Anda di halaman 1dari 10

PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH TANGGA

DI KECAMATAN KRATON KOTA YOGYAKARTA


Iqbal Ardianto
iqbal.putra.riasdianto@gmail.com

Umi Lisyaningsih
listyaningsih_umi@yahoo.com

Abstract
Patriarchy culture that still entrenched in community, which position of women more
in the domestic sector. However with along the development information, science and
technology will affect the culture. This study aims to look at the role of women in decision-
making in the household. By looking at the characteristics of women in the study site, age,
education, job, age at first marriage and the age difference between husband and wife. The
result of this study is the characteristics of the respondents were most of the respondents
were most of the respondents aged 30-49 years, a lot of women were are already working,
mostly women have been educated, married women on average at the age of 23-26 years, and
the age difference between husband and wife mostly less than 1 year. The role of women in
household decision-making is still largely in the domestic domain, all the characteristics of
respondents no relation to the role of women in household decision-making. The role of
women in household decision-making is still in the patriarchy culture influence.

Keywords : The role of women, decision-making, domestic, public.

Abstrak

Kebudayaan patriarkhi yang masih mengakar kuat di masyarakat, dimana


memposisikan perempuan lebih pada sektor domestik. Namun seiring berkembangnya
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh terhadap budaya tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam
rumah tangga. dengan melihat karakteristik perempuan di lokasi penelitian, seperti umur,
pendidikan, pekerjaan, usia kawin pertama, dan Selisih umur antara suami dan istri. Hasil
dari penelitian ini yaitu karakteristik responden adalah sebagian responden berumur 30-49
tahun, banyak perempuan yang sudah bekerja, sebagian besar perempuan sudah
berpendidikan tinggi, perempuan menikah rata-rata pada usia 23-26 tahun, dan selisih umur
suami dan istri sebagian besar kurang dari 1 tahun. Peran perempuan dalam pengambilan
keputusan rumah tangga sebagian besar masih dalam ranah domestik, semua karakteristik
responden tidak ada hubungan terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan
rumah tangga. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga masih di
pengaruhi kebudayaan patriarkhi.

Kata kunci : Peran perempuan, pengambilan keputusan, domestik, publik.


PENDAHULUAN
Isu perempuan adalah isu yang waktu agama di Eropa menentukan bahwa
setua isu kemanusiaan itu sendiri. Para kawin somab (satu istri, satu suami)
pemimpin agama terdahulu telah merupakan perkawinan yang diakui oleh
menyuarakan isu perempuan sebagai gereja. Aturan ini meresmikan
bagian dari misi kebangkitan agamanya. domestisitas perempuan (Nunuk, 2004).
Isu perempuan menjadi semakin kuat dan Dalam upaya kesetaraan gender
massif bersamaan dengan isu maka muncul ideologi feminisme yang
demokratisasi dan tuntutan persamaan hak muncul dibarat. Dalam feminisme,
sipil dan politik pada awal abad ke 19, ideologi gender dipakai untuk membela
utamanya di Eropa. Pada awalnya , isu dan memajukan kepentingan-kepentingan
perempuan dimunculkan dalam apa yang kelompok (perempuan) yang
disebut dengan emansipasi perempuan termarjinalisasi dan memiliki posisi
dengan tuntutan pendidikan, hak politik subordinasi dalam masyarakat yang
dan perlakuan yang lebih manusiawi dari dominan (laki-laki). Feminisme menurut
kungkungan norma keluarga yang feudal Dzuharyantin, adalah sebuah ideologi yang
yang bersifat male property owner berangkat dari suatu kesadaran akan suatu
(Ruhaini, 2014). United Nation penindasan dan pemerasan terhadap
Development Program (UNDP) kemudian wanita dalam masyarakat, apakah itu
menyusun tolok ukur keberhasilan ditempat kerja ataupun dalam konteks
pembangunan melalui formula Human masyarakat secara makro, serta tindakan
Development Index (HDI), yaitu indikator sadar baik oleh wanita maupun pria untuk
komposit/gabungan yang terdiri dari tiga mengubah keadaan tersebut. Gerakan
ukuran : kesehatan, pendidikan, dan feminis mencoba untuk mewujudkan
tingkat pendapatan riil. UNDP kemudian sebuah masyarakat yang harmonis tanpa
menyusun formula baru yang pengisapan dan diskriminasi, demokratis,
mengakomodasi perspektif gender, yaitu dan bebas dari pengkotakan berdasarkan
Gender-related Develoment Index (GDI). kelas, kasta, dan bias jenis kelamin
GDI mempunyai indikator yang sama (Widiastuti, 2005).
dengan HDI, namun memperhitungkan Rosemary Tong, dalam bukunya
kesenjangan pencapaian antara perempuan yang berjudul Feminist Thought: A
dan laki-laki. Selisih semakin kecil antara Comprehensive Introduction (1989) ,
GDI dan HDI menyatakan semakin menunjukan beberapa perspektif yang
rendahnya kesenjangan Gender. UNDP berkembang dibarat. Menurut perspektif
menyusun juga formula Gender feminisme sosialis, kapitalisme patriarki
Empowerment Measurenment (GEM) yang merupakan ideologi yang menyebabkan
menitikberatkan pada partisipasi, dengan terjadinya penindasan terhadap kaum
cara mengukur ketimpangan gender perempuan. Rumah adalah tempat dimana
dibidang ekonomi, politik, dan sosialisasi awal konstruksi patriarki itu
pengambilan keputusan. terjadi. Para orang tua memberlakukan
bias gender pertama-tama pada saat
Salah satu ekses ideologi gender memberi perlakuan aturan dan jenis
adalah terbentuknya struktur budaya mainan yang berbeda kepada anak laki-
patriarkhi. Dalam budaya ini, kedudukan laki dan anak perempuan. Mobil-mobilan
perempuan ditentukan lebih rendah dan robot untuk anak-anak laki-laki, dan
daripada laki-laki. Di dalam masyarakat, boneka serta bunga untuk perempuan.
terjadi dominasi laki-laki atas perempuan Konstruksi peran berdasarkan jenis
diberbagai bidang kehidupan. Menurut kelamin kemudian menciptakan dikotomi
sejarah, patriarchy private muncul pada sifat yang diletakkan pada laki-laki dan
perempuan, yaitu Feminin dan maskulin publik ataupun sebaliknya. Penelitian ini
(Widiastuti, 2005). menggunakan disiplin ilmu Geografi,
Feminin meliputi sifat emosional, dimana geografi mempelajari hubungan
lemah lembut, tidak mandiri, dan pasif. kasual gejala-gejala muka bumi dan
Sedangkan maskulin mencakup sifat peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka
rasional, agresif, mandiri dan eksplosif. bumi, baik yang fisik maupun yang
Sifat-sifat tersebut mengkonstruksikan menyangkut mahluk hidup beserta
pemilahan kerja domestik dan publik. permasalahannya melalui pendekatan
Pemilahan sifat dan peran tersebut keruangan, ekologi, dan regional unruk
mengakibatkan terjadinya dominasi dan kepentingan program, proses, dan
subordinasi. Karena sifat perempuan yang keberhasilan pembangunan (Bintarto,
feminin maka membutuhkan perlindungan 1986). Pengertian tersebut menjelaskan
dari laki-laki yang maskulin. Maka muncul bahwa geografi tidak hanya mempelajari
dominasi laki-laki terhadap perempuan, aspek fisik saja namun mempelajari aspek
baik dalam kehidupan domestik maupun di non-fisik juga yaitu aspek sosial yang
ranah publik. Dalam kehidupan rumah berupa kependudukan dan segala
tangga, laki-laki atau suami ditempatkan interaksinya. Penelitian aspek sosial yang
oleh budaya pada posisi sebagai kepala dikaji adalah unit terkecil dari masyarakat
rumah tangga, sedang perempuan atau istri yaitu rumah tangga. Disiplin ilmu
sebagai orang kedua. Istri digambarkan Geografi menggunakan tiga pendekatan
sebagai pendamping suami, bahkan utama untuk melakukan suatu kajian yaitu
pendamping yang pasif (Widiastuti, 2005). pendekatan Keruangan, ekologi, dan
Berdasarkan kecenderugan kompleks wilayah.
masyarakat pada umunya, citra seorang
perempuan selalu dianggap lebih rendah METODELOGI PENELITIAN
daripada laki-laki. Banyak fakta yang
memperlihatkan bahwa kebanyakan Tujuan dari penelitian ini adalah
seorang perempuan selalu diposisikan di mengetahui karakteristik perempuan di
bawah kaum laki-laki. Perempuan dan Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta,
laki-laki seharusnya memiliki kesempatan Mengetahui peran perempuan dalam
dan hak yang sama dalam kebebasan pengambilan keputusan rumah tangga di
bersuara, berpendapat, dan Kecamatan Kraton, dan Mengetahui
mengaktualisasikan dirinya sehingga hubungan karakteristik perempuan
tercipta sebuah kesinergisan yang saling terhadap peran perempuan dalam
menguntungkan. Dalam sebuah Negara pengambilan keputusan rumah tangga di
hendaknya kesetaraan antara perempuan Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta.
dan laki-laki diperlukan karena kesetaraan
akan meningkatkan kemampuan Negara Metode yang digunakan dalam
untuk berkembang, mengurangi Penelitian ini adalah metode penelitian
kemiskinan, dan menjalankan kuantitatif dengan menggunakan
pemerintahan lebih efektif (Worldbank, pendekatan Geografi yaitu pendekatan
2005). Keruangan. Aspek keruangan yang
Penelitian ini untuk melihat bentuk dimaksud adalah kondisi sosial dan
peran perempuan dalam pengambilan kebudayaan masyarakat di lokasi
keputusan dalam rumah tangga, dimana penelitian. Lokasi penelitian berada di
dengan perkembangan Teknologi dan Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta dan
Informasi, berpengaruh atau tidak terhadap yang menjadi lokasi untuk sampel adalah
pergeseran peran perempuan dalam rw 06 dan rw 07 Kelurahan Patehan
pengambilan keputusan dalam rumah Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta.
tangga dari sektor domestik ke sektor
Penelitian ini menggunakan data rumah tangga yang mempengaruhi seorang
primer untuk melakukan analisis. Data perempuan untuk ikut berperan dalam
primer didapatkan dengan menggunakan pengambilan keputusan dalam rumah
metode survey dan wawancara terstruktur. tangga. Karakteristik perempuan yang
Data sekunder digunakan untuk digunakan antara lain Umur dari
mendukung data primer. Data sekunder perempuan, Pendidikan yang ditamatkan
menggunakan data-data yang disediakan oleh perempuan, pekerjaan dari
oleh instansi-instansi terkait seperti BPS, perempuan, usia kawin pertama
BAPEDA, dan instansi lainnya. Populasi perempuan/istri, dan selisih umur suami
yang digunakan adalah Istri. dan istri.
Karakteristik umur perempuan
Variabel yang digunakan dalam berdasarkan hasil penelitian adalah
penelitian digunakan dua variable, yaitu sebagian besar perempuan berada pada
variable pengaruh dan variable usia 30-39 tahun perempuan pada tahap
terpengaruh. Variabel pengaruh adalah dewasa awal, dan pada usia 40-49 tahun
karakteristik perempua di wilayah dimana perempuan pada tahap dewasa
penelitian antara lain, Umur perempuan madya atau dewasa pertengahan. Tahap
atau istri, pendidikan yang ditamatkan dewasa awal terjadi perubahan-perubahan
perempuan, usia kawin pertama fisik dan psikologis dimana disertai
perempuan, dan selisih umur suami dan berkurangnya kemampuan reproduksi pada
istri. Variabel terpengaruh adalah penghujung masa dewasa awal. Tahap
pengambilan keputusan dalam rumah dewasa madya perempuan pada umumnya
tangga oleh perempuan di ranah domestic, pola kehidupannya sudah tetap, sedikit
pengambilan keputusan dalam rumah sekali kesempatan untuk berubah.
tangga yang di ambil bersama antara Perempuan akan mengalami berbagai
suami dan istri, dan pengambilan masalah, baik secara fisik dan mental.
keputusan dalam rumah tangga oleh Perempuan yang berada pada dewasa
pererempuan di ranah publik. madya harus menghadapi menurunnya
kekuatan fisik, perubahan susunan
Penelitian ini untuk menganalisis
keluarga, terbatasnya kemungkinan
data digunakan dua cara yaitu dengan
perubahan pada masa yang akan datang.
menggunakan tabel frekuensi dan
Karakteristik perempuan menurut
menggunakan tabel silang. Tabel frekuensi
pendidikan yang ditamatkan berdasarkan
digunakan untuk mengetahui karakteristk
hasil penelitian adalah sebagian besar
perempuan dan peran perempuan dalam
responden berpendidikan SMA dan
pengambilan keputusan dalam rumah
Perguruan tinggi, Walaupun masih ada 2.1
tangga di Kecamatan Kraton Kota
persen yang berpendidikan hanya sampai
Yogyakarta. Sedangkan tabel silang untuk
tamat SMP. Karakteristik tersebut
menganalisis hubungan variable pengaruh
menggambarkan bahwa lokasi penelitian
yaitu karakteristik perempuan terhadap
mempunyai sumberdaya manusia yang
variable terpengaruh yaitu peran
baik. Sumberdaya manusia yang baik
perempuan dalam pengambilan keputusan
didukung dengan Kota Yogyakarta yang
rumah tangga di Kecamatan Kraton Kota
merupakan Kota Pendidikan, dimana
Yogyakarta.
fasilitas dan aksesibilitas pendidikan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN tersedia dan memadai. Tersedia sekolah-
sekolah dari SD sampai Perguruan tinggi,
A. Karakteristik perempuan baik Negeri maupun swasta, dan
Karakteristik dari perempuan banyaknya Beasiswa dari pemerintah
berpengaruh terhadap peran perempuan maupun swasta. Sehingga kesempatan
dalam pengambilan keputusan dalam seseorang untuk mendapatkan pendidikan
sampai jenjang perguruan tinggi sangat keduanya menjadi lebih lancar karena rasa
terbuka lebar. sungkan terhadap keduanya relatif kecil.
Karakterisitik perempuan menurut Sehingga dengan komuniksi yang lancar
pekerjaan dari hasil penelitian sebagian antara suami dan istri keharmonisannya
besar responden atau perempuan 66 dapat terjaga.
persen adalah bekerja selain sebagai ibu
rumah tangga. Perempuan yang bekerja B. Peran perempuan dalam
pasti ada alasan-alasan yang menyertainya, pengambilan keputusan rumah
Saat dilakukan wawancara lebih tangga.
mendalam sebagian besar responden
Peran perempuan dalam pengambilan
memberi alasan untuk bekerja karena
keputusan dalam rumah tangga dari hasil
untuk membantu suami dalam memenuhi
penelitian bahwa peran perempuan dalam
kebutuhan keluarga.
pengambilan keputusan rumah tangga
Perempuan yang bekerja, 74 %
masih berkisar pada pengambilan
bekerja pada sektor formal dan 26 %
keputusan rumah tangga di ranah domestik
bekerja pada sektor informal. Lokasi
sebanyak 44,7 persen, walaupun ada yang
penelitian adalah berada di tengah kota
sudah berperan dalam pengambilan
Yogyakarta yang dimana kota tersedia
keputusan rumah tangga di ranah publik
segala fasilitas yang dapat mendukung
yang jumlahnya tidak sebanyak ranah
untuk kebutuhan hidup sehari-hari,
domestik yaitu sebesar 36,2 persen tetapi
termasuk fasilitas pekerjaan. Lapangan
tidak terlepas juga dari 19,1 persen
pekerjaan banyak tersedia, formal maupun
perempuan yang patut diperhitungkan
informal. Sehingga kesempatan seseorang
dalam pengambilan keputusan dalam
untuk mendapatkan pekerjaan atau
rumah tangga di ranah domestik dan ranah
membuat lapangan pekerjaan sendiri
publik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
terbuka luas. Didukung dengan Kota
sebagian besar perempuan di wilayah
Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota
penelitian masih berperan dalam
budaya, dan Kota destinasi wisata yang
pengambilan keputusan rumah tangga di
menyebabkan potensi adanya lapangan
ranah domestik.
pekerjaan semakin besar
Terdapat suatu hal unik yaitu
Karakteristik perempuan menurut
terjadi pergeseran nilai peran perempuan
Usia kawin pertama dari hasil penelitian
dalam pengambilan keputusan rumah
adalah sebagian besar responden menikah
tangga, dimana perempuan pendatang
pertama kali di atas umur 20 tahun dengan
lebih berperan dalam pengambilan
rata-rata perempuan menikah pada umur
keputusan di ranah domestik. Perempuan
23-26 tahun. Karakteristik ini telah sesuai
pendatang di wilayah penelitian berasal
dengan undang-undang perkawinan bahwa
dari dari dalam maupun luar DIY.
seorang perempuan boleh menikah di atas
Sedangkan perempuan asli di wilayah
umur 16 tahun. Dan kesehatan Reproduksi
penelitian lebih berperan dalam
perempuan menganjurkan untuk pertama
pengambilan keputusan rumah tangga di
kali melahirkan pada umur 20 tahun.
ranah publik. Dengan demikian perempuan
Karakteristik perempuan menurut
yang merupakan masyarakat asli wilayah
Selisih umur suami dan istri dari hasil
penelitian telah dapat berperan dalam
penelitian adalah sebagian besar responden
pengambilan keputusan di ranah publik,
memiliki selisih umur dengan suaminya
dengan tidak terlepas dari budaya lokal
dibawah 1 tahun. Hubungan antara suami
yang masih menempatkan perempuan di
istri yang umurnya tidak terpaut jauh dapat
ranah domestik. Sedangkan perempuan
dikatakan hubungan sebagai teman sebaya.
yang berasal dari luar wilayah penelitian
Dengan demikian komunikasi antara
masih banyak yang berperan dalam
pengambilan keputusan rumah tangga di dalam pengambilan keputusan rumah
ranah domestik. tangga, perempuan dengan umur 20-29
tahun sebagian besar presentase berada
Meskipun kebudayaan Jawa yang pada ranah domestik sedangkan
masih mengakar kuat di masyarakat, di perempuan dengan umur lebih dari 40-49
perkuat dengan adanya Kraton Kasultanan tahun sebagian besar presentase berada di
Ngayogyakarta Hadiningrat yang ranah publik juga. Dengan demikian dapat
merupakan salah satu pusat kebudayaan dikatakan bahwa hubungan umur
dan adat istiadat Jawa. Namun dengan perempuan terhadap peran perempuan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan dalam pengambilan keputusan rumah
teknologi, serta kemudahan untuk tangga adalah tidak berhubungan, karena
mendapat informasi maka kebudayaan umur 20-29 maupun umur 40-49 memiliki
dalam memandang kedudukan dan peran presentase untuk peran perempuan dalam
perempuan pun berkembang. Wildan pengambilan keputusan di ranah publik
(2009) dalam penelitiannya bahwa presentasinya tidak terpaut jauh dan
“pandangan masyarakat Kraton presentase untuk umur 20-29 tahun lebih
Yogyakarta Hadiningrat tentang besar.Korelasi Rank-Spearman telah
kedudukan dan peran perempuan sebagai memperkuat bahwa tidak ada hubungan
istri mengalami perubahan dan selalu yang signifikan antara umur perempuan
mengikuti serta menyesuaikan atau responden terhadap peran perempuan
perkembangan zaman. Peran publik dalam pengambilan keputusan rumah
dijalankan oleh perempuan Jawa haruslah tangga. Dimana nilai koifisien korelasi
demi membantu suami dalam usaha sebesar 0,212 dapat dibaca hubungan
pemenuhan kebutuhan keluarga”. korelasi adalah positif namun korelasinya
rendah. Nilai Sig sebesar 0,152 dapat
Perkembangan kebudayaan seperti
dibaca bahwa nilai tersebut lebih besar
dalam penelitian Wildan (2009) tersebut
dari 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi
harusnya menjadi angin segar bagi
yang signifikan antara varabel yang
perempuan untuk dapat ikut serta dalam
dihubungkan. Maka dari korelasi tersebut
pengambilan keputusan dalam rumah
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
tangga di ranah publik. Tetapi perempuan
umur perempuan terhadap peran
yang ikut berperan di ranah publik
perempuan dalam pengambilan keputusan
jumlahnya masih sedikit dibandingkan
rumah tangga adalah berhubungan positif,
dengan peran perempuan diranah domestik,
tetapi korelasinya rendah dan tidak
walaupun masih ada perempuan yang
signifikan. Menurut Sajogyo (1983) dalam
dapat diperhitungkan karena dapat
Setyaningrum (2008) Hubungan antara
berperan dalam pengambilan keputusan
umur perempuan terhadap peran
rumah tangga di ranah domestik maupun
perempuan dalam pengambilan keputusan
publik. Dengan berperannya perempuan
rumah tangga adalah hubungan positif,
dalam pengambilan keputusan dalam
maka dengan bertambahnya umur seorang
rumah tangga di ranah publik maka akan
perempuan maka perempuan tersebut akan
membantu pemerintah dalam
semakin dapat berperan dalam
menyukseskan pemberdayaan perempuan.
pengambilan keputusan rumah tangga
C. Hubungan karakteristik perempuan terutama untuk pengambilan keputusan
terhadap peran perempuan dalam rumah tangga di ranah publik. Namun
pengambilan keputusan rumah dengan hasil penelitian bahwa korelasi
tangga. yang lemah dan tidak signifikan hubungan
antara umur perempuan terhadap peran
Hasil penelitian pada hubungan umur perempuan dalam pengambilan keputusan
perempuan terhadap peran perempuan rumah tangga, maka wilayah penelitian ini
tidak sesuai dengan teori yang hubungan yang lemah dan tidak ada
dikemukakan oleh Sajogyo (1983) dalam signifikan hubungan antara pendidikan
Setyaningrum (2008). perempuan terhadap peran perempuan
dalam pengambilan keputusan rumah
Hasil penelitian hubungan tangga, maka wilayah penelitian ini tidak
pendidikan yang ditamatkan perempuan sesuai dengan teori yang dikemukakan
terhadap peran perempuan dalam oleh Sajogyo (1983) dalam Setyaningrum
pengambilan keputusan dalam rumah (2008).
tangga bahwa perempuan yang
berpendidikan SMP/Sederajat dan Hasil penelitian hubungan
SMA/Sederajat lebih banyak berperan di pekerjaan perempuan terhadap peran
ranah domestik daripada ranah publik perempuan dalam pengambilan keputusan
dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga bahwa perempuan yang
rumah tangga. Namun perempuan yang tidak bekerja maupun yang sudah bekerja
pendidikannya perguruan tinggi presentase tidak ada perbedaan. Perempuan yang
untuk peran domestik dan peran publik tidak bekerja dan bekerja lebih banyak
hampir sama. Maka hubungan pendidikan presentase berperan dalam pengambilan
yang di tamatkan perempuan terhadap keputusan rumah tangga di ranah
peran perempuan di ranah publik dalam domestik. Walaupun perempuan bekerja
penelitian ini adalah tidak berhubungan. tetapi dimungkinkan seorang perempuan
Korelasi Rank-Spearman telah tersebut tidak dapat berperan dalam
memperkuat bahwa tidak ada hubungan pengambilan keputusan yang berkaitan
yang signifikan antara pendidikan tertinggi dengan ranah publik. Maka hubungan
yang ditamatkan perempuan atau pekerjaan perempuan terhadap peran
responden terhadap peran perempuan perempuan dalam pengambilan keputusan
dalam pengambilan keputusan rumah rumah tangga dalam penelitian ini tidak
tangga. Dimana nilai koifisien korelasi berhubungan.Korelasi Rank-Spearman
sebesar 0,110 dapat dibaca hubungan telah memperkuat bahwa tidak ada
korelasi adalah positif namun korelasinya hubungan yang signifikan antara
rendah. Nilai Sig sebesar 0,460 dapat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
dibaca bahwa nilai tersebut lebih besar perempuan atau responden terhadap peran
dari 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi perempuan dalam pengambilan keputusan
yang signifikan antara varabel yang rumah tangga. Dimana nilai koifisien
dihubungkan. Maka dari korelasi tersebut korelasi sebesar -0,018 dapat dibaca
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara hubungan korelasi adalah negatif namun
pendidikan tertinggi yang ditamatkan korelasinya rendah. Nilai Sig sebesar
perempuan terhadap peran perempuan 0,905 dapat dibaca bahwa nilai tersebut
dalam pengambilan keputusan rumah lebih besar dari 0,05 sehingga tidak
tangga adalah berhubungan positif, tetapi terdapat korelasi yang signifikan antara
korelasinya rendah dan tidak signifikan. varabel yang dihubungkan. Maka dari
Menurut Sajogyo (1983) dalam korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Setyaningrum (2008) bahwa faktor hubungan antara pekerjaan perempuan
pendidikan berhubungan positif dengan terhadap peran perempuan dalam
peran perempuan dalam pengambilan pengambilan keputusan rumah tangga
keputusan rumah tangga, semakin tinggi adalah berhubungan negatif, dan
pendidikan seorang perempuan maka akan korelasinya rendah dan tidak signifikan.
lebih berperan dalam pengambilan Menurut Sajogyo (1983) dalam
keputusan rumah tangga, khususnya Setyaningrum (2008) bahwa faktor
pengambilan keputusan rumah tangga di pekerjaan atau harta kekayaan istri
ranah publik. Hasil penelitian menunjukan berhubungan positif dengan peran
perempuan dalam pengambilan keputusan yang signifikan antara varabel yang
rumah tangga, perempuan yang bekerja dihubungkan. Maka dari korelasi tersebut
akan membuat seorang perempuan akan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
lebih berperan dalam pengambilan Usia kawni pertama perempuan terhadap
keputusan rumah tangga, khususnya peran perempuan dalam pengambilan
pengambilan keputusan rumah tangga di keputusan rumah tangga adalah
ranah publik. Berdasarkan hasil penelitian berhubungan negatif, dan korelasinya
menunjukan hubungan negatif, hubungan rendah dan tidak signifikan hubungan
yang lemah, dan tidak signifikan antara variabel yang dihubungkan.
hubungan pekerjaan perempuan terhadap Menurut Singarimbun (1996)
peran perempuan dalam pengambilan dalam Setyaningrum (2008) bahwa
keputusan rumah tangga, maka wilayah hubungan usia kawin pertama perempuan
penelitian ini tidak sesuai dengan teori terhadap peran perempuan dalam
yang dikemukakan oleh Sajogyo (1983) pengambilan keputusan rumah tangga
dalam Setyaningrum (2008). adalah berhubungan positif, yaitu semakin
Hasil penelitian hubungan usia usia kawin pertama seorang perempuan
kawin pertama perempuan terhadap peran pada kondisi yang matang, maka
perempuan dalam pengambilan keputusan perempuan tersebut akan semakin
rumah tangga bahwa perempuan yang berperan dalam pengambilan keputusan
menikah pada usia muda yaitu usia 19-22 rumah tangga, khususnya pengambilan
tahun tidak ada perbedaan antara keputusan rumah tangga di ranah publik.
pengambian keputusan dalam rumah Hasil menunjukan hubungan yang negatif,
tangga di ranah domestik maupun hubungan yang lemah, dan tidak signifikan
pengambilan keputusan di ranah publik. antara hubungan usia kawin pertama
Untuk usia kawin pertama seorang perempuan terhadap peran perempuan
perempuan yang lebih tua yaitu berumur dalam pengambilan keputusan rumah
lebih dari 27 tahun lebih banyak berperan tangga. Maka wilayah peneltian ini tidak
dalam pengambilan keputusan dalam sesuai dengan teori yang yang
rumah tangga di ranah domestik. Maka dikemukakan oleh Singarimbun (1996)
hubungan antara usia kawin pertama dalam Setyaningrum (2008).
perempuan terhadap peran perempuan Hasil penelitian hubungan selisih
dalam pengambilan keputusan rumah umur suami dan istri terhadap peran
tangga dalam penelitian ini adalah tidak perempuan dalam pengambilan keputusan
berhubungan, karena secara teori semakin rumah tangga bahwa perempuan yang
tinggi usia kawin pertama seorang mempunyai selisih umur dengan suami
perempuan maka perempuan akan dapat kurang dari 1 tahun lebih banyak berperan
berperan dalam pengambilan keputusan di ranah publik yaitu sebesar 50 persen
dalam rumah tangga diranah dibandingkan dengan selisih umur di atas
publik.Korelasi Rank-Spearman telah 1 tahun, namun untuk selisih umur 2 tahun
memperkuat bahwa tidak ada hubungan jumlah perempuan yang berperan dalam
yang signifikan antara pendidikan tertinggi ranah domestik meningkat menjadi 70
yang ditamatkan perempuan atau persen, dimana untuk selisih umur 3 tahun
responden terhadap peran perempuan sebesar 50 persen. Dinamika ini
dalam pengambilan keputusan rumah berlawanan yang seharusnya semakin kecil
tangga. Dimana nilai koifisien korelasi selisih umur maka perempuan yang
sebesar -0,182 dapat dibaca hubungan berperan di ranah domestik semakin kecil.
korelasi adalah negatif namun korelasinya Maka hubungan selisih umur suami dan
rendah. Nilai Sig sebesar 0,221 dapat istri terhadap peran perempuan di ranah
dibaca bahwa nilai tersebut lebih besar pubik adalah tdak berhubungan.Hasil
dari 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi Korelasi Rank-Spearman hubungan yang
lemah dan tidak signifikan antara selisih ada yang sudah berperan dalam
umur suami dan istri terhadap peran pengambilan keputusan rumah tangga di
perempuan dalam pengambilan keputusan ranah publik. Hubungan karakteristik
rumah tangga. Dimana nilai koifisien perempuan terhadap peran perempuan
korelasi sebesar -0,167 dimana dapat dalam pengambilan keputusan rumah
dibaca hubungan korelasi adalah negatif tangga adalah mempunyai hubungan yang
namun korelasinya rendah. Nilai Sig lemah, sehingga karakteristik perempuan
sebesar 0,261 dapat dibaca bahwa nilai di Kecamatan Kraton tidak serta merta
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga mempengaruhi perannya dalam
tidak terdapat korelasi yang signifikan pengambilan keputusan rumah tangga di
antara variabel yang dihubungkan. Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta.
Menurut Singarimbun (1996) dalam Budaya Patriarkhi dalam masyarakat
Setyaningrum (2008) hubungan selisih masih mempengaruhi peran perempuan.
umur suami dan istri terhadap peran
perempuan dalam pengambilan keputusan DAFTAR PUSTAKA
dalam rumah tangga adalah hubungan
Asyiek, Fauzia, dkk, 1994, Wanita,
negatif, yaitu semakin sedikit selisih umur
aktivitas ekonomi dan
suami dan istri, maka seorang perempuan
domestik : Kasus Pekerja
akan dapat berperan dalam pengambilan
Industri Rumah Tangga
keputusan rumah tangga, khususnya
pangan di Sumatra Selatan,
pengambilan keputusan rumah tangga di
Pusat Penelitian
ranah publik. Hasil penelitian menunjukan
Kependudukan Universitas
hubungan yang lemah, hubungan negatif,
Gadjah Mada : Yogyakarta.
dan hubungan yang tidak signifikan antara
selisih umur suami dan istri terhadap peran
perempuan dalam pengambilan keputusan
Cholil, Abdullah, 2007, A to Z 26 Kiat
rumah tangga. Maka wilayah penelitian ini
Menata Keluarga, PT Elex
tidak sesuai dengan teori yang
Media Komputindo : Jakarta.
dkemukakan oleh Singarimbun (1996)
From http://books.google.co.id
dalam Setyaningrum (2008)

