METODE PENELITIAN
PTSD
Faktor-faktor Individu
(Post Traumatik Stress disorder)
Z2.N.pq
n=
d2.(N-1)+Z2.pq
n = Jumlah Partisipan
Z = Standar Normal Devisiasi (1,96)
N = Perkiraan Besar Populasi
p = Proporsi jika tidak diketahui 50% (0,5)
q = Proporsi selain kejadian yang diteliti q = 1-p (10)
D. Definisi Operasional
Menurut Notoatmojo (2012) dalam Umi pujianti (2020) Definisi operasional
adalah “uraian atau penjelasan tentang batasan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, diteliti atau yang diukur oleh variabel
yang digunakan dalam penelitian”.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu angket atau kuesioner. Kuesioner
memiliki arti teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi
seperangkat pertanyaan tertulis atau pernyataan kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan jenis kuesioner
tertutup, yang dimaksud kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawaban atau
isinya sudah ditentukan, sehingga subjek tidak memberikan respon atau
jawaban yang lain. Alat kuesinioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Kuesioner A (Karakteristik Individu) Merupakan instrument untuk
mendapatkan gambaran responden. Data karakteristik responden masuk
dalam lembar kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan yaitu: Nama,
Umur, Jenis kelamin, Status, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Diisi
oleh responden yang telah di sediakan sesuai dengan jawaban responden.
2) Kuesioner B (Post Trauma Stress Disorder ) Instrumen ini untuk
mungukur karakteristik indivu dengan tingkat PTSD pada masyarakat.
Diisi oleh responden dengan mengisi pertanyaan yang telah disediakan
yang sesuai dengan jawaban responden. Variabel diukur dengan
menggunakan kuesioner berbentuk pertanyaan, responden hanya
menjawab pertanyaan yang disediakan dengan memberi tanda check list
(√) atau memilih jawaban yang dianggap benar.
H. Etika Penelitian
Peneliti terikat dengan etika penelitian. Karena penelitian ini menyangkut dan
berhubungan langsung dengan manusia yang mempunyai hak hak asasi
manusia. Sebelum meminta persetujuan kepada responden, peneliti
memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan kepada responden.
Diantaranya :
1) Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus di hargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan tidak bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut perbedaan diri. Praktik perofesional merfleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam bentuk keputusan tentang
perawatan dirinya.
2) Benefecience (Berbuat baik)
Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan procedure penelitian guna
mendapatkan hasil yang sangat bermanfaat bagi subjek penelitian,
sehingga ilmunya bisa diterapkan dimasyarakat. Dan masyarakat
mendapatkan tambahan pengetahuan. Pada penelitian ini, responden
mendapatkan manfaat dari penelitian yang dilakukan
3) Non-Malefecience
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
4) Juctice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelyanan kesehatan.
5) Fidelity (Menepati Janji)
Prinsip Fidility dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat seti pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuahan perawat terhadap kode etik yang
mneyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehtan dan
meminimalkan penderitaan.
6) Varacity (Kejujuran)
Prinsif Varacity berarti penuh dnegan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip varacity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
informasi harus ada agar menjadi akurat, komperhensif, dan objektif untuk
mempasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat bebrapa argumen mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
klien untuk memulihkan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
“Doctors Know Best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.