Anda di halaman 1dari 7

Pemahaman Hadis Tentang Mengadu Domba Menjadi Penyebab

Siksa Kubur (Studi Analisis Tahlili)

Quroti Ayuni
Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
email: qurotiayuni1@gmail.com

Abstrak
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat manusia khususnya umat Islam yang bersifat
universal. Di dalamnya memuat norma-norma yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Salah satunya adalah persolan tentang akhlak yang meliputi akhlak yang baik (mahmudah) dan
yang buruk (madzmumah), dalam hal ini penulis melakukan kajian yang berkaitan dengan ayat-
ayat yang memuat masalah/aspek tentang namimah (mengadu domba) yang merupakan bagian
dari akhlak madzmumah, Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana adu
domba (namimah) menurut perspektif Al-Qur’an dan hadis dan bagaimana cara menghindari
namimah tersebut. Dalam artikel ini, penulis mencoba menggunakan penelitian hadis dengan
pendekatan tahlily. Larangan namimah dalam hadis-hadis yang akan penulis jelaskan nanti
bertujuan untuk menjaga keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Ancaman-ancaman pelaku
namimah, dan dapat menjadi dosa besar bila telah menjadi suatu kebiasaan. Yang dimana sudah
dijelaskan dalam hadis bahwa perbuatan mengadu domba (namimah) juga bisa menjadi
penyebab siksa kubur di akhir hayat nanti.

Keyword: Adu Domba (namimah), Tahlily, Siksa Kubur.

Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak mungkin hidup tanpa bersama orang lain. namun
sifat ini, bila tidak diramu dengan baik dan tidak ada tuntunan yang menjadi patokan atau
rujukan dalam bermasyarakat, bisa saja fungsi sosial ini tercederai dengan hal-hal yang bersifat
sepele. Seperti tata karma dan tutur kata dalam pergaulan yang tidak terkontrol bisa
mengakibatkan kerenggangan bahkan lebih dari itu antar anggota dalam suatu masyarakat.
1
Allah SWT memang telah menciptakan manusia berbeda suku, bangsa, dan negara.
Perbedaan itu juga melahirkan watak dan karakter yang berbeda. Tujuan dijadikannya
perbedaan-perbedaan itu agar bisa membawa kebaikan dan kedamaian, dengan saling kenal
mengenal dan bergaul dengan penuh etika yang dihargai oleh semua kelompok dan person, yang
pada akhirnya saling membantu dan menghasilkan kemaslahatan bersama. Untuk mencapai ke
tatanan yang diinginkan bersama tersebut, maka diaturlah berbagai perangkat aturan yang
bersifat formal atau non formal, sebagai pijakan bersama, baik antar individu dan kelompok
dalam suatu masyarakat atau antar negara.
Namun demikian, walaupun aturan sudah ada, masih saja terjadi ketidakharmonisan antar
warga dalam suatu masyarakat, hanya karena masalah sikap dan tutur kata yang tidak terkontrol,
terjadinya saling mencurigai, menfitnah, mengumpat, mengadu domba (namimah), penyebaran
gosip atau isu-isu yang tidak berdasarkan fakta yang ada. Kesemuanya ini adalah penyakit yang
terdapat dalam suatu masyarakat dan dapat menyebabkan keharmonisan hidup akan terganggu.
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin telah mengatur bagaimana suatu masyarakat
agar bisa hidup tentram dan damai penuh dengan rasa persaudaraan yang tinggi, sebagaimana
banyak termaktub dalam al-Qur’an al-Karim dan penjelasan hadis Nabi SAW, terjadinya sikap
dan perilaku yang menyebabkan orang lain merasa tersinggung dan tersakiti dalam suatu
masyarakat khususnya dalam masyarakat muslim, mengindikasikan bahwa masyarakat muslim
tersebut belum benar-benar mengamalkan ajaran agamanya.1
Salah satu peyakit masyarakat yang dianggap sepeleh tapi sangat berbahaya dan dapat
mengakibatkan kerenggangan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Untuk itu, maka
mengadu domba atau namimah adalah suatu hal yang sangat perlu untuk dikaji dalam perspektif
Islam, khususnya hadis, agar kaum muslimin mengetahui bagaimana posisi namimah yang
sebenarnya dalam Islam.

Rumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi pada penelitian ini, dapat disimpulkan rumusan
masalahnya agar mempermudah penulisan dan arah tujuan pada penelitian ini untuk
kedepannya. Rumusan masalahnya adalah “Bagaimana hadis-hadis yang berbicara masalah
mengadu domba yang dapat menyebabkan siksa kubur?”

1
Muhammad Ali, Gibah Dalam Perspektif Hadis, Jurnal Diskursus Islam, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 118.

2
Analisis Data
Pada tulisan ini, penulis mencoba menerapkan penelitian hadis dengan menggunakan
metode tahlily. Metode Tahlily merupakan metode dalam memahami hadis dengan menjelaskan
makna kosa kata dan kalimat pada suatu hadis serta memaparkan segala aspek yang dipahami,
dan mengaitkan dengan nash-nash baik dari al-Quran dan hadis lainnya dengan merujuk pada
Asbabul Wurud.2
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan (library research).yang
dimaksud kajian pustaka adalah telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah
yang pada dasarnya bertumpu pada penelaah kritis dan mendalam terhadap bahan pustaka.3

Pembahasan
a. Pengertian Mengadu Domba (Namimah)

` Istilah adu domba (Namimah) adalah menyebarkan omongan kepada orang banyak yang
berisi provokasi dan niat jahat.4 Dalam Al-Qur’an diharamkan atas tindakan berbuat namîmah
(adu domba), sebagaimana Allah SWT berfirman :

‫م‬$ٍ ‫َه َّما ٍز َّمشَّا ٍء بِنَ ِم ْي‬


Artinya: “Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,”(QS. Al-Qalam,
11).
Yang dimaksud “ hammaaz” dalam ayat ini adalah, al-‘ayyab al-tha’an (orang yang suka
mengungkap aib dan menyerang kehormatan orang lain), atau orang yang suka melakukan
ghibah terhadap orang lain. Adapun yang dimaksud masysya bi namim adalah banyak
melakukan perjalan untuk merusak orang lain.5
Sebuah hadits muttafaq’alaih dari Hudzaifah bin Yaman r.a. bahwa Rasulullah SAW,
bersabda, “ tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba(nammam).”
Kata nammam dapat diartikan dengan orang yang suka mengadu domba dengan
menyebarluaskan perkataan dan berita palsu atau bohong. Adapun berkenaan dengan hilangnya

2
H. S. Agil Husain al Munawar dan Masykur Hakim. I’jaz al-Qur’an dan Metodologi Tafsir, Cet I,
(Semarang: Dina Utama, 1994), hal. 36.
3
Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Ponorogo: IAIN Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan, 2018), hal. 53.
4
Wahbah Az-Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak dalam Bermasyarakat, (Jakarta: Mizan
Publika, 2014), hal. 301.
5
Ibid.

3
kesempatan bagi seorang nammam untuk dapat masuk surga maka kemungkinannya ada dua,
yaitu : 1) jika yang bersangkutan menganggap bahwa adu domba adalah halal maka ia tidak akan
masuk surga untuk selamanya; dan 2). Jika yang bersangkutan melakukan adu domba, tetapi
tetap menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah haram maka kesempatannya tidak
akan masuk surga selamanya, bisa bersifat sementara jika Allah SWT., mengampuni dosa-
dosanya.6
Secara etimologi, dalam bahasa Arab, adu domba bermakna suara pelan atau gerakan.
Secara istilah pada dasarnya adu domba adalah menceritakan perkataan seseorang kepada orang
yang menjadi bahan pembicaraan. Namun bentuk adu domba tidak harus seperti itu. Tolak ukur
adu domba adalah setiap pembeberan perkara yang tidak disukai untuk diungkapkan, baik yang
tidak suka itu orang yang menjadi sumber berita atau orang yang diberi tahu atau yang lain,baik
isi berita berupa ucapan ataupun perbuatan, baik isi pembicaraan itu sebuah aib ataukah bukan.
Menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarifin Nawawi definisi adu domba adalah
merekayasa omongan, menghasut, memprovokasi untuk menghancurkan manusia. 7 Al-Baghawi
rahimahullah menngatakan bahwa adu domba adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan
untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. 2Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-‘Asqalaani rahimahullah menjelaskan bahwa adu domba adalah membeberkan sesuatu yang
tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak
yang menerima berita, maupun pihak yang lainnya.
Mengadu domba merupakan dosa besar yang telah di peringatkan oleh Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya. Perilaku jelek ini termasuk penyakit hati yang
mematikan, virus ganas yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat serta melahirkan
permusuhan dan pertikaan dikalangan umat manusia.
Adu domba juga dapat berbentuk memprovokasi atau memanas-manasi situasi agar
terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan
merusak dan menciptakan perselisihan adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya
ikatan persaudaraan/persahabatan, serta menyulut api kebencian dan permusuhan antar sesama
manusia.8

6
Ibid, h. 302 20Ibid.21 Ibid..
7
Imam Ghazali, Bahaya Lisan dan Cara Mengatasinya, terj. A.Hufaf Ibriy (Surabaya: Tiga Dua, 1995),
hal. 188
8
Amir, Jurnal tentang ghibah dan namimah, hal.13

4
b. Ciri-ciri Adu Domba

Menurut Imam Ghazali dalam bukunya yang berjudul Bahaya Lisan dan Cara Mengatasinya,
menjabarkan bahwa yang termasuk kedalam perbuatan adu domba yaitu sebagai berikut:9

1. Mengadukan atau mengatakan suatu berita atau aib yang terjadi kepada seseorang kepada
orang lain sehingga orang tersebut timbul syak prasangka atau bisa jadi menimbulkan
kebencian terhadap orang yang dibicarakan.
2. Memprovokasi maupun menghasut pihak tertentu sehingga muncul konflik antara pihak
yang dibicarakan dengan pihak yang diajak berbicara
3. Berita tersebut merupakan berita yang diada-adakan bisa juga benar terjadi akan tetapi
dibumbui dengan kata-kata orang yang mengadukan.
4. Berita yang disebarkan atau dia dukan tersebut dapat menimbulkan konflik antara orang
satu dengan lainnya.10

c. Redaksi Hadis Tentang Mengadu Domba Menjadi Penyebab Siksa Kubur

ٍ ‫ش ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫س‬ ٍ ‫ا ُو‬YYَ‫ث ع َْن ط‬ ُ ‫ ِّد‬Y‫دًا يُ َح‬Y‫ْت ُم َجا ِه‬ ِ ‫َح َّد ثَنَا يَحْ يَى َح َّد ثَنَا َو ِك ْي ٌع ع َِن اأْل َ ْع َم‬
ُ ‫ش قَا َل َس ِمع‬

ِ َ‫ َّذب‬Y‫ا لَيُ َع‬YY‫ال إِنَّهُ َم‬Y


‫ان َو َم‬ َ Yَ‫ َري ِْن فَق‬Y‫لَّ َم َعلَى قَ ْب‬Y‫ ِه َو َس‬Y‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬Y‫ص‬
َ ِ‫و ُل هللا‬Y‫ال َم َّر َر ُس‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما ق‬ ِ ‫َر‬
ٍ ‫ ْي‬Y‫ا بِ َع ِس‬YY‫ ِة ثُ َّم َد َع‬Y‫ي بِالنَّ ِم ْي َم‬Y‫انَ يَ ْم ِش‬YY‫ َذا فَ َك‬Yَ‫ان فِي َكبِي ٍْر أَ َّما هَ َذا فَ َكانَ اَل يَ ْستَتِ ُر ِم ْن بَوْ لِ ِه َوأَ َّما ه‬
‫ب‬ ِ َ‫يُ َع َّذب‬
‫ف َع ْنهُ َما َمالَ ْم يَ ْيبَ َسا‬ ُ َّ‫اح ٍدا ثُ َّم قَا َل لَ َعلَّهُ يُخَ ف‬
ِ ‫س َعلَى هَ َذا َوا ِحدًا َو َعلَى هَ َذا َو‬ َ ‫ب فَ َشقَّهُ بِ ْاثنَي ِْن فَغ ََر‬ٍ ‫ط‬ْ ‫َر‬

