Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Aliran cairan melalui tanah berpori pada batuan menghasilkan tegangan
listrik (potensial) melalui proses yang dikenal sebagai elektrokinesis. Potensi ini
disebut streaming atau potensi diri (SP). Besamya SP tergantung pada tahanan
listrik, konstanta dielektrik dan viskositas fluida, pada konstanta kopling antara
fluida dan tanah / batuan, dan pada penuruum tekanan sepanjang jalur aliran.
Anomali SP yang disebabkan oleh aliran dapat diukur pada permukaan di atas
jalur aliran; ini adalah dasar dari metode SP untuk deteksi rembesan dan
pemetaan,
The US Army Engineer Waterways Experiment Station (WES) telah
berhasil menerapkan potensi diri (SP) dan metode geofisika lairmya untuk
mendeteksi, memetakan, dan memantau kondisi rembesan anomali di retensi air
dan tempat pembuangan limbah berbahaya di seluruh Amerika Serikat. Batu
kunci dari metodologi yang sukses ini adalah metode potensi diri, yang telah
diterapkan menggunakan susunan permanen elektroda-elektroda baja tembaga
murah (dipotong dari stok batang pembumian umum). Penggunaan elektroda
logam untuk pengukuran SP bertentangan dengan praktik geofisika yang
diterima umum; namun, biaya, kemudahan instalasi dan pemeliharaan, dan
pertimbangan keberhasilan umum tampaknya lebih besar daripada faktor
lainnya. Teknik pemrosesan data dikembangkan yang berusaha untuk
mengkompensasi efek elektroda polarisasi dan kepekaan terhadap variabel
lingkungan (lihat Referensi di bawah). Terlepas dari keberhasilan metodologi
secara umum, kasus-kasus ditemukan dimana datanya sangat bising, dan
interpretasi langsung tidak mungkin dilakukan. Dalam beberapa tahun terakhir,
sebagian sebagai hasil dari keberhasilan WES, aplikasi geoteknik dari metode
SP telah meningkat di Amerika Serikat, dan elektroda nonpolarizing yang lebih
kasar dan bebas perawatan telah dikembangkan dan diterapkan. Meskipun selalu
ada janji untuk interpretasi kuantitatif dari data SP untuk memberikan laju aliran
dan kedalaman, kualitas data secara umum tidak diizinkan, dan kebutuhan
primer adalah untuk memetakan alur aliran dalam rencana. (Corwin & Butler,
1989)
Metode potensial diri (self potential/SP) pertama kali ditemukan oleh
Robert Fox ketika berusaha menemukan endapan tembaga sulfida di Cornwall,
Inggris pada tahun 1830. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan elektroda
plat tembaga yang dihubungkan dengan suatu galvanometer.
Metode SP ini mulai digunakan sejak 1920 sebagai salah satu metode
untuk eksplorasi logam dasar, lebih khusus lagi untuk mendeteksi adanya suatu
badan bijih. Beberapa mineral yang mungkin di prospeksi dengan metode SP
adalah Pirit, Pirhotit, Grafit, Kalkopirit, Kovelit, Bornit, Kalkosit, Antrasit, dan
Galena karena mineral-mineral tersebut dapat berfungsi sebagai konduktor.
Sedangkan Sfalerit karena bersifat nonkonduktor maka mineral ini tidak dapat
diprospeksi dengan metode SP.

Table A.1
Respon Mineral dan Karakternya

Baik Sedang Rendah

Pirit Kalkopirit Galena (kadang - kadang)

Pirhotit Kovelit Sphalerit (tidak pernah)

Grafit Kalkosit  

  Antrasit  
Budi Sulistijo; Geofisika Cebakan Mineral I

Gambar 2.1 Respon Mineral dan Karakternya (Tambunan &


Pertama, 2016)

Saat ini, metode SP tidak hanya digunakan untuk eksplorasi logam dasar
saja tetapi berkembang untuk investigasi air tanah dan panas bumi. Metode ini
dapat digunakan untuk pemetaan geologi seperti delineasi zona rekahan dan
nearsurface fault.
Secara umum, peralatan yang digunakan pada metoda potensial diri ini
terdiri dari elektroda, kabel, dan voltmeter. Elektroda yang digunakan terbuat
seperti tabung panjang yang diisi dengan larutan CuSO4 dengan porosnya
terbuat dari tembaga.
Potensial alami dapat terjadi akibat adanya perbedaan material,
konsentrasi larutan eletroktrolit dan atau adanya suatu aliran fluida. Beberapa
kejadian lain adalah terbentuknya potensial spontan (spontaneous potentials)
seperti akibat adanya perbedaan mineralisasi, reaksi elektrokimia aktivitas
geotermal, dan bioelekrtik yang dihasilkan oleh tumbuhan. Interpretasi bawah
permukaan dapat dilakukan dengan memetakan potensial spontan tersebut.
Metode SP adalah metode yang pasif, beda potensial alami yang
dihasilkan oleh suatu material geologi di suatu daerah survey diukur diantara dua
titik elektroda di permukaan tanah. Beda potensial yang terukur mulai dari
beberapa milivolt hingga lebih dari satu volt. Positif dan negatif harga beda
potensial adalah faktor yang penting di dalam interpretasi anomali SP.
Potensial alami terdiri dari dua komponen, komponen pertama bemilai
konstan dan tak berarah, sedangkan komponen berikutnya berfluktuasi dengan
waktu. Komponen konstan berhubungan dengan proses elektrokimia sedangkan
komponen variabel berhubungan dengan variasi dari berbagai proses, seperti
induksi arus bolak balik akibat adanya petir dan medan magnetik bumi.
Di dalam eksplorasi mineral kedua komponen tersebut dikenal dengan
nama mineral potensial dan background potentials.

Gambar 2.2 Sumber dan Tipe Umum Anomali SP (Tambunan &


Pertama, 2016)

Terdapat tipe potensial elektrik yang diketahui yaitu:


1. Potensial elektrokinetik, disebabkan oleh aliran fluida
2. Potensial difusi, diakibatkan oleh pergantian larutan ionic dengan
konsentasi berbeda
3. Potensial Nernst, tedadi ketika larutan yang berada di antara kedua
konduktor yang sama memiliki konsentasi yang berbeda.
4. Potensial mineral, dihasilkan dipermukaan akibat kontaknya dengan
permukaan medium lain
Gambar 2.3 Tipe Potensial Listrik (Tambunan & Pertama,2016)

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya potensial


spontan dari mineral. Pengukuran lapangan mengindikasikan bahwa beberapa
mineral harus berada di dalam zona oksidasi agar anomali SP dapat muncul ke
permukaan. Teori ini menjelaskan bahwa badan bijih berfungsi sebagai sel
galvanic yang menghasilkan beda potensial.

Gambar 2.4 Zona Oksidasi Fluida yang Berfungsi Sebagai Sel


(Tambunan & Pertama, 2016)
Tetapi ada beberapa kelemahan dalam penjelasan teori ini. Sebagai contoh,
Mineral grafit, dikenal sebagai mineral yang dapat menghasilkan anomali SP,
tetapi dalam kenyataannya mineral grafit ini tidak berada di dalam zona
oksidasi. Selain itu, oksdasi intensif seperti yang terjadi pada kebanyakan
mineral sulfida akan menyebakan permukaan teratas dari badan bijih menjadi
positif karena kehilangan sejumlah elektron, tetapi dalarn kenyataannya mineral
sulfida ini menghasilkan anomali negatif.
Hipotesis lain menyebutkan bahwa variasi pH di atas dan di bawah muka
air tanah dapat menyebabkan terjadinya aliran arus di sekitar sumber. Sebagai
contoh, pH larutan yang berada di atas badan bijih sulfida dan muka air tanah
cenderuug bersifat asam (pH = 2-4) sedangkan larutan di bawah muka air tanah
cenderung bersifat basa (pH = 79). Adanya hubungan antara potensial
mineralisasi dengan variasi pH mungkin saja terjadi, tetapi pada dasarnya,
perbedaan nilai pH tidak akan menyebabkan terjadinya perpindahan elektron
yang akan menghasilkan aliran arus.
Teori yang disampaikan oleh Sato and Mooney pada tahun 1960
menyebutkan bahwa terdapat dua jenis setengah reaksi elektrokimia yang
berlawanan tanda. Satu katoda berada di atas muka air tanah sedangkan anoda
b€rada di kedalaman tertentu. Reduksi di katoda akan menyebabkan terjadinya
penambahan jumlah elektron sedangkan reaksi oksidasi di anoda akan
menyebabkan hilangnya elektron. Zona mineral berfungsi sebagai media yang
mentransportasikan elektron dari anoda ke katoda. Metode selfpotensial
bertujuan untuk menentukan potensial oksidasi yang terjadi di antara dua larutan
setengah sel. Beberapa nilai potensial untuk berbagai sumber seperti grafit ( >
500 mV), pyrit (100 - 200 mV) dan masif sulfida ( < 100 mV).

Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Self-Potensial di Pyrit (Tambunan


& Pertama, 2016)
Pengukuran dengan metode SP cukup sederhana dua elektroda porouspot
dihubungkan dengan multimeter dengan precisi tinggi dengan input impedansi
lebih dari 108 ohms dan kemampuan mengukur hingga ketelitian 1 mV. Tiap
elektroda dibuat dari plat tembaga yang berada di dalam larutan jenuh tembaga
sulfat yang dapat berhubungan dengan tanah dan menghasilkan listrik (gambar
C.1). Selain itu, eletroda seng di dalam larutan jenuh seng sulfat atau elektoda
perak di dalam larutan jenuh perak klorida dapat digunakan untuk menggantikan
tembaga dan larutan tembaga sulfat.
Terdapat dua teknik pengukuran di lapangan, yaitu metode potensial
gradien dan metode potensial amplitudo. Metode potensial gradien
menggunakan dua elektoda yang terpisah secara tetap dengan jarak 5 m atau 10
m. Hasil pengukuran perbedaan potensial dibagi dengan spasi elektroda
menghasilkan potensial gradien. Titik pergukuran adalah titik tengah diantara
kedua elektroda tersebut. Kedua elektoda berpindah dari satu titik ke titik
lainnya. Pada metode pengukuran ini yang perlu diperhatikan adalah pencatatan
polaritas potensial.
Pada metode potensial amplitudo, satu elektroda dibiarkan menjadi titik
tetap di base station yang berada diluar daerah mineralisasi dan mengukur
perbedaan potensial diantara kedua elektroda. Sedangkan elektroda lainnya
selalu berpindah sesuai lintasan pengukuran (leapfroged).
Metode ini menghindari problem polaritas dan akumulatif error. Tetapi
yang perlu diperhatikan adalah menjaga suhu larutan elektrolit pada elektroda
yang berpindah-pindah agar tetap sama dengan suhu pada elektroda di base
station. Koefisien suhu untuk tembaga tembaga sulfat, sekitar 0,5 mV/0C
sedangkan untuk elektroda perak perak klorida sekitar 0,25 mV/0C.

Gambar 2.6 Metode Potensial Diri (Tambunan & Pertama, 2016)

Sensitivitas metode SP, untuk kedalaman maksimrm adalah sekitar 60 -


100 meter, tergantung kedalaman badan bijih dan sifat overburdennya.
Pengukuran SP dapat juga dilakukan di atas air dengan tujuan pengukuran
potensial streaming. Elektroda ditempatkan di tempat khusus sehingga elektroda
tersebut dapat terhubung dengan air tanpa kehilangan larutan elektrolit dari
dalam pots. Metode ini hanya dapat dilakukan jika terdapat aliran arus (vertikal
ataupun horizontal) meskipun sangat sedikit.
Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran
(mV). Jika gradien hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi
(negatif ke positif yang tinggi) terhadap zero level dapat dijadikan sebagai
indikator anomali (titik infleksi). Hasil dari suvei potensial ini disajikan dalam
bentuk peta isopotensial, dan interpretasi dilakukan terhadap daerah anomali
dengan menggunakan penampang melintang yang memotong daerah anomali.
(Tarnbunan &Pertama, 2016)

Gambar 2.7 Potensial Diri dan Gradien Potensial Diri Sepanjang


Penampang Melintang Tubuh Bijih (Tambunan & Pertama, 2016)

2.2 Koreksi Self-Potensial


Survey potensial diri uatuk daerah yang cukup luas (beberapa km2) akan
memiliki kecenderungan regional, berdasarkan "arus telluric”, sekitar > 100
km2. Gradien regional ini kemungkinan akan mempengaruhi nilai potensial
mineral. Untuk menginterpretasi anomali yang dihasilkan, maka data hasil
survey harus di koreksi terlebih dahulu dengan data regional sehingga diperoleh
anomali residual. Koreksi ini tidak perlu dilakukan untuk daerah yang tidak
begitu luas dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pencocokan dengan
topografi dilakukan.
Selain itu, ketinggian topografi atau perubahan elevasi akan berpengaruh
juga terhadap "arus telluric". Kombinasi kedua efek terhadap anomali SP akan
sulit dilakukan tetapi secara umum koreksi terhadapnya dapat dilalrukan. Jika
kemiringan permukaan daerah survey > 200 maka SP anomali tidak
mencerminkan keadaan sebenarnya dengan kata lain posisi target (badan bijih)
dapat berpindah. Sehingga bila dilakukan pemboran pada posisi tersebut maka
target (badan bijih) kemungkinan tidak dapat ditemukan. Di dalam melakukan
koreksi data baik regional maupun topografi maka anomali SP yang berasal dari
polarisasi individu badan bijih harus diisolasikan terlebih dahulu.
Jika anomali observed merupakan gabungan dari beberapa anomali yang
berasal dari beberapa sumber geologi yang berbeda (termasuk bentuk dan
ukuran) maka koreksi regional dan topografi tidak dapat dilakukan. Lokasi top
badan bijih ditentukan dengan perkiraan secara hatihati dan dengan metode
geofisika lainnya ditentukan batas struktur geologi secara lebih tepat. Harus
diperhatikan juga efek bioelektrik yang dihasilkan oleh tumbuhan. Perjalanan
survey dari daerah yang lapang menuju daerah yang dipenuhi tumbuhan akan
memberikan potensial negatif beberapa ratus milivolt, sebanding dengan
potensial mineral seperti endapan badan bijih sulfida. Untuk mengatasi
permasalahan ini maka pengamatan lapangan harus dilakukan selama survey
SP . (Tambunan & Pertama 2016)

2.3 Interpretasi Anomali


Secara umum, metode SP adalah metode kualitatif, sehingga tidak dapat
digunakan untuk memperkirakan secara kuantitatif bentuk dan volume anomali
maupun konsentrasi atau densitas massa bijih. Interpretasi anomali SP dilakukan
secara kualitatif berdasarkan :
1. Penampang amplitudo
2. Polaritas (positif atau negative)
3. Pola kontur
Top dari badan bijih diasumsikan berada secara langsung di bawah
potensial minimum. Jika sumbu polarisasi (misalnya sumbu antara katoda dan
anoda dari badan bijih) memiliki kemiringan tertentu dari arah vertikal maka
penampang akan memberikan bentuk yang tidak simetris dengan arah
kemiringan dan kutub positif berada pada sisi yang curam.
lnterpretasi badan bijih grafit di batuan gneiss, adalah sebagai berikut.
Model pertama adalah dua badan bijih grafit yang terpisah pada struktur antiklin.
Kutub positif dari badan bjiih lebih dekat bila dibandingkan kutub negatif dan
memberikan anomali SP dengan dua minimal. Model kedua adalah dua badan
bijih grafit yang terpisah pada struktur antiklin. Kutub negatif dari kedua badan
bijih lebih dekat dibandingkan dengan kutub positif, sehingga memberikan satu
nilai negatif yang besar. Pemisah kedua minimal sama dengan pemisah antara
dua top badan bijih grafit.
Gambar 2.8 Interpretasi Anomali Secara Kualitatif (Tambunan & Pertama, 2016)

Gambar 2.9 Penampang Anomali SP yang Tidak Simetris (Tambunan &


Pertama,2016)
Gambar 2.10 2 Model Endapan Grafit Pada Sinklin dan Antiklin(Tambunan &
Pertama, 2016)
Tahap interpretasi berikutnya adalah memperkirakan bentuk badan bijih
deogan bentuk geometri yang sudah dikenal pada umumnya yaitu bola (sphere)
atau tabung dengan asumsi arah polarisasi. Pendekatan langsung adalah dengan
memperhitungkan nilai potensial untuk model dan membandingkan dengan nilai
sebenamya/observed. Model hasil pendekatan kemudian disesuaikan hingga dua
anomali yang berbeda mencapai batas tertentu (secara stasistik) telah ditentukan
sebelumnya. (Tambunan & Pertama" 2016)

Gambar 2.11 Tipe Penampang SP dan Pola Kontur Endapan Sulfida (Tambunan &
Pertama, 2016)

2.4 Noise Dalam Self-Potensial


Dilihat dari penggunaan tekniknya, noise dalam metode SP bersumber
dari beberapa hal seperti aliran-aliran listik telurilk sistem jalur kereta listrik,
masalah elektroda dan tana yang tidak homogen. Tingginya amplitudo bioelektrik
dari vegetasi sekitar juga dapat mempengaruhi variasi pembacaan self-potensial
itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai