Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL DAN PSIKOPATOLOGIS

BIPOLAR AND RELATED DISORDER

Dosen Pengampu
Sukma Noor Akbar, M. Psi., Psikolog
Rahmi Fauziah, M.A, Psikolog
Jehan Safitri, M. Psi., Psikolog

Oleh
Kelompok 3

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
DAFTAR NAMA KELOMPOK 3
NO. NAMA NIM

1. Mayang Puspita Sari 1810914220046

2. Muhammad Fajar Akbar 1810914210008

3. Suhaibatul Aslamiah 1810914220040

4. Reynaldi Awalanda Mugiono 1810914210042

5. Mei Carine 1810914220036

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah
mengenai ”Gangguan Bipolar dan Gangguan Terkait” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Abnormal dan Psikopatologis ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Sukma Noor Akbar, M.Psi, Psikolog, ibu Jehan Safitri, M. Psi, Psikolog dan ibu
Rahmi Fauzia, M.A, Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Abnormal dan Psikopatologis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
atau kekeliruan baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja diluar
kemampuan kami. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun
dari teman-teman maupun dosen pengampu demi terciptanya makalah yang lebih
sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 9 Oktober 2020

Kelompok 3

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang............................................................................................5

B. Rumusan Masalah.......................................................................................6

C. Tujuan..........................................................................................................6

D. Manfaat Penulisan Makalah......................................................................6

BAB II (ISI)

A. Klasifikasi dan Definisi Bipolar Disorder.................................................7

B. Kriteria Diagnostik dan Gejala...............................................................10

C. Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder......................................16

D. Perawatan Bipolar....................................................................................17

D. Contoh Kasus.............................................................................................19

BAB III PENUTUP\

A. Kesimpulan................................................................................................23

B. Saran..........................................................................................................24

Daftar Pustaka..................................................................................................25

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa kurun waktu terakhir jumlah pengidap penyakit mental,
terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya yang tersebar di seluruh dunia.
Data membuktikan bahwa Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan pengidap penyakit mental, yang menjadi salah satu penyakit
kejiwaan yang cukup menghawatirkan. Hal ini mendorong sejumlah pihak
berusaha untuk terus mencari solusi soluktif, untuk menangani dan menekan
pertumbuhan bagi para pengidap penyakit mental.
Seiring berjalanya waktu dan perubahan zaman yang terus berkembang,
para ilmuan baik dalam bidang kedokteran maupun psikologi megungkapkan
keberadaan dan munculnya salah satu penyakit mental/kejiwaan yang bernama
Bipolar Disorder. Setiap orang dapat terindikasi penyakit bipolar disorder tanpa
memandang gender dan usia, dengan berbagai macam faktor latar belakang yang
mempengaruhinya.
Sebagai salah satu penyakit kejiwaan yang baru di kalangan masyarakat,
dari hasil data penelitian di katakan bahwa sampai saat ini pengidap penyakit
mental bipolar tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Namun hal
tersebut belum termasuk yang di misdiagnosis sebagai skizofrenia, akan tetapi
gangguan penyakit bipolar saat ini telah menjangkit banyak remaja di luar negeri,
sementara di Indonesia terdapat di sejumlah daerah juga telah di laporkan
penderita berusia remaja dan dewasa. Banyaknya sejumlah penderita penyakit
bipolar mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri, juga menjadi sebuah
permasalahan yang menjadi resiko kematian.
Akibat besarnya dampak yang di sebabkan oleh penyakit bipolar disorder,
tentu menjadi sebuah ancaman dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan
keluarga maupun dalam kehidupan sosialnya. Sebagai makhluk sosial setiap
orang tentu akan melakukan aktifitas interaksi dengan orang lain yang memiliki
karakteristik yang berbeda dan beragam, baik dalam hal pemikiran, pendapat,
kemampuan, kepentingan, status sosial, budaya dan agama. Keragaman tersebut
bukan tidak mungkin akan menimbulkan konflik dan disharmoni interaksi sosial
antar individu dan antar kelompok.
Permasalahan dan dampak yang di timbulkan dari penyakit bipolar
disorder, tidak hanya sampai pada ranah sosial dan hubungan antara sesama
manusia saja, namun lebih dari pada itu. Hal ini menjadi sebuah permasalah besar
ketika penyakit bipolar disorder menimbulkan dampak hingga pada level yang
semakin mengkhawatirkan, terutama saat penyakit tersebut berhasil mengubah
sistem kejiwaan individu menjadi pribadi yang berbeda termasuk dalam tindakan