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Waki’ dari
al-A’masy dia berkata: saya mendengar mujahid bercerita dari Thawus dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati
dua kuburan lalu beliau bersabda: “kedua penghuni kubur ini tengah disiksa dan keduanya
disiksa bukan karena dosa besar. yang satu ini, tidak bersuci dari kencingnya , sedangkan yang
ini disiksa karena selalu mengoda domba”. Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma
yang masih basah. Beliau membelahnya menjadi dua dan menancapkannya pada dua kuburan

9
Imam Ghazali, Bahaya Lisan dan..., hal. 200-201.
Muhammad bin Sulaiman Al-‘Lith, An-Nashaih al-Mufidah li Tahrimi al-Ghibah wa an-Namimah,
10

(Malang: Pustaka Qaba-il , 2007), hal. 60..

5
tersebut. Beliau kemudian bersabda: “Semoga ini bisa meringankan keduanya selagi belum
kering”. (HR. Bukhari)11

Imam an-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim, 3/204 mengatakan: Para
ulama telah menyebutkan dua tafsiran dalam hadis ini. Pertama, itu bukanlah perkara dalam
pandangan mereka berdua. Kedua, meninggalkan kedua perkara ini bukanlah sesuatu yang besar
(susah).
Al-Qadhi Iyadh menyampaikan tafsir ketiga, yaitu tidak termasuk dalam dosa besar.
Syaikh Raid mengatakan: Berdasarkan tafsir ketiga ini, maksud hadis tersebut adalah larangan
dan memberikan peringatan yang keras kepada umat muslim, selain kedua penghuni kubur ini.
Karena sesungguhnya adzab Allah itu tidak hanya diakibatkan karena sebuah dosa besar yang
membinasakan, bisa jadi adzab itu datang karena disebabkan oleh selainnya (perbuatan yang
menyebabkan dosa kecil tetapi terus menerus dilakukan). Wallahua’lam.
Kedua perbuatan ini (yaitu tidak menjaga diri dari air kencing dan adu domba/namimah)
menjadi dosa besar dikarenakan perbuatan tidak bersih dari kencing, yang mengakibatkan batal
sholat. Sehingga tidak diragukan lagi, jika dengan kita menebar fitnah (adu domba) dan
berusaha berbuat kerusakan, itu termasuk perbuatan yang paling buruk. Apalagi jika bersesuain
dengan sabda Nabi SAW yang menggunakan kata ‫ي‬YY‫ش‬
ِ ‫( يَ ْم‬fi’il mudhari’), yang biasanya
menunjukkan keadaan secara terus menerus (artinya berkelanjutan dalam hidupnya).12

Kesimpulan
Mengadu domba merupakan dosa besar yang telah di peringatkan oleh Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya. Perilaku jelek ini termasuk penyakit hati yang
11
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al Mugirah al-Ju’fy al-Bukhariy, al-Jami’ al-
Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Uur Rasulillah shallallahu ‘alahi wasallam wa Sunanih wa Ayyamih, Editor:
Muhammad Zuhair ibn Nasir al-Nasir, Cet I, (Beirut: Dar Tauq al-Najat, 1422 H), jilid 8, hal. 17.
12
https://almanhaj.or.id/2995-pohon-di-kuburan-meringankan-siksa.html, Diakses pada tanggal 29
November 2021 Pukul 10.00 WIB.

6
mematikan, virus ganas yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat serta melahirkan
permusuhan dan pertikaan dikalangan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai