Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
“Filsafat olahraga yaitu menyelidiki hakikat olahraga aktif yang berkenaan
dengan seluk beluk gerak yang dilakukan dalam olahraga dan hakikat olahraga
pasif atau penghayata terhadap pergelaran olahraga” (Edward wiecrozek, Problem
of sport, medicine, and sport training an coaching). Dalam kegiatan pendidikan
jasmani dan olahraga yang dimaksud permasalah tersebut adalah yang berkenaan
dalam dunia pendidikan jasmani dan olahraga.
Penerapan filsafat pada pendidikan jasmani dan olahraga merupkan suatu
hal yang vital. “Dengan nilai filosofis yang diyakini kebenarannya, fakta fakta
disoroti untuk melahirkan dasar dasar yang akan dipakai sebagai acuan atau
pedoman dalam mengembangkan dan menjalankan program pendidikan jasmani
dan olahraga”. Maksudnya dalam proses berfikir (filosofis) dapat memunculkan
pemikiran baru sebagai acuan atau pedoman dalam menjalankan dan
menyelesaikan masalah masalah yang muncul dalam program pendidikan jasmani
dan olahraga. Berikut ini aliran aliran filsafat dan perbedaan filsafat modern
dengan filsafat tradisional dalam pendidikan jasmani dan olahraga;
Idealisme (pemikiran): a) penjas tidak hanya melibatkan fisik tapi pikiran,
b) aktivitas kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap kepribadian, c) penjas
merupakan pusat berbagai gagasan, d) guru harus menjadi model bagi siswa, e)
pendidikan ditujukan untuk kehidupan.
Realisme (keadaan nyata): a) penjas ditujukan untuk kehidupan misal:
mengajar basket untuk melatih kerjasama, dsb, b) pesegaran jasmani adalah hasil
dari produktivitas, c) pengulangan (drills) memegang peranan penting dalam
proses belajar, d) pendalaman ilmu keolahragaan dapat menyebabkan kehidupan
sosial yang baik, e) permain da rekreasi membantu beradaptasi (adjustment).
Naturalisme; a) aktivitas fisik bersifat fisik semata, b) hasil belajar diperoleh
melalui aktivitas diri, c) bermain merupakan bagian penting pendidikan, e) penjas
berkaitan pengembangan individu.

1
2

Existensialisme (aliran modern); a) kebebasan memilih, b) harus banyak


variasi aktivitas, c) permainan meningkatkan kreativitas, d) siswa tahu diri nya
(know themselves), e) guru adalah seorang konsultan.
Filsafat Pendidikan jasmani dan olahraga sering kali berubah-ubah karena
dipengaruhi oleh beberapa aliran filsafat pendidikan seperti filsafat idealisme,
realisme, pragmatisme, naturalisme, dan eksistensialisme, untuk itu hendaknya
pengajar (calon pengajar) fleksibel dalam memandang dan menanggapi aliran
filsafat tersebut manakala diterapkan di bidang pendidikan. Pelaksanaan
Pedidikan jasmani dan olahraga pada filsafat tradisional cenderung bersifat
“Teacher-Centered” sedangkan pelaksanaan Pendidikan jasmani dan olahraga
pada filsafat modern cenderung bersifat “Student-Centered’.
Humanisme (kemanusian); a) menempatkan nilai berdasarkan kemanusiaan
dan individual, b) menyesuaikan pembelajaran secara inovatif, c) kreatif,
independen, dan mendorong semua siswa secara merata.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan filsafat olahraga?
2. Apa yang dimaksud dengan Aliran Filsafat Rasionalisme?
3. Apa yang dimaksud dengan Aliran Filsafat Empirisme?
4. Bagaimana Penerapan Aliran Rasionalisme dan Empirisme?
5. Apa Kelebihan dan Kekurangan Aliran Rasionalisme dan Empirisme?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Ingin Mengetahui Apa yang dimaksud dengan filsafat olahraga
2. Ingin Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Aliran Filsafat
Rasionalisme
3. Ingin Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Aliran Filsafat Empirisme
4. Ingin Mengetahui Bagaimana Penerapan Aliran Rasionalisme dan
Empirisme
5. Ingin Mengetahui Apa Kelebihan dan Kekurangan Aliran Rasionalisme
dan Empirisme
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Olahraga


Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, tujuan, arah dan menuntun
pada jalan jalan baru. Filsafat tidak ada artinya sama sekali jika tidak universal,
baik dalam ruang lingkupnya. Filsafat dalam pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan hal yang sangat penting karenan bermanfaat dalam pengembangan
program dan akan mempengaruhi tindakan sehari hari.
Berikut aplikasi filsafat dalam pendidikan jasmani dan olahraga;
1) Dengan filsafat, makna hakikat pendidikan jasmani dan olahraga dapat
terjelaskan, hal ini memudahkan pelaku pendidikan jasmani dan lahraga
dapat merumuskan arti, fungsi, dan tujuan dari pendidikan jasmani dan
olahraga, sehingga dapat mengurangi tindakan tindakan yang
menyimpang dari makna hakikat tersebut.
2) Dengan filsafat, bidang kajian pendidikan jasmani dan olahraga dapat
terjelaskan Hal itu membantu guru dalam menyusun serangkaian materi
dan kegiatan pembelajaran/pelatihan yang relevan, dan menghindari
adanya tumpang tindih cakupan dengan bidang ilmu lain.
3) Dengan filsafat, pelaku pendidikan jasmani dan olahraga memiliki daya
pikir, sikap, dan tindak yang tepat benar dalam menghadapi suatu
persoalan. Melalui filsafat maka seseorang akan mampu pandangan
hidup sebagai pedoman hidup memberikan semacam panduan jalan
yang harus dilalui oleh seseorang sehingga ia dapat melihat hidup itu
menjadi bermakna.
4) Dengan berpikir secara filsafat maka pelaku pendidikan jasmani dan
olahraga dapat memecahkan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi.
Filsafat sebagai pandangan hidup dapat digunakan oleh guru/pelatih
untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang ada di sekitar
dirinya.
3
4

5) Dengan berpikir secara filsafat, guru dan pelatih dengan bantuan logika
tidak mudah untuk tertipu dengan pernyataan-pernyataan retoris yang
bersifat menyesatkan.
6) Dengan berpikir secara filsafat maka guru dan pelatih mampu
menghargai pendapat dan pemikiran orang lain, baik yang memiliki
persamaan maupun perbedaan dengan dirinya. Berpikir filsafat berarti
berpikir demokratis. Ini berarti bahwa dalam berpikir filsafat, orang
dilatih untuk menghargai pendapat atau pemikiran orang yang berbeda
dari dirinya. Orang yang memiliki kemampuan berfilsafat yang tinggi
akan menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh orang lain
seperti juga ia menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh
dirinya.
Dalam hal ini perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran dianggap
sebagai suatu eksistensi wacana berpikir yang bersifat dialektika sebagai upaya
manusia sebagai makhluk berpikir untuk mencari kebenaran.
Sehingga proses berfikir (filosofis) dapat memunculkan pemikiran baru
sebagai acuan atau pedoman dalam menjalankan dan menyelesaikan masalah
masalah yang muncul dalam program pendidikan jasmani dan olahraga.

