Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERPAJAKAN
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan
Dosen Pengampu: Mindi Eka Suri, S.Pd., M. Akun

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Funny Adellia 1951020322
2. Lisa Bella 1951020121
3. Nurhidayat 1951020398
Kelas/Semester: E/5

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2021/2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Mindi Eka Suri, S.Pd., M.
Akun selaku dosen kami dalam Mata Kuliah Perpajakan dan kepada semua
pihak yang telah membantu.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik positif dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2021


iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................iv
1. Latar Belakang Masalah................................................................iv
2. Rumusan Masalah.........................................................................iv
3. Tujuan ...........................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................1
A. Pengertian PPN .............................................................................2
B. Penyerahan Barang dan Jasa..........................................................3
C. Pengusaha Kena Pajak...................................................................3
D. PPN ditanggung dan dibebaskan pemerintah.................................3
E. Pajak Penjualan Barang Mewah..................................................5
F. Perhitungan PPN.............................................................................5
G. Pemungutan PPN...........................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................8
B. Saran...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................9
iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak mempunyai peranan dan sekaligus merupakan unsur yang
penting sebagai pemasok dan bagi anggaran negara, perolehan dana dari
pajak merupakan jumlah yang dominan sebagai sumber penerimaan
negara. oleh karena itu, setiap warga negara yang telah memenuhi kriterial
sebagai wajib pajak menurut ketentuan wajib perpajakan mempunyai
kewajiban untuk membayar pajak. Tanggung jawab atas kewajiban
pembayaran pajak beradPajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah
satu jenis pajak tidak langsung dimana PPN dikenakan oleh
PKP/perusahaan, didalam daerah Pabean Republik Indonesia oleh PKP,
semakin besar pajak yang dibayarkan PKP/perusahaan, maka pendapatan
negara semakin banyak, namun sebaiknya bagi Pengusahaan Kena Pajak
atau perusahaan pajak merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi
laba bersiha pada wajib pajak itu sendiri untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak
yang dikenakan pada barang atau produk yang dipandang bukan sebagai
barang kebutuhan pokok, dan dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang
pada umumnya merupakan masyarakat berpenghasilan tinggi, juga barang
yang dibeli untuk menunjukkan status, atau jika dikonsumsi dinilai dapat
merusak kesehatan dan moral masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian PPN?
2. Bagaimana Penyerahan Barang dan Jasa?
3. Apa Pengusaha Kena Pajak?
4. Apakah PPN ditanggung dan dibebaskan pemerintah?
5. Apa Pajak Penjualan Barang Mewah?
v

6. Bagaiamana Perhitungan PPN?


7. Bagaimana pemungutan PPN?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian PPN
2. Mengetahui Penyerahan Barang dan Jasa
3. Mengetahui Pengusaha Kena Pajak
4. Mengetahui PPN ditanggung dan dibebaskan pemerintah
5. Mengetahui Pajak Penjualan Barang Mewah
6. Mengetahui Perhitungan PPN
7. Mengetahui Pemungutan PPN
vi
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dapat dikenakan
terhadap penyerahan atau impor barang kena pajak atau jasa kena pajak
yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-
kali setiap ada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dikreditkan.1
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dilaksanakan
berdasarkan Sistem Faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau
penyerahan jasa wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi
penyerahan barang dan atau penyerahan jasa yang terutang pajak.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) hanya diharuskan membayar kepada
Negara sebesar selisih antara PPN yang dipungut dari Pembeli BKP dan
atau Penerima JKP (Pajak Keluaran) dengan PPN yang dibayar kepada
Penjual BKP dan/pemberi JKP (Pajak Masukan). Seorang Pengusaha
Kena Pajak (PKP) akan dipungut PPN dari barang atau jasa yang dibeli
dan diproleh untuk keperluan usahanya, pajak yang telah bayar pada saat
pembelian atau perolehan barang atau jasa tersebut merupakan Pajak
Masukan.