5
dan prilaku kegamaan individu tersebut. sistem kejiwaan individu menjadi pribadi
yang berbeda termasuk dalam tindakan dan prilaku kegamaan individu tersebut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan Bipolar Disorder dan gangguan terkait dan
Klasifikasinya?
2. Apa saja Kriteria Diagnostik dan Gejala Bipolar Disorder?
3. Apa saja Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bipolar Disorder dan


gangguan terkait dan Klasifikasinya
2. Untuk mengetahui apa saja kriteria diagnostik dan gejala bipolar disorder
3. Untuk mengetahui apa saja Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder
4. Untuk mengetahui Bagaimana perawatan pada penderita Bipolar Disorder

D. Manfaat Penulisan Makalah


Makalah Ini Bertujuan untuk Memberikan suatu ilmu tentang
Gangguan Disorder dan gangguan terkait.

6
BAB II

ISI

BIPOLAR AND RELATED DISORDER

A. Klasifikasi dan Definisi Bipolar Disorder.


Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan polar
berarti kutub, maka bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang
bertolak belakang (Panggabean & Rona, 2015). Dua kutub yang dimaksud adalah
depresi dan manik. Depresi didefinisikan sebagai kedaan emosional yang ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan rasa bersalah,
menarik diri dari orang lain, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya
dilakukan (Davison, Neal, & King, 2010). Manik didefinisikan sebagai keadaan
emosional dengan kegemberiaan yang berlebihan, mudah tersinggung, disertai
hiperaktivitas, berbicara lebih banyak dari biasanya, serta pikiran dan perhatian
yang mudah teralih (Davison dkk, 2010). Orang dengan gangguan bipolar akan
mengalami dua fase perasaan tersebut dalam hidupnya.

Bipolar adalah suatu gangguan mood yang menyebabkan perubahan


suasana hati yang secara tiba-tiba. Pergantian atau perubahan yang terjadi antara
saat depresi atau sedih bisa menjadi berubah gembira, atau manik dengan waktu
yang relatif singkat. Perubahan ini didasari oleh suasana hati yang dirasakan oleh
orang dengan bipolar atau biasa dissebut dengan ODB dan perubahan itu bersifat
menyeluruh untuk segala aktivitas. Bahkan setiap orang bisa merasakan sedih atau
gembira dalam waktu seharian penuh. Namun gangguan bipolar menyebabkan
ODB bisa merasakan sedih yang berkepanjangan tanpa ada alasan yang jelas atau
bisa merasakan bergembira berkepanjangan karena ODB sedang nyaman terhadap
hal yang ia senangi (Wiramihardja, 2015).

Dalam Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa DiIndonesia III


(1993). Gangguan afektif bipolar memiliki beberapa jenis, diantaranya:

7
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)

2. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik


(F31.1)

3. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik


(F31.2)

4. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau


sedang(F31.3)

5. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala


psikotik (F31.4)

6. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala


psikotik (F31.5)

7. Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran (F31.6)

8. Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi (F31.7)

9. Gangguan afektif bipolar lainnya (F31.8)

10. Gangguan afektif bipolar YTT (F31.9)

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised
(DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan
bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang
tak dapat dispesifikasikan.

1. Bipolar tipe I

Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda yaitu episode
manik dan depresi, tipe yang ini tergolong paling parah. Penderita Bipolar tipe I
mengalami setidaknya satu episode mania yang berlangsung selama tujuh hari.
Periode manik adalah periode di mana suasana hati dan energi meningkat, disertai
dengan perilaku yang tidak normal dan mengganggu kehidupan. Episode mania
pada penderita Bipolar tipe I tergolong parah, karena disertai dengan gejala-gejala

8
psikotik. Gejala psikotik menyebabkan penderita kesulitan membedakan realitas
dan imajinasi. Kebanyakan orang yang mengidap bipolar I juga menderita tahap
depresi. Seringkali, ada pola perputaran antara mania dan depresi. Oleh karena itu,
bipolar I sering disebut sebagai depresi manik. Dalam tahap antara mania dan
depresi, banyak orang yang mengidap bipolar dapat menjalani kehidupan
sebagaimana orang normal. Risiko penyakit ini juga dapat diderita oleh siapa saja.
Selama tahap manik pada seseorang dengan penyakit bipolar, peningkatan
suasana hati dapat berbentuk sebagai euforia ataupun emosi (Anjar Saputra,
2020). Karena tingkat keparahan ini, penderita Bipolar tipe I perlu perawatan di
rumah sakit selama episode mania.

2. Bipolar tipe II

Bipolar II serupa dengan Bipolar I, yaitu ditandai dengan adanya perputaran


antara suasana hati tinggi dan rendah. Perbedaan antara keduanya terletak pada
intensitas periode manik. Orang yang menderita Bipolar II tidak mengalami
episode manik. Seseorang yang mengidap bipolar II setidaknya pernah mengalami
satu episode hipomania dalam hidupnya. Hipomania adalah periode suasana hati
dan perilaku yang meningkat di atas perilaku normal, tetapi tidak seekstrem
periode manik (Anjar Saputra, 2020).

3. Siklotimia

Cyclothymia tergolong sebagai gangguan suasana hati ringan. Cyclothomia adalah


kondisi jangka panjang dimana suasana hati berputar antara hipomania dan
depresi, tetapi tidak bersifat melumpuhkan (membuat tidak berdaya) ataupun
bersifat suicidal. Cyclothymia dikatakan lebih ringan karena episode depresif dan
hipomaniknya tidak seintens sebagaimana pada tipe gangguan bipolar lainnya.
Pada episode antara peningkatan dan penurunan suasana hati, penderita
cyclothymia akan cenderung normal. Akan tetapi, penting untuk memberikan
bantuan kepada penderita cyclothymia karena dapat secara signifikan berdampak
terhadap kehidupan sehari-hari (Anjar Saputra, 2020).

9
4. Rapid Cycling

Melansir laman International Bipolar Foundation, Rapid Cycling adalah sebuah


siklus yang terdiri dari empat hingga lebih episode mania, hipomania, atau depresi
dalam waktu 12 bulan. Penyakit ini biasanya dialami oleh 10 persen hingga 20
persen orang yang menderita gangguan bipolar. Rapid Cycling umumnya dialami
oleh wanita. Seseorang dapat dikatakan menderita Rapid Cycling secara klinis
apabila mengalami 4 episode atau lebih dari mania dan depresi dalam setahun.
Namun, sebagian orang juga dapat mengalami beberapa perubahan perasaan
dalam satu hari. Konsistensi dari penyakit ini juga dapat bervariasi tiap waktunya.
Beberapa orang mungkin memiliki pola perubahan suasana hati yang sama tiap
tahun, sedangkan sebagian lainnya memiliki pola yang lebih acak atau tidak
menentu (Anjar Saputra, 2020).

5. Mixed Episode

Mixed episodes dalam penyakit bipolar adalah adanya gejala suasana hati dan
perilaku yang tinggi dan rendah dalam waktu bersamaan, sebagai satu episode
tunggal. Di saat tersebut, penderita mengalami episode mania atau depresi. Pada
sebagian besar gangguan bipolar, suasana hati berubah antara meningkat atau
justru mengalami depresi (Anjar Saputra, 2020).

B. Kriteria Diagnostik dan Gejala


Menurut ICD-10 dan PPDGJ III

a. F31. Gangguan Afektif Bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode


berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania) dan pada waku lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Episode berulang hanya
hipomania atau mania digolongkan sebagai gangguan bipolar. Episode
manik biasanya dimulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2

10
minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia.

Termasuk: penyakit, psikosis atau reaksi manik-depresif. Tidak termasuk


Gangguan bipolar, episode manik tunggal dan siklotimia.

b. F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik. Pasien saat ini
hipomanik, dan mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif
(hipomanik, manik, depresi atau campuran).

c. F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik.
Pasien saat ini manik, tanpa gejala psikotik dan memiliki sekurangnya
satu riwayat episode afektif (hipomanik, manik, depresi atau campuran).

d. F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala


psikotik. Pasien saat ini manik, dengan gejala psikotik dan memiliki
sekurangnya satu riwayat episode afektif (hipomanik, manik, depresi atau
campuran).

e. F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang
Pasien saat ini depresi, dengan derajat ringan atau sedang, serta
sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik atau
campuran.

f. F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa gejala
psikotik. Pasien saat ini depresi berat tanpa gejala psikotik, dan
mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik
atau campuran.

g. F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan gejala
psikotik. Pasien saat ini depresi berat dengan gejala psikotik, dan
mengalami sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik
atau campuran.

11
h. F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran. Pasien
sekurangnya mengalami satu riwayat episode afektif hipomanik, manik,
depresi atau campuran, serta saat ini memperlihatkan gejala campuran
atau perubahan cepat gejala manik dan depresi.

i. F31.7 Gangguan afektif bipolar, saat ini remisi. Pasien mengalami


sekurangnya satu riwayat episode afektif hipomanik, manik atau
campuran, serta satu episode afektif (hipomanik, manik, depresi atau
campuran) tapi saat ini tidak menderita gangguan mood yang nyata
selama beberapa bulan terakhir.Periode remisi selama terapi profilaksis
harus diberi kode.

j. F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

Gangguan Bipolar II
Episode manik berulang NOS
k. F31.9 Gangguan afektif Bipolar YTT
Pedoman diagnostik juga menggunakan DSM-IV-TR seperti berikut ini.

1. Kriteria Episode Mania berdasarkan DSM IV-TR

a. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, selama periode


tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya
bisa kurang dari satu minggu bila dirawat-inap)

b. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di


bawah ini menetap dengan derajat berat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur
tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara.
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya
berlomba
5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus

12
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas yang bertujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, seksual) atau agitasi psikomoto

7.Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang


menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang sembrono, atau terlalu
boros)

c. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episod campuran. Gangguan


mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas
dalam fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan,
hubungan dengan orang lain, atau memerlukan perawatan untuk
menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan
gambaran psikotik

d. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung


penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid).

2. Kriteria Episode Depresi Mayor Berdasarkan DSM IV-TR

2.1 Depresi Mayor

Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam dua minggu, dan
memperlihatkan terjadinya perubahan fungsi. Paling sedikit satu dari gejala ini
harus ada yaitu (1) mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
Catatan: tidak boleh memasukkan gejala yang jelas-jelas disebabkan oleh kondisi
medik umum atau halusinasi atau waham yang tidak serasi dengan mood.

1. Mood depresi yang terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, yang
ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau hampa), atau
yang dapat diobservasi oleh orang lain (misalnya, terlihat menangis). Catatan:
pada anak-anak atau remaja, mood bisa bersifat iritabel.
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada semua, atau

13
hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (yang diindikasikan
oleh laporan subjektif atau diobservasi oleh orang lain)

3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang diit atau
peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam
satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diobservasi oleh
orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang adanya kegelisahan atau
perasaan menjadi lamban).

6. Letih atau tidak bertenaga hampir setiap hari


7. Rasa tidak berharga atau berlebihan atau rasa bersalah yang tidak pantas atau
sesuai (mungkin bertaraf waham) hampir setiap hari (tidak hanya rasa bersalah
karena berada dalam keadaan sakit)
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, ragu-ragu, hampir
setiap hari (baik dilaporkan secara subjektif atau dapat diobservasi oleh orang
lain)

9. Berulangnya pikiran tentang kematian (tidak hanya takut mati), berulangnya


ide-ide bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau tindakan-tindakan bunuh diri atau
rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria untuk episod campuran.


c. Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau
terjadinya hendaya social, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

d. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung dari zat (misalnya
penyalahgunaan zat atau obat) atau kondisi medik umum (misalnya hipotiroid).
e. Gejala bukan disebabkan oleh berkabung, misalnya kehilangan orang yang
dicintai, gejala menetap lebih dari dua bulan, atau ditandai oleh hendaya fungsi

14
yang jelas, preokupasi dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik
atau retardasi psikomotor.

2.2 Episode Campuran

a. Memenuhi kriteria episod manik dan episod depresi mayor (kecuali untuk
durasi) hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu.

b. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata dalam fungsi
pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan atau hubungan dengan orang
lain, atau memerlukan hospitalisasi untuk mencegah melukai diri sendiri atau
orang lain, atau terdapat gambaran psikotik.

c. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik lansung penggunaan zat


(penyalahgunaan zat, atau obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum
(hipertiroid).

3. Kriteria Episod Hipomanik

3.1 Hipomanik

a. Mood elasi, ekspansif atau iritabel, menetap, paling sedikit empat hari, mood
jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau ketika tidak sedang depresi
b. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut menetap (empat
bila mood hanya iritabel), dengan derajat berat yang cukup bermakna:
b.1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b.2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)

b.3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara.
b.4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
b.5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak
relevan atau tidak penting)
b.6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan, sekolah,
seksual) atau agitasi psikomotor

15
b.7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan, hubungan
seksual yang sembrono, atau terlalu boros)

c. Episod yang terjadi berkaitan dengan perubahan yang jelas dalam fungsi yang
tidak khas bagi bagi orang tersebut ketika ia tidak ada gejala
d. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
e. Episod yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya yang jelas
dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak memerlukan perawatan, atau tidak
ada gambaran psikotik.
f. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum
(misalnya, hipertiroid).

C. Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder

Meski mengetahui gejala dan jenis dari gangguan bipolar, sayangnya, penyebab
kondisi ini tidak diketahui secara pasti. Para ilmuwan yang mempelajari kondisi
ini juga setuju bahwa tak ada penyebab tunggal dari gangguan bipolar. Dengan
kata lain, ada beberapa faktor yang mungkin terlibat dalam kondisi ini. Dikutip
dari National Institute of Mental Health (NIMH) beberapa faktor risiko berikut
merupakan penyebab gangguan bipolar.

1. Struktur dan fungsi otak

Beberapa penelitian menunjukkan bagaimana otak dari penderita gangguan


bipolar berbeda dengan struktur otak normal atau gangguan mental lain. Para ahli
percaya gangguan bipolar disebabkan oleh gangguan pada sirkuit otak tertentu.
Tidak hanya itu, fungsi zat kimia otak yang disebut neurotransmitter juga
berpengaruh pada kondisi ini.

2. Genetik

Selain terkait pada struktur dan fungsi otak, beberapa penelitian juga menemukan
bahwa gangguan bipolar terkait dengan genetik. Para peneliti menemukan bahwa

16
orang dengan gen tertentu lebih mungkin mengembangkan gangguan bipolar.
Meski begitu, studi tentang kembar identik dan bipolar menunjukkan hal berbeda.
Jika seseorang yang kembar mengalami gangguan bipolar, belum tentu
saudaranya mengalami hal yang sama, meski berpeluang besar. Padahal, kembar
identik berbagi semua gen yang sama.

3. Riwayat keluarga

Penelitian tentang kaitan gen dan bipolar juga menunjukkan adanya riwayat
keluarga yang bisa jadi faktor risiko. Penelitian yang dilakukan di John Hopkins
University menemukan, gangguan bipolar II terjadi paling umum pada orang
dengan riwayat keluarganya juga mengembangkan bipolar I dan II.

4. Lingkungan dan gaya hidup

Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi ini juga terkait dengan lingkungan
dan gaya hidup. Para peneliti menemukan anak-anak dengan orang tua bipolar
sering dikelilingi oleh stres lingkungan yang signifikan. Ini mungkin terkait
perubahan suasana hati yang terjadi pada orang tua mereka. Meski tidak selalu
mengembangkan gangguan bipolar, anak-anak tersebut bisa mengembangkan
gangguan mental lain. Misalnya, ADHD, depresi berat, skizofrenia, atau
penyalahgunaan narkoba (Resa Eka Ayu Sartika, 2020).

D. Perawatan Bipolar
Setelah mendapat diagnosis yang tepat terkait gangguan bipolar, maka selanjutnya
akan dilakukan perawatan. Saat ini, jenis perawatan bipolar di dunia sangat
banyak. Beberapa perawatan melibatkan kombinasi terapi dan obat-obatan.
Dirangkum dari Medical News Today, ada beberapa perawatan yang bisa
dilakukan oleh penderita gangguan bipolar.

1. Perawatan obat

Dokter akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasi depresi dan manik atau
hipomanik. Obat-obatan tersebut biasanya diresepkan dalam jangka panjang,

17
setidaknya 6 bulan. Meski begitu, pasien perlu mengikuti setiap instruksi dokter
tentang tata cara meminum obat.

2. Rawat inap

Untuk beberapa kasus, dokter biasanya akan merekomendasikan rawat inap. Hal
ini dilakukan terutama jika ada perilaku berbahaya pada pasien, misalnya
percobaan bunuh diri, atau berkhayal terlalu jauh. Mendapatkan perawatan
psikiatri dari rumah sakit bisa membantu pasien untuk tetap tenang dan
menstabilkan suasana hati.

3. Psikoterapi

Konseling psikologis atau yang kerap disebut psikoterapi juga biasanya dilakukan
untuk mengontrol gejala gangguan bipolar. Tak hanya konseling, biasanya
psikoterapi juga mencakup pendidikan dan dukungan dari orang-orang terdekat.

4. Terapi perilaku kognitif (CBT)

Terapi ini berfokus pada individu dan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kambuhnya gejala dari gangguan bipolar. Terapi ritme interpersonal dan sosial
yang dikombinasikan denganCBT juga bisa membantu meredakan gejala depresi.

5. Terapi elektroconvulsive (ECT)

Terapi ini menggunakan anestesi dan sedikit kejutan listrik. Sebenarnya terapi ini
baru akan digunakan ketika bentuk terapi lain tidak efektif untuk perawatan.

6. Obat tidur

Orang dengan gangguan bipolar biasanya mengalami sulit tidur. Untuk itu, obat
tidur mungkin membantu meredakan gejala tersebut.

7. Perubahan gaya hidup

Memiliki gaya hidup sehat bisa membantu mengontrol gejala dari gangguan
bipolar. Rutinitas seperti diet sehat, tidur teratur dan cukup, serta berolahraga bisa
menjaga stabilitas suasana hati seseorang.

18
CONTOH KASUS

Pada tahun 2014 publik Indonesia


dikejutkan dengan pengakuan seorang artis bernama
Marshanda bahwa ia mengalami mental ilness.
Namun sebelumnya ditahun 2009, Marshanda juga
membuat masyarakat Indonesia heboh dengan
tersebarnya video ia sedang menyanyi namun
dengan berkspresi secera berlebihan (seperti ;
berkata kasar dan perilakunya didalam video tersebut diluar kebiasaan yang ia
tampilkan di TV ).

Landasan Teori

Bipolar adalah suatu gangguan mood yang menyebabkan perubahan


suasana hati yang secara tiba-tiba. Pergantian atau perubahan yang terjadi antara
saat depresi atau sedih bisa menjadi berubah gembira, atau manik dengan waktu
yang relatif singkat. Perubahan ini didasari oleh suasana hati yang dirasakan oleh
orang dengan bipolar atau biasa dissebut dengan ODB dan perubahan itu bersifat
menyeluruh untuk segala aktivitas.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text


revised (DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu
gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan
bipolar yang tak dapat dispesifikasikan.

1. Bipolar tipe I

Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda yaitu


episode manik dan depresi, tipe yang ini tergolong paling parah. Periode manik
adalah periode di mana suasana hati dan energi meningkat, disertai dengan

19
perilaku yang tidak normal dan mengganggu kehidupan. Episode mania pada
penderita Bipolar tipe I tergolong parah, karena disertai dengan gejala-gejala
psikotik. Gejala psikotik menyebabkan penderita kesulitan membedakan realitas
dan imajinasi. Kebanyakan orang yang mengidap bipolar I juga menderita tahap
depresi. Seringkali, ada pola perputaran antara mania dan depresi. Oleh karena itu,
bipolar I sering disebut sebagai depresi manik

2. Bipolar tipe II

Bipolar II serupa dengan Bipolar I, yaitu ditandai dengan adanya


perputaran antara suasana hati tinggi dan rendah. Perbedaan antara keduanya
terletak pada intensitas periode manik. Orang yang menderita Bipolar II tidak
mengalami episode manik. Seseorang yang mengidap bipolar II setidaknya pernah
mengalami satu episode hipomania dalam hidupnya. Hipomania adalah periode
suasana hati dan perilaku yang meningkat di atas perilaku normal, tetapi tidak
seekstrem periode manik (Anjar Saputra, 2020).

3. Siklotimia

Cyclothymia tergolong sebagai gangguan suasana hati ringan.


Cyclothomia adalah kondisi jangka panjang dimana suasana hati berputar antara
hipomania dan depresi, tetapi tidak bersifat melumpuhkan (membuat tidak
berdaya) ataupun bersifat suicidal. Cyclothymia dikatakan lebih ringan karena
episode depresif dan hipomaniknya tidak seintens sebagaimana pada tipe
gangguan bipolar lainnya.

4. Rapid Cycling

Rapid Cycling umumnya dialami oleh wanita. Seseorang dapat dikatakan


menderita Rapid Cycling secara klinis apabila mengalami 4 episode atau lebih
dari mania dan depresi dalam setahun. Namun, sebagian orang juga dapat
mengalami beberapa perubahan perasaan dalam satu hari. Konsistensi dari
penyakit ini juga dapat bervariasi tiap waktunya. Beberapa orang mungkin
memiliki pola perubahan suasana hati yang sama tiap tahun, sedangkan sebagian
lainnya memiliki pola yang lebih acak atau tidak menentu (Anjar Saputra, 2020).

20
5. Mixed Episode

Mixed episodes dalam penyakit bipolar adalah adanya gejala suasana hati
dan perilaku yang tinggi dan rendah dalam waktu bersamaan, sebagai satu episode
tunggal. Di saat tersebut, penderita mengalami episode mania atau depresi. Pada
sebagian besar gangguan bipolar, suasana hati berubah antara meningkat atau
justru mengalami depresi (Anjar Saputra, 2020).

Kaitan Kasus Dengan Teori

Sejak beredarnya video Marshanda ditahun 2009 tersebut banyak


perubahan terjadi dalam hidupnya terutama yang berkaitan dengan dunia
keartisannya. Marshanda sendiri mengakui sebelum ia membuat video tersebut ia
telah mengalami stress, depresi, bahkan mengalami krisis kepercayaan diri
sehingga puncaknya ia memutuskan mengupload video tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian jurnal “Daily longitudinal self-monitoring of


mood variability in bipolar disorder and borderline personality
disorder”ditemukan fakta bahwa Orang yang didiagnosis dengan gangguan
bipolar menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, dan terjadi
Peningkatan suasana hati negatif. Kestabilan Mood yang dialami para pengidap
Bipolar harus bisa dikontrol agar kemungkinan terjadinya depresi bisa
diminimalisir. Dalam jurnal ini sendiri ditekankan bahwa kesadaran akan diri
sendiri terhadap kesehatan mentalnya harus tinggi yang artinya para pengidap
bipolar harus mendapatkan pendampingan oleh profesional agar bisa
mengendalikan penyakitnya. Sejalan dengan kasus Marshanda, ia merasa memliki
perubahan mood yang sangat drastis hal ini terbukti dengan berdarnya video
tersebut. Sosok yang ia tampilkan di TV sebelum beredarnya video tersebut
sangat bertolak belakang dengan sosoknya yang ada didalam video. Namun
ditahun 2011 pasca kehebohan video tersebut Marshanda kembali muncul
kehadapan Publik dengan keadaan berhijab dan kepribadian yang lebih santai.
Dari rentang tahun 2009 -2011 tersebut dapat dikatakan Marshanda masih
memiliki kestabilan emosi yang kurang baik karena perubahan drastis yang terjadi

21
pada dirirnya terjadi dalam waktu singkat dan tidak adanya konsistensi yang
terjadi.

Ditahun 2014 Marshanda mengaku di diagnosa mengalami bipolar tipe II,


sebelumnya pada tahun yang sama ia mengalami berbagai permasalahan hidup
dari ia yang berpisah dengan pasangannya dan keputusan ia melepas hijab.
Pengakuan yang ia buat tersebut semakin memperkuat bahwasannya dari tahun
2009 tersebut ia memang sudah mengalami gejala Bipolar. Sejalan dengan
penilitian pada jurnal “Early Intervention in Bipolar Disorder” yang mengungkap
bahwa setiap penderita mental ilness atau pengidap bipolar khususnya harus
mendapatkan dukungan penuh dari lingkungannya serta harus mendapat
pendampingan tenaga profesional agar bipolar yang diidap tidak semakin parah
dan para pengidapnya bisa mengendalikan mood serta juga bisa menerima
keadaan dirinya. Tentu saja dalam kasus Marshanda juga mengalami proses yang
panjang ,berdasarkan pengakuannya perubahan mood secara drastis yang ia alami
masih terjadi beberapa kali. Seperti pada tahun 2015 ia juga kembali mengupload
video yang hampir serupa dengan ditahun 2009. Namun sekarang ditahun 2020 ia
sudah bisa menerima keadaan dirinya yang mengidap bipolar serta ia mengakui
bahwa treatment ia lakukan membantunya dalam mengendalikan mood yang ia
miliki.