2.2 Aliran Rasionalisme


Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan akal (reason)
adalalah terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme,
sesuatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.1Rasio adalah sumber
kebenaran. Hanya pada rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada
kebenaran.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal yang
dapat memberikan bahan – bahan yang menyebabkan akal tersebut bekerja. Akan
tetapi untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata – mata
dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum
jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir.
5

Akal membentuk bahan tersebut sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi
akal bekerja karena bahan dari indera. Akan tetapi akal juga dapat menghasilkan
pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal juga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul – betul abstrak.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat tepenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam
mengalami objek empiris. Maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu kaidah – kaidah logis
aau kaidah- kaidah logika.
Ada dua macam rasionalisme yaitu dalam bidang agama dan bidang
filsafat.
Dijelaskan bahwa bidang agama dalam rasionalisme ialah lawannya autoritas,
sedangkan dalam bidang filsafat lawannya ialah empirisme. Jelas sekali
perbedaanya karena di dalam agama rasionalisme mengkritik ajaran agama dan
bidang filsafat rasionalisme menjelaskan teori pengetahuan.
Meskipun antara rasionalisme dan empirisme bertetantangan namun kedua
aliran ini mampu bekerja sama yang mana menghasilkan scientific method dan
dari hasil metode ini timbulah scientific knowledge karena Singkatnya
pengetahuan sains hanyalah pengetahuan yang logis – empiris saja.

2.3 Aliran Empirisme


Kata ini berasal dari bahasa Yunani emoeiria, empeiros (berarti
berpengalaman dalam, berkenalaan dengan, terampil untuk).4Empirisme adalah
suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan anggapan rasionalis yang
mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat
bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak
sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi
merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu
6

pengetahuan dalam teori empirisme adalah pengalaman dan penginderaan


inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran
yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna bahwa:
1) Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
2) Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang dialami
3) Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan
4) Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari
pengalaman inderawi.

Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui


indera. Indera memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-
kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman.
Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penyusunan dan pengaturan
kesan-kesan yang bermacam- macam.
Kelemahan aliran ini cukup banyak, diantaranya yang pertama ialah indera
terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak.
Ketebatasan kemampuan indera ini melaporkan bahwa tidak sebagaimana adanya;
dari sini akan membentuk pengetahuan yang salah. Kemudian yang kedua
ialah indera menipu. Pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas
dirasakan dingin. Ini juga akan menimbulkan pengetahuan yang empiris. Yang
ketiga ialah objek yang menipu, contohnya ilusi.
Kelemahan yang keempat ialah berasal dari indera atau objek sekaligus.
Yang mana mata (indera penglihatan) tidak dapat melihat keseluruhan seekor
kerbau tersebut, dan seekor kerbau tersebut juga tidak dapat memperlihatkan
seluruh anggota badannya. Andaikan saja ketika kita melihatnya dari
depan, kita hanya dapat melihat kepalanya saja yang mana kita tidak akan melihat
ekornya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aliran ini lemah karena keterbatasan
indera atau objek tersebut. Maka dari itu aliran empirisme sangatlah bertentangan
dengan aliran rasionalisme.
7

2.4 Penerapan Aliran Rasionalisme


Penerapan paham rasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya, jika seseorang mampu menjawab semua soal ujian degan baik dan benar,
kemudian seseorang itu aktif dalam berdikusi di kelas, maka ia pun akan
mendapatkan nilai A. Rasionalisme membuat kita meraih kebeneran dan berpikir
secara objektif sesuai dengan akal pikiran.
Walaupun satu sisi rasionalisme membawa semangat kebebasan individu
yang kemudian diharapkan munculnya kreativitas tetapi disisi lain dari sinilah
munculnya paham sekularisme. Paham ini kemudian banyak memberikan dampak
terhadap kewacanaan dan penyelenggaran pendidikan yang disandingkan dengan
agama dan kepercayaan umat manusia termasuk kaum muslim di Indonesia.
Rasionalisme menjadi landasan perfikir para penyelenggaran pendidikan
di negeri ini, semangatnya terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang banyak
menitikberatkan pada kemampuan logika semata dan sedikit banyak
mengenyampingkan potensi, talenta, motivasi, kemauan, kemampuan peserta
didik yang lainnya. Semangat pendidikan semacam itu merupakan turunan dari
cara berfikir berbasis rasionalisme.
Misalnya, dalam hal ini adalah kebijakan tentang UN, apakah persoalan
hidup yang mereka hadapi hanya mampu dipecahkan dengan berbekal kemahiran
mereka dalam menjawab soal-soal normatif diatas kertas. Peserta didik pada
akhirnya miskin pengalaman atau belum banyak teruji di lapangan dan cenderung
normatif serta tidak kreatif menghadapi persoalan hidup dan menyelesaikannya.
Peserta didik kemudian berkembang tidak dengan seluruh potensi yang mereka
miliki tetapi hanya berbekal logika tersebut, sebuah perkembangan yang timpang
dan tidak utuh, hal ini tentu saja dilarang agama Islam yang melarang cara-cara
seperti ini karena terlalu menyederhanakan ciptaan-Nya yang mulia dan penuh
potensi yang bernama manusia.
Pendidikan adalah proses pembudayaan manusia, yakni usaha sadar untuk
mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia, yang dilakukan baik
dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat dan berlakuseumur hidup.
Pendidikan adalah proses regenerasi untuk melangsungkan eksistensi manusia
8

