Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

Oleh:
HASRIATI

PO7120421013

Preceptor Ruangan Preceptor Institus

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Teori Keperawatan Medeleine
Leinenger.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Makassar, 30 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.
Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Madeleine Leininger mengidentifikasi
kurangnya pengetahuan budaya dan perawatan sebagai komponen yang hilang untuk
pemahaman perawat tentang banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien.
Perawatan pasien yang dimaksud guna mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan
kesehatan yang membuatnya mengembangkan teori Transcultural Nursing.
Transcultural Nursing juga dikenal sebagai Culture Care Theory (Teori Perawatan
Budaya). Budaya adalah sistem (dari pola pola tingkah laku yang di turunkan secara
sosial) yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkugan ekologi
mereka dalam “cara hidup komuniti” ini termaksud teknologi dan bentuk organisasi
ekonomi. Teori ini berupaya memberikan asuhan keperawatan yang kongruen secara
budaya melalui “tindakan atau keputusan yang berdasarkan kognitif, suportif, fasilitatif,
atau memungkinkan yang sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan nilai-nilai
budaya, kepercayaan, dan masa hidup individu, kelompok, atau lembaga.”
Sulawesi Tengah merupakan provinsi yang didiami 12 etnis. Suku Kaili merupakan
suku terbesar dengan jumlah hampir separuh dari penduduk Sulawesi Tengah Dari
beberapa kabupaten di provinsi ini, Parigi Moutong merupakan daerah yang banyak
didiami suku Kaili dan persalinan masih banyak menggunakan jasa dukun. Kearifan
lokal budaya suku kaili di sulawesi selatan merupakan warisan turun temurun yang
megandung nilai nilai positif dan nilai nilai spritual yang di jadikan pedoman dalam
bersikap dan bertingkah laku (pattern of action)
B. Tujuan.
Menjelaskan teori traskultural.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Budaya

Kata budaya sendiri merupakan suatu bahasa yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
‘budhayah’ yang merupakan sebuah bentuk jamak dari buddhi yang miliki arti budi atau
akal. Sedangkan di dalam bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata culture yang
berasal dari bahasa latin yaitu colore yang miliki arti mengolah atau mengerjakan.

Istilah culture sendiri juga digunakan dalam bahasa Indonesia dengan kata serapan
"kultur". Budaya dikaitkan dengan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya
merupakan pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan
diturunkan pada generasi berikutnya.

Pengertian budaya menurut Clyde Kluckhohn dan William Henderson Kelly dalam
bukunya The concept of culture adalah semua rancangan hidup yang diciptakan secara
historis baik secara eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada
waktu tertentu sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia.

E.B Taylor yang juga merupakan seorang antropolog Inggris mendefinisikan budaya
sebagai sesuatu kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat

B. Teori Transcultural Menurut Leininger

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh
elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor
ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks
lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian
struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang
ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-
aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai


konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai
bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu
didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam
ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan
budaya.

C. Konsep Mayor

Konsep utama dan definisi teori Leininger

1. “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan
dengan pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman
maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.

2. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara
langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan
kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau dalam menghadapi kematian.

3. “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis


nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang
memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan
tindakkan dalam pola hidup.

4. “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran subjektif dan


objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung,
memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk
mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi
kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit,
rintangan dan juga kematian.

5. “Cultural Care Diversity”(keragaman perawatan kultural) mengacu kepada


variabelvariabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol
perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap
pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu
perawatan.

6. “Cultural care universality”(Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu


pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling
dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau symbol - simbol yang
dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan,
dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong
orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut
atau suatu temuan statistik yang signifikan.

7. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan


serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang
bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan
individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara
yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong
orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

8. “World View” (Pandangan dunia)mengacu kepada cara pandang manusia dalam


memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai
yang ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.

9. “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur sosial dan budaya)
mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-
faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan,
kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor
etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
10. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau
pengalamanpengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi,
dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan
kebudayaan.

11. “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory”mengacu kepada keseluruhan


faktafakta pada waktu yang lampau, kejadian- kejadian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan
cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu
yang panjang maupun pendek.

12. “Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu
kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam)
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal yang diwariskan
untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu
lain, kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk
memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi
rintangan dan situasi kematian.

13. “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal,


pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan
dan dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam
institusi profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayanikonsumen.

14. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan
pola hidup

15. “Culture Care Preservation/maintenance”Mempertahankan perawatan kultural


mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan
tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam
suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka
dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi
rintangan mapun kematian.

16. “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau akomodasi perawatan


kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan
dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat
sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain
untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui
petugas perawatan yang professional

17. Culture Care Repattering/restructuringRestrukturisasi perawatan transkultural


mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan
profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara
hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih
menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai
dengan budayanya.

18. Culturally Congruent Care for Health, Well-being or DyingPerawatan kultural yang
konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung,
menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki
kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang
berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

D. Batasan Teori

1. Clarity

Leininger melalui Teori Culture Care Diversity and Universality menggambarkan


konsep dan proposisi teorinya dengan cukup jelas. Untuk memperjelas proposisi
konsep tersebut teori ini dilengkapi dengan diagram yang disebut dengan Sunrise
Enabler. Pemahaman tentang budaya suatu masyarakat dijadikan latar belakang oleh
perawat untuk melakukan pendekatan kepada pasien dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
2. Simplicity

Teori ini mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari


keperawatan, yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya
serta bagian budaya yang ada di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan,
pengalaman sehat-sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
dapat dikatakan teori cukup kompleks.

3. Generality

Teori Culture Care Diversity memiliki cakupan teori yang luas/umum melalui
pendekatan perspektif multikultural, dapat diaplikasikan pada individu dan
masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Di satu sisi, teori
ini memiliki kelemahan yaitu kemungkinan adanya bias dalam pemberian asuhan
keperawatan apabila ditemui konflik budaya antara perawat dengan pasien.

4. Empirical Precision

Teori Culture Care Diversity dapat diteliti dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk mengungkap fenomena keperawatan dan kesehatan yang belum
diketahui pada berbagai macam budaya. Saat ini sudah ada 135 bentuk keperawatan
transkultural yang sudah diidentifikasi sebagai bagian dari keperawatan transkultural
dan memungkinkan untuk terus bertambah seiring dengan penelitian yang tetap
dilakukan.

5. Derivable Consequence

Teori Culture Care Diversity berperan penting dalam pencapaian tujuan keperawatan.
Teori ini sangat bermanfaat, bisa diaplikasikan, dan esensial dalam pendidikan,
pelayanan dan penelitian keperawatan serta membawa dampak perubahan dalam
dunia keperawatan. Teori Culture Care Diversity berpotensi pada pengembangan ide-
ide baru dalam pendidikan, praktek profesional dan penelitian keperawatan.

E. Asumsi Teori Medeleine M. Leininger

1. Keperawatan
a. Care adalah esensi keperawatan dan sesuatu yang berbeda, dominan, sentral
dan fokus pemersatu.

b. Keperawatan berbasis kultural esensial untuk kesejahteraan, kesehatan,


pertumbuhan dan pertahanan dalam menghadapi rintangan atau kematian.

c. Keperawatan berbasis kultural paling komprehensif dan holistik untuk


mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan memprediksi fenomena
proses keperawatan dan memberi arahan untuk pengambilan keputusan dan
tindakan keperawatan.

d. Transcultural nursing adalah disiplin ilmu humanistik dan scientific care,


merupakan profesi dengan manfaat utama melayani individu, kelompok,
komunitas, sosial dan organisasi.

e. Keperawatan berbasis kultural penting untuk pengobatan dan penyembuhan,


tidak dapat terjadi penyembuhan tanpa perawatan, tetapi caring dapat eksis
tanpa curing.

f. Konsep cultural care, makna/arti, ekspresi, pola, proses dan bentuk struktural
dari perawatan transkultural dengan diversitas (perbedaan) dan universalitas
(persamaan)

2. Manusia

a. Setiap budaya manusia mempunyai pengetahuan perawatan secara umum (lay,


folk, atau indigenous), secara prakteknya. Dalam pengetahuan perawatan
profesional dan praktiknya sangat transkultural dan individual.

b. Nilai cultural care, keyakinan dan praktiknya dipengaruhi oleh pandangan,


bahasa, filosofi, spiritual, persaudaraan, sosial, politik, legal, pendidikan,
ekonomi, teknologi, etnohistorical, konteks lingkungan dari suatu
kebudayaan.

3. Kesehatan
a. Bermanfaat dalam kesehatan, dan kepuasan cultural care dipengaruhi oleh
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok dan komunitas
dalam kontek lingkungan mereka.

b. Kongruen secara budaya dan perawatan yang bermanfaat dapat terjadi hanya
ketika nilai perawatan, ekspresi atau pola diketahui dan digunakan secara
eksplisit untuk kesesuaian, keamanan dan perawatan yang bermakna.

c. Persamaan dan perbedaan cultural care ada antara profesional care dan
generic care dalam pandangan budaya manusia.

4. Lingkungan

a. Konflik, gangguan, stress, dan nyeri kultural menggambarkan kekurangan


pengetahuan perawatan secara kultural yang menyediakan culturally
congruent, tanggungj awab, keamanan dan sensitive care.

b. Metode penelitian kualitatif etnonursing memberikan hal penting untuk


menemukan secara akurat dan menginterpretasikan emic dan etik, komplek
dan keanekaragaman data dari cultural care (Alligood, 2014).

F. Aplikasi model konsep dan teori keperawatan

1. Konsep awal

a. Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini
relevan untuk keperawatan.

b. Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam


keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan
kultur dan subkultur dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai
sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu
dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang
universal dalam keperawatan.
c. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan kultur.

d. Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan didalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur,
pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik
serta sistem professional.

2. Proses asuhan keperawatan secara teoritis

Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural adalah


sebagai berikut:

a. Pengkajian (assessment)

Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,


kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan
hukum, ekonomi dan pendidikan.

G. Studi Kasus

Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar


Nutrisi: Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu Nifas

1. Pengkajian
Ny,E berusia 26 tahun mengatakan setelah melahirkan ASI tidak keluar selama
seminggu sehingga bayi diberi susu formula (keterlambatan produksi ASI) klien
mengatakan bayi menolak menyusu, puting susu tidak keluar dan ASI nya keluar
setelah seminggu persalinan tetapi produksi ASI nya hanya sedikit. Klien juga
mengatakan tidak tau cara perawatannya. klien juga mengeluh kurang puas dengan
tidurnya karena tanggung jawab menjadi orang tua, sebelum melahirkan klien tidur
malam jam 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB, setelah melahirkan tidur malam
klien lebih cepat yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB, sering terbangun, setiap pukul
01.00 WIB, pukul 03.00 WIB serta pukul 04.00 WIB karena bayinya rewel,
kebutuhan istirahat klien meningkat seperti sebelum melahirkan klien tidak terbiasa
tidur siang tetapi setelah melahirkan klien tidur siang sekitar 2-3 jam yaitu dari pukul
11.00 –14.00 WIB, susah untuk memulai tidur lagi, klien tampak lelah, mengantuk,
kurang energi dan kurang minat terhadap sekitarnya, riwayat obstetri: G 1P1A0, TTV:
TD: 110/70 mmHg, HR: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,8oC

2. Diagnosa Keperawatan
1. Menyusui tidak efektif b/d anomali payudara ibu d/d klien mengatakan setelah
melahirkan ASI tidak keluar selama seminggu sehingga bayi diberi susu
formula (keterlambatan produksi ASI), bayi menolak menyusu, produksi ASI
hanya sedikit setelah seminggu melahirkan, klien mengatakan kurang
mengetahui cara perawatan payudara, puting susu tidak menonjol keluar,
payudara dan puting tampak kotor, isapan bayi pada payudara tidak kontinue,
bayi menolak untuk lacth on, tampak ketidakadekuatan suplai ASI dan riwayat
obstetri: G1P1A0
2. Keletihan b/d gangguan tidur d/d klien mengatakan kurang puas dengan tidurnya
karena tanggung jawab menjadi orang tua, sebelum melahirkan klien tidur malam
jam 6-8 jam yaitu pukul 23.00 – 06.00 WIB, setelah melahirkan tidur malam klien
lebih cepat yaitu pukul 21.00 – 01.00 WIB, sering terbangun, setiap pukul 01.00
WIB, pukul 03.00 WIB serta puku 04.00 WIB karena bayinya rewel, kebutuhan
istirahat klien meningkat seperti sebelum melahirkan klien tidak terbiasa tidur
siang tetapi setelah melahirkan klien tidur siang sekitar 2-3 jam yaitu dari pukul
11.00 –14.00 WIB, susah untuk memulai tidur lagi, klien tampak lelah,
mengantuk, kurang energi dan kurang minat terhadap sekitarnya, riwayat obstetri:
G1P1A0, TTV: TD: 110/70 mmHg, HR: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 36,8oC
3. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi

1 Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan Pendampingan proses menyusui


b/d anomali payudara ibu intervensi keperawatan
1. Observasi
maka diharapkan status
- Monitor kemampuan ibu
menyusui membaik
menyusui
dengan kriteria hasil:
- Monitor kemampuan bayi
1. Perlekatan bayi menyusu
pada payudara ibu 2. Terapeutik
meningkat - Dampingi ibu selama
2. Tetesan atau kegiatan menyusui
pancaran ASI berlangsung
baymeningkat - Dampingi ibu
3. Supilai ASI adekuat mempossisikan bayi
meningkat dengan benar untuk
4. Bayi rewel menurun menyusui pertama kali
3. Edukas
- Ajarkan ibu mengenali
tanda-tanda bayi siap
menyusu (mis. Bayi
mencari puting, keluar
salivah, memasukan jari
kedalam mulutnya dan
bayi menangis)
- Ajarkan ibu
mengeluarkan ASI untuk
diolesi pada puting
sebelum dan sesudah
menyusui, agar
kelenturan puting tetap
terjaga
- Ajarkan posisi menyusui
- Ajarkan memerah ASI
dengan posisi jari jam 12-
6 dan jam 9-3
- Informasikan ibu untuk
selalu mengosongkan
payudara pada payudara
yang belum di susui
dengan memerah ASI
2 Keletihan b/d gangguan Setelah dilakukan Manajemen enrgi
tidur intervensi keperawatan
1. Observasi
maka diharapkan
- identifikasi gangguan
tingkat keletihan
fungsi tubuh yang
menurun dengan
mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil:
- Monitor kelelahan fisik
1. Verbalisasi dan emosional
kepulihan - Monitor pola dan jam
energi tidur
meningkat 2. Terapeutik
2. Kemampuan - Sediakan lingkungan
melakukan nyaman dan rendah
aktifitas rutin stimulus
meningkat (mis.cahaya,suara,kunjun
3. Verbalisasi gan)
lelah menurun - Lakukan latihan rentang
4. Lesu menurun gerak pasif atau aktif
5. Pola istirahat - Berikan aktifitas distrasi
membaik yang menenangkan
3. Edukasi
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2. Pengaplikasian Teori Leininger dalam Masyarakat

Aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi
tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan
mengandung komponen dasar seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua klien, serta adanya pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai
kebutuhan klien. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan, baik secara teoritis
maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat
memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan, salah satu teori yang digunakan adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger. Leininger terkenal dengan teorinya yang biasa
disebut transcultural nursing. Oleh karena itu, teori ini mengarahkan perawat untuk
menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan menggunakan sudut
pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan pendekatan etik, sebagai dasar
profesional untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan


budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada. Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang
diberikan kepada klien dengan landasan budaya.

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan


pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Konsep perawatan manusia dan
keperawatan adalah ringkasan dan penjelasan dari pendampingan, dukungan,
kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu diri sendiri atau orang lain
yang kekurangan atau sebagai upaya pencegahan untuk meningkatkan kesehatan,
memperbaiki cara hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh elemen-
elemen beerikut yaitu: Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor filosofi , sistem
sosial, nilai-nilai cultural , politik dan factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-
faktor pendidikan . Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan
sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial.Pada setiap kelompok
masyarakat ; pelayanan kesehatan , pola-pola yang ada dalam masyarakat daan praktek-praktek
yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial. Tindakan membantu
didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru
dapat benar-benar efektif jika latarbelakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa
perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya
B. Saran
Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik. Pelaksanaan teori leininger
memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait seperti teori adaptasi,
self care, dll.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/www.allenlintang.com/550096638133110c51fa6fac/leininger-s-
theory

http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html?m=1

http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html?m=1

http://rumah-perawat.blogspot.com/2016/11/teori-medeline-leininger-transcultural.html

Anda mungkin juga menyukai