Berdasarkan kasus yang dialami marshanda dapat disimpulkan bahwa


bipolar tipe II yang memiliki perputaran antara suasana hati dari tinggi ke rendah
sangat drastis. Mood yang dialami para penderita bipolar harus bisa dikendalikan
dengan baik, dan terpenting para penderita harus mendapat bantuan dari tenaga
ahli agar dalam menjalankankehidupannya penyakit bipolar yang ia derita dapat
dikendalikan serta ia bisa menerima keadaan dirinya secara utuh.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan polar
berarti kutub, maka bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang
bertolak belakang (Panggabean & Rona, 2015). Bipolar adalah suatu gangguan
mood yang menyebabkan perubahan suasana hati yang secara tiba-tiba.
Pergantian atau perubahan yang terjadi antara saat depresi atau sedih bisa menjadi
berubah gembira, atau manik dengan waktu yang relatif singkat. Perubahan ini
didasari oleh suasana hati yang dirasakan oleh orang dengan bipolar atau biasa
dissebut dengan ODB dan perubahan itu bersifat menyeluruh untuk segala
aktivitas. Faktor Penyebab Gangguan Bipolar Disorder adalah Struktur dan fungsi
otak, Genetik, Riwayat keluarga, Lingkungan dan gaya hidup. Mood yang
dialami para penderita bipolar harus bisa dikendalikan dengan baik, dan terpenting
para penderita harus mendapat bantuan dari tenaga ahli agar dalam
menjalankankehidupannya penyakit bipolar yang ia derita dapat dikendalikan
serta ia bisa menerima keadaan dirinya secara utuh.

B. Saran
Berkonsultasilah dengan ahlinya, seperti seorang dokter atau psikiater
ketikamengetahui tanda dan gejala bipolar disorder, agar tidak menjadi lebih
berbahaya. terimalah diri dengan selalu berperasaan positive dan
mencarilingkungan yang nyaman jika memang dinyatakan menderita gangguan
bipolar, karena lingkungan sangat berpengaruh bagi para penderita bipolar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Gaol, N. T. L. (2016). Teori stres: stimulus, respons, dan transaksional. Buletin


psikologi, 24(1), 1-11.

Mahmud, R., & Uyun, Z. (2017). Studi Deskriptif Mengenai Pola Stress pada
Mahasiswa Praktikum. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2).

Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2012). Stress kerja dengan pemilihan strategi
coping. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 149-155.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No HK. 02.


02/Menkes/73/2015, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokter Jiwa. (44-51)

Yubis C. et, al. 2017. Aplikasi Probabilitas Bayes Dalam Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Gangguan Kejiwaan Bipolar. Jurnal Teknologi Informasi
dan Multimedia. 3.6-32

Chusna A. F. 2019.Macam Bipolar dan Gejalanya, Mengenal Bipolar Lebih


Dalam. (Online). Diakses tanggal 07 Oktober 2020.
https://riliv.co/rilivstory/macam-bipolar-
gejala/&ved=2ahUKEwjo2dDg16HsAhVn7XMBHZ_VBJIQFjAMegQIC
RAB&usg

Sartika A. E. R. 2020. Bipolar : Gejala, Jenis, Penyebab, Cara Diagnosis dan Cara
Perawatan. (Online). Diakses tanggal 07 Oktober 2020.
https://amp.kompas.com/health/read/2020/08/12/090300968/bipolar--
gejala-jenis-penyebab-cara-diagnosis-dan-cara-
perawatan&ved=2ahUKEwiy-
vXEwaLsAhXBR30KHd_GBGIQFjAEegQIDhAB&usg

Nofiyana, K., & Supradewi, R. (2020). PENERIMAAN DIRI PADA WANITA


DENGAN GANGGUAN BIPOLAR. Prosiding Konferensi Ilmiah
Mahasiswa Unissula (KIMU) Klaster Humanoira.
Purba, R. A., & La Kahija, Y. F. (2018). Pengalaman Terdiagnosis Bipolar:
Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis. Empati, 6(3), 323-329.

24
https://m.liputan6.com/health/read/2089337/mengenali-gangguan-jiwa-yang-
menimpa-marshanda

Vieta, E., Salagre, E., Grande, I., Carvalho, AF, Fernandes, BS, Berk, M., ... &
Suppes, T. (2018). Intervensi dini pada gangguan bipolar. American
Journal of Psychiatry , 175 (5), 411-426.

Tsanas, A., Saunders, KEA, Bilderbeck, AC, Palmius, N., Osipov, M., Clifford,
GD, ... & De Vos, M. (2016). Pemantauan diri longitudinal harian dari
variabilitas suasana hati pada gangguan bipolar dan gangguan kepribadian
ambang. Jurnal gangguan afektif , 205 , 225-233.

May Rollo, Seni Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997), 209.

Zaviera Ferdinand, Teori Kepribadian Sigmund Freud, (Yogyakarta:


Prosmasophie, 2007), 98

Yusuf Syamsu, Nurisha Juntika A, Teori Kepribadian, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2007), 207-209.

May Rollo, Seni Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997), 203

25

Anda mungkin juga menyukai