budaya yang lebih maju. Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan manusia


Indonesia seutuhnya yaitu manusia pembangunan yang berkembang secara
integral, selaras, serasi, seimbang antara cipta, rasa, karsa dan karya serta jasmani-
rohani yang sehat. Kurikulum pendidikan, melaksanakan kurikulum yang
komprehensif, memadukan antara teori dan praktek. Proses belajar dan mengajar,
mengembangkan proses komunikasi diagonal (interaksi aktif).Mengembangkan
cara belajar siswa aktif. Hakekat proses belajar dan mengajar, dalam proses
belajar mengajar terjadi interaktif antara siswa dengan lingkungan belajar yang
diatur oleh guru, proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan
media atau teknologi pendidikan yang tepat guna, kegiatan belajar mengajar
direncanakan dan diimplementasikan menjadi suatu sistem, materi dan sistem
penyajian bersifat dinamis selalu berkembang. Guru sebagai pendidik adalah agen
perubahan, berfungsi sebagai pemimpin dan pendukung serta pengembang nilai-
nilai hidup dimasyarakat, sebagai fasilitator dan bertanggung jawab atas tujuan
belajar.
Dalam hal kurikulum, mayoritas pola rancangan dan pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam akan banyak memakai cara-cara yang
berkesadaran Eropasentris, dalam hal ini
- Pola kurikulum yang menekankan pada isi,
- Pola kurikulum yang menekankan pada proses,
- Pola kurikulum yang menekankan perpaduan pada isi dan proses
serta pengalaman belajar sekaligus.
Pola pertama, yang menekankan terhadap isi dan memandang manusia
sebagai subyek mati dan harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang
sudah mapan, pada akhirnya fungsi kurikulum sebagai alat untuk mentransfer dan
mewariskan sistem nilai dan ilmu pengetahuan yang sudah baku. Peserta didik
sudah dianggap cukup menjalani hidupnya hanya dengan seperangkat
pengetahuan tertentu, peserta didik pada akhirnya memiliki kemampuan yang
parsial dan terdistorsi, output pendidikan seperti ini akan merasa asing dengan
perkembangan dan gagap menghadapi perubahan sebagai akibat dari pendekatan
instrumental dalam merancang kurikulum. Pandangan ini tak ubahnya semangat
9

rasionalisme Descartes dengan subyek universalnya yang merasa jauh dari


aktivitas keseharian dan problem kehidupan, kesadaran subyek universal
kemudian menjaga jarak dan terasing menyendiri ditengah tantangan hari ini dan
masa depannya. Subyek universal sudah merasa cukup dan puas dengan
pengetahuan murninya/innate. Dilain pihak pengaruh positivisme juga begiru
tampak dalam pendekatan instrumental, taruhlah dalam hal ini standarisasi
pengetahuan, kompotensi yang harus dimilki peserta didik. Penyeragaman dan
fixsasi pemikiran, kemampuan dan aktivitas tidak dapat dihindari. Semua hal
dalam kurikulum ini akan terukur dan terstandarisasi dalam sebuah kepastian
angka-angka.
Pola kedua menekankan terhadap anggapan bahwa peserta didik sejak
lahir sudah memiliki potensi-potensi. Kurikulum pada akhirnya dirancang dan
diarahkan untuk menyediakan dan menciptakan lingkungan/situasi yang
mendukung dan menunjang adanya potensi yang sudah ada. Anggapan adanya
potensi dasar/pengetahuan dasar dan murni pada diri manusia pada mulanya
merupakan dasar-dasar dari rasionalisme. Dalam rasionalisme- pengetahuan, ide,
dan kebenaran akan lahir dengan mencocokkan Innate/apriori (pengetahuan
bawaan/ murni) dengan objek yang ada di luar innate. Kurikulum ini menjadikan
peserta didik sebagai subjek pendidikan karena kurikulum dirancang dengan
melihat potensi dan kemampuan peserta didik.
Ajaran tentang subjek yang menjadi sentral merupakan ajaran
rasionalisme: “Aku sangsi adalah substansi yang tidak dapat disangsikan
merupakan pengendali sejarah (Embrio Modern)”. Ajaran tentang obyek di luar
innate menemukan kesempurnaannya pada saat empirisme memberikan dasar-
dasar teoritiknya, sesuatu yang empirik dan faktual di lapangan menjadi hal yang
menentukan dan membantu akan kesimpulan-kesimpulan sebuah pengetahuan.
Empirisme berpandangan bahwa semua ide gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, biasanya berlawanan dengan
rasionalsme. Hobes menyatakan bahwa kenyataan terakhir adalah kenyataan
indrawi (material yang dialami) sehingga yang menjadi asas adalah materi dan
gerak, sehingga harus didasarkan pada observasi. Pola merancang dan
10

mengembangkan kurikulum semacam ini merupakan perbaduan apik antara


semangat rasionalisme (subjek peserta didik sebagai titik berangkat) dan
empirisme (objek sebagai titik berangkat dengan menciptakan situasi dan
lingkungan yang mendukung potensi-potensi subjek).
Pola ketiga adalah menekankan perpaduan pada isi dan proses serta
pengalaman belajar sekaligus. Pihak ini berasumsi bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lainnya,
berinteraksi dan bekerja sama. Isi pendidikan terdiri dari problem-problem aktual
yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Karena itu dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam
masyarakat sebagai isi pendidikan, sedangkan proses atau pengalaman belajar
peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta
bekerja secara kooperatif dan koloboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap
problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Pada bagian
ini emberio mengarahkan pendidikan untuk menyelesaikan problem-problem
kehidupan manusia sudah bisa dilihat. Semangat semacam ini pada mulanya
adalah semangat positivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan sebelumnya
masih terlau melangit dan ideal karena pengetahuan itu seharusnya membumi,
ajaran seperti ini kemudian mendapatkan titik terang pada awal madzhab kritis
muncul meskipun kelompok ini jatuh pada hal yang utopis karena belum
tersedianya dasar-dasar teoritik yang memadai. Positivisme yang jatuh pada
instrumentalisme dan ideologis kemudian madzhab kritis pada hal yang utopis[8]
telah menjadi semangat dalam merancang kurikulum pendidikan semacam ini.
Pada bagian memerankan teknologi dalam membuat kegiatan-kegiatan agar
peserta didik mempunyai pengalaman merupakan akibat dari saintisme yang
merupakan turunan dari positivisme.

