Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Post Traumatik Stress Disorder (PTSD) menurut American Psichology
Association (APA) merupakan suatu pengalaman seseorang yang mengalami
peristiwa traumatik yang dapat menyebabkan gangguan pada intergritas diri
individu sehingga individu ketakutan, ketidak berdayaan dan trauma sendiri
(Twonsend, 2002;Varcarolis, 2010). Definisi tentang PTSD juga dijelaskan
oleh Hodgkins. Menurut hodgkins, PTSD merupakan akibat dari suatu
bencana alam, penyakit terminal, serta kekerasan yang terjadi secara
mendadak, berlangsung cepat, dan menimbulkan trauma mendalam bagi
individu dalam semua rentang usia (Depos, 2012;Videbeck, 2008).
Kejadian PTSD setelah bencana tidak langsung muncul pada korban
(Amin, 2017). Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap
kejadian PTSD pada korban bencana. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain
sosiodemografi, karakteristik bencana yang dialami, dukungan sosial,
kehilangan yang dialami dan menjadi saksi atas kematian (Tian, wong, Li, &
Galea, 2008).
Dapat dari WHO (Maramis, 2005) menyebutkan angka penderita PTSD
berkisar antara 10 % sampai 20%. Walaupun angka ini bervariasi tergantung
pada kondisi masyarakat, ketahanan diri, budaya dan aspek lainnya, bukan
berarti PTSD tidak merupakan hal penting yang harus ditanggulangi. PTSD
merupakan salah satu masalah yang juga penting untuk ditanggulangi selain
masalah-masalah gangguan mental lainnya. Berdasarkan survey yang
dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala, Internasional Organization for
Migration (IOM), dan Universitas Harvard pada September 2006, ditemukan
penduduk yang menderita depresi mencapai 65 %, 69% mengalami gejala
kecemasan dan 34% mengalami gejala gangguan PTSD. Survei berikutnya
yang dilakukan pada tahuyn 2007 setelah tsunami di 14 kabupaten di aceh
ditemukan data sebanyak 35% menderita depresi, 10 % mengalami PTSD dan
39 % mengalami gejala kecemasan (Widystmoko, 2008).
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam,
non alam dan sisoalsehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Tipe
bencana alam di Indonesia antara lain yaitu bencana terkait gempa
bumitektonik: gempa,tsunami, longsor liquefaksi. Terkait bencana gunung
berapi: lahar, awan panas, hujan abu, lahar dingin. Terkait bencana banjir:
banjir sungai, banjir pasang air laut. Terkait bencana longsor. Terkit bencana
angina topan. Terkait bencana kekeringan. Serta terkait bencana kebaaran
hutan. Selain bencana alam ada juga bencana non alam, seperti konflik social,
epidemic kecelakaan transfortasi, kejadian luar biasa dan wabah penyakit.
(Karimatunnisa & Panjaitan, 2018).
Bencana pandemik Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang
berdampak pada kondisi kehidupan masyarakat di hampir 207 negara di
dunia, juga dirasakan dampaknya di Indonesia. Sejak ditemukan kasus
pertama Covid-19 di Indonesia pada awal bulan Maret 2020, dalam sebulan
hingga awal Mei 2020 telah tercatat 10.843 kasus penderita terkonfirmasi
Covid-19 dengan jumlah kematian 831 korban jiwa, walaupun terdapat 1.665
orang penderita yang sembuh dari total 22.545 orang penderita yang masih
dirawat (Gugus Tugas Covid-19, per 2 Mei 2020). Angka resmi yang
diterbitkan secara harian oleh Gugus Tugas Covid-19 sejak dibentuknya pada
pertengahan bulan Maret 2020, menunjukkan adanya kenaikan kasus korban
yang terinfeksi Covid-19 yang cukup signifikan, terutama pada periode
minggu pertama Mei 2020, yang kenaikannya berkisar lebih dari 150 hingga
400 kasus per harinya. (Suprayoga Hadi, 2020)
Selain jumlah yang meningkat, sebaran kasus korban terinfeksi Covid-19
juga bertambah secara signifikan, dari semula ditemukan kasus pertama di
Kota Depok di awal Maret, dalam waktu sebulan hingga minggu pertama Mei
2020 telah tersebar di 34 wilayah provinsi dan 321 kabupaten/kota. Data
sebaran yang diperoleh secara resmi dari Gugus Tugas Covid-19 masih
menunjukkan bahwa wilayah Provinsi DKI Jakarta dan wilayah
kabupaten/kota di sekitarnya, yaitu Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota
Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Tangerang, Kota Tangerang,
dan Kabupaten Tangerang, merupakan episentrum dari kasus penderita
Covid-19. Selain wilayah Jabodetabek yang merupakan episentrum dari kasus
penderita dan korban akibat Covid-19, beberapa provinsi di Pulau Jawa,
khususnya Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa
Timur, serta beberapa provinsi di luar Jawa, terutama Sulawesi Selatan, Riau
dan Bali menunjukkan korban terinfeksi Covid-19 cukup banyak. (Suprayoga
Hadi, 2020)
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa wabah penyakit
memiliki potensi tress. Di desa muara dua yang terpapar sampai saat ini yaitu,
Kontak Erat 3 , Terkonfirmasi 6, Suspek 3 , menyimpulkan bahwa di desa
muara dua terdapat orang positif covid sehingga banyak masyarakat stress
menghawatirkan jika tertular, sehingga banyak dampak yang ditimbulkan
salah satunya PTSD.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa
Muara dua Kecamatan Cikulur pada 10 warga, terdapat 7 warga yang
mengalami PTSD, akibat trauma yang dialaminya. Dari 7 warga yang
mengalami PTSD, 2 orang mengalami PTSD ringan (<26), 4 orang
mengalami PTSD sedang (26-43), dan 1orang mengalami PTSD berat ( >43).
Tingkatan stress dari setiap individu berbeda dengan individu yang lain,
stress suatu respon yang adatif, dihubungkan oleh karakteristik dan proses
psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan
atau kejadian, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis
atau fisik khusus pada seseorang, stress reaksi seseorang yang ditimbulkan
karena adanya ketegangan-ketegangan hidup, yang berupa ancaman, kesulitan
ataupun ketakutan adanya bahaya kehidupan, besar kecilnya ketegangan
tersebut tergantung tinggirendahnya kedewasaan kepribadian serta bagaimana
sudut pandang seseorang dalam menghadapinya, dan ditinjau dari aspek
biologis, faktor predisposisi PTSD terjadi karena ada proses yang terjadi di
otak. Individu yang mengalami PTSD akan merasakan berbagai perubahan
pada fisiknya. System saraf pusat dan system saraf otonom akan berpengaruh
oleh kondisi ini. Selain itu juga terjadi penurunan ukur dari hipokalamus dan
amigdala yang over reaktif. Komponen yang paling penting adalah memori.
Hipotalamus dan amigdala adalah kunci dari memori manusi (Schiraldi,
2009).

B. Identifikasi Masalah
1. Di desa muara dua yang terpapar sampai saat ini yaitu, Kontak Erat 3 ,
Terkonfirmasi 6, Suspek 3 , menyimpulkan bahwa di desa muara dua
terdapat orang positif covid sehingga banyak masyarakat stress
menghawatirkan jika tertular, sehingga banyak dampak yang ditimbulkan
salah satunya PTSD. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti di Desa Muara dua Kecamatan Cikulur pada 10 warga, terdapat 7
warga yang mengalami PTSD, akibat trauma yang dialaminya. Dari 7 warga
yang mengalami PTSD, 2 orang mengalami PTSD ringan (<26), 4 orang
mengalami PTSD sedang (26-43), dan 1orang mengalami PTSD berat
( >43)
2. Dampak psikologis yang paling sering muncul dalam kasus bencana alam
maupun non alam antara lain Post Traumatic Stress Disorder (PTSD),
sedih berkepanjangan, depresi, gangguan kecemasan.

C. Pembatasan Masalah
1. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah membehas psikologis yang
paling sering muncul dalam kasus bencana alam maupun non alam antara
lain Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), sedih berkepanjangan,
depresi, gangguan kecemasan.
2. PTSD merupakan akibat dari suatu bencana alam, penyakit terminal, serta
kekerasan yang terjadi secara mendadak, berlangsung cepat, dan
menimbulkan trauma mendalam bagi individu dalam semua rentang usia.
di Desa Muara dua Kecamatan Cikulur pada 10 warga, terdapat 7 warga
yang mengalami PTSD, akibat trauma yang dialaminya. Dari 7 warga
yang mengalami PTSD, 2 orang mengalami PTSD ringan (<26), 4 orang
mengalami PTSD sedang (26-43), dan 1orang mengalami PTSD berat
( >43)
D. Perumusan Masalah
Dampak psikologis yang paling sering muncul dalam kasus bencana alam
maupun non alam antara lain Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Dampak jangka panjang PTSD peristiwa traumatis tersebut dapat
mengakibatkan ketidakmampuan mengatasi ancaman, cidera fisik yang
serius, atau ancaman terhadap keselamatan diri sendiri atau orang lain jika
tidak segera ditangani
Berdasarkan uraian identifikasi diatas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian apakah ada hubungan faktor –faktor berhubungan dengan
PTSD akibat pandemic covid-19 di Desa Muara Dua Kecamatan Cikulur?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan PTSD Akibat
Pandemi covid-19.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Desa Muara Dua
Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan PTSD
Akibat Pandemi covid-19.
c. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan tingkat PTSD

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai Post Traumatik Stress Disorder (PTSD), serta juga di
harapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang
secara teoritis dipelajari dibangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dari penelitian ini dapat menerapkan keterampilan
pengelolaan dan manajemen korban PTSD yang sampai saat ini
belum teratasi penuh.
b. Bagi Masyarakat
Menambah ilmu dan wawasan untuk mengetahui karakteristik
individu dengan tingkat PTSD akibat pandemic covid-19.
c. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan sumbangsih ilmu
keperawatan jiwa dan dapat diaplikasikan kepada kegiatan asuhan
keperawatan pada korban yang mengalami PTSD.

Anda mungkin juga menyukai