Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR DAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DI SD

Mata Kuliah: Bimbingan Penyuluhan di SD

Dosen Pengampu: Dra. Sudilah Mangkuwiata, M.Pd

Disusun oleh:

1. Rofiatul Azizah (2005116067)


2. Armila Puspita Ria (2005116070)
3. Nur Mahmudah (2005116071)
4. Muhammad Febrian Pramudita (2005116072)
5. Maya Machdalena (2005116089)

PGSD C 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
A. Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling di SD
Bimbingan pada umumnya di pahami sebagai upaya memberi
arahan panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai yang
bersifat menuntun ke arah yang baik.
A. Pendapat Ahli
Menurut Mortensen dan Schmuller (1964:3) mengartikan
bimbingan sebagai bagian integral dari program pendidikan yang
diupayakan oleh staf yang kompeten bertujuan memberikan bantuan
kepada undividu untuk daoat mengembangkan kesanggupannya dan
kemampuannya secara penuh di dalam tatanan kehidupan masyarakat
demokratis.
Menurut Traxle dan North (1968:11) mengartikan bimbingan
sebagai proses yang memungkinkan individu untuk dapat
mengembangkan kapasitasnya secara penuh sehingga pada akhirnya dia
dapat membantu dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun secara
sosial.
B. Pendapat Kelompok
Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa bimbingan konseling
sekolah dasar, yaitu proses membantu individu siswa untuk dapat
memahami diri, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masadepannya sehingga diharapkan dapat mencapai perkembangan
yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat yang
demokratis.
2. Perlunya Bimbingan Konseling di SD
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelakangi perlunya bimbingan, yakni tinjauan secara umum,
sosiokultural, dan aspek psikologis.
1. Secara umum.
latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan
pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu
mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan,
salah satunya adalah komponen bimbingan. Bila dicermati dari
sudut sosiokultural, yang melatarbelakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat, sehingga berdampak di setiap dimensi
kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan
pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9), ada lima hal
yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah,
yakni:
1. masalah perkembangan individu,
2. masalah perbedaan individual,
3. masalah kebutuhan individu,
4. masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
masalah belajar.
2. Sosiokultural
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya
bahwa individu makluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan
biologinya, tetapi juga tuntutan budaya dimana individu itu tinggal,
tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak moderenisasi
dapat filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu
diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan
budaya yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh
lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan
penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
3. Aspek Psikologis
Latar belakang psikologis dalam BK memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini
sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling
adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah
atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik
senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah
lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara
liner tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskontinuitas perkembangan.
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah
perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu
penyesesuaian diri serta masalah belajar.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD

Ada tiga fungsi bimbingan dan konseling yaitu

a. Fungsi penyaluran (distributif)


Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu
menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program
pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih
jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan
bakat, minat, cita-cita dan ciri-ciri kepribadiannya.
b. Fungsi penyesuaian (adjustif)
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa
untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai
teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu
menghadapi dan memecahkan amsalah-masalah dan kesulitan-
kesulitannya. Fungsi ini membantu siswa dalam usaha
mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi (adaptif)
Fungsi adaptasi uialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu
staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program
pengajaran data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan
serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru.
4. Peran Guru kelas dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SD
b. Informator, guru di harapkan sebagai pelaksana cara mengajar
inofatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
c. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain lain.
d. Motivator, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
g. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
h. Fasiliator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
i. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
j. Evaluator, guru mempunyai itirutas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
5. Keterkaitan antara peran orangtua dan guru dalam bidang
konseling di SD.
Peran orang tua dan guru dalam bimbingan konseling bersifat
kolaboratif (kerjasama atas dasar kesetaraan derajat). Perbedaannya
pada situasinya, dimana guru berlangsung dalam situasi formal,
sedangkan bimbingan orang tua dalam situasi informal. Namun
keduanya tertuju untuk keberhasilan yang sama yaitu “siswa SD” baik
secara individu, sebagai pelajar maupun sebagai anggota masyarakat.

B. Manfaat dan Tujuan Bimbingan dan Konseling di SD


Manfaat Bimbingan dan Konseling :
1. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa
lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut
membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
2. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan
menghilangkan tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita
dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari
cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan
itu.
3. Bimbingan dan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan
menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatakan
hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan
diri sendiri.
4. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya
bimbingan konseling.

Tujuan Bimbingan dan konseling :


Bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenali bakat
dan minat dan kemampuannya serta memilih dan menyesuaikan diri
dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang sesuai
dengan tuntutan kerja. Perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan
pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab.
Tujuan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan aspek
pribadi-sosial konseling adalah:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain,
dengansaling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif
sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa
tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya.
5. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
6. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik


(belajar) adalah :

1. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan


memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
2. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan
belajar yang diprogramkan.
3. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-
tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,
dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam
rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian.

C. Prinsip-Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling di SD


Prinsip Bimbingan dan Konseling di SD
Menurut paryitno (1998 : 27) prinsip pelaksanaan bimbingan dan
konseling berkaitan dengan :
a. Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan layanan, yaitu :
1) Bimbingan melayani semua individu (murid) tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan
dinamis.
3) Bimbingan memberikan perhatian sepenuhnya tahapan dan aspek
perkembangan individu (murid).
4) Bimbingan memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu
(murid) yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan individu
(murid), yaitu :
1) Bimbingan berkaitan dengan sesuatu yang menyangkut pengaruh
kondisi mental/sehat individu terhadap penyesuaian dirinya baik
dirumah, sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
pekerjaan, juga pengaruh sebaliknya, lingkungan terhadap mental
dan fisik individu (murid).
2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu (murid) yang kesemuanya menjadi
perhatian dalam pelayanan bimbingan dan konseling
c. Prinsip bimbingan berkaitan dengan program layanan, yaitu:
1) Bimbingan merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu (murid). Oleh karena itu, program
bimbingan harus diselaraskan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan murid
2) Program bimbingan harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu (murid), masyarakat dan kondisi lembaga
3) Program bimbingan disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan yang terendah sampai tertinggi
4) Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan perlu diadakan
penilaian yang teratur dan terendah.
d. Prinsip bimbingan yang berkaitan dengan tujuan dan pelaksanaan
layanan yaitu :
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu (murid) yang pada ahirnya mampu membimbing diri sendiri
dalam menghadapi permasalahannya.
2) Dalam proses bimbingan keputusan yang diambil dan akan
dilakukan individu (murid) hendaknya atas kemauan individu
(murid) itu sendiri, bukan karna kemauan atau desakan dari
pembimbing (guru) pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam
bidang yang relevan dengan permsalahan yang dihadapi.
4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru bidang studi, staf sekolah
dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

Asas Bimbingan dan Konseling di SD


Syamsu Yusuf dalam pendidikan formalnya. Mengemukakan
bahwa terlaksa dan keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling
sangat ditentukan oleh terwujudnya asas-asas berikut :

1. Asas kerahasiaan, asas ini menuntut kerahasiaannya segenap data


dan keterangan tentang peserta didik.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan
dan kerelaan peserta didik mengikuti / menjalani pelayanan / yang
diperlukan baginya.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta
didiknya bersifat terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik
berpartisipasi secara aktif didalam penyelengaraan kegiatan
bimbingan.
5. Asas kekinian, ialah permasalahan peserta didik (murid) dalam
kondisi sekarang.
KESIMPULAN

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa bimbingan konseling sekolah dasar, yaitu
proses membantu individu siswa untuk dapat memahami diri, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masadepannya sehingga diharapkan dapat
mencapai perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat yang demokratis. Dan peran orang tua dan guru dalam bimbingan
konseling bersifat kolaboratif (kerjasama atas dasar kesetaraan derajat).
Perbedaannya pada situasinya, dimana guru berlangsung dalam situasi formal,
sedangkan bimbingan orang tua dalam situasi informal.

Anda mungkin juga menyukai