KESIMPULAN Fakih, Monsour, 1996, Analisis Gender


dan Transformasi Sosial,
Karakteristik perempuan di lokasi Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
penelitian Kecamatan Kraton Kota
Yogyakarta dalam penelitian ini adalah Harnilawati, 2013, Konsep dan Proses
sebagai berikut , Umur perempuan Keperawatan Keluarga,
sebagian besar pada umur 30-49 tahun, Pustaka As Salam : Sulawesi
sebagian besar perempuan sudah bekerja, Selatan. From
perempuan sudah banyak yang http://books.google.co.id.
berpendidikan tinggi hingga perguruan
tinggi, sebagian besar perempuan menikah Irianto, Sulistyowati, 2006, Perempuan
untuk pertama kali pada usia 23-26 tahun, dan Hukum : Menuju Hukum
dan selisih umur suami dan istri sebagian yang Berperspekstif
besar hanya terpaut kurang dari 1 tahun. Kesetaraan dan Keadilan,
Peran perempuan dalam pengambilan Yayasan Obor Indonesia:
keputusan dalam rumah tangga di Jakarta.Fromhttp://books.goog
Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta le.co.id
adalah sebagian besar masih berperan
dalam pengambilan keputusan rumah Luhulima, Achie Sudiarti, 2006, Bahan
tangga di ranah domestik, namun sudah Ajar Tentang Hak Perempuan
: UU. No. 7 Tahun 1984 Kelurahan Tegalreja,
tentang pengesahan Konvensi Kecamatan Cilacap selatan,
Mengenai Penghapusan Kabupaten Cilacap), Fakultas
Segala Bentuk Diskriminasi Geografi Universitas Gadjah
Wanita, Yayasan Obor Mada : Yogyakarta.
Indonesia : Jakarta.
From http://books.google.co.id Simatauw, Meentje, Leonard Simanjuntak,
Pantoro Tri Kuswordono, 2001,
Malahayati, 2010, I,M THE BOSS, Jogja Gender dan Pengelolaan
Bangkit Publisher : Sumber Daya Alam, Yayasan
Yogyakarta. PIKUL : Kupang.
From http://books.google.co.id
Surbakti, 2008, Sudah Siapkah Menikah:
Nunuk, A, P. Murniati, 2004, Getar Panduan bagi siapa saja yang
Gender Buku Kedua : sedang dalam proses
Perempuan Indonesia dalam menentukan hal penting dalam
Perspektif Agama, Budaya, hidup, PT Elex Media
dan Keluarga, Indonesiatera : Komputindo : Jakarta.
Magelang. From http://books.google.co.id.

Ruhaini, Dzuhayatin Siti, 2014, Laki-laki Umar, Marzuki Sa’abah, 2001,


yang (sedang) Berubah : Bagaimana Awet Muda dan
Cerita-cerita perubahan Laki- Panjang Usia, Gema Insani
laki di NTT dan NTB, Rifka Press : Jakarta.
Anissa : Yogyakarta. From http://books.google.co.id,
Saldi, Saparinah, 2010, Berbeda tetapi
Setara : Pemikiran Tentang Widiastuti, Tuti, 2005, “Jurnal
Kajian Perempuan, Kompas : KOMUNIKA warta ilmiah
Jakarta. populer komunikasi dalam
From http://books.google.co.id pembangunan”, VOL.8 NO.
1, 2005,
Semiun, Yustinus, 2006, Kesehatan Mental http://books.google.co.id,
1 : Pandangan umum mengenai
penyesuaian diri dan kesehatan Wildan, Syaiful, 2009, Kedudukan dan
mental serta teori-teori yang Peran Perempuan Sebagai
terkait, Kanisius : Yogyakarta. Istri Dalam Masyarakat
From http://books.google.co.id Kraton Yogyakarta
Hadiningrat (Studi Pertautan
Santoso, Singgih, 2003, Mengatasi Hukum Adat dan Hukum
Berbagai Masalah Statistik Islam), Universitas Islam
dengan SPSS Versi 11.5, PT Negeri Sunan Kalijaga :
Elex Media Komputindo : Yogyakarta.
Jakarta.
http://books.google.co.id. Worldbank,2005, Laporan penelitian
Kebijakan Bank Dunia:
Setyaningrum, Rita Dewi, 2008, Peran Pembangunan Berperspektif
Suami dan Istri Dalam Gender (Diterjemahkan oleh
Pengambilan Keputusan T. Marlita), Dian Rakyat :
Rumah Tangga (Kasus Jakarta.
Kelurahan Cilacap dan www.BPS.co.i

Anda mungkin juga menyukai