B. Penyerahan Barang dan Jasa


a) Barang Kena Pajak (BKP)
Menurut UU No. 42 Tahun 2009 pasal 1 angka (3) barang
kena pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak
bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan UU. Barang kena pajak merupakan daftar barang yang
dikenai pajak, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

1
Suandy, Erly. 2003. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
2

berlaku. Artinya barang tersebut akan dikenai Pajak Pertambahan


Nilai (PPN) atau pajak khusus untuk barang mewah (PPnBM).
Barang kena pajak terdiri dari Barang berwujud Artinya
barang yang memiliki wujud fisik. Contohnya mobil, rumah,
bangunan, alat kesehatan, motor, dan lain sebagainya. Barang tidak
berwujud Artinya barang yang tidak memiliki wujud fisik, namun
dikenai pajak sesuai dengan ketentuan. Contohnya hak cipta, hak
paten, merk dagang, dan lainnya.

b) Barang Tidak Kena Pajak


1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya meliputi minyak mentah,
gas bumi, panas bumi, batu bara dll.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak meliputi: beras, gabah, jagung, sagu,
kedelai.2

c) Jasa Kena Pajak (JKP)


Menurut UU No. 18 Tahun 2000 dan No. 42 Tahun 2009
pasal 1 angka (6) PKP adalah setiap kegiatan pelayanan
berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau memberi kemudahan
atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena pesanan dan bahan dan
petunjuk pemesan.
Jika mengacu pada pengertian jasa kena pajak (JKP), dapat
disimpulkan bahwa jasa kena pajak jumlahnya sangat banyak.
Untuk itu undang-undang menentukan jasa apa saja yang termasuk
kategori jasa tidak kena pajak. Pemberlakuan jasa kena pajak (JKP)
ini bagi pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan kegiatan
penyerahan jasa kena pajak sesuai UU PPN.
2
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/07/13/173618726358430-pajak-pertambahan-
nilai-ppn
3

d) Jasa Tidak Kena Pajak


Jasa yang tidak kena pajak adalah sebagai berikut:
1. Jasa pelayanan kesehatan medis
2. Jasa pelayanan sosial
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa asuransi
5. Jasa keuangan
6. Jasa keagamaan
7. Jasa pendidikan
8. dll.

C. Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha, baik orang pribadi
maupun badan, yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN
tahun 1984 serta perubahannya.
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang kena pajak
dan/atau Jasa kena pajak di dalam Daerah Pabean, dan/atau melakukan
ekspor Barang kena pajak (baik Barang kena pajak Berwujud maupun
Barang kena pajak Tidak Berwujud) dan/atau Jasa kena pajak, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang terutang.3

D. PPN ditanggung dan dibebaskan pemerintah


a. PPN ditanggung
Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah adalah
Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dibayar oleh Pemerintah
dengan pagu anggaran berdasarkan Undang-Undang Nomor 45

3
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
4

Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN) Tahun 2008.
Poin-Poin Penting Peraturan Menteri Keuangan Nomor
29/PMK.011/2011
 PPN yang terutang atas penyerahan minyak goreng
sawit di dalam negeri oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) ditanggung oleh pemerintah.
 Minyak goreng sawit yang dimaksud adalah minyak
goreng sawit curah yang tidak bermerek.
 PKP yang melakukan penyerahan minyak goreng
kelapa sawit curah wajib menerbitkan faktur pajak
serta membubuhkan cap “PPN Ditanggung
Pemerintah Eks PMK Nomor 29/PMK.011/2011”.
 Menteri Keuangan menetapkan Ditjen Pajak selaku
Kuasa Pengguna Anggaran untuk melaksanakan
pembayaran subsidi pajak ditanggung pemerintah.

b. PPN dibebaskan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
268/PMK.03/2015 tentang, BKP tertentu yang bersifat strategis
yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai meliputi:
1. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan,
baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, yang
digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan
Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk
suku cadang;
2. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang
kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun
budidaya, sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015;
5

3. Jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;


4. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan tersendiri setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian;4

E. Pajak Penjualan Barang Mewah


Pajak barang mewah PPnBM yakni pungutan tambahan setelah
atau di samping Pajak Pertambahan Nilai atau PPN (PPN dan PPnBM). Itu
sebabnya, dalam pengertian PPnBM, pajak ini bukanlah pajak yang dapat
dikreditkan sebagaimana yang berlaku pada pajak PPN.
Merujuk pada Pasal 8 UU Nomor 42 Tahun 2009, tarif PPnBM
yang paling rendah ditetapkan sebesar 10 persen dan paling tinggi 200
persen. Jika pajak PPN dipungut pada setiap lini transaksi alias dikenakan
pada setiap pertambahan nilai dari barang atau dagang (setiap transaksi),
maka pajak PPnBM artinya pajak yang hanya dipungut sekali saja.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai menurut ketentuan Undang-undang
RI Tahun 2000 pasal 7 adalah:
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%.
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor barang kena pajak
adalah 0% (nol persen).
c. Dengan peraturan pemerintah tarif pajak dapat diubah serendah-
rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15%.
d. Pajak Pertambahan Nilai untuk pabrikan yaitu 10% untuk
perhitungan pajak keluarannya.

F. Perhitungan PPN
Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat dihitung dengan selisih
antara pajak yang telah dipungut pada saat penjualan atau penyerahan suatu
barang atau jasa kena pajak. Penerimaan jasa kena pajak atau import barang
kena pajak (pajak masukan).5 Apabila dalam suatu masa pajak, pajak
keluaran lebih besar dari pada pajak masukkan, maka selisihnya merupakan

4
https://www.ipantax.co.id/2021/07/19/memahami-perbedaan-ppn-dibebaskan-dan-ppn-tidak-
dipungut-serta-tidak-terutang-ppn/
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajal
Penghasilan
6

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena
Pajak. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukkan yang dapat
dikreditkan lebih besar dari pajak keluaran, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya.

G. Pemungutan PPN
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencabut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 563/PMK.03/2002 yang mengatur tentang tata cara
penunjukan bendahara pemerintah dan KPKN untuk memungut, menyetor
dan melaporkan beserta tata cara Pemungutan PPN.6
Berikut Mekanisme Pemungutan oleh Pemungut berdasarkan ketentuan
tersebut diatas:
1. Pemungutan dan penyetoran PPN ataun PPnBm yang terutang atas
belanja pemerintah.
2. Jumlah PPN yang wajib dipungut oleh Instansi Pemerintah sebesar
10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.
3. Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak selain terutang PPN
juga terutang PPnBM, maka jumlah PPnBM yang wajib dipungut
oleh Instansi Pemerintah adalah sebesar tarif PPnBM yang berlaku
dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.
4. PKP Rekanan Pemerintah menyampaikan tagihan kepada Instansi
Pemerintah berdasarkan dokumen penagihan, untuk sebagian
maupun seluruh pembayaran.
5. Jumlah tagihan sebagaimana dimaksud pada angka 3 termasuk
jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang.
6. Instansi Pemerintah memungut PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang, pada saat pembayaran dengan cara pemotongan secara
langsung dari tagihan PKP Rekanan Pemerintah.
7. Instansi Pemerintah membayar jumlah tagihan kepada PKP
Rekanan Pemerintah tidak termasuk jumlah PPN atau PPN dan
PPnBM.

6
https://www.pajakonline.com/mekanisme-pemungutan-ppn-oleh-pemungut-ppn/
7

8. Instansi Pemerintah menyetor PPN atau PPN dan PPnBM yang


telah dipungut ke kas negara.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
8

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dapat dikenakan


terhadap penyerahan atau impor barang kena pajak atau jasa kena pajak
yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-
kali setiap ada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dikreditkan.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) hanya diharuskan membayar kepada
Negara sebesar selisih antara PPN yang dipungut dari Pembeli BKP dan
atau Penerima JKP (Pajak Keluaran) dengan PPN yang dibayar kepada
Penjual BKP dan/pemberi JKP (Pajak Masukan). Seorang Pengusaha
Kena Pajak (PKP) akan dipungut PPN dari barang atau jasa yang dibeli
dan diproleh untuk keperluan usahanya, pajak yang telah bayar pada saat
pembelian atau perolehan barang atau jasa tersebut merupakan Pajak
Masukan.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini yaitu
penyusun menyadari bahwa penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak
pernah luput dari sifat khilaf, salah dan dosa. Oleh karenanya penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca apabila terdapat kekeliruan
dalam memberikan penjelasan materi.

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2003. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat


9

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta:


Penerbit Salemba Empat.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 36


Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/07/13/173618726358430-
pajak-pertambahan-nilai-ppn (diakses pada tanggal 19/11/2021 pukul 12.33)

https://www.ipantax.co.id/2021/07/19/memahami-perbedaan-ppn-
dibebaskan-dan-ppn-tidak-dipungut-serta-tidak-terutang-ppn/ (diakses pada
tanggal 20/11/2021 pukul 19.23)

https://www.pajakonline.com/mekanisme-pemungutan-ppn-oleh-
pemungut-ppn/ (diakses pada tanggal 20/11/2021 pukul 16.35)

Anda mungkin juga menyukai