2.5 Penerapan Aliran Empirisme


Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah
barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut
penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan
11

yang tertinggi. Berbeda dengan rasionalisme dengan titik tumpu pengetahuan


berdasarkan rasio yang memang menempel secara alami, maka kita akan
menemukan perbedaan tajam dengan aliran yang satu ini, yaitu empirisme. Aliran
ini menegaskan bahwa pengetahuan manusia berdasarkan pengalaman. Atau
meminjam kata-kata John Locke, salah satu dedengkotnya … “Manusia itu ibarat
tabula rasa yang nantinya akan diwarnai oleh keadaan eksternalnya…”
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :
Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.
Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran defisional logika dan
matematika)
Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita.
Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan yang diperoleh dari
pengalaman.
Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

2.6 Kelebihan dan kekurangan


1) Rasionalisme
Kelebihan :
a. Mampu menyusun system keilmuan yang berasal dari manusia.
b. Dengan menalar, manusia mampu menjelaskan pemahaman–
pemahaman yang rumit dan bersifat abstrak.
c. Kebenaran diperoleh dari sebab-sebab yang menyatakan benar.
d. Memberikan kerangka berfikir yang koheran dan logis
12

Kekurangan :
a. Rasionalisme gagal dalam menjelaskan perubahan dan
pertambahan pengetahuan manusia. Banyak dari idde rasionalisme
yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu
kemudian pada waktu yang lain.
b. Pengetahuan yang dibangun oleh rasionalisme hanyalah dibentuk
oleh ide yang tidak dapat dan dilihat.
c. Kebanyakan orang merasa kesulitan untuk menerapkan konsep
rasionalisme dalam kehidupan keseharian yang praktis.
2) Empirisme
Kelebihan empirime adalah pengalaman indera merupakan sumber
pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-
fakta yang terjadi di lapangan.
Sedangkan kelemahan empirisme cukup banyak diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil
benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat
melaporkan objek salah.
2. Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulara rasanya pahit,
udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan
empiris yang salah juga.
3. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu
sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia
membihongi indera. Ini jleas dapat menimbulkan inderawi yang salah.
4. Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata) tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga
tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Jika
melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan
kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan
ekornya. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aliran Rasionalisme adalah Rasionalisme adalah paham filsafat yang
menyatakan akal (reason) adalalah terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran rasionalisme, sesuatu pengetahuan diperoleh dengan cara
berpikir.1Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya pada rasio sajalah yang dapat
membawa orang kepada kebenaran.
Aliran Empirisme adalah Paham yang berpendapat bahwa indera atau
pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber primer dari
pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang
paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori empirisme
adalah pengalaman dan penginderaan inderawi.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Husdarta,HJS. 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.


Jariono,Gatot. Dinamika Olahraga dan Pengembangan Nilai
http://gatottjarion.blogspot.com/2012/12/dinamika-olahraga-dan-
pengembangan-nilai.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/penerapan-aliran-empirisme-
dalam-pendidikan/
https://www.slideshare.net/hafiszhsatwiko/filsafat-olahraga
http://norwitaariany.blogspot.com/2011/02/aliran-empirisme-dalam-
pendidikan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme#:~:text=Rasionalisme%20atau
%20gerakan%20rasionalis%20adalah,bukan%20berasal%20dari
%20pengalaman%20inderawi.
15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
2.1 Filsafat Olahraga...................................................................... 3
2.2 Aliran Rasionalisme................................................................. 4
2.3 Aliran Empirisme..................................................................... 5
2.4 Penerapan Aliran Rasionalisme............................................... 6
2.5 Penerapan Aliran Empirisme................................................... 7
2.6 Kelebihan dan kekurangan....................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................... 13
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

ii
16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.
Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa
menyelesaikan makalah bertema Pancasila. Tidak lupa shawalat serta salam
tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita
nantikan kelak.
Makalah berjudul “Aliran Filsafat Rasionalisme dan Aliran Filsafat
Empirik” Adapun penulisan makalah bertema Aliran filsafat rasionalisme dan
empirik ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Olahraga.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

Muara Bungo, Oktober 2020

i
17

MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA


"ALIRAN FILSAFAT RASIONALISME DAN ALIRAN EMPIRIK"

DISUSUN OLEH:
1. DENDI ANGGERA
2. M.RISKY

DOSEN PEMBIMBING:
RAJA BANI PILITAN, M.Pd., Aifo

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai