasi
Observasi terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang
dilaksanakan oleh pihak lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk
memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau mengamati para individu
yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan apakah orang yang
diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Observasi
memberikan bukti tentang pelaksanaan proses atau prosedur tetapi terbatas pada
poin-poin ketika observasi dilakukan. Observasi kurang dapat diandalkan karena
risiko personil klien akan mengubah perilakuknya akibat kehadiran auditor.
Karena itu, perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan
jenis bukti pendukung lainnya. Namun demikian, observasi berguna dalam
pelaksanaan sebagian besar audit.