Bipolar and Related Disorder Kel3 B
Bipolar and Related Disorder Kel3 B
Dosen Pengampu
Sukma Noor Akbar, M. Psi., Psikolog
Rahmi Fauziah, M.A, Psikolog
Jehan Safitri, M. Psi., Psikolog
Oleh
Kelompok 3
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah
mengenai ”Gangguan Bipolar dan Gangguan Terkait” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Abnormal dan Psikopatologis ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Sukma Noor Akbar, M.Psi, Psikolog, ibu Jehan Safitri, M. Psi, Psikolog dan ibu
Rahmi Fauzia, M.A, Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Abnormal dan Psikopatologis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
atau kekeliruan baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja diluar
kemampuan kami. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun
dari teman-teman maupun dosen pengampu demi terciptanya makalah yang lebih
sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II (ISI)
D. Perawatan Bipolar....................................................................................17
D. Contoh Kasus.............................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................24
Daftar Pustaka..................................................................................................25
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa kurun waktu terakhir jumlah pengidap penyakit mental,
terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya yang tersebar di seluruh dunia.
Data membuktikan bahwa Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan pengidap penyakit mental, yang menjadi salah satu penyakit
kejiwaan yang cukup menghawatirkan. Hal ini mendorong sejumlah pihak
berusaha untuk terus mencari solusi soluktif, untuk menangani dan menekan
pertumbuhan bagi para pengidap penyakit mental.
Seiring berjalanya waktu dan perubahan zaman yang terus berkembang,
para ilmuan baik dalam bidang kedokteran maupun psikologi megungkapkan
keberadaan dan munculnya salah satu penyakit mental/kejiwaan yang bernama
Bipolar Disorder. Setiap orang dapat terindikasi penyakit bipolar disorder tanpa
memandang gender dan usia, dengan berbagai macam faktor latar belakang yang
mempengaruhinya.
Sebagai salah satu penyakit kejiwaan yang baru di kalangan masyarakat,
dari hasil data penelitian di katakan bahwa sampai saat ini pengidap penyakit
mental bipolar tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Namun hal
tersebut belum termasuk yang di misdiagnosis sebagai skizofrenia, akan tetapi
gangguan penyakit bipolar saat ini telah menjangkit banyak remaja di luar negeri,
sementara di Indonesia terdapat di sejumlah daerah juga telah di laporkan
penderita berusia remaja dan dewasa. Banyaknya sejumlah penderita penyakit
bipolar mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri, juga menjadi sebuah
permasalahan yang menjadi resiko kematian.
Akibat besarnya dampak yang di sebabkan oleh penyakit bipolar disorder,
tentu menjadi sebuah ancaman dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan
keluarga maupun dalam kehidupan sosialnya. Sebagai makhluk sosial setiap
orang tentu akan melakukan aktifitas interaksi dengan orang lain yang memiliki
karakteristik yang berbeda dan beragam, baik dalam hal pemikiran, pendapat,
kemampuan, kepentingan, status sosial, budaya dan agama. Keragaman tersebut
bukan tidak mungkin akan menimbulkan konflik dan disharmoni interaksi sosial
antar individu dan antar kelompok.
Permasalahan dan dampak yang di timbulkan dari penyakit bipolar
disorder, tidak hanya sampai pada ranah sosial dan hubungan antara sesama
manusia saja, namun lebih dari pada itu. Hal ini menjadi sebuah permasalah besar
ketika penyakit bipolar disorder menimbulkan dampak hingga pada level yang
semakin mengkhawatirkan, terutama saat penyakit tersebut berhasil mengubah
sistem kejiwaan individu menjadi pribadi yang berbeda termasuk dalam tindakan
5
dan prilaku kegamaan individu tersebut. sistem kejiwaan individu menjadi pribadi
yang berbeda termasuk dalam tindakan dan prilaku kegamaan individu tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Bipolar Disorder dan gangguan terkait dan
Klasifikasinya?
2. Apa saja Kriteria Diagnostik dan Gejala Bipolar Disorder?
3. Apa saja Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
6
BAB II
ISI
7
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised
(DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan
bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang
tak dapat dispesifikasikan.
1. Bipolar tipe I
Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda yaitu episode
manik dan depresi, tipe yang ini tergolong paling parah. Penderita Bipolar tipe I
mengalami setidaknya satu episode mania yang berlangsung selama tujuh hari.
Periode manik adalah periode di mana suasana hati dan energi meningkat, disertai
dengan perilaku yang tidak normal dan mengganggu kehidupan. Episode mania
pada penderita Bipolar tipe I tergolong parah, karena disertai dengan gejala-gejala
8
psikotik. Gejala psikotik menyebabkan penderita kesulitan membedakan realitas
dan imajinasi. Kebanyakan orang yang mengidap bipolar I juga menderita tahap
depresi. Seringkali, ada pola perputaran antara mania dan depresi. Oleh karena itu,
bipolar I sering disebut sebagai depresi manik. Dalam tahap antara mania dan
depresi, banyak orang yang mengidap bipolar dapat menjalani kehidupan
sebagaimana orang normal. Risiko penyakit ini juga dapat diderita oleh siapa saja.
Selama tahap manik pada seseorang dengan penyakit bipolar, peningkatan
suasana hati dapat berbentuk sebagai euforia ataupun emosi (Anjar Saputra,
2020). Karena tingkat keparahan ini, penderita Bipolar tipe I perlu perawatan di
rumah sakit selama episode mania.
2. Bipolar tipe II
3. Siklotimia
9
4. Rapid Cycling
5. Mixed Episode
Mixed episodes dalam penyakit bipolar adalah adanya gejala suasana hati dan
perilaku yang tinggi dan rendah dalam waktu bersamaan, sebagai satu episode
tunggal. Di saat tersebut, penderita mengalami episode mania atau depresi. Pada
sebagian besar gangguan bipolar, suasana hati berubah antara meningkat atau
justru mengalami depresi (Anjar Saputra, 2020).
10
minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia.
b. F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik. Pasien saat ini
hipomanik, dan mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif
(hipomanik, manik, depresi atau campuran).
c. F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik.
Pasien saat ini manik, tanpa gejala psikotik dan memiliki sekurangnya
satu riwayat episode afektif (hipomanik, manik, depresi atau campuran).
e. F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang
Pasien saat ini depresi, dengan derajat ringan atau sedang, serta
sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik atau
campuran.
f. F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa gejala
psikotik. Pasien saat ini depresi berat tanpa gejala psikotik, dan
mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik
atau campuran.
g. F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan gejala
psikotik. Pasien saat ini depresi berat dengan gejala psikotik, dan
mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik
atau campuran.
11
h. F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran. Pasien
sekurangnya mengalami satu riwayat episode afektif hipomanik, manik,
depresi atau campuran, serta saat ini memperlihatkan gejala campuran
atau perubahan cepat gejala manik dan depresi.
Gangguan Bipolar II
Episode manik berulang NOS
k. F31.9 Gangguan afektif Bipolar YTT
Pedoman diagnostik juga menggunakan DSM-IV-TR seperti berikut ini.
12
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas yang bertujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, seksual) atau agitasi psikomoto
Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam dua minggu, dan
memperlihatkan terjadinya perubahan fungsi. Paling sedikit satu dari gejala ini
harus ada yaitu (1) mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
Catatan: tidak boleh memasukkan gejala yang jelas-jelas disebabkan oleh kondisi
medik umum atau halusinasi atau waham yang tidak serasi dengan mood.
1. Mood depresi yang terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, yang
ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau hampa), atau
yang dapat diobservasi oleh orang lain (misalnya, terlihat menangis). Catatan:
pada anak-anak atau remaja, mood bisa bersifat iritabel.
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada semua, atau
13
hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (yang diindikasikan
oleh laporan subjektif atau diobservasi oleh orang lain)
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang diit atau
peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam
satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diobservasi oleh
orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang adanya kegelisahan atau
perasaan menjadi lamban).
d. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung dari zat (misalnya
penyalahgunaan zat atau obat) atau kondisi medik umum (misalnya hipotiroid).
e. Gejala bukan disebabkan oleh berkabung, misalnya kehilangan orang yang
dicintai, gejala menetap lebih dari dua bulan, atau ditandai oleh hendaya fungsi
14
yang jelas, preokupasi dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik
atau retardasi psikomotor.
a. Memenuhi kriteria episod manik dan episod depresi mayor (kecuali untuk
durasi) hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu.
b. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata dalam fungsi
pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan atau hubungan dengan orang
lain, atau memerlukan hospitalisasi untuk mencegah melukai diri sendiri atau
orang lain, atau terdapat gambaran psikotik.
3.1 Hipomanik
a. Mood elasi, ekspansif atau iritabel, menetap, paling sedikit empat hari, mood
jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau ketika tidak sedang depresi
b. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut menetap (empat
bila mood hanya iritabel), dengan derajat berat yang cukup bermakna:
b.1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b.2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
b.3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara.
b.4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
b.5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak
relevan atau tidak penting)
b.6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan, sekolah,
seksual) atau agitasi psikomotor
15
b.7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan, hubungan
seksual yang sembrono, atau terlalu boros)
c. Episod yang terjadi berkaitan dengan perubahan yang jelas dalam fungsi yang
tidak khas bagi bagi orang tersebut ketika ia tidak ada gejala
d. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
e. Episod yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya yang jelas
dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak memerlukan perawatan, atau tidak
ada gambaran psikotik.
f. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum
(misalnya, hipertiroid).
Meski mengetahui gejala dan jenis dari gangguan bipolar, sayangnya, penyebab
kondisi ini tidak diketahui secara pasti. Para ilmuwan yang mempelajari kondisi
ini juga setuju bahwa tak ada penyebab tunggal dari gangguan bipolar. Dengan
kata lain, ada beberapa faktor yang mungkin terlibat dalam kondisi ini. Dikutip
dari National Institute of Mental Health (NIMH) beberapa faktor risiko berikut
merupakan penyebab gangguan bipolar.
2. Genetik
Selain terkait pada struktur dan fungsi otak, beberapa penelitian juga menemukan
bahwa gangguan bipolar terkait dengan genetik. Para peneliti menemukan bahwa
16
orang dengan gen tertentu lebih mungkin mengembangkan gangguan bipolar.
Meski begitu, studi tentang kembar identik dan bipolar menunjukkan hal berbeda.
Jika seseorang yang kembar mengalami gangguan bipolar, belum tentu
saudaranya mengalami hal yang sama, meski berpeluang besar. Padahal, kembar
identik berbagi semua gen yang sama.
3. Riwayat keluarga
Penelitian tentang kaitan gen dan bipolar juga menunjukkan adanya riwayat
keluarga yang bisa jadi faktor risiko. Penelitian yang dilakukan di John Hopkins
University menemukan, gangguan bipolar II terjadi paling umum pada orang
dengan riwayat keluarganya juga mengembangkan bipolar I dan II.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi ini juga terkait dengan lingkungan
dan gaya hidup. Para peneliti menemukan anak-anak dengan orang tua bipolar
sering dikelilingi oleh stres lingkungan yang signifikan. Ini mungkin terkait
perubahan suasana hati yang terjadi pada orang tua mereka. Meski tidak selalu
mengembangkan gangguan bipolar, anak-anak tersebut bisa mengembangkan
gangguan mental lain. Misalnya, ADHD, depresi berat, skizofrenia, atau
penyalahgunaan narkoba (Resa Eka Ayu Sartika, 2020).
D. Perawatan Bipolar
Setelah mendapat diagnosis yang tepat terkait gangguan bipolar, maka selanjutnya
akan dilakukan perawatan. Saat ini, jenis perawatan bipolar di dunia sangat
banyak. Beberapa perawatan melibatkan kombinasi terapi dan obat-obatan.
Dirangkum dari Medical News Today, ada beberapa perawatan yang bisa
dilakukan oleh penderita gangguan bipolar.
1. Perawatan obat
Dokter akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasi depresi dan manik atau
hipomanik. Obat-obatan tersebut biasanya diresepkan dalam jangka panjang,
17
setidaknya 6 bulan. Meski begitu, pasien perlu mengikuti setiap instruksi dokter
tentang tata cara meminum obat.
2. Rawat inap
Untuk beberapa kasus, dokter biasanya akan merekomendasikan rawat inap. Hal
ini dilakukan terutama jika ada perilaku berbahaya pada pasien, misalnya
percobaan bunuh diri, atau berkhayal terlalu jauh. Mendapatkan perawatan
psikiatri dari rumah sakit bisa membantu pasien untuk tetap tenang dan
menstabilkan suasana hati.
3. Psikoterapi
Konseling psikologis atau yang kerap disebut psikoterapi juga biasanya dilakukan
untuk mengontrol gejala gangguan bipolar. Tak hanya konseling, biasanya
psikoterapi juga mencakup pendidikan dan dukungan dari orang-orang terdekat.
Terapi ini berfokus pada individu dan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kambuhnya gejala dari gangguan bipolar. Terapi ritme interpersonal dan sosial
yang dikombinasikan denganCBT juga bisa membantu meredakan gejala depresi.
Terapi ini menggunakan anestesi dan sedikit kejutan listrik. Sebenarnya terapi ini
baru akan digunakan ketika bentuk terapi lain tidak efektif untuk perawatan.
6. Obat tidur
Orang dengan gangguan bipolar biasanya mengalami sulit tidur. Untuk itu, obat
tidur mungkin membantu meredakan gejala tersebut.
Memiliki gaya hidup sehat bisa membantu mengontrol gejala dari gangguan
bipolar. Rutinitas seperti diet sehat, tidur teratur dan cukup, serta berolahraga bisa
menjaga stabilitas suasana hati seseorang.
18
CONTOH KASUS
Landasan Teori
1. Bipolar tipe I
19
perilaku yang tidak normal dan mengganggu kehidupan. Episode mania pada
penderita Bipolar tipe I tergolong parah, karena disertai dengan gejala-gejala
psikotik. Gejala psikotik menyebabkan penderita kesulitan membedakan realitas
dan imajinasi. Kebanyakan orang yang mengidap bipolar I juga menderita tahap
depresi. Seringkali, ada pola perputaran antara mania dan depresi. Oleh karena itu,
bipolar I sering disebut sebagai depresi manik
2. Bipolar tipe II
3. Siklotimia
4. Rapid Cycling
20
5. Mixed Episode
Mixed episodes dalam penyakit bipolar adalah adanya gejala suasana hati
dan perilaku yang tinggi dan rendah dalam waktu bersamaan, sebagai satu episode
tunggal. Di saat tersebut, penderita mengalami episode mania atau depresi. Pada
sebagian besar gangguan bipolar, suasana hati berubah antara meningkat atau
justru mengalami depresi (Anjar Saputra, 2020).
21
pada dirirnya terjadi dalam waktu singkat dan tidak adanya konsistensi yang
terjadi.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan polar
berarti kutub, maka bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang
bertolak belakang (Panggabean & Rona, 2015). Bipolar adalah suatu gangguan
mood yang menyebabkan perubahan suasana hati yang secara tiba-tiba.
Pergantian atau perubahan yang terjadi antara saat depresi atau sedih bisa menjadi
berubah gembira, atau manik dengan waktu yang relatif singkat. Perubahan ini
didasari oleh suasana hati yang dirasakan oleh orang dengan bipolar atau biasa
dissebut dengan ODB dan perubahan itu bersifat menyeluruh untuk segala
aktivitas. Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder adalah Struktur dan fungsi
otak, Genetik, Riwayat keluarga, Lingkungan dan gaya hidup. Mood yang
dialami para penderita bipolar harus bisa dikendalikan dengan baik, dan terpenting
para penderita harus mendapat bantuan dari tenaga ahli agar dalam
menjalankankehidupannya penyakit bipolar yang ia derita dapat dikendalikan
serta ia bisa menerima keadaan dirinya secara utuh.
B. Saran
Berkonsultasilah dengan ahlinya, seperti seorang dokter atau psikiater
ketikamengetahui tanda dan gejala bipolar disorder, agar tidak menjadi lebih
berbahaya. terimalah diri dengan selalu berperasaan positive dan
mencarilingkungan yang nyaman jika memang dinyatakan menderita gangguan
bipolar, karena lingkungan sangat berpengaruh bagi para penderita bipolar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, R., & Uyun, Z. (2017). Studi Deskriptif Mengenai Pola Stress pada
Mahasiswa Praktikum. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2).
Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2012). Stress kerja dengan pemilihan strategi
coping. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 149-155.
Yubis C. et, al. 2017. Aplikasi Probabilitas Bayes Dalam Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Gangguan Kejiwaan Bipolar. Jurnal Teknologi Informasi
dan Multimedia. 3.6-32
Sartika A. E. R. 2020. Bipolar : Gejala, Jenis, Penyebab, Cara Diagnosis dan Cara
Perawatan. (Online). Diakses tanggal 07 Oktober 2020.
https://amp.kompas.com/health/read/2020/08/12/090300968/bipolar--
gejala-jenis-penyebab-cara-diagnosis-dan-cara-
perawatan&ved=2ahUKEwiy-
vXEwaLsAhXBR30KHd_GBGIQFjAEegQIDhAB&usg
24
https://m.liputan6.com/health/read/2089337/mengenali-gangguan-jiwa-yang-
menimpa-marshanda
Vieta, E., Salagre, E., Grande, I., Carvalho, AF, Fernandes, BS, Berk, M., ... &
Suppes, T. (2018). Intervensi dini pada gangguan bipolar. American
Journal of Psychiatry , 175 (5), 411-426.
Tsanas, A., Saunders, KEA, Bilderbeck, AC, Palmius, N., Osipov, M., Clifford,
GD, ... & De Vos, M. (2016). Pemantauan diri longitudinal harian dari
variabilitas suasana hati pada gangguan bipolar dan gangguan kepribadian
ambang. Jurnal gangguan afektif , 205 , 225